Anda di halaman 1dari 10

2

SEMINAR PEDODONSIA

MAKALAH SEMINAR JOURNAL READING PEDODONSIA

“ COULD COVID-19 CHANGE THE WAY WE MANAGE CARIES IN PRIMARY TEETH?


CURRENT IMPLICATIONS ON PAEDIATRIC DENTISTRY”

Alaa BaniHani1, Collette Gardener1, Daniela Procida Raggio2,

Ruth M. Santamaria3, Sondos Albadri4

TANGGAL SEMINAR :

10 Juni 2021

DISUSUN OLEH :

RATU SARISYAMSIAH NURHANI

160112190061

PEMBIMBING :

Prof Dr. drg. Arlette Suzy, Sp.KGA(K)., MSi.


Drg. Aliannisya Fatma

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2021
Apakah COVID-19 Dapat Mengubah Cara Kita Merawat Karies Pada Gigi

Sulung? Implikasi Terhadap Kedokteran Gigi Pediatrik

Alaa BaniHani1, Collette Gardener1, Daniela Procida Raggio2, Ruth M.


Santamaria3, Sondos Albadri4

1
Departemen Kedokteran Gigi Pediatrik, Sekolah Ilmu Kedokteran Gigi, Universitas Leeds,
Leeds, Inggris

2
Departemen Ortodonsia dan Kedokteran Gigi Pediatrik, Sekolah Ilmu Kedokteran Gigi,
Universitas Sao Paolo, Sao Paolo, Brazil

3
Departemen Preventif dan Kedokteran Gigi Pediatrik, Universitas Greifswald, Greifswald,
Jerman

4
Sekolah Ilmu Kedokteran Gigi, Institut Kehidupan dan Ilmu Pengetahuan Medis, Universitas
Liverpool, Liverpool

Virus SARS-CoV atau yang sering dikenal dengan COVID-19 merupakan penyakit baru

yang menyebar dengan cepat. Hingga saat penulisan artikel ini penyakit COVID-19 belum

ditemukan obatnya. Ketika penulisan jurnal ini terdapat Sembilan juta penderita COVID-19 di

dunia. Sebagai bentuk responsi pandemi, berbagai negara memberlakukan lockdown yang

mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat seperti perawatan dokter gigi dimana, untuk

mengurangi penyebaran virus. Perawatan dokter gigi dihentikan diberbagai negara yang

menyebabkan terhambatnya perawatan dokter gigi sejak awal pandemi. 1

Sejak dulu, aerosol yang terinfeksi dan droplet yang dihasilkan perawatan gigi di

implikasikan dapat menyebarkan penyakit yang disebarkan lewat udara seperti pneumonia,

1
2

tuberculosis, influenza, dan penyakit legionnaires. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa COVID-

19 dapat disebarkan dengan cara yang sama. 2

Virus COVID-19 dapat disebarkan via droplet dan aerosol dari mulut atau hidung pasien

yang terinfeksi ketika pasien bersin, bernapas, berbicara, atau batuk, dan aerosol dapat berada di

udara selama 72 jam. Mulut merupakan bagian dari saluran orofasial dan mengandung virus dari

hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan di saliva dan cairan tubuh lain nya. Prosedur

perawatan dokter gigi umum seperti penggunaan bur high-speed, syringe 3-in-1, scaler

ultrasonik, air polishers, dan air abrasion units menghasilkan aerosol dari saliva yang banyak

yang dapat tersuspensi di udara selama 30 menit sebelum jatuh ke instrumen dan permukaan atau

masuk ke mulut dan hidung kembali. Aerosol juga dapat masuk ke saluran ventilasi udara dan

menyebar ke ruangan lain yang tidak terlindungi, sehingga dapat menyebarkan virus ke

masyarakat umum. Prosedur ini pada umumnya disebut dengan aerosol generating procedures.
2,3

Virus baru ini menghasilkan hambatan pada kedokteran gigi pediatrik. Karena anak-anak

berusia dibawah 16 tahun mencakupi dua persen dari seluruh total kasus COVID-19 di seluruh

dunia dan pada umumnya bersifat asimtomatik, sehingga berkontribusi dalam penyebaran virus

dan menyebabkan adanya kekhawatiran pada dokter gigi karena ketidakpastian status infeksi

pasien. Selain itu, pasien anak anak lebih sulit diatur selama perawatan gigi karena anak kecil

sering bersin, batuk, dan menangis yang dapat menyebarkan aerosol dibandingkan dengan

pasien dewasa atau perawatan anak yang memerlukan anestesi. Namun, penggunaan anestesi

saat ini dikurangi untuk mengurangi beban penggunaan ruang operasi. 1,4 Selain itu beberapa

negara menghentikan perawatan AGP dan hanya menggunakan AGP pada pasien yang

membutuhkan perawatan darurat atas rekomendasi ahli dari berbagai negara. Apabila AGP perlu

1
2

dilakukan dokter gigi harus menggunakan alat pelindung diri yang terbatas dan memerlukan

periode isolasi selama 60 menit setelah perawatan yang menyebabkan penurunan pasien. Periode

isolasi ini merupakan waktu yang diperlukan untuk menghilangkan aerosol setelah perawatan

sebelum dekontaminasi dan tergantung pada ventilasi udara ruangan. Implikasi ini menyebabkan

adanya peningkatan ketidaknyamanan pasien anak karena meningkatnya waktu tunggu dan

waktu perawatan rutin dan gawat darurat pada dokter gigi dan anestesi pada masa post-covid. 1,4

Saat ini peluang COVID-19 untuk menghilang seutuhnya masih sangat kecil dan

kemungkinan COVID-19 akan menetap dalam jangka panjang dan akan muncul secara periodik.

Namun, karena anak-anak tetap memerlukan perawatan karies. Sebaiknya selama masa pandemi

perawatan karies seperti penggunaan bur untuk mengangkat karies dan 3-in-1 syringe harus

dikurangi untuk mengurangi penyebaran aerosol dan mempertahankan lingkungan sehat untuk

staff kedokteran gigi dan pasien.5

Minimal intervention dentistry menggunakan caries risk assessment dan perawatan

preventif dan intersepsi penyakit dengan mengurangi perawatan restorasi dan perawatan yang

tidak invasif. Pada umumnya perawatan ini mengikuti empat prinsip yaitu pengenalan,

pengurangan, regenerasi, dan reparasi untuk membesar potensi reparasi gigi dan

mengintegrasikan prinsip ini ke asesmen pasien dan rencana perawatan. Beberapa teknik MID

memberikan prosedur yang aman dan rendah aerosol berkualitas tinggi yang dapat diterima

anak-anak. MID memiliki beberapa kelebihan yang penting dalam masa pandemi covid, selain

mempertahankan struktur gigi dan menurunkan resiko terbukanya pulpa yang beresiko rendah

menghasilkan aerosol dan meminimalisir penggunaan anastesi sehingga mengurangi

ketidaknyamanan pasien anak, yang berkontribusi dalam penurunan penyebaran aerosol. Selain

1
2

itu, prosedur MID memiliki waktu kerja yang lebih pendek sehingga waktu tunggu pasien lebih

cepat.6–9

Teknik-teknik MID mencakup sealant, infiltrasi resin, aplikasi silver diammine fluoride,

teknik hall, teknik restorasi atraumatik, dan pengangkatan karies selektif. Perawatan ini

terindikasikan pada lesi karies asimptomatik yang tidak memiliki tanda klinis atau radiologi

pulpitis irreversibel, infeksi dental, eksposur pulpa, atau patologi. Berikut merupakan ringkasan

dari teknik-teknik MID. 1,6

Caries-risk Assessment merupakan metode penilaian risiko karies pada bayi, anak-anak

dan remaja berbentuk formulir untuk mengumpulkan informasi. Pengisian formulir penilaian

risiko karies sesuai dengan kelompok umur, yaitu form untuk umur 0-3 tahun, umur 0-5 tahun,

dan umur lebih dari 6 tahun. Masing-masing formulir berisi mengenai faktor-faktor yang dapat

menyebabkan karies, yaitu faktor biologis, faktor protektif dan kondisi klinik.8,9

Pada umumnya asesmen ini dilakukan pada pasien dengan lesi putih untuk menentukan

faktor yang dapat mengurangi karies dengan pendekatan STEM yaitu: anamnesis terstruktur,

asesmen klinis terstruktur, edukasi sistematis yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien,

regenerasi yang tertarget, reparasi jaringan keras, dan recall.8,9

Fissure sealant merupakan metode preventif karies yang dilakukan dengan

mengaplikasikan bahan yang dapat menutup dan menghambat pergerakan lesi karies di pit dan

fissure dengan mengisolasi lesi karies dari permukaan biofilm, sehingga menghambat perlunya

AGP, berbeda dengan resin yang menginfiltrasi tambalan dan menopang enamel dan dentin yang

termineralisasi dengan resin berviskositas rendah yang membentuk lapisan difusi dalam lesi dan

bukan dipermukaan memfasilitasi aplikasi klinis di bagian lesi interproksimal tanpa perlunya

1
2

separasi gigi. Kedua teknik diindikasikan pada lesi karies non-kavitas di gigi sulung dan

permanen. 10,11

Silver diammine fluroide merupakan cairan topikal amonia bening yang mengandung

perak dan fluoride. Perak bersifat antibakteri dan fluoride mendukung remineralisasi jaringan

keras gigi. Kedua zat ini bekerja secara sinergis mengisolasi karies dental dan menghambat

terbentuknya lesi baru di permukaan gigi. SDF tidak memerlukan ekskavasi dentin sebelum

pengaplikasian sehingga dianggap beresiko rendah untuk menyebarkan aerosol. Selain itu, SDF

juga membantu densensitisasi lesi gigi non-karies dan dapat membantu proses molar incisor

hypomineralization dengan oklusi tubulus dentin. Kekurangan teknik ini adalah SDF

meninggalkan warna hitam pada permukaan gigi sehingga perlu diskusi tambahan sebelum

menggunakan teknik ini. 12,13

Teknik hall juga merupakan teknik perawatan karies pada gigi molar sulung selama masa

pandemi dimana karies ditambal dengan metal crown tanpa anastesi lokal, preparasi gigi, atau

pengangkatan karies. Teknik ini juga diindikasikan pada gigi sulung dengan defek enamel dan

dentin seperti hipomineralisasi molar primer, amelogenesis imperfecta dan dentinogenesis

imperfecta. Teknik ini cepat dan mudah ditahan anak dan beresiko rendah menyebar aerosol.

Namun, perawatan ini sebaiknya dilakukan dengan separator untuk membuat ruang

interproksimal antara gigi molar sulung, dan harus dilakukan pencabutan dengan suction yang

kencang untuk menghindari resiko aerosol dan tidak dilakukan pada pasien anak yang gugup dan

mengalami kesulitan menggigit mahkota hall. 7,14,15

Teknik restorasi atraumatic (ART) juga dapat menjadi perawatan karies alternatif selama

masa pandemi. Perawatan ini mencakup perawatan preventif dan restoratif. Perawatan restorasif

dilakukan dengan menggunakan ekskavator untuk mengangkat karies tanpa menggunakan

1
2

anastesi dan jaringan yang tersisa ditambal dengan semen glass ionomer berviskositas tinggi

(HVGIC) sehingga perawatan ini beresiko rendah menyebarkan aerosol. Teknik ini awalnya

dikembangkan sebagai perawatan di negara berkembang yang tidak memiliki fasilitas yang

memadai untuk melakukan perawatan gigi secara rutin. Namun, akhir akhir ini sering digunakan

karena peningkatan kualitas HVGIC seperti resistensi, kekuatan komprehensif, dan adaptasi

marginal yang meningkatkan keberhasilan ART.6,16,17

Pengangkatan selektif jaringan karies keras dan lunak atau partial caries removal

merupakan teknik perawatan yang menghilangkan jaringan karies sesedikit mungkin dengan

tenaga yang kecil seperti dentin lunak dengan menggunakan ekskavator untuk menghindari

eksposur pulpa. Setelah itu, cavitas di bersihkan dan dibentuk semirip mungkin dengan dentin

keras agar bahan restorasi terikat dengan baik dengan jaringan sekitar. Teknik ini terindikasikan

pada lesi karies yang dalam yang mencapai sepertiga kamar pulpa dan karies yang dangkal dan

asimptomatik baik pada gigi sulung maupun permanen.5,6

KESIMPULAN

Penyakit COVID-19 akan terus mempengaruhi praktik perawatan gigi pediatrik.

Sehingga perawatan karies pada gigi sulung sebelum COVID-19 perlu diadaptasi menjadi

perawatan yang memperhatikan resiko COVID-19 dan teknik perawatan intervensi minimal

perlu diutamakan untuk menghindari resiko menyebarkan virus ke pasien, staff dokter gigi dan

masyarakat umum akibat teknik perawatan. Peneliti telah mendeskripsikan beberapa teknik yang

1
2

dapat digunakan. Namun, perlu juga diperhatikan pentingnya aplikasi perawatan preventif dan

teraputik selama pandemi untuk mengontrol penyebaran penyakit COVID-19

1
2

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Halabi M, Salami A, Alnuaimi E, Kowash M, Hussein I. Assessment of paediatric

dental guidelines and caries management alternatives in the post COVID-19 period. A

critical review and clinical recommendations. European Archives of Paediatric Dentistry.

2020.

2. Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: A brief review of the literature

and infection control implications. J Am Dent Assoc. 2004;

3. Smith JD, Chen MM, Balakrishnan K, Sidell DR, di Stadio A, Schechtman SA, et al. The

Difficult Airway and Aerosol-Generating Procedures in COVID-19: Timeless Principles

for Uncertain Times. Otolaryngology - Head and Neck Surgery (United States). 2020.

4. Kochhar AS, Bhasin R, Kochhar GK, Dadlani H, Thakkar B, Singh G. Dentistry during

and after COVID-19 pandemic: Pediatric considerations. International Journal of Clinical

Pediatric Dentistry. 2020.

5. BaniHani A, Deery C, Toumba J, Munyombwe T, Duggal M. The impact of dental caries

and its treatment by conventional or biological approaches on the oral health-related

quality of life of children and carers. Int J Paediatr Dent. 2018;

6. Innes NPT, Frencken JE, Bjørndal L, Maltz M, Manton DJ, Ricketts D, et al. Managing

Carious Lesions: Consensus Recommendations on Terminology. Adv Dent Res. 2016;

7. BaniHani A, Duggal M, Toumba J, Deery C. Outcomes of the conventional and biological

treatment approaches for the management of caries in the primary dentition. Int J Paediatr

Dent. 2018;

8. Walsh LJ, Brostek AM. Minimum intervention dentistry principles and objectives. Aust

1
2

Dent J. 2013;58(SUPPL.1):3–16.

9. Frencken JE, Peters MC, Manton DJ, Leal SC, Gordan V V., Eden E. Minimal

intervention dentistry for managing dental caries - A review: Report of a FDI task group.

Int Dent J. 2012;62(5):223–43.

10. Naaman R, El-Housseiny A, Alamoudi N. The Use of Pit and Fissure Sealants—A

Literature Review. Dent J. 2017;

11. Domejean S, Ducamp R, Léger S, Holmgren C. Resin infiltration of non-cavitated caries

lesions: A systematic review. Med Princ Pract. 2015;

12. Seifo N, Cassie H, Radford JR, Innes NPT. Silver diamine fluoride for managing carious

lesions: An umbrella review. BMC Oral Health. 2019.

13. Seifo N, Robertson M, MacLean J, Blain K, Grosse S, Milne R, et al. The use of silver

diamine fluoride (SDF) in dental practice. Br Dent J. 2020;

14. Banihani A, Deery C, Toumba J, Duggal M. Effectiveness, costs and patient acceptance of

a conventional and a biological treatment approach for carious primary teeth in children.

Caries Res. 2019;

15. Welbury RR. The Hall Technique 10 years on: Its effect and influence. Br Dent J. 2017;

16. de Amorim RG, Frencken JE, Raggio DP, Chen X, Hu X, Leal SC. Survival percentages

of atraumatic restorative treatment (ART) restorations and sealants in posterior teeth: an

updated systematic review and meta-analysis. Clinical Oral Investigations. 2018.

17. Saber AM, El-Housseiny AA, Alamoudi NM. Atraumatic restorative treatment and

interim therapeutic restoration: A review of the literature. Dentistry Journal. 2019.

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal 3
    Soal 3
    Dokumen23 halaman
    Soal 3
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Dvhidsjfoejf
    Dvhidsjfoejf
    Dokumen2 halaman
    Dvhidsjfoejf
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Sdihciacish
    Sdihciacish
    Dokumen6 halaman
    Sdihciacish
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Pasak
    Pasak
    Dokumen23 halaman
    Pasak
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Surat Konsul
    Surat Konsul
    Dokumen26 halaman
    Surat Konsul
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Teknik Oklusal
    Teknik Oklusal
    Dokumen7 halaman
    Teknik Oklusal
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    100% (1)