Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

Efek Posisi Orthopneic Terhadap Fungsi Pernafasan: Systematic Review


Roby Rahmadi Akbar1, Muh Thohar Arifin2, Nana Rochana3
1 Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang
Email: obeedakhbar47@gmail.com
2 Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
3 Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang

Abstrak. Gangguan fungsi pernafasan merupakan masalah yang sering muncul pada pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK). Posisi orthopneic adalah intervensi nonfarmakologi yang dapat diberikan
pada pasien PPOK. Akan tetapi, sejauh ini belum cukup bukti tentang pengaruh posisi orthopneic
terhadap fungsi pernafasan karena outcome yang berbeda-beda. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh posisi orthopneic terhadap fungsi pernafasan pada pasien PPOK. Kriteria inklusi pada review
ini adalah: studi eksperimental, pasien dewasa dengan PPOK derajat sedang sampai berat. Adapun
keriteria ekslusi adalah pasien PPOK dengan ventilator dan penelitian pada orang sehat. Pencarian
literatur menggunakan sistem database EBSCO, SCOPUS, Pubmed, SinceDirect dan Google Scholar dari
tahun 2008 sampai 2019, berbahasa Inggris dan Indonesia. Hasil analisis 8 artikel didapatkan bahwa
posisi orthopnneic efektif dalam meringankan atau menurunkan sensasi dispnea pada pasien PPOK
dengan rata-rata penurunan (mean pre= 21,87 dan mean post= 20,80), memaksimalkan fungsi otot
aksesoris pernafasan (Sternocleidomastoideus dan Scalenus) (SCM: USit= 4.80 dan SitAs= 7,92) dan (sc :
USit= 9.44 dan SitAs= 15,29), meningkatkan volume tidal (NP = 0,7+0,2) dan (WAHS =0,8+0,3)(Kim et
al., 2012) dan meningkatkan nilai APE 27,48% + 14,04%(Ritianingsih et al., 2011). meningatkan nilai
maksimal inspirasi (64 ± 22 cmH2O with arm bracing versus 54 ± 24 cmH2O without arm bracing; P=
0.0001). dan maksimal ekspirasi (104 ± 37 cmH2O with arm bracing versus 92 ± 37 cmH2O without arm
bracing; p = 0.0001). Gangguan utama pada pasien PPOK adalah proses ekspirasi yang memanjang akibat
adanya obstruksi. Posisi orthopneic memaksimalkan fungsi otot aksesoris pernafasan, sehingga proses
inspirasi dan ekspirasi menjadi maksimal.
Kata kunci: Fungsi Pernafasan, Posisi Orthopneic, PPOK.

Orthopneic Position Effects on Respiratory Function: Systematic Review

Abstract. Impaired respiratory function is a problem that often arises in patients with Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD). The orthopneic position is a non-pharmacological intervention that can be given
to COPD patients. However, so far there is not enough evidence about the effect of orthopneic position on
respiratory function due to different outcomes. This study aims to determine the effect of orthopneic position on
respiratory function in COPD patients. The inclusion criteria for this review are: experimental studies, adult
patients with moderate to severe COPD. The exclusion criteria are COPD patients with ventilators and studies
in healthy people. A literature search using the EBSCO, SCOPUS, Pubmed, ScienceDirect, and Google Scholar
database systems from 2008 to 2019, in English and Indonesian. The results of the analysis of 8 articles found
that the orthopneic position is effective in relieving or decreasing dyspnea sensation in COPD patients with a
mean decrease (mean pre = 21.87 and mean post = 20.80), maximizing the function of respiratory accessory
muscles (Sternocleidomastoideus and Scalenus) ( SCM: USit = 4.80 and SitAs = 7.92) and (sc: USit = 9.44
and SitAs = 15.29), increasing the tidal volume (NP = 0.7 + 0.2) and (WAHS = 0.8 + 0 , 3) 7 and increase
the APE value 27.48% + 14.04% 5. increase the maximum inspiration value (64 ± 22 cmH2O with arm
bracing versus 54 ± 24 cmH2O without arm bracing; P = 0.0001). and maximal expiration (104 ± 37 cmH2O
with arm bracing versus 92 ± 37 cmH2O without arm bracing; p = 0.0001). The main disorder in COPD
patients is the process of expiration which is prolonged due to obstruction. The orthopneic position maximizes
the function of respiratory accessory muscles so that the process of inspiration and expiration is maximized.
Keywords: COPD, Orthopneic Position, Respiratory Function.

59
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

Pendahuluan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis Posisi orthopneic dan latihan nafas
(PPOK) adalah salah satu penyakit yang merupakan pilihan utama dalam
mengganggu kebutuhan oksigen dengan memberikan intervensi terapeutik pada
menghambat aliran udara pada saluran pasien PPOK dalam meringankan sensaasi
pernafsan dengan progresif non-reversibel, dispnea dan meningkatkan fungsi paru.
parsial dan peradangan pada partikel paru Berdasakan penelitian Song Kim et al pada
(Hinkle and Cheever, 2010). WHO tahun 2012, posisi orthopneic pada pasien
memperkirakan pada awal 2020 prevalensi PPOK dapat membantu untuk perbaikan
PPOK akan meningkat dari peringkat 12 ke fungsi paru.(Kim et al., 2012) Kekuatan
peringkat 5 didunia. Sekitar 6% dari jumlah gravitasi dan variasi posisi tubuh terbukti
populasi orang dewasa di setiap Negara dalam mempengaruhi fungsi otot pernafasan.
mengalami PPOK(Singh et al., 2019). Salah satu posisi tubuh yang dapat
Penyakit ini juga merupakan salah satu mempengaruhi peningkatan fungsi otot
penyebab morbiditas dan mortalitas yang pernafasan adalah posisi orthopneic.
jumlahnya terus meningkat didunia Beberapa hasil penelitian posisi orthopneic
(Agussalim, 2016). meningkatkan ventilasi paru, meningkatkan
PPOK sangat mengganggu pada pergerakan otot diafragma dan mengurangi
proses ekspirasi di akibatkan oleh obstruksi sesasi dispnea pada pasien PPOK (Cavalheri
pada paru-paru dan gangguan pada et al., 2010).
elastisitas recoil paru.(Hartley, 2018) Sejauh ini telah banyak penelitian
Manifestasi klinis yang muncul pada pasien tentang pengaruh posisi orthopneic pada
PPOK diantaranya adalah dispnea, pasien PPOK. Akan tetapi penelitian yang
hipoksemia, hiperkapnia, dan adanya dilakukan memiliki outcome yang yang
penggunaan otot bantu nafas tambahan berbeda-beda terhadap fungsi pernafasan
serta fase ekspirasi yang memanjang sehingga peneliti melakukan systematic review
(Ritianingsih et al., 2011). pengaturan posisi dari artikel-artikel terkait dengan posisi
tubuh yang tepat terbukti dalam mengatasi orthopneic. Review ini bertujuan untuk
permasalah yang dihadapi oleh pasien PPOK mengetahui pengaruh posisi orthopneic
(Barbara K. Timby and Nancy E. Smith et terhadap fungsi pernafasan pada pasien
al., 2010). PPOK.

Metode
Dalam review ini bertujuan untuk orthopneic, Posisi Menunduk, Fungsi
menganalisis pengaruh dari posisi orthopneic Pernafasan. selanjutnya peneliti melakukan
terhadap fungsi pernafasan dengan kriteri critical appraisal untuk menganalisis artikel
inklusi : studi eksperimental , pasien dewasa, menggunakan JBI (Joanna Briggs Institute).
dan pasien PPOK derajat sedang sampai
berat. Adapun keriteria ekslusi pada
penelitian ini adalah pasien PPOK yang
menggunakan ventilator dan penelitian pada
orang sehat. Pencarian literatur adalah
dengan menggunakan database dan search
engine yaitu EBSCO, SCOPUS, Pubmed,
SinceDirect dan Google Scholar dari tahun
2008 sampai 2019 dengan kata kunci dalam
bahasa inggris: orthopneic Position, forward-
Leaning position, forward trunk lean,
respiratory function. bahasa Indonesia : posisi

60
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

Hasil Pencarian
Identification

(N =506)
EBSCO = 154
Pubmed = 132
Science Direct = 160
Google scholar = 120

Setelah artikel yang sama


Penyaringan pada artikel yang
dihapus
sama =142
Screening

= 364

Setelah screening Penyaringan berdasarkan


artikelberdasarkan judul dan screening judul dan abstrak= 241
abstrak = 123
Eligibility

Artikel Full text Menyaring artikel yang tidak


= 58 full text = 65

Artikel yang termasuk Penyaringan berdasarkan


kriteria inklusi dan eksklusi kriteria inklusi dan eksklusi =50
=8
Included

Artikel yang termasuk


kriteria inklusi dan
eksklusi = 8

Gambar 1. Hasil pencarian artikel

Hasil Penelitian kriteria ekslusi pada 58 artikel dan


Dari hasil pencarian menggunakan didapatkan 8 artikel.
data base dan search engine didapatkan 506 Berdasarkan hasil review artikel
artikel. Setelah itu kami melakukan tentang pengaruh posisi orthopneic terhadap
penghapusan pada artikel yang sama, fungsi pernafsan pada pasien COPD
screening berdasarkan judul dan abstrak, didapatkan 3 artikel berbahasa Indonesia
dan artkel yang tidak lengkap sebanyak 448 dan 5 artikel berbahasa inggris. Dari 8 artikel
artikel. Selanjutkanya kami melakukan tidak terdapat artikel yang menggunakan
seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan metode RCT (Randomize control trial)
sehingga level of evidance semua artikel
61
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

adalah level II. Selanjutnya dilakukan SitAs = 7,92) dan ( sc : USit = 9.44 dan SitAs
appraisal menggunakan JBI didapatkan 6 = 15,29)(Mesquita et al., 2018).
artikel dengan kwalitas tinggi dan 2 artikel Pergerakan otot-otot pernafasan
dengan kualitas baik. secara maksimal dapat memperbaiki pola
Peneliti mendapatkan hasil bahwa nafas, meningkatkan Volume tidal (NP =
posisi orthopnneic efektif dalam 0,7+0,2) dan (WAHS =0,8+0,3)(Kim et al.,
meringankan atau menurunksn sensasi 2012) dan meningkatkan nilai APE pada
dispnea pada pasien PPOK dengan rata-rata posisi high fowler 25,89% + 13,70% dan
penurunan (mean pre = 21,87 dan mean posisi orthopneic 27,48% +
post = 20,80)(Agussalim, 2016), pada 14,04%(Ritianingsih et al., 2011). Posisi
penelitian lain penurunan dispnea ( mean orthopneic juga memberikan pengaruh
pre klp intervensi = 6 dan post intervensi = terhadap fungsi pernafasan berdasarkan
3)(Maryoto, 2016), (pre = 44.31 + 22.17 dan penilaian fungsi faal paru dengan nilai
post = 40.08 + 23.17)(Eva Priscilla maksimal inspirasi (64 ± 22 cmH2O with arm
Manoppo, 2014). Selain itu posisi orthopneic bracing versus 54 ± 24 cmH2O without arm
juga memberikan efek memaksimalkan bracing; P = 0.0001). dan maksimal ekspirasi
fungsi otot aksesoris pernafsan (104 ± 37 cmH2O with arm bracing versus 92
(Sternocleidomastoideus dan Scalenus) ± 37 cmH2O without arm bracing; p =
sehingga memaksimalkan fungsi ventilasi 0.0001)(Cavalheri et al., 2010).
dengan nilai mean ( SCM : USit = 4.80 dan

62
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

Tabel. 1 Ekstract Data


Level &
Junlah Desain
Peneliti Tahun Intervensi Hasil Penelitian Kuwalitas
Sampel Penelitian
Evidence
Song kim, et al 2012 24 Quasi Sitting postures : (neutral Latihan nafas dengan PLB dengan posisi duduk
eksperiment Position) NP, (with Arm WAS (posisi orthopneic) dapat meningkatkan Level II
support) WAS dan (with volume tidal dan menurunkan RR dan dengan
Arm and Head Support) meningkatkan volume tidal pada pasien PPOK kuwalitas
WAHS dengan latihan dengan nilai. (Posisi orthopneic) WAHS tinggi
nafas (Quiet Breathing) meningkatkan aktivitas otot pernafasan pada
QB dan (Pursed-lips pasien PPOK dengan nilai (Mean+SD = 204+89)
breathing) PLB. dan NP (100.0+0).
Intervensi diberikan Volume tidal (NP = 0,7+0,2) dan (WAHS
selama 5 menit. =0,8+0,3). Respirasi rate (NP= 18,1+3,0) dan
(WAHS =16,5+2,1).
Agussalim 2013 15 Quasi Posisi high fowler dan Posisi orthopneic dan high fowler dapat berpengaruh Level II
eksperiment orthopneic. Intervensi positif terhadap Apnea pada pasien COPD dengan dengan
dilakukan selama 15 menit. nilai (mean pre = 21,87 dan mean post = 20,80 kuwalitas
orthopneic position), dan (mean pre = 22,33 dan tinggi
mean post = 21,13 hight fowler position) akan
tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan efek
yang dihasilkan pada kedua posisi.
Mesquita, et al 2018 35 Quasi (Posisi bediri tegak dan Posisi berdiri menunduk dan duduk menunduk Level II
eksperiment duduk tegak) dan (orthopneic) lebih baik dalam mengaktifkan atau dengan
(menunduk berdiri dan memaksimalkan fungsi otot aksesoris pernafasan kuwalitas
posisi duduk menunduk sehingga memaksimalkan fungsi ventilasi tinggi
(orthopneic). Intervensi dibandingkan dengan posisi berdiri tegak dan
diberikan selama 20 menit duduk tegak pada pasien PPOK dengan nilai ( SCM
selama 3 hari dalam : USit = 4.80 dan SitAs = 7,92) dan ( sc : USit = 9.44
seminggu. dan SitAs = 15,29).
Cavalheri, et 2009 20 Quasi Posisi menunduk berdiri Posisi berdiri menunduk dapat meningkatkan Level II
al eksperiment dengan tanga ditekuk. fungsi diafragma dan mereduksi tekanan otot dengan
Intervensi diberikan abdomen dan menekuk tangan kedalam membantu kuwalitas
selama 2 menit. otot asesoris pernafasan menjadi efektif dinilai dari tinggi
63
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

maksimal inspirasi (64 ± 22 cmH2O with arm


bracing versus 54 ± 24 cmH2O without arm bracing;
P = 0.0001). dan maksimal ekspirasi (104 ± 37
cmH2O with arm bracing versus 92 ± 37 cmH2O
without arm bracing; p = 0.0001).
Ritianingsih 2011 36 Quasi High fowler position dan Posisi orthopneic dapat meningkatkan fungsi Level II
N eksperimen orthopneic position. ventilasi paru klien PPOK lebih baik dibandingkan dengan
Intervensi diberikan posisi high fowler dibuktikan dengan nilai kuwalitas
Selama 15 menit. peningkatan nilai APE pada pasien dengan posisi tinggi
orthopneic lebih tinggi dari pada high fowler,
walupun frequensi nafas tidak ada perubahan.
Rerata nilai APE pada posisi high fowler adalah
25,89% + 13,70%, sedangkan pada posisi
orthopneic didapat reratanya 27,48% + 14,04%.
Perbedaan rerata antara nilai APE pada posisi high
fowler dan orthopneic adalah 0,16 dengan SD 2,09.
Hasil uji statistik didapatkan p = 0,0005, maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara nilai APE pada posisi high fowler
dengan posisi orthopneic.
Maryoto 2016 25 Quasi Posisi semi fowler dengan Posisi orthopneic dengan PLB lebih efektif dari Level II
eksperimen natural breathing dan posisi semi fowler dengan natural breathing dalam dengan
posisi orthopneic dengan menurunkan dispnea pada pasien PPOK dengan kuwalitas
pursed-limp breathing. nilai ( mean pre klp intervensi = 6 dan post baik
Intervensi dilakukan intervensi = 3)
selama 15 menit dalam
waktu 3 hari.
manoppo 2017 25 Quasi Posisi semi fowler dan Posisi orthopneic dan posisi semi fowler efektif Level II
eksperimen posisi orthopneic. dalam menurunkan dispnea pada pasien PPOK dengan
Intervensi dilakukan akan tetapi nilai mean pada posisi orthopneic lebih kuwalitas
selama 15 menit. besar dari pada posisi semi fowler dengan nilai baik
perbedaan ( mean difference pada (HR = 4.80000)
(RR= 1.13333,) (skala sesak nafas = 1.0000).
Baysal E, et 2017 60 Quasi Posisi orthopneic dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi Level II
al. eksperiment posisi supine penurunan tingkat dispnea aetelah diberikan dengan
64
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

intervensi posisi orthopneic dengan nilai mean SD kuwalitas


(pre = 44.31 + 22.17 dan post = 40.08 + 23.17). tinggi.

Pembahasan ketidakmampuan menghebuskan nafas secara penuh dan


Dispnea karbondioksida yang tidak dapat dikeluarkan akan
Posisi orthopnneic efektif dalam meringankan atau terperangkap didalam paru(A., 2019). Sehingga kadar
menurunksn sensasi dispnea pada pasien PPOK dengan rata- karbondiaoksida yang ada didalam paru-paru menjadi
rata penurunan (mean pre = 21,87 dan mean post = meningkat(Wysham et al., 2015).
20,80)(Agussalim, 2016), pada penelitian lain penurunan Intervensi pengaturan posisi orthopneic membentuk
dispnea ( mean pre klp intervensi = 6 dan post intervensi = organ-organ sistem pernafasan menjadi bekerja secara
3)(Maryoto, 2016), (pre = 44.31 + 22.17 dan post = 40.08 + menyeluruh dan maksimal. Posisi ini membentuk otot
23.17)(Eva Priscilla Manoppo, 2014). Dispnea adalah diafhragma dan otot-otot asesoris pernafasan lainnya
pengalaman subjektif tentang ketidaknyamanan saat bernafas berkontaksi dengan makasimal sehingga menyebabkan paru
dengan kuwalitas ringan, sedang dan berat(Caroci and Lareau, dapat mengembang dengan maksimal(Lee and Han, 2017). Saat
2004). Dispnea juga merupakan gejala utama yang terjadi pada paru dapat mengembang dengan maksimal akan membuat
pasien dengan gangguan sistem respirasi dan sistem tekanan dalam paru menjadi meningkat sehingga tekanan
cardiovascular(Berliner et al., 2016). Dispnea pada pasien ketika ekspirasi juga akan meningkat dan pengeluaran
PPOK terjadi karena adanya obstruksi pada saluran pernafsan karbondioksida akan menjadi lebih banyak (Ignatavicius and
sehingga terjadi aliran pernafasan yang buruk yaitu Workman, 2016; Lewis et al., 2016).

Otot Pernafasan
Posisi orthopneic memberikan efek memaksimalkan
fungsi otot aksesoris pernafasan (Sternocleidomastoideus dan
Scalenus) sehingga memaksimalkan fungsi ventilasi dengan
nilai mean ( SCM : USit = 4.80 dan SitAs = 7,92) dan ( sc : USit
= 9.44 dan SitAs = 15,29)(Mesquita et al., 2018). Pergerakan

65
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

otot-otot pernafasan secara maksimal fowler 25,89% + 13,70% dan posisi


sehingga dapat memperbaiki pola nafas, orthopneic 27,48% + 14,04%(Ritianingsih et
meningkatkan Volume tidal (NP = 0,7+0,2) al., 2011). Pada posisi tubuh duduk biasa
dan (WAHS =0,8+0,3)(Kim et al., 2012) dan otot-otot aksesoris tidak dapat bekerja
meningkatkan nilai APE pada posisi high dengan maksimal.(Lee and Han, 2017)

Posisi orthopneic dapat meningkatkan inspirasi sehingga oksigen yang masuk


fungsi diafragma dan mereduksi tekanan menjadi lebih banyak,(Gosselink, 2003) dan
otot abdomen. Posisi menekuk tangan sebaliknya pada saat ekspirasi diafragma
kedalam membantu otot asesoris pernafasan dapat memberikan tekanan yang lebih besar
menjadi efektif dinilai dari maksimal sehingga tekanan dalam paru meningkat dan
inspirasi (Cavalheri et al., 2010; Kim et al., meningkatkan efektivitas ekspirasi yang
2012; Mesquita et al., 2018). Otot-otot menjadi gangguan utama pada pasien
pernafasan pada posisi orthopneic akan PPOK (Bailey et al., 2013; Ogino et al., 2015).
terjadi peningkatan seperti pada diafragma Melemahnya daya tahan dan kekuatan otot
dengan cepat bergerak naik dan turun untuk inspirasi adalah salah satu gangguan fungsi
memperbesar dan memperkecil rongga dada. pernafasan pada pasien PPOK.
Selain itu, tulang iga akan terelevasi dan Meningkatkan fungsi otot pernafasan sangat
terdepresi sehingga berpengaruh membantu dalam mengurangi beban
memperbesar dan memperkecil diameter pernafasan dan dapat mengurangi sensasi
anteroposterior rongga dada (Williams, dispnea serta meningkatkan fungsi ventilasi
Linda S and Hopper, 2007). Posisi ini (Ogino et al., 2015). Sehingga sangat penting
memberikan ruang pada diafragma sehingga untuk memberikan intervensi yang dapat
dapat merenggang sehingga memberikan meningkatkan kekuatan otot pernafasan.
ruang yang lebih luas pada paru ketika

Fungsi faal paru 0.0001)(Cavalheri et al., 2010). Sebagaimana


Pergerakan otot-otot pernafasan diketahui bahwa gangguan yang terjadi
secara maksimal dapat memperbaiki pola pada pasien PPOK adalah pada fungsi
nafas, meningkatkan Volume tidal (NP = ventilasi karena terjadinya obstruksi pada
0,7+0,2) dan (WAHS =0,8+0,3)(Kim et al., saluran pernafasan. Hasil pemeriksaan
2012) dan meningkatkan nilai APE pada fungsi paru membuktikan adanya
posisi high fowler 25,89% + 13,70% dan perubahan perbaikan yang terjadi pada
posisi orthopneic 27,48% + fungsi ventilasi paru(Education and Society,
14,04%(Ritianingsih et al., 2011). Posisi 2013).
orthopneic juga memberikan pengaruh Pada klien PPOK diameter
terhadap fungsi pernafasan berdasarkan anteroposterior dada akan membesar
penilaian fungsi faal paru dengan nilai dikarenakan adanya tahanan udara paru
maksimal inspirasi (64 ± 22 cmH2O with arm dan terjadi gangguan pada fungsi ventilasi
bracing versus 54 ± 24 cmH2O without arm sehingga menyebabkan volume tidal tidak
bracing; P = 0.0001). dan maksimal ekspirasi terpenuhi dan nilai APE menurun (Barbara
(104 ± 37 cmH2O with arm bracing versus 92 K. Timby and Nancy E. Smith et al., 2010;
± 37 cmH2O without arm bracing; p = Lewis et al., 2016). Pergerakan diafragma

66
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

akan menurun dan pergerakan tulang rusuk sehingga volume tidal dapat terpenuhi dan
menjadi tegang sebagai akibat adanya nilai APE akan meningkat (Ignatavicius and
perubahan pada dinding dada, sehingga Workman, 2016).
posisi duduk dengan badan sedikit Pola Nafas dan Frekuensi Nafas
membungkuk (orthopneic) dapat Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
mempermudah diafragma untuk terangkat, posisi orthopneic memberikan efek positif
sehingga mempermudah aliran udara pada fungsi pernafasan dengan memperbaiki
(Barbara K. Timby and Nancy E. Smith et pola nafas dan frekuensi nafas (Cavalheri et
al., 2010; Hinkle and Cheever, 2010). Pasien al., 2010; Kim et al., 2012). Salah satu
PPOK memiliki fase ekspirasi yang lebih permasalahan pada pasien PPOK adalah
panjang dibandingkan dengan fase tidak efektifnya pola nafas(Caroci and
inspirasinya, disebabkan oleh adanya Lareau, 2004). Intervensi keperawatan yang
obstruksi pada jalan nafas sehingga dapat dilakukan adalah pengaturan posisi,
mengakibatkan volume tidak menjadi tidak dimana posisi ini diberikan bertujuan untuk
terpenuhi dan nilai APE akan memberikan atau meningkatkan rasa
menurun(Barbara K. Timby and Nancy E. nyamanan pada pasien sehingga dapat
Smith et al., 2010; Farrell, 2017). Posisi memperbaiki pola nafas pada pasien PPOK
orthopneic merenggangkan otot-otot (Barbara K. Timby and Nancy E. Smith et
pernafasan secara maksimal sehingga al., 2010; Peate, 2013). Ketika pola nafas
memberikan ruang yang lebih luas dan pasien baik, maka akan memperbaiki
tekanan menjadi lebih kuat. Jika tekanan frekuensi nafas pasien. Frekuensi nafas
dalam paru meningkat maka proses ekspirasi normal manusia bervariasi sesuai dengan
akan menjadi lebih mudah dan lebih efektif, usia (Hartley, 2018).

Daftar Pustaka Berliner, D. et al. (2016) ‘The Differential


A., M. S. (2019) ‘The effects of positioning Diagnosis of Dyspnea’. doi:
and pursed-lip breathing exercise on 10.3238/arztebl.2016.0834.
dyspnea and anxiety status in patients Caroci, A. D. S. and Lareau, S. C. (2004)
with chronic obstructive pulmonary ‘Descriptors of dyspnea by patients
disease’, 9(6), pp. 41–51. doi: with chronic obstructive pulmonary
10.5430/jnep.v9n6p41. disease versus congestive heart failure’,
Agussalim (2016) ‘The Effects of High Heart and Lung: Journal of Acute and
Fowler and Orthopneic Position in Critical Care, 33(2), pp. 102–110. doi:
Lung Ventilation ; A Quantitative- 10.1016/j.hrtlng.2003.11.004.
Experimental Study’, 5(2), pp. 2014– Cavalheri, V. et al. (2010) ‘Effects of arm
2017. bracing posture on respiratory muscle
Bailey, P. H. et al. (2013) ‘Best practice in strength and pulmonary function in
nursing care of dyspnea : The 6th vital patients with chronic obstructive
sign in individuals with COPD’, 3(1), pulmonary disease’, 17(6), pp. 887–891.
pp. 108–122. doi: Education, C. and Society, A. T. (2013)
10.5430/jnep.v3n1p108. ‘Routine Dyspnea Assessment on Unit
Barbara K. Timby and Nancy E. Smith et al. Admission’, 113(11).
(2010) Medical-Surgical Nursing. 10 Eva Priscilla Manoppo (2014) ‘perbedaan
Edition. Wolters Kluwer Health. posisi semi fowler dan posisi orthopneic

67
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol XIII, No II, September 2020 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X

terhadap penanganan pasien sesak di support a ff ects the activity of


RSUP prof. dr. R. D. Kandou accessory respiratory muscles and
Manado’. thoracoabdominal movement in
Farrell, M. (2017) Smeltzer & Bares healthy individuals’, Human Movement
Textbook of Medical-Surgical Nursing. Science. Elsevier, 61(July), pp. 167–
4th editio. Edited by M. Farrell. new 176. doi: 10.1016/j.humov.2018.07.011.
zealand: North Ryde, Ogino, T. et al. (2015) ‘Effects of Arm
N.S.W :Lippincott Williams & Bracing on Expiratory Flow
Wilkins/Wolters Kluwer Health. Limitation and Lung Volume in
Gosselink, R. (2003) ‘Controlled breathing Elderly COPD Subjects’, 1, pp. 1282–
and dyspnea in patients with chronic 1287. doi: 10.4187/respcare.03945.
obstructive pulmonary disease Peate, M. N. and I. (2013) Students,
(COPD).’, Journal of rehabilitation Fundamental of Applied
research and development, 40(5), pp. 25– Pathophysiology an essential guide for
33. doi: 10.1682/JRRD.2003.10.0025. nursing an healtcare. Second Edi,
Hartley (2018) respiratory rate 2 : anatomy WILEY-BLACKWELL. Second Edi.
and physiology of breathing., nursing Ritianingsih, N. et al. (2011) ‘peningkatan
time. fungsi ventilasi paru pada klien
Hinkle, J. L. and Cheever, K. H. (2010) penyakit paru obstruksi kronis dengan
Brunner & Suddarth’s textbook of posisi high fowler dan orthopneic’,
medical-surgical nursing. Journal Keperawatan Indonesia, 14(1),
Ignatavicius, D. D. and Workman, M. L. pp. 33–36.
(2016) ‘Medical Surgical Nursing: Singh, D. et al. (2019) ‘Global Strategy for
Patient-Centered Collaborative Care’, the Diagnosis, Management, and
p. 5111. Prevention of Chronic Obstructive
Kim, K. et al. (2012) ‘Effects of breathing Lung Disease: the GOLD science
maneuver and sitting posture on committee report 2019’, The European
muscle activity in inspiratory respiratory journal, 53(5). doi:
accessory muscles in patients with 10.1183/13993003.00164-2019.
chronic obstructive pulmonary Williams, Linda S and Hopper, P. (2007)
disease’, pp. 1–6. Understanding medical-surgical
Lee, J. and Han, D. (2017) ‘Effect of the nursing. Third Edit. Philadelphia: F.A.
trunk forward bending angle in sitting Davis Company. doi: 10.1002/1521-
position on slow vital capacity’, pp. 3773(20010316)40:6<9823::AID-
2220–2223. ANIE9823>3.3.CO;2-C.
Lewis, S. M. et al. (2016) Medical-surgical Wysham, N. G. et al. (2015) ‘Practical
nursing : assessment and management of Dyspnea Assessment : Relationship
clinical problems. Between the 0 e 10 Numerical Rating
Maryoto, khasanah suci and (2016) Scale and the Four-Level Categorical
‘efektivitas posisi orthopneic dan Verbal Descriptor Scale of Dyspnea
pursed lips breathing (PLB) terhadap Intensity’, Journal of Pain and
penururnan keluhan sesak nafas pasien Symptom Management. Elsevier Inc,
PPOK’, 3(1), pp. 44–52. 50(4), pp. 480–487. doi:
Mesquita, A. et al. (2018) ‘Human Movement 10.1016/j.jpainsymman.2015.04.015.
Science Forward trunk lean with arm

68

Anda mungkin juga menyukai