SEMINAR PEDODONSIA
TANGGAL SEMINAR :
10 Juni 2021
DISUSUN OLEH :
160112190061
PEMBIMBING :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2021
Apakah COVID-19 Dapat Mengubah Cara Kita Merawat Karies Pada Gigi
1
Departemen Kedokteran Gigi Pediatrik, Sekolah Ilmu Kedokteran Gigi, Universitas Leeds,
Leeds, Inggris
2
Departemen Ortodonsia dan Kedokteran Gigi Pediatrik, Sekolah Ilmu Kedokteran Gigi,
Universitas Sao Paolo, Sao Paolo, Brazil
3
Departemen Preventif dan Kedokteran Gigi Pediatrik, Universitas Greifswald, Greifswald,
Jerman
4
Sekolah Ilmu Kedokteran Gigi, Institut Kehidupan dan Ilmu Pengetahuan Medis, Universitas
Liverpool, Liverpool
Virus SARS-CoV atau yang sering dikenal dengan COVID-19 merupakan penyakit baru
yang menyebar dengan cepat. Hingga saat penulisan artikel ini penyakit COVID-19 belum
ditemukan obatnya. Ketika penulisan jurnal ini terdapat Sembilan juta penderita COVID-19 di
dunia. Sebagai bentuk responsi pandemi, berbagai negara memberlakukan lockdown yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat seperti perawatan dokter gigi dimana, untuk
mengurangi penyebaran virus. Perawatan dokter gigi dihentikan diberbagai negara yang
Sejak dulu, aerosol yang terinfeksi dan droplet yang dihasilkan perawatan gigi di
implikasikan dapat menyebarkan penyakit yang disebarkan lewat udara seperti pneumonia,
1
2
tuberculosis, influenza, dan penyakit legionnaires. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa COVID-
Virus COVID-19 dapat disebarkan via droplet dan aerosol dari mulut atau hidung pasien
yang terinfeksi ketika pasien bersin, bernapas, berbicara, atau batuk, dan aerosol dapat berada di
udara selama 72 jam. Mulut merupakan bagian dari saluran orofasial dan mengandung virus dari
hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan di saliva dan cairan tubuh lain nya. Prosedur
perawatan dokter gigi umum seperti penggunaan bur high-speed, syringe 3-in-1, scaler
ultrasonik, air polishers, dan air abrasion units menghasilkan aerosol dari saliva yang banyak
yang dapat tersuspensi di udara selama 30 menit sebelum jatuh ke instrumen dan permukaan atau
masuk ke mulut dan hidung kembali. Aerosol juga dapat masuk ke saluran ventilasi udara dan
menyebar ke ruangan lain yang tidak terlindungi, sehingga dapat menyebarkan virus ke
masyarakat umum. Prosedur ini pada umumnya disebut dengan aerosol generating procedures.
2,3
Virus baru ini menghasilkan hambatan pada kedokteran gigi pediatrik. Karena anak-anak
berusia dibawah 16 tahun mencakupi dua persen dari seluruh total kasus COVID-19 di seluruh
dunia dan pada umumnya bersifat asimtomatik, sehingga berkontribusi dalam penyebaran virus
dan menyebabkan adanya kekhawatiran pada dokter gigi karena ketidakpastian status infeksi
pasien. Selain itu, pasien anak anak lebih sulit diatur selama perawatan gigi karena anak kecil
sering bersin, batuk, dan menangis yang dapat menyebarkan aerosol dibandingkan dengan
pasien dewasa atau perawatan anak yang memerlukan anestesi. Namun, penggunaan anestesi
saat ini dikurangi untuk mengurangi beban penggunaan ruang operasi. 1,4 Selain itu beberapa
negara menghentikan perawatan AGP dan hanya menggunakan AGP pada pasien yang
membutuhkan perawatan darurat atas rekomendasi ahli dari berbagai negara. Apabila AGP perlu
1
2
dilakukan dokter gigi harus menggunakan alat pelindung diri yang terbatas dan memerlukan
periode isolasi selama 60 menit setelah perawatan yang menyebabkan penurunan pasien. Periode
isolasi ini merupakan waktu yang diperlukan untuk menghilangkan aerosol setelah perawatan
sebelum dekontaminasi dan tergantung pada ventilasi udara ruangan. Implikasi ini menyebabkan
adanya peningkatan ketidaknyamanan pasien anak karena meningkatnya waktu tunggu dan
waktu perawatan rutin dan gawat darurat pada dokter gigi dan anestesi pada masa post-covid. 1,4
Saat ini peluang COVID-19 untuk menghilang seutuhnya masih sangat kecil dan
kemungkinan COVID-19 akan menetap dalam jangka panjang dan akan muncul secara periodik.
Namun, karena anak-anak tetap memerlukan perawatan karies. Sebaiknya selama masa pandemi
perawatan karies seperti penggunaan bur untuk mengangkat karies dan 3-in-1 syringe harus
dikurangi untuk mengurangi penyebaran aerosol dan mempertahankan lingkungan sehat untuk
preventif dan intersepsi penyakit dengan mengurangi perawatan restorasi dan perawatan yang
tidak invasif. Pada umumnya perawatan ini mengikuti empat prinsip yaitu pengenalan,
pengurangan, regenerasi, dan reparasi untuk membesar potensi reparasi gigi dan
mengintegrasikan prinsip ini ke asesmen pasien dan rencana perawatan. Beberapa teknik MID
memberikan prosedur yang aman dan rendah aerosol berkualitas tinggi yang dapat diterima
anak-anak. MID memiliki beberapa kelebihan yang penting dalam masa pandemi covid, selain
mempertahankan struktur gigi dan menurunkan resiko terbukanya pulpa yang beresiko rendah
ketidaknyamanan pasien anak, yang berkontribusi dalam penurunan penyebaran aerosol. Selain
1
2
itu, prosedur MID memiliki waktu kerja yang lebih pendek sehingga waktu tunggu pasien lebih
cepat.6–9
Teknik-teknik MID mencakup sealant, infiltrasi resin, aplikasi silver diammine fluoride,
teknik hall, teknik restorasi atraumatik, dan pengangkatan karies selektif. Perawatan ini
terindikasikan pada lesi karies asimptomatik yang tidak memiliki tanda klinis atau radiologi
pulpitis irreversibel, infeksi dental, eksposur pulpa, atau patologi. Berikut merupakan ringkasan
Caries-risk Assessment merupakan metode penilaian risiko karies pada bayi, anak-anak
dan remaja berbentuk formulir untuk mengumpulkan informasi. Pengisian formulir penilaian
risiko karies sesuai dengan kelompok umur, yaitu form untuk umur 0-3 tahun, umur 0-5 tahun,
dan umur lebih dari 6 tahun. Masing-masing formulir berisi mengenai faktor-faktor yang dapat
menyebabkan karies, yaitu faktor biologis, faktor protektif dan kondisi klinik.8,9
Pada umumnya asesmen ini dilakukan pada pasien dengan lesi putih untuk menentukan
faktor yang dapat mengurangi karies dengan pendekatan STEM yaitu: anamnesis terstruktur,
asesmen klinis terstruktur, edukasi sistematis yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
mengaplikasikan bahan yang dapat menutup dan menghambat pergerakan lesi karies di pit dan
fissure dengan mengisolasi lesi karies dari permukaan biofilm, sehingga menghambat perlunya
AGP, berbeda dengan resin yang menginfiltrasi tambalan dan menopang enamel dan dentin yang
termineralisasi dengan resin berviskositas rendah yang membentuk lapisan difusi dalam lesi dan
bukan dipermukaan memfasilitasi aplikasi klinis di bagian lesi interproksimal tanpa perlunya
1
2
separasi gigi. Kedua teknik diindikasikan pada lesi karies non-kavitas di gigi sulung dan
permanen. 10,11
Silver diammine fluroide merupakan cairan topikal amonia bening yang mengandung
perak dan fluoride. Perak bersifat antibakteri dan fluoride mendukung remineralisasi jaringan
keras gigi. Kedua zat ini bekerja secara sinergis mengisolasi karies dental dan menghambat
terbentuknya lesi baru di permukaan gigi. SDF tidak memerlukan ekskavasi dentin sebelum
pengaplikasian sehingga dianggap beresiko rendah untuk menyebarkan aerosol. Selain itu, SDF
juga membantu densensitisasi lesi gigi non-karies dan dapat membantu proses molar incisor
hypomineralization dengan oklusi tubulus dentin. Kekurangan teknik ini adalah SDF
meninggalkan warna hitam pada permukaan gigi sehingga perlu diskusi tambahan sebelum
Teknik hall juga merupakan teknik perawatan karies pada gigi molar sulung selama masa
pandemi dimana karies ditambal dengan metal crown tanpa anastesi lokal, preparasi gigi, atau
pengangkatan karies. Teknik ini juga diindikasikan pada gigi sulung dengan defek enamel dan
imperfecta. Teknik ini cepat dan mudah ditahan anak dan beresiko rendah menyebar aerosol.
Namun, perawatan ini sebaiknya dilakukan dengan separator untuk membuat ruang
interproksimal antara gigi molar sulung, dan harus dilakukan pencabutan dengan suction yang
kencang untuk menghindari resiko aerosol dan tidak dilakukan pada pasien anak yang gugup dan
Teknik restorasi atraumatic (ART) juga dapat menjadi perawatan karies alternatif selama
masa pandemi. Perawatan ini mencakup perawatan preventif dan restoratif. Perawatan restorasif
1
2
anastesi dan jaringan yang tersisa ditambal dengan semen glass ionomer berviskositas tinggi
(HVGIC) sehingga perawatan ini beresiko rendah menyebarkan aerosol. Teknik ini awalnya
dikembangkan sebagai perawatan di negara berkembang yang tidak memiliki fasilitas yang
memadai untuk melakukan perawatan gigi secara rutin. Namun, akhir akhir ini sering digunakan
karena peningkatan kualitas HVGIC seperti resistensi, kekuatan komprehensif, dan adaptasi
Pengangkatan selektif jaringan karies keras dan lunak atau partial caries removal
merupakan teknik perawatan yang menghilangkan jaringan karies sesedikit mungkin dengan
tenaga yang kecil seperti dentin lunak dengan menggunakan ekskavator untuk menghindari
eksposur pulpa. Setelah itu, cavitas di bersihkan dan dibentuk semirip mungkin dengan dentin
keras agar bahan restorasi terikat dengan baik dengan jaringan sekitar. Teknik ini terindikasikan
pada lesi karies yang dalam yang mencapai sepertiga kamar pulpa dan karies yang dangkal dan
KESIMPULAN
Sehingga perawatan karies pada gigi sulung sebelum COVID-19 perlu diadaptasi menjadi
perawatan yang memperhatikan resiko COVID-19 dan teknik perawatan intervensi minimal
perlu diutamakan untuk menghindari resiko menyebarkan virus ke pasien, staff dokter gigi dan
masyarakat umum akibat teknik perawatan. Peneliti telah mendeskripsikan beberapa teknik yang
1
2
dapat digunakan. Namun, perlu juga diperhatikan pentingnya aplikasi perawatan preventif dan
1
2
DAFTAR PUSTAKA
dental guidelines and caries management alternatives in the post COVID-19 period. A
2020.
2. Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: A brief review of the literature
3. Smith JD, Chen MM, Balakrishnan K, Sidell DR, di Stadio A, Schechtman SA, et al. The
for Uncertain Times. Otolaryngology - Head and Neck Surgery (United States). 2020.
4. Kochhar AS, Bhasin R, Kochhar GK, Dadlani H, Thakkar B, Singh G. Dentistry during
6. Innes NPT, Frencken JE, Bjørndal L, Maltz M, Manton DJ, Ricketts D, et al. Managing
treatment approaches for the management of caries in the primary dentition. Int J Paediatr
Dent. 2018;
8. Walsh LJ, Brostek AM. Minimum intervention dentistry principles and objectives. Aust
1
2
Dent J. 2013;58(SUPPL.1):3–16.
9. Frencken JE, Peters MC, Manton DJ, Leal SC, Gordan V V., Eden E. Minimal
intervention dentistry for managing dental caries - A review: Report of a FDI task group.
10. Naaman R, El-Housseiny A, Alamoudi N. The Use of Pit and Fissure Sealants—A
12. Seifo N, Cassie H, Radford JR, Innes NPT. Silver diamine fluoride for managing carious
13. Seifo N, Robertson M, MacLean J, Blain K, Grosse S, Milne R, et al. The use of silver
14. Banihani A, Deery C, Toumba J, Duggal M. Effectiveness, costs and patient acceptance of
a conventional and a biological treatment approach for carious primary teeth in children.
15. Welbury RR. The Hall Technique 10 years on: Its effect and influence. Br Dent J. 2017;
16. de Amorim RG, Frencken JE, Raggio DP, Chen X, Hu X, Leal SC. Survival percentages
17. Saber AM, El-Housseiny AA, Alamoudi NM. Atraumatic restorative treatment and