Anda di halaman 1dari 7

Infeksi Jamur pada Oral

1. Definisi

Jamur merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat biologisnya yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya terutama di alam seperti air dan tanah sebagai jamur

saprofit. Kehidupan jamur memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan yang tinggi.

2. Morfologi dan Struktur Jamur

a) Ciri-Ciri

 Berupa benang tunggal/ bercabang-cabang (hifa). Kumpulan hifa membentuk miselium.

 Mempunya spora

 Memproduksi spora

 Tidak mempunyai klorofil, sehingga tidak berfotosintesis.

 Berkembang biak secara seksual dan aseksual

 Tubuh berfilamen dan dinding sel megandung kitin, glukan, selulosa dan manan.

b) Struktur

Menurut Brooks dkk (2005), jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, sebagai yeast/ragi dan

molds. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni

ini mengandung tubulus silindris yang bercabang yang disebut hifa, diameternya bervariasi dari 2-10 µm.

Massa hifa yang jalin-menjalin dan berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah miselium. Beberapa

hifa terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa, yang secara khas terbentuk pada interval

yang teratur selama pertumbuhan hifa. Hifa yang menembus medium penyangga dan mengabsorbsi

bahan-bahan makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat. Sebaliknya, hifa aerial menyembul di atas

permukaan miselium dan biasanya membawa struktur reproduktif dari mold.

Ragi adalah sel tunggal, biasanya berbentuk bulat atau elips dan diameternya bervariasi dari 3-

15 µm. Kebanyakan ragi bereproduksi melalui pertunasan. Beberapa spesies menghasilkan tunas yang
mempunyai ciri khas gagal melepaskan diri dan menjadi memanjang; kesinambungan dari proses

pertunasan kemudian menghasilkan suatu sel ragi panjang yang disebut pseudohifa. Semua jamur

mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian

besar terbentuk oleh lapisan karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga glikoprotein dan lipid.

Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai sifat-sifat patobiologi yang penting. Komponen permukaan

dinding memperantai penempelan jamur pada sel inang. Beberapa ragi dan mold memberi melanin

pada dinding sel, memberikan pigmen coklat atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous.

Dalam beberapa penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi.

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang

sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin

sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki

karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang

diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode

produksinya.

3. Patogenesis

Jamur merupakan mikroorganisme saprofit pada manusia yang terdapat luas pada

permukaan tubuh maupun pada mukosa. Penelitian terhadap patofisiologi infeksi jamur pada

manusia, relatif masih sedikit dibandingkan dengan infeksi patogen lain seperti bakteri dan parasit.

Hal ini dikarenakan pada individu yang imunokompeten, jamur tidak dapat menginvasi barier

proteksi mekanis yang merupakan barier pertama sistem imunitas alamiah. Infeksi jamur dapat

bersifat invasif dan menginduksi infeksi opportunistik pada pasien yang imunokompromais .

Infeksi jamur pada manusia lebih sulit ditangani dibandingkan dengan infeksi bakteri.

Manusia dan jamur merupakan organisme eukariotik yang memiliki kesamaan dalam mekanisme

pembentukan protein. Berbeda dengan jamur, bakteri merupakan organisme prokariotik yang
memiliki mekanisme berbeda dalam sintesis protein dibandingkan dengan manusia. Hal inilah yang

merupakan pencetus utama kesulitan dalam terapi infeksi jamur pada manusia. Oleh karena itu

pengobatan pada infeksi jamur harus bersifat spesifik untuk mencegah terjadinya kerusakan pada

sel manusia sebagai host.

Candida albicans

1. Definisi

Rongga mulut merupakan suatu kondisi lingkungan yang cocok bagi kolonisasi ragi. Candida albicans

sebagai spesies ragi yang paling dominan dalam rongga mulut merupakan suatu mikroorganisme yang

pleomorfik dengan bentuk pertumbuhan yang berbeda, yaitu berbentuk batang, ragi (blastospora), hifa

atau pseudohifa, dan klamidospora.8,9 Candida sebenarnya merupakan flora normal mulut, namun

berbagai faktor seperti adanya gangguan sistem imun maupun penggunaan obat-obatan seperti obat

antibiotik dan steroid dapat menyebabkan flora normal tersebut menjadi patogen.

2. Morfologi dan Struktur Candida albicans

Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis

dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida albicans memiliki

dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau

penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih dan rata menjadi kerut

tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya.

Jamur ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan

kolonisasi. Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh

dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi

blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu.11,12 Candida dapat

eksis dalam rongga mulut sebagai saprofit tanpa menyebabkan lesi apapun.
Antara genus Candida, Candida albicans diduga spesies patogen dan diterima sebagai

faktor penyebab paling umum kandidiasis oral. Candida albicans dapat ditemukan dalam rongga

mulut yang sehat pada konsentrasi rendah (20 sel / cc saliva). Pada konsentrasi ini, organisme

tidak bias terdeteksi di bawah mikroskop, tetapi hanya dapat dideteksi melalui kultur dalam

media tertentu seperti pada Doxtroxe Sabouroud Agar dalam bentuk koloni. Keseimbangan flora

rongga mulut dapat berubah menimbulkan suatu keadaan patologis atau penyakit karena

beberapa faktor seperti kesehatan mulut yang buruk, obat immunosupresan, penyakit sistemik

yang menurunkan daya tahan lokal tubuh.

3. Patogenesis Candida albicans

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat mutlak untuk

berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel

pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan

reseptor. Makanan dan protein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai

aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga

berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah terjadi proses penempelan, Candida albicans

berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam

fosfatase, yang terjadi setelah proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari host.12

Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saprofit dan infeksi baru terjadi

bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktorfaktor yang dihubungkan dengan

meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan oleh :

a) Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk.

b) Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus

c) Kehamilan
d) Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus, misalnya oleh

air, keringat, urin atau air liur.

e) Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta

memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan

keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik. Blastospora

berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga

invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut

merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor

virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.


4. Morfologi dan identifikasi Candida albicans

Candida albicans mempunyai tiga bentuk morfologi yaitu :

 Yeast Like cells, terlihat sebagai kumpulan sel berbentuk bulat atauoval dengan variasi ukuran

lebar 2-8 µm dan panjang 3-4 µm, diameter 1,5-5 µm. Sel-sel tersebut dapat membentuk

blastospora.

 Pseudohypha, karena blastospora tidak lepas dan terus membentuk tunas baru.

 Chlamydospora, dinding sel bulat dengan diameter 8-12 µm .Chlamydospora terbentuk jika

Candida albicans di kultur pada medium kurang nutrien seperti Corn meal agar.

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal 3
    Soal 3
    Dokumen23 halaman
    Soal 3
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Dvhidsjfoejf
    Dvhidsjfoejf
    Dokumen2 halaman
    Dvhidsjfoejf
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Sdihciacish
    Sdihciacish
    Dokumen6 halaman
    Sdihciacish
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Pasak
    Pasak
    Dokumen23 halaman
    Pasak
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Surat Konsul
    Surat Konsul
    Dokumen26 halaman
    Surat Konsul
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    Belum ada peringkat
  • Teknik Oklusal
    Teknik Oklusal
    Dokumen7 halaman
    Teknik Oklusal
    Ratu Sarisyamsiah Nurhani
    100% (1)