id
71
BAB IV
beberapa hasil wawancara baik dari budayawan, saksi hidup, dan karyawan sentra
lingkup batik pesisir merupakan Kabupaten yang terletak di ujung timur pulau Jawa
secara geografis terletak pada koordinat 7o45’15” – 8o43’2” Lintang Selatan dan
utara, Kabupaten Jember di sebelah Selatan, timur berbatasan dengan Selat Bali, dan
pemandangan alam, kekayaan seni dan budaya, serta adat tradisi. Pesona alam yang
indah tersebar dari wilayah utara sampai selatan, dan dari wilayah barat sampai
timur, dengan gunung, hutan, serta pantai sebagai pemberi corak dari masing-
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
diungkapkan Munoz (2006:417) bahwa Tome Piréz yang pernah mengunjungi Jawa
yang kaya, cukup penduduk, panenan berlimpah, dan terdapat banyak kuda dan
budak. Kondisi itu menjadi cerminan mata pencaharian penduduk Blambangan yang
mayoritas adalah nelayan dan petani. Jika ditelisik melalui segi perekonomiannya
Banyuwangi memiliki sistem ekonomi yang bersifat agraris (De Graaf dan Pigeaud,
2003:217).
menjadi banyak incaran oleh para penguasa lain untuk ditaklukan. Hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
penting bagi kapal-kapal yang berlayar menuju pulau rempah-rempah. Wilayah ini
sulit ditaklukkan oleh Para Raja Jawa Timur karena penampang alamnya yang sulit
dijangkau (sebelah barat pegunungan (Ijen), sebelah timur lautan (Selat Bali) ,
sebelah utara hutan (Baluran) dan sebelah selatan pegunungan (Gumitir dan Raung)
Kondisi alam Banyuwangi yang memiliki penampang wilayah yang cukup sulit,
tetapi menarik untuk ditelisik lebih lanjut menyebabkan beberapa penguasa kerajaan
ingin menjatuhkan dan menduduki Banyuwangi. Salah satu kerajaan tersebut adalah
seperti : Pasuruan tahun 1617, Tuban tahun 1620, Madura tahun 1624, Surabaya
tahun 1625, dan pada tahun 1633 di Blambangan, Panarukan, dan Blitar.
Blambangan pada tahun 1620 sampai tahun 1639 mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan Bali. Raja Gelgel yakni penguasa Bali bekerja sama dengan
namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Hingga pada tahun 1636-1639 Mataram
Penguasa Blambangan pada tahun 1620 –an sampai tahun 1639 sangat erat
hubungannya dengan Bali. Raja Gelgel yang saat itu bekerja sama dengan penguasa
commit to
dengan mengerahkan 20.000 prajurit keuser
pihak Mataram yang ingin menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
Blambangan. Mataram dan Sultan Agung berhasil dipukul mundur, namun mereka
(pihak Mataram) kembali melakukan serangan pada tahun 1636 – 1639. Dan
melakukan Islamisasi dan menerapkan sistem atau pola hidup mereka terhadap
Berdasarkan hasil hipotesa juga menyatakan bahwa latar belakang kemunculan batik
Dimana pada saat kekuasaan Mataram inilah banyak kawula muda Blambangan
tidak mustahil para kawula muda Blambangan belajar membatik di keraton Mataram
ketika Islam mulai berpengaruh di kawasan pesisir (Biranul Anas, Ratna Panggabean,
dan Hassanudin, 1997:86). Sejak awal abad ke -16, seluruh pantai utara Jawa telah
dikuasai oleh kerajaan- kerajaan Islam salah satunya adalah Mataram Islam.
Banyuwangi sebagai salah satu kota pesisir juga tentu menjadi tempat tujuan dagang.
ternak, ikan, sayuran, buah-buhan, beras yang putih , dan “….For merchandise they
have countless Javanese cloth, which they take to Malacca to sell”. Dia secara jelas
menyatakan “Javanese cloth” sebagai kain yang memiliki ragam hias khas Jawa.
”Javanese Cloth” amat besar kemungkinannya adalah batik, karena batik telah
memasyarakat sejak era Mataram dan bahan-bahan batik termasuk komoditas yang
dijual pada pasar internasional, seperti Malaka (Armando Cortesao dalam Biranul
Anas, Ratna Panggabean, dan Hassanudin, 1997:88-89). Dilihat dari hal tersebut
maka tidak dipungkiri bahwa batik telah menjadi suatu komoditas perdagangan.
Peristiwa itu lambat laun menjadi proses yang menghadirkan para pedagang batik
Solo dan Yogyakarta pada tahun 1920-an masuk ke wilayah Banyuwangi dan
menetap menjadi warga kota tersebut. Hingga saat ini mereka berdomisili di sekitar
1
wilayah Rogojampi . Adanya pedagang dari Solo dan Yogyakarta yang memiliki
latar belakang budaya batik yang cukup kuat, membuat besarnya kemungkinan
mengembangkan potensi batik yang ada di wilayah mereka. Dalam hal ini tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu latar belakang kemunculan batik di Banyuwangi adalah
terutama di wilayah pesisir seperti Banyuwangi juga tercermin dalam sejarah. Sejrah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
menyatakan bahwa sejak awal abad ke-16 seluruh pantai utara Jawa telah dikuasai
Batik Banyuwangi juga mulai dikenal secara lebih komersial ketika masa
pendudukan Jepang berkisar tahun 1942. Jepang memang tidak berperan dalam
batik Banyuwangi dari segi perekonomin. Banyuwangi pada awalnya adalah wilayah
yang secara ekonomi tidak kekurangan, sebab ditunjang oleh kondisi alamnya yang
Banyuwangi yang semula sebagai wilayah yang surplus makanan berubah drastis2.
agar wilayah jajahannya tetap menguntungkan bagi mereka. Salah satu tindakan
tersebut dan cukup membantu bagi Jepang adalah dengan mengembangkan potensi
batik yang ada di Banyuwangi. Penguasa Jepang juga memberikan dukungan pada
November 2012).
kemampuan membatik. Sekolah Mardiputri yang saat ini SDN Kepatihan merupakan
sekolah putri di bawah naungan Jepang yang menuntut siswinya untuk dapat
membatik. Mak Sum adalah salah satu siswi Mardiputri yang hingga sekarang masih
aktif membatik. Dalam proses membatiknya Mak Sum masih menggunakan cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
tradisional dengan batik tulis dan dengan proses pemanasan malam yang
menggunakan bahan bakar kayu. Pada dasarnya tindakan Jepang yang seolah-olah
kamuflase bagi Jepang untuk meraih kuntungan yang semata-mata untuk kepentingan
Gambar 15. Mak Sum (kiri) dan Proses Pencairan Malam yang Masih Tradisional (kanan)
( Sumber : Foto Fenty Pratiwi, 2012)
Banyuwangi sebagai kota yang dikelilingi dengan kondisi alam yang indah yang
terdiri dari gunung, hutan, serta pantai sangat tercermin dari pola hidup
masyarakatnya yang rata-rata petani dan nelayan. Mata pencaharian dalam lingkup
tumbuh-tumbuhan atau flora. Walaupun unsur flora tidak selalu sesuai dengan hasil
pertanian yang ada di Banyuwangi seperti karet, kopi, coklat dan kelapa.
Lingkup kota Banyuwangi yang juga banyak didiami olah kaum santri cukup
mempengaruhi dalam pembentukan pola hias batiknya. Etos dagang santri dalam
Islam yang meliputi iradah, amanah, ikhtiar, ilmu, amal, dan tawakal berkaitan dalam
pembentukan pola hias pada batik Banyuwangi. Islam melarang menciptakan pola
hias yang menyerupai mahluk hidup dan dapat menimbulkan syirik (Hasanudin,
201:249). Oleh karena itu, bentuk-bentuk pola hias banyak divisualisasikan dalam
bentuk flora maupun fauna yang tidak ditampilkan secara nyata sesuai dengan aslinya
, namun dalam bentuk penggayaan ataupun mengambil salah satu karakter dari
mereka. Pola hias yang mengambil salah satu bagian karakteristik hewan adalah
gajah oling. Dimana pola hias ini diambil dari unsur belalai gajah yang ditampilkan
Menjelang abad ke-20 tepatnya tahun 1936 batik telah dikenakan oleh seorang
penari gandrung yang bernama Semi. Hal tersebut diketahui oleh budayawan
pada era gandrung Semi banyak diminati oleh komunitas masyarakat seperti Jawa,
Bali, dan Madura yang bekerja di sektor pertanian dan perkebunan milik pemerintah
dalam seni pertunjukkan juga merupakan suatu bentuk yang menjembatani bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
1
Gambar 16. Skema Latar Belakang Munculnya Batik Banyuwangi
1
Dinyatakan oleh Aguk W. Nuryadi dalam literatur Azhar Prasetyo, 2008. Batik Banyuwangi.Banyuwangi :
Dewan Kesenian Blambangan
2
Hisbaron Muryantoro. 2012. Banyuwangi: Situasi dan Kondisi Politik, Sosial, Ekonomi Budaya dan
Militer Pada Masa Pendudukan Jepang (1942-1945). PATRAWIDYA (Jurnal) Yogyakarta: Seni
Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
Hasil data yang didapatkan terkait dengan pola hias batik Banyuwangi terdapat 20
pola hias yang ditetapkan menjadi ciri khas dari batik wilayah ini. Peneliti mengambil
sampel pola hias yang memang telah dimuseumkan sebagai patokan bahwa memang
pola hias batik Banyuwangi terdiri dari 20 macam jenis yang berbeda, hal tersebut di
luar pengembangan pola hias yang saat ini memang banyak pengusaha batik yang
menciptakan pola hias baru untuk memenuhi kebutuhan pasar atau konsumen. Dua
puluh pola hias batik Banyuwangi, yakni: 1) Sisik Papak, 2) Galaran, 3) Moto Pitik, 4)
10) Paras Gempal, 11) Gedegan, 12) Semanggian, 13) Sembruk Cacing, 14) Gajah
Oling, 15) Sekar Jagad, 16) Garuda, 17) Kopi Pecah, 18) Cendrawasih, 19) Ukel, dan
salah satu pola hiasnya adalah Gajah Oling (Muhammad Suyadi, Wawancara 9
November 2012). Berdasarkan analisa dan yang telah tersampaikan baik dalam latar
belakang atau kajian pustaka batik Banyuwangi adalah termasuk ke dalam golongan
batik pesisir, karena secara geografis letaknya berada di wilayah pesisir pantai.
menjadi tiga, yakni batik dengan pola hias lataran, pola hias buketan, dan pola hias
lainnya. Pola hias lataran seperti: moto pitik, joloan, ukel, gedegan, paras gempal, sisik
papak, galaran, blarak, semanggian, sembruk cacing, kawung dan kopi pecah, untuk
buketan adalah : maspun, kangkung setingkes, dan batik latar putih, sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
golongan lainnya adalah pola hias garuda, dilem semple dan cendrawasih. Pola hias
dengan karakter lainnya adalah garuda, gajah oling, dan cendrawasih. Penamaan dari
pola hias batik Banyuwangi sebagian besar didasarkan pada unsur latar belakang dan
Di bawah ini merupakan bentuk skema dari pengelompokan pola hias batik
Banyuwangi:
Pola Hias pertama adalah sisik papak, pola ini terdiri dari ornamen motif gajah oling,
motif bunga, dan kupu-kupu, untuk ornamen lataran berupa pola sisik papak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
Pola Hias galaran, secara visual terdiri dari tiga komponen ornament motif, yakni :
gajah oling, bunga melati, dan ukel yang berwujud seperti daun pakis muda, serta
ukel yang secara kasat mata menyerupai daun pakis atau paku yang masih muda,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
dilem, tiga bunga manggar, dan satu bunga melati), bunga melati, ornamen lengkung
(ukel) yang berbentuk seperti daun pakis muda, dan pola lataran yakni blarak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
Pola hias kawung terdiri dari susunan bundar atau ellips. Kawung yang menjadi salah satu
pola hias dari batik Banyuwangi merupakan hasil modifikasi dari batik klasik. Sifat dari pola hias
kawung merupakan gambaran pola yang termasuk dalam golongan ceplokan yang digambarkan
dalam sistem repeat pola satu langkah ke semua arah atau ABCD. Pola hias kawung termasuk ke
Visual pola hias kangkung setingkes adalah termasuk dalam pola hias buketan berupa
satu ikat tanaman kangkung yang terdiri dari batang, bunga, dan daun, sedangkan untuk
2
Buketan adalah batik dengan motif tumbuhan atau lung-lungan. Motif ini biasanya terdapat pada
bagian kain batik sarung dari Pekalongan, Laem, Tegal, dan Cirebon atau daerah-daerah lainnya. Sewan
Susanto. 1980. . Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga
commit
Penelitian dan Pendidikan Industri. Departemen to userR.I.
Perindustrian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
Komponen pola hias dilem semple secara keseluruhan disusun dari ornamen motif
yang berupa daun dilem atau daun nilam, yang dilengkapi dengan ornamen fauna
berupa burung.
buketan, namun dalam segi penamaan maspun diambil dari pola lataran. Ornamen
pola hias maspun terdiri dari beberapa motif flora dan fauna yang terdiri dari
Karakteristik pola hias joloan juga sama dengan pola moto pitik, dimana penamaan
pola hiasnya didasarkan pada pola lataran. Motif yang terdapat di atas pola lataran adalah
: gajah oling, bunga melati, dan ornamen lengkung (ukel) yang secara visual menyerupai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
Istilah nama pola hias paras gempal diambil dari bagian lataran. Visual pola hias
terdiri komponen motif flora yang terdapat pada bagian atas latar, sedangkan untuk pola
latar adalah paras gempal . Paras berarti permukaan (baik tanah, tembok, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
Pola hias gedegan terdiri dari komponen motif gajah oling, bunga melati, dan ornamen
motif ukel. Penamaan gedegan berdasar dari pola lataran motif yang berupa anyaman bambu.
Unsur pola hias semanggian terdiri dari ornamen motif gajah oling, motif bunga yang
secara visual tampak dari samping, sedangkan untuk pola lataran adalah semanggian.
Visual pola hias sembruk cacing berupa ornamen motif gajah oling, bunga melati,
dan motif ukel. Kedua komponen motif tersebut terdapat di atas pola latar sembruk
cacing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
Pola hias gajah oling dibangun dari beberapa komponen motif yang terdiri dari:
gajah oling (sebagai unsur utama), ornamen tambahan berupa kupu-kupu, ukel, dan
Visual pola hias sekar jagad terdiri dari kumpulan dari pola hias latar yang terdapat
pada batik Banyuwangi, seperti : sembruk cacing, blarak, sisik papak, moto pitik, dan paras
gempal. Istilah sekar berarti bunga dan jagad berarti alam semesta, dalam filosofi Jawa
melambangkan hati yang sedang bergembira (bersemarak) karena putra dan putri yang telah
mendapatkan jodoh.
Visual pola hias garuda terdiri dari ornamen motif burung garuda, dan pola latar
yang terdiri dari motif sawut (bunga berjalur) dan trilis. Trilis adalah pola yang terdiri
dari gunungan kecil yang berjejer secara horizontal, sementara di bagian tengah antara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
Pola hias kopi pecah terdiri dari ornament motif gajah oling, bunga melati, dan ukel
(bentuk ukel menyerupai daun pakis yang masih muda). Unsur visual kopi pecah tidak
tersusun pada bagian latar pola seperti halnya pola hias lainnya, namun pola kopi
Pola hias cendrawasih dibangun dari ornamen motif fauna burung cendrawasih
yang merupakan fauna khas dari propinsi Irian Jaya. Burung cendrawasih di gambarkan
secara stilasi. Berbeda dengan pola hias batik Banyuwangi lain yang penamaannya di
dasarkan pada latar belakang. Penamaan pola hias ini benar-benar didasarkan pada objek
Motif yang menyusun pola hias ukel terdiri dari ornamen flora berupa bunga yang
terdapat diatas pola latar ukel, sedangkan untuk komponen ukel atau garis-garis
lengkung terdapat pada latar pola yang sekaligus dijadikan sebagai nama dari pola
tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
Pola hias latar putih termasuk kelompok motif buketan, dimana satu bagian terisi
penuh dengan motif dan di sisi lain dibiarkan kosong. Ornamen motif yang menyusun
pola hias latar putih terdiri dari motif bunga dan burung. Istilah latar putih mengacu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
Seni (art) merupakan hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia
yang dapat member rasa ketenangan dan kepuasan dengan pencapaian rasa indah,
Hasil dari unsur seni tersebut tentu tidak hanya kita lihat dan kita dengar,
namun akan menimbulkan rasa-nikmat indah dalam diri kita. (Djelantik, 199914)
mengemukakan bahwa di dalam rasa-nikmat indah yang ada pada diri manusia
tentu pasti menimbulkan pertanyaan apa yang terkandung dari berbagai macam
berbagai pertanyaan tersebut tidak dapat diperoleh secara langsung, namun jalan
menimbulkan rasa nikmat-indah itu. Kita dapat menyusun berbagai ciri khas dari
pengamatan barang seni tentunya tidak cukup hanya satu barang kesenian, tetapi
melalui banyak barang kesenian. Berdasarkan dari hal tersebut kemudian dipetik
kesamaan yang paling sering dijumpai dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan.
Ciri-ciri yang berperan dalam perangsangan rasa indah dapat disebut ciri estetik
yang hadir dalam perwujudan karya seni. Potensi untuk menstimulus rasa indah
dalam diri manusia dengan mengamati dan menyelidiki benda kesenian itulah maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
Segala hal dalam kesenian yang dapat terlihat oleh mata (visual) maupun yang
dapat didengar oleh telinga (akustis) dapat dinyatakan sebagai wujud. Aspek wujud di
bagi menjadi dua yakni: bentuk (form) dan struktur (structure). Bentuk meliputi titik,
garis, bidang, dan gempal (volume), sedangkan struktur meliputi, keutuhan atau
Suatu karya seni atau peristiwa kesenian tidak semata-mata yang hanya dilihat,
namun juga meliputi apa yang dirasakan yang dihayati sebagai makna dari wujud
kesenian tersebut. Tiga aspek bobot kesenian adalah suasana (mood), gagasan (ide),
Penampilan mengacu pada pengertian bagaimana cara kesenian itu disajikan dan
disuguhkan kepada penikmatnya. Unsur penyajian terbagi menjdi tiga, yakni: bakat
dikategorikan menjadi tiga kelompok jenis pola, yakni : a) pola lataran, b) pola
Berikut ini adalah analisa kajian pola hias batik Banyuwangi berdasarkan teori
estetika Dlelantik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
Pola ini didasarkan pada penamaannya yang mengacu pada susunan motif latar.
Untuk mengkajinya berdasarkan aspek wujud, pola latar yang dipilih antara lain:
gedegam, galaran, sisik papak, paras gempal, blarak, dan moto pitik. Pola latar
dipilih secara perwakilan, karena pada dasarnya pola-pola tersebut secara visual
memiliki komponen motif yang sama untuk bagian diatas pola latar, hanya saja unsur
Komponen motif yang menyusun pola gedegan antara lain : motif gajah oling,
bunga melati, dan unsur ornamen ukel, sedangkan untuk latar berupa pola hias
anyaman bambu. Unsur motif gajah oling tersusun dari ormamen tiga daun dilem,
satu bunga melati, dan tiga bunga manggar. Gajah oling terdiri dari susunan garis
lengkung S yang di satukan menjadi bidang lengkung. Penyatuan bidang bunga dan
commitgaris,
daun tediri dari beberapa gabungan to userseperti: garis lengkung kubah, garis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
lengkung busur, dan garis diagonal. Susunan motif yang terdapat di atas pola latar
Isen- isen yang terdapat pada pola hias gedegan terdiri dari ceceg-ceceg (titik-
titik), sawut daun (garis-garis menjari), dan kombinasi dari kedua jenis isen. Dalam
bebas tidak harus mengikuti warna batik tradisi seperti warna soga (coklat), dan
kelengan (biru). Unsur warna hijau kehitaman dan putih menjadi kombinasi dalam
pola hias gedegan. Warna coklat jingga menjadi unsur warna yang dominan pada
pola latar, kemudian dipadu dengan warna hitam untuk pola di atas latar, dan putih.
Sebagai warna yang didapatkan dari hasil pelorodan malam. Efek warna putih yang
gedegan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
Gambar 40. Unsur Motif Bunga Melati (kiri) dan Ukel (kanan)
(Sumber : Batik Virdes, Foto Fenty Pratiwi, 2012)
Pola berikutnya adalah unsur motif garis yang membentuk pola gedegan.
Gedegan dibangun dari perpaduan garis-garis diagonal ke kiri dan ke kanan yang
kerapatan garis yang sama, namun setiap satu pola memiliki arah yang berbeda.
Perbedaan arah tersebut untuk menciptakan variasi serta menghindari kesan monoton
dalam suatu pola. Anyaman secara visual jika di repeat membentuk sistem WXZY
motif baik latar maupun komponen motif di atas latar sama-sama memiliki peran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
yang kuat. Kesetaraan peran diciptakan dari kesamaan warna baik pada latar maupun
motifnya. Dalam hal ini keutuhan terkait dengan harmonisasi atau keselarasan. Jika
dilihat pola hias gedegan tampak lugas, lugu, dan sedehana. Hal tersebut yang
Dalam segi penampilan batik dengan pola ini diterapkan dalam kain primissima
maupun prima. Masing-masing kain memiliki lebar 1,15 meter dan 1 meter
panjang kain yang diminta adalah 2 meter hingga 2,5 meter. Kain-kain tersebut
Pola Anyaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
motif. Motif pertama adalah ornamen gajah oling, motif kedua bunga melati, ketiga
ukel, dan keempat adalah galaran yang menjadi pola latar. Pada dasarnya komponen
pola hias galaran tidak jauh berbeda dengan pola hias gedegan, hanya saja
perbedaannya terletak pada pola bagian latar yang terbentuk dari susunan garis-garis
Motif pertama yakni gajah oling disusun berdasarkan dari formasi dua garis
lengkung S yang dihubungkan menjadi satu bidang. Komponen garis lainnya adalah
perpaduan antara garis lengkung kubah, garis diagonal , dan garis lengkung busur
yang di pertemukan dalam satu titik menjadi susunan bidang bunga melati, tiga daun
dilem, dan tiga pucuk rebung. Garis lengkung S memberikan asosiasi keindahan,
Motif kedua adalah bunga melati dimana motif ini merupakan bidang organik
atau natural. Ornamen bunga terbentuk dari kombinasi garis lengkung kubah dan
garis diagonal, sedangkan untuk garis lengkung busur dan zig-zag dipertemukan
Motif ketiga adalah ukel yang secara visual menyerupai daun paku atau pakis
yang masih muda. Ukel terbentuk berdasarkan bidang yang tersusun dari garis
lengkung S, sedangkan untuk ornamen daun- daun kecil yang mengelilingi motif ukel
Motif ukel
Gambar 45. Unsur Motif Bunga Melati (kiri) dan Ukel (kanan)
(Sumber: Batik Virdes, Foto Fenty Pratiwi, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
Unsur motif yang menjadi penyusun dalam pola galaran adalah komponen garis-
garis diagonal. Garis diagonal dikomposisikan dengan ritme kerapatan yang sama,
dimana intensitas tersebut menampilkan keutuhan secara harmonis. Pola galaran yang
mengisi bidang latar menjadi ciri dari batik Banyuwangi dimana pola latar kembali
Komponen motif dalam pola hias galaran diatur sedemikian rupa dengan
komposisi salinan berselang. Salinan berselang terdiri dari motif gajah oling , motif
bunga melati dan motif ukel. Unsur perulangan tersebut dilakukan guna menghindari
visual yang monoton, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa kesan monoton tampak
dari motif gajah oling maupun ukel yang menghadap ke arah yang sama. Isen- isen
yang terdapat pada pola hias galaran terdiri dari ceceg-ceceg (titik-titik), sawut daun
(garis-garis menjari), dan kombinasi dari kedua jenis isen baik ceceg maupun sawut
daun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
Isen ceceg-ceceg
Unsur warna hijau kecoklatan mendominasi warna pada pola latar, warna hijau
kekuningan dan merah mengisi motif bunga melati serta gajah oling, dan warna
hitam mengisi motif ukel. Intensitas warna yang kuat seperti hijau kekuningan dan
merah tampak sebagai tokoh utama dalam pola galaran. Warna merah memiliki
karakter yang kuat, energik, marah, berani bahaya, positif, dan agresif, sedangkan
hijau kekuningan juga memiliki karakter hangat/panas (Sanyoto, 2005:26, 40). Guna
menciptakan visual warna yang tidak terlalu mencolok, kombinasi warna coklat
kehijauan dan hitam berperan sebagai pendingin dari dua warna tersebut. Dari hal itu
dapat bahwa harmonisasi ke warna berperan penting dalam menciptakan kesan estetis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
Pola hias sisik papak terbagi menjadi dua pola. Pola pertama adalah pola utama
yang berada di atas latar dan pola kedua adalah pola lataran. Pola pertama terdiri dari
motif gajah oling, bunga, dan kupu-kupu. Motif gajah oling tersusun dari komponen dua
garis lengkung S yang dihubungkan menjadi satu bidang. Komponen garis lain yang
menyusun motif gajah oling adalah kombinasi dari garis lengkung kubah, garis diagonal,
dan garis lengkung busur yang dipertemukan dalam satu titik menjadi susunan bidang
Unsur motif lainnya adalah ornamen bunga dan kupu-kupu. Bunga tersusun atas
bidang natural dari beberapa pertemuan garis lengkung S, sedangkan untuk ornamen
kupu-kupu terdiri atas bidang natural kombinasi dari garis lengkung S , garis lengkung
busur, dan garis diagonal. Garis tersebut menyusun komponen bagian sayap, badan dan
Tiga motif tersebut disusun dengan sistem salinan berselang membentuk satu deret
garis semu bergelombang. Dinamika motif gajah oling, kupu-kupu, dan motif bunga
dikomposisikan dengan interval naik dan turun. Komposisi tersebut guna menciptakan
Bunga Melati
Daun Dilem
Gambar 50. Unsur Motif Kupu-Kupu (kiri) dan Motif Bunga (kanan)
(Sumber : Batik Virdes, Foto Fenty Pratiwi,2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
Pola kedua adalah pola latar sisik papak. Pola ini terdiri dari susunan garis
persegi. Komponen titik mengisi bagian bidang yang kosong. Isen pola sisik papak
terdiri dari ceceg-ceceg (titik-titik), dan ceceg sawut (paduan titik dan garis menjari)
Gambar 51. Pola Latar Sisik Papak (kiri) dan Isen Motif (kanan)
(Sumber : Batik Virdes, Foto Fenty Pratiwi,2012)
Komponen warna pada pola sisik papak terdiri dari warna coklat kekuningan,
hijau, dan coklat. Warna coklat kekuningan terdapat pada pola latar, kombinasi
warna hijau dan coklat terdapat pada motif gajah oling, bunga, dan kupu-kupu.
Apabila dilihat secara visual tampak bahwa warna pola di atas latar mendominasi
pola hias secara keseluruhan. Hal tersebut karena unsur warna yang dituangkan
adalah warna-warna solid dengan intensitas yang lebih pekat dibandingkan dengan
warna pada pola latar . Dalam hal ini berarti centre of interest atau pusat perhatian
pola terletak pada motif gajah oling, kupu-kupu, dan bunga, sedangkan untuk pola
latar sisik papak hanya sebagai pola pendukung. Kesan kesatuan terlihat dari oola
hias ini. hal itu tampak dari polacommit to userkeseluruhan warna yang sama dan pola
latar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
di atas latar dengan masing-masing komponen motif memiliki komposisi tiga warna
yang sama.
Bobot yang dirasakan dari pola hias sisik papak ketika unsur latar yang lugas dan
sederhana dipadu dengan ornamen gajah oling, flora bunga dan kupu-kupu yang
mencerminkan keanggunan dan kesuburan tampak sangat harmoni. Pola hias tersebut
akan bertambah nilai estetisnya ketika diaplikasikan pada kain katun primissima.
Pola hias paras gempal disusun berdasarkan dua komponen pola yang terdiri
dari pola latar berupa paras gempal dan pola di atas latar berupa dua motif bunga.
Secara visual pola paras gempal adalah penggambaran dari permukaan baik tanah
commitdengan
dan tembok retak yang digambarkan to userefek bidang lengkung. Efek bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
lengkung natural jika di lihat akan membentuk garis semu segitiga. Komposisi pola
Unsur pola ke dua adalah pola bunga yang berada di atas latar. Pola bunga terdiri
dari dua buah motif bunga yang di repeat melalui cara salinan berselang . Motif
bunga pertama terbentuk dari bidang-bidang natural berupa susunan komponen garis,
yakni: garis lengkung kubah, garis lengkung busur, dan garis diagonal, sedangkan
motif bunga ke dua terbentuk dari bidang-bidang natural berupa susunan kombinasi
dari garis lengkung S, garis lengkung busur, dan garis diagonal. Isen-isen untuk pola
hias paras gempal terdiri dari ceceg sawut (paduan isen titik dan garis menjari) dan
komponen motif pada pola hias paras gempal memiliki tingkat penonjolan tersendiri.
Unsur paras gempal sebagai latar tampak mendominasi pola hias ini. Penambahan
motif bunga di atas latar berperan sebagai variasi untuk mengurangi kesan kejenuhan
Komposisi warna pada pola hias paras gempal didominasi oleh warna garnet.
Garnet merupakan perpaduan dari warna primer merah dan biru2. Secara keseluruhan
pola paras gempal hanya terdiri dari satu warna saja, sedangkan untuk warna putih
pada bagian outline motif didapatkan dari hasil pelorodan malam. Kesan dingin terasa
dari warna garnet. Berdasarkan dari harmonisasi terlihat bahwa warna tampak
masing-masing kekuatan warna. Itulah unsur bobot yang dapat dirasakan dari pola
hias ini.
Pola hias paras gempal yang tercermin dari pola latar pada dasarnya terinspirasi
dari visual tanah retak atau suatu unsur permukaan lainnya seperti tembok dan lain
sederhana, lugas, lugu, dan apa adanya tampak pola hias ini. Unsur kesederhanaan
yang merupakan bobot dari pola ini terlihat dari bentuk visual dari masing-masing
motif yang tidak terlalu rumit dan tidak terlalu banyak sentuhan ornamen di
dalamnya.
Dalam hal penampilan batik dengan pola paras gempal dituangkan ke dalam kain
katun primissima dengan lebar kain antara 1 – 1,15 meter. Pola paras gempal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
terkadang juga digunakan sebagai salah satu komponen busana tari gandrung yang
Gambar 55. Pola Hias Paras Gempal yang Digunakan sebagai Jarik atau Bawahan pada
Busana Penari Gandrung.
(Sumber : www.google.com, 2012)
Pola hias blarak terbentuk dari dua komponen pola. Pola pertama adalah pola di
atas latas yang terdiri dari motif gajah oling, bunga melati, dan ukel . Pola ke dua
adalah pola latar yang berupa blarak. Pola hias blarak pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan pola galaran maupun gedegan, dimana pada bagian pola di atas
latar terdiri dari tiga unsur motif, yakni: gajah oling, ukel, dan bunga melati.
Motif gajah oling terbentuk dari dua garis lengkung S yang disatukan menjadi
satu bidang. Susunan garis lain yang membentuk bidang motif gajah oling adalah
perpaduan antara garis lengkung kubah, garis diagonal, dan garis lengkung busur.
Garis-garis tersebut disatukan menjadi bidang berupa bunga melati, tiga daun dilem,
Komponen motif lainnya adalah bunga melati dan ukel. Ornamen bunga melati
tersusun dari bidang natural kombinasi dari garis lengkung kubah dan garis diagonal,
sedangkan untuk garis lengkung busur dan zig-zag dipertemukan dalam satu titik
membentuk bidang daun. Motif ukel secara visual menyerupai daun paku atau pakis
yang masih muda. Ukel terbentuk berdasarkan bidang yang tersusun dari garis
lengkung S dan untuk ornamen daun-daun kecil yang mengelilingi motif ukel
terbentuk dari bidang yang bersudut bebas. Motif isen pada ketiga ornamen tersebut
terdiri dari isen ceceg-ceceg (titik-titik), sawut (garis menjari), dan kombinasi ceceg
2
Baca Sadjiman Ebdi Sanyoto tentang warna primer. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain.
Yogyakarta : Arti Bumi Intaran. (Halaman 19).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
Gambar 57. Motif Bunga Melati (kiri) dan Motif Ukel (kanan)
(Sumber : Batik Virdes, Foto Fenty Pratiwi, 2012)
Isen ceceg-ceceg
Isen sawut
Tiga motif motif tersebut kemudian disusun menjadi pola dengan sistem
Pola kedua adalah motif penyusun pola latar blarak. Visual latar blarak
penggambaran dari objek daun kelapa. Apabila dilihat dalam keseluruhannya pola
garis-garis diagonal akan membentuk efek garis semu diagonal memanjang dan efek
visual garis semu zig-zag. Dalam hal totalitas wujud dapat terlihat bahwa masing-
masing komponen motif pada pola hias blarak merupakan satu kesatuan yang
memiliki peran yang sama. Kesan kesatuan tersebut juga dapat terlihat dari warna
yang dituangkan dalam pola hias, dimana secara keseluruhan warna dibuat sama
yakni coklat keunguan. Warna coklat keunguan memberikan asosiasi suhu atau
Bobot yang di dapatkan dari batik pola hias blarak kembali tampak unsur latar
yang menjadi patokan dalam penamaan pola hiasnya. Blarak secara visual diambil
dari karakteristik daun kelapa yang bercabang-cabang dan memiliki tulang daun
yang keras. Flora pohon kelapa dalam lingkup kondisi alam Banyuwangi merupakan
salah satu spesies palem-paleman yang menjadi salah satu komoditas yang hasilnya
tampak lebih estetis ketika di visualkan secara langsung pada kain katun
primissima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
Unsur motif pada pola hias moto pitik terdiri dari empat komponen motif yang
terbagi menjadi dua pola dasar. Pertama adalah susunan pola di atas latar berupa
motif gajah oling, bunga melati, dan ukel. Pola kedua adalah pola latar berupa motif
moto pitik.
Motif penyusun pola di atas latar yang pertama adalah gajah oling. Ornamen
gajah oling terbagi menjadi tiga,yakni tiga daun dilem, bunga melati, dan tiga bunga
commit
manggar. Secara visual motif gajah to user
oling terbentuk dari visual bidang-bidang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
tersusun dari beberapa komponen garis. Garis tersebut antara lain : garis lengkung S
yang disatukan membentuk bidang lengkung, kombinasi garis lengkung busur dan
garis zig-zag yang menyatu membentuk bidang daun dilem, dan perpaduan
garis,lengkung busur dan garis diagonal dalam menyusun ornamen bidang pucuk
rebung.
Ornamen lainya adalah motif bunga melati dan motif ukel. Motif bunga melati
disusun oleh bidang natural gabungan dari garis lengkung kubah dan garis diagonal,
sedangkan untuk garis lengkung busur dan garis zig-zag dipertemukan dalam satu
titik membentuk bidang daun. Unsur motif berikutnya adalah motif ukel. Secara
visual motif ukel tampak menyerupai daun pakis atau paku yang masih muda,
dimana motif ini dibangun dari bidang yang tersusun dari garis lengkung S dan
Bidang –bidang kosong pada ketiga motif tersebut kemudian di beri isen-isen
berupa ceceg-ceceg (titik-titik), sawut (garis menjari), ceceg sawut (gabungan titik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
Isen sawut
Pola kedua adalah motif penyusun pola latar moto pitik. Visual latar moto pitik
mengelilingi seluruh latar. Moto pitik adalah penggambaran dari objek mata ayam.
Apabila dilihat secara keseluruhan pola hias moto pitik tampak bahwa tiga unsur
motif di atas pola latar menjadi fokus yang dominan. Dominasi tersebut terlihat dari
warna coklat tua dari motif gajah oling, ukel, dan bunga melati yang karakternya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
lebih kuat dan solid jika dibandingkan dengan warna biru kehijauan pada latar moto
pitik . Dalam hal ini sturktur pola yang ditonjolkan tidak dari latar, namun pada pola
yang tersusun di atas latar. Tiga motif tersebut disusun secara salinan berselang
Dalam hal bobot dapat terlihat bahwa unsur ornamen flora mencerminkan pola
hias pesisir Banyuwangi yang lugas, lugu, dan memiliki karakter apa adanya.
Penempatan unsur ornamen flora adalah sebagai salah satu bentuk cerminan dari
diambil dari salah satu flora daun pakis muda atau pucuk pakis dimana tumbuhan
ini dikonsumsi sebagai oleh masyarakat Banyuwangi sebagai salah satu jenis
sayuran. Berdasarkan dari segi penampilan pola hias moto pitik divisualkan secara
langsung pada kain primissima maupun prima yang umumnya digunakan sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
Gambar 66. Daun Pakis Muda/ Pucuk Daun Pakis (kiri) dan Visual Ukel (kanan)
(Sumber : Batik Virdes dan www. google. com, Foto Fenty Pratiwi, 2012)
terbagai menjadi tiga, yakni: pola hias maspun, pola hias kangkung setingkes, dan
Pola hias maspun dikategorikan dalam pola buketan karena secara visual
merupakan motif tumbuhan atau lung-lungan yang di susun dengan cara salinan
sepanjang kain, walaupun nama maspun itu sendiri di dasarkan pada nama pola latar.
Pola ini terbagi menjadi motif utama yang terdiri dari ornamen flora dan fauna berupa
bunga, batang, daun , dan burung. Motif pendukung atau tambahan terdiri dari
ornamen daun dan sulur-sulur kecil, serta pola lataran berupa titik-titik. Unsur motif
isen-isen terdiri dari sisik melik, dan sawut. Kesan adanya isen titik berukuran besar
pada pola juga tampak , tetapi kesan tersebut didapatkan dari komposisi warna.
Ornamen bunga pada motif utama berjumlah satu yang terletak pada bagian
tengah atas di bawah dua komponen daun. Visual daun dikomposisikan dengan
menyatukan tiga bawah bagian pangkal antara daun yang satu dengan daun yang lain.
membentuk kesan bidang semu segitiga. Ornamen daun terletak pada batang bunga.
Adapun ornamen lain yang berwujud kuncup-kuncup bunga kecil yang bercabang-
cabang, kuncup bunga yang mekar, dan dua ornamen biji bunga . Ornamen burung
dalam satu buket motif hanya terdiri dari satu burung saja yang hinggap di sisi kanan
dahan.
Komponen lainnya dalam pola hias maspun adalah unsur motif tambahan. Motif
tambahan terdiri dari daun, dan dua sulur-suluran yang menyerupai blarak kecil.
dua ornamen sulur-suluran terletak di sisi kanan dan di kiri motif utama. Apabila
dilihat secara keseluruhan bidang-bidang motif dari pola maspun banyak dibentuk
dari garis-garis lengkung baik lengkung busur, garis lengkung kubah, maupun
lengkung S.
Motif Daun
Motif Burung
Motif Bunga
Motif Batang
Motif biji bunga
Motif bunga-bunga kecil
Motif Pendukung/tambahan
Komponen pola lainnya adalah adalah pola maspun yang terletak pada bagian
latar. Secara visual maspun terdiri dari motif titik-titik empat yang dikomposisikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
Visual pola hias maspun di komposisikan dengan sistem salinan satu langkah
dengan interval perulangan yang tidak sejajar. Artinya motif ada yang di repetisi
sedikit lebih tinggi dan ada yang sedikit lebih rendah. Jika dilihat secara keseluruhan
penggambaran dengan teknik repetisi tersebut dimaksudkan agar struktur pola dapat
Struktur kesatuan pada pola maspun terlihat dari unsur warna merah tua yang
dituangkan keseluruh bagian latar. Intensitas warna tersebut tampak menyatu jika
dipadukan dengan unsur warna putih yang terdapat pada motif buketan. Bobot dari
pola hias ini tampak dari karakter maspun yang secara visual diambil dari pancaran
kejayaan. Pola hias maspun akan tampak semakin memiliki nilai estetis ketika di buat
secara langsung di atas kain dengan teknik batik tulis dan dengan bahan kain katun
primissima.
Pola kedua dari batik Banyuwangi yang tergolong buketan adalah kangkung
motif pendukung, dan isen-isen. Motif pertama sebagai motif utama berupa satu ikat
tanaman kangkung. Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran yang berfungsi
(Artikel Agriculture Product, 2012) . Satu ikat kangkung terdiri dari beberapa batang
kangkung dengan unsur bagian berupa batang, daun, dan bunga kangkung.
Komponen bidang yang menyusun pola hias kangkung setingkes sebagian besar
terbangun dari bidang-bidang organik atau natural yang dibentuk dari paduan garis-
garis lengkung baik lengkung busur, lengkung kubah, maupun lengkung S. Secara
visual tampak bahwa pola hias kangkung setingkes dibangun dari tiga batang
dalam wujud beberapa bunga mekar dan beberapa bunga kuncup. Bunga mekar
berjumlah sebelas buah, sedangkan untuk bunga kuncup dirangkai dengan wujud
spiral diantara batang daun kangkung sebanyak dua belas buah. Bunga- bunga
kangkung kecil yang ditata secara menyebar juga terdapat pada dua sisi bagian
bawah motif.
Motif kedua adalah unsur motif tambahan dari pola hias kangkung setingkes.
kecil yang di tata secara menyebar diantara motif utama. Burung kecil yang terdapat
di sekitar motif utama adalah burung sriti. Burung sriti merupakan spesies burung
yang terdapat di populasi persawahan. Unsur motif selanjutnya adalah motif isen-
garis menjari, garis lengkung, bidang lingkaran, dan garis tulang daun. Motif isen
ceceg digambarkan dalam ukuran yang berbeda-beda ada ceceg berukuran kecil dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
Penerapan sistem repeat untuk pola hias kangkung setingkes dilakukan dengan
sistem salinan satu langkah. Berdasarkan strukturnya tampak bahwa kesan kesatuan
dibangun dari pola kangkung setingkes. Kesan menyatu terlihat dari komposisi warna
yang diterapkan pada masing-masing motif dan latar. Komponen warna pada
rangkaian motif tanaman kangkung adalah warna hijau tua dan oranye, sedangkan
untuk warna latar adalah putih tulang. Struktur kesatuan dari segi warna tampak jika
Struktur harmoni kesatuan juga di dapatkan dari unsur motif buketan kangkung.
Kesan tersebut didapatkan dari karakteristik visual kangkung yang tidak dapat
dipisahkan antara komponen ornamen satu dengan ornamen yang lainnya. Unsur
motif tambahan atau pendukung diantara motif utama menambah nilai estetis dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127
pola ini. Peran motif pendukung pada pola menjadi unsur penyeimbang dari motif
utama.
Bobot pola hias kangkung setingkes terinspirasi dari tanaman kangkung sebagai
salah satu flora yang berada di ekosistem berair termasuk persawahan. Lahan
secara visual berupa buketan, dimana pola buketan memiliki makna tanda cinta atau
Dalam penampilan pola hias kangkung setingkes dituangkan dalam sebuah kain
dalam teknik batik tulis berbahan katun primissima maupun sutra. Kain kemudian di
buat dalam bentuk kemeja atau pakaian wanita. Apabila dilihat secara visual ketika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
128
Gambar 74. Pola Hias Kangkung Setingkes dalam Bentuk Busana Pria dan Wanita
(Sumber : www.google.com, Foto Fenty Pratiwi, 2012)
Penamaan latar putih diambil dari kondisi latar kain yang polos putih tak bermotif.
Motif penyusun pola terdiri dari motif utama, motif pendukung, motif pinggiran dan
isen-isen. Motif utama berupa satu buket bunga disertai bagian batang dan daun yang
penyatuan dua garis lengkung busur, sedangkan untuk ornamen daun disusun dari
gabungan garis lengkung busur, lengkung kubah, dan garis lengkung S. Pada bagian
batang daun dalam motif utama terdapat ornamen burung yang hinggap diantara
suluran daun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129
Ornamen motif pendukung atau tambahan terdiri dari bunga-bunga kecil, suluran
kuncup bunga dan daun-daun kecil. Motif tersebut mengelilingi di sekitar motif
utama. Unsur isen-isen pada pola latar putih didominasi oleh isen ceceg yang disusun
membentuk kesan garis semu diantara daun, bunga, dan ornamen burung. Komponen
motif pinggiran yang terdapat pada pola hias latar putih adalah untu walang.
Ornamen untu walang dibangun dari bidang-bidang geometri segitiga yang disusun
Komposisi warna dalam pola hias latar putih terdiri dari warna merah, hijau dan
putih untuk latar. Apabila dilihat secara keseluruhan tampak bahwa struktur
kombinasi warna begitu harmonis dan seimbang. Komponen warna putih yang
dituangkan pada seluruh latar terlihat serasi dengan perpaduan warna hijau tua dan
merah pada bagian motif. Kesan dingin dari warna hijau tua ketika dipadukan dengan
warna merah yang terkesan panas justru tampak saling melengkapi. Hal itu karena
intensitas warna hijau dikomposisikan lebih banyak dibanding warna merah dan
penempatan objek motif berwarna merah dibuat berselang. Latar putih disusun
dengan sistem repeat satu langkah. Ritme atau irama dalam perulangan motif terlihat
dinamis karena tidak ada unsur ornamen yang berlebihan, hal itulah yang menambah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
Isen ceceg-ceceg
(membentuk garis lengkung semu)
Isen ceceg –ceceg
(membentuk alur sayap)
Isen ceceg-ceceg
(dengan penataan yang menyebar)
Bobot dari pola hias latar putih jika dilihat memang mengacu pada konteks latar yang
berwarna putih. Pola ini berupa bentuk buketan yang terdiri dari gabungan flora antara daun
dilem, , kangkung, dan daun katuk,sedangkan untuk ornamen fauna adalah burung srtiti.
Ornamen flora yang divisualkan dalam pola latar putih mencerminkan kondisi Banyuwangi
yang kaya akan tumbuh-tumbuhan mengingat wilayahnya yang subur dengan topografi di
antara wilayah pegunungan dan pesisir. Nilai estetis dari batik pola latar putih akan
bertambah ketika pola dituangkan dalam kain primissima ataupun prima dengan tenknik batik
tulis.
garuda
Komponen pola hias dilem semple dibangun dari motif-motif flora dan fauna.
Motif flora adalah ornamen daun dilem atau daun nilam yang ditata secara menyebar
seperti sulur-sulur dan secara visual merupakan daun yang memiliki banyak cabang
dengan karakter daun agak runcing bergerigi. Unsur flora lainnya adalah ornamen
bunga yang diletakkan antara daun-daun dilem, sedangkan untuk ornamen fauna
berupa burung.
Apabila dilihat secara keseluruhan pola hias dilem semple merupakan satu
dipisahkan, sehingga semua unsur memiliki peran sebagai motif utama. Bidang daun
dilem dibangun dari gabungan dari garis zig-zag dan garis lengkung busur untuk
ujung daun yang meruncing. Bidang kelopak bunga terbentuk dari gabungan garis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
132
diagonal, garis lengkung busur, dan garis lengkung kubah. Masing-masing kelopak
bunga dari pola ini berjumlah lima dan enam buah. Untuk ornamen burung terdiri dari
digambarkan dengan teknik stilasi. Stilasi dalam pembuatan motif merupakan teknik
identitas atau ciri dari bentuk yang digubah (Artikel W. Seriyoga Parta dan Wayan
Sudana, 2009).
Unsur ornamen lainnya pada pola hias dilem semple adalah motif pinggiran. Jenis
motif pinggiran merupakan perpaduan dari untu walang dan blabakan. Untu walang
dibangun dari bidang geometris segitiga yang di tata berjajar. Komponen bunga
berwarna putih. Untuk motif pinggiran blabakan disusun dari sulur-sulur bunga yang
dibatasi dengan garis , dimana di dalam komponen garis pembatas terdapat unsur
Motif Bunga
Motif isen-isen pada pola dilem semple terdiri dari ceceg-ceceg (titik-titik), sawut
daun (garis menjari), ceceg telu (titik tiga), bundar-bunda atau mata perkutut, dan garis
ornamen baik ornmen daun, bunga, maupun ornamen burung. Pada ornamen daun dan
bunga didominasi oleh ceceg-ceceg membentuk struktur tulang daun dan ceceg telu yang
di tata secara menyebar pada bagian kelopak bunga, sedangkan pada ornamen burung
isen ceceg ditata pada komponen bagian mahkota burung dan sayap hingga tampak
membentuk kesan garis lengkung semu, selain itu ceceg juga dikomposisikan secara
merapat pada bagian sayap hingga tampak membentuk bidang. Motif isen bundar-bundar
atau mata perkutut digambarkan mengisi bidang pada bagian badan burung dan isen garis
memotong terdapat pada bagian ekor burung serta beberapa pada ornamen daun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
134
Isen ceceg
(membentuk garis lengkung semu)
Isen ceceg
(membentuk garis semu tulang daun)
Struktur harmonisasi yang seimbang tampak dari tatanan pola hias dilem semple
mendominasi adalah ornamen daun dilem. Ketidak monotonan tersebut terlihat dari
intensitas tatanan cabang-cacang daun dilem yang disusun dalam ukuran besar daun
yang tidak sama. Keseimbangan yang harmoni juga terlihat dari unsur motif
pinggiran, dimana pada bagian ornamen sulur-sulur bunga komponen daun dilem
juga terdapat didalamnya. Penambahan unsur fauna burung yang hinggap diantara
batang daun dilem menambah kesan estetis dari pola hias ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135
Paduan warna merah tua mendominasi bagian komponen motif, sedangkan warna
putih dituangkan pada seluruh warna latar. Apabila ditangkap secara visual tampak
bahwa kesan srtuktur warna menunjukkan satu kesatuan yang utuh. Kesatuan yang
utuh terlihat dari permainan komposisi warna, dimana warna putih pada latar menjadi
unsur warna pengikat motif. Penambahan unsur warna merah tua yang terdapat pada
kesatuan warna juga di tambah dengan adanya kesan remukan atau pecahan diantara
warna latar yang didapatkan dari efek penutupan malam yang kurang sempurna.
Bobot yang terkandung pada pola hias dilem semple kembali melibatkan unsur
wilayahnya yang subur. Pola dilem semple diambil dari visual daun nilam yang secara
karakteristik daunnya bergerombol. Pola dilem semple ketika diaplikasikan pada kain
primissima atau prima dengan teknik batik lukis akan menambah nilai estetis dalam
hal penampilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
136
Pola hias gajah oling terdiri dari motif utama, motif tambahan atau pendukung,
dan isen-isen. Unsur motif utama terletak pada motif gajah oling yang dibangun dari
beberapa ornamen yakni: tiga daun dilem, tiga bunga manggar, dan satu bunga melati.
Gajah oling disusun dari beberapa komponen garis gabungan seperti : garis lengkung
S, garis lengkung busur, garis lengkung kubah, dan garis zig-zag yang membentuk
bidang lengkung, bidang daun dilem, bidang bunga melati, dan bidang bunga
manggar.
Komposisi motif gajah oling disusun berderet vertikal dan horizontal. Motif
tambahan atau pendukung pada pola hias gajah oling terdiri dari ornamen sulur-
suluran daun katuk, ornamen ukel yang menyerupai daun paku atau pakis yang masih
Ornamen sulur-suluran daun katuk dibangun dari unsur garis-garis lengkung yang
tersusun ke dalam visual batang, sedangkan untuk ornamen bidang daun dibentuk dari
dua komponen garis lengkung busur yang disatukan. Unsur ornamen tambahan
lainnya adalah kupu dan ukel. Bidang kupu terdiri dari bidang-bidang organik yang
memadukan garis-garis lengkung yang luwes, sedangkan ornamen ukel dibentuk dari
unsur garis lengkung S dan beberapa garis noktah memanjang yang mengelilingi
ornamen ukel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
137
Motif isen-isen pada pola gajah oling terdiri dari ceceg-ceceg (titik-titik) dan
ceceg sawut. Isen ceceg-ceceg terletak diantara motif lengkung gajah oling, ornamen
kupu-kupu, dan sulur-sulur daun katuk, sedangkan untuk isen ceceg sawut (garis
menjari) terdapat bagian mahkota ornamen lengkung gajah oling, dan ornamen daun
dilem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
138
Visual pola hias gajah oling secara keseluruhan merupakan pola dengansistem
salinan satu langkah. Kesan seimbang tampak tercapai dari komposisi pola secara
keseluruhan. Irama motif gajah oling yang diselingi dengan tambahan ornamen
sulur-suluran daun tampak menambah nilai estetis dari pola hias tersebut. Paduan
warna coklat muda,coklat tua, dan hijau tua pada objek motif tampak serasi jika
Bobot atau isi dari pola hias gajah oling mencerminkan tentang sebuah bentuk
rasa syukur terhadap Sang Maha Pencipta. Dalam hal ini istilah gajah oling
merupakan plesetan dari “gajah eling” yang memiliki arti sosok yang besar (dalam
hal ini dilambangkan dalam bentuk visual belalai gajah) dan kata éling yang akhirnya
Unsur flora dan fauna seperti: daun dilem, bunga manggar, daun katuk, bunga
melati, daun pakis muda, dan kupu-kupu yang berada disekeliling pola gajah oling
merupakan satu bentuk kekayaan alam dari Banyuwangi mengingat bahwa wilayah
dari utara sampai selatan, dan dari wilayah barat sampai timur dikelilingi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
139
gunung, hutan, serta pantai. Keadaan alam tersebut memiliki pengaruh yang cukup
Gambar 83. Visualisasi Daun Katuk pada Pola Hias Gajah Oling
(Sumber : www.google.com, 2012)
Karya batik dengan pola hias gajah oling dikenakan sebagai pakaian adat daerah
Banyuwangi yakni jebeng thulik, pakaian penari Gandrung, pakaian penari Seblang,
dan juga seragam. Pada pakaian adat jebeng thulik pola hias gajah oling dikenakan
pada bagian udeng tongkosan dan sembong untuk pakaian laki-laki, sedangkan untuk
pakaian wanita pola hias gajah oling dikenakan sebagai kain panjang atau “sewek”.
Batik dengan pola hias gajah oling juga dikenakan oleh penari gandrung yang
pada bagian sewek (kain panjang yang digunakan sebagai bawahan). Sama halnya
dengan penari Gandrung pola gajah oling juga dikenakan oleh penari Seblang pada
bagian sewek. Pengenaan kain panjang dengan pola hias gajah oling pada busana
penari Gandrung dan Seblang dimaksudkan untuk mensyukuri limpahan rejeki yang
diberikan Tuhan dan berharap bahwa hasil pertanian akan selalu lancar. Sedangkan
dalam bentuk seragam batik dengan pola hias gajah oling telah ditetapkan sejak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
140
tanggal 4 Maret 2009 bahwa batik ini dikenakan sebagai seragam wajib setiap hari
Sembong
Gambar 84. Pola Hias Gajah Oling dalam Pakaian Adat Jebeng-Thulik
(Sumber : www.google.com, 2010)
Gambar 85. Pola Hias Gajah Oling sebagai Sewek pada Pakaian Penari Seblang
(Sumber : www.google.com, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
141
Gambar 86. Pola Hias Gajah Oling sebagai Sewek pada Pakaian Penari Gandrung
(Sumber : www.google.com, 2012)
Visual pola hias garuda terdiri dari motif burung garuda dan pola latar yang
Unsur utama burung garuda dibentuk dari beberapa komponen bidang-bidang natural
dari unsur-unsur garis lengkung baik lengkung busur maupun lengkung kubah. Isen
yang terdapat pada motif burung adalah isen sisik melik (sisik bertitik) dengan ukuran
yang berbeda. Pada badan burung visual isen sisik melik lebih kecil dibandingkan
dengan bagian sayap. Ornamen burung garuda dalam segi paham Jawa kuno
melambangkan mahkota atau kekuasaan tertinggi, yaitu penguasa jagad raya dan
isinya atau juga menggambarkan dunia atas (Susanto, 1980:212). Motif bururng
garuda kemudian dipadu dengan pola latar disusun dari perpaduan motif sawut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
142
(bunga berjari) dan garis zig-zag yang dikomposisikan secara memanjang. Visual
sawut yang digambarkan berjajar serta berulang-ulang secara horizontal pada bagian
Sistem perulangan motif pada pola garuda dilakukan dengan cara salinan satu
langkah. Apabila dilihat secara visual perulangan motif garuda tampak seperti ceplok-
ceplok yang ditata secara berjajar. Karakter pola hias garuda terlihat singkat dan
Komponen warna pada pola hias garuda terdiri dari warna kuning (latar), warna
putih, coklat tua, coklat muda, hitam , dan merah. Unsur kesatuan tampak dari
pengkomposisian warna latar kuning secara keseluruhan pada bagian latar. Kesan
warna kuning yang memberikan efek terang tampak serasi dipadu dengan unsur motif
yang memiliki karakter warna-warna natural seperti coklat. Coklat dengan asosiasi
warna yang natural dapat meredam efek berlebihan dari warna kuning pada latar.
Pola hias garuda dalam konteks penampilan diaplikasikan pada kain primissima
ataupun prima dengan teknik batik cap maupun batik tulis, dengan visualisi secara
nyata pada kain akan tampak menambah nilai estetis dari pola ini. Unsur
kesederhanaan kembali tampak pada pola hias batik Banyuwangi, dimana pola tidak
terlalu banyak unsur ornamen dan bentuk pola hiasnya lebih simpel dan tidak terlalu
rumit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143
Motif Garuda
Motif isen sisik melik (sisik bertitik)
Motif Latar Sawut
commit to user