Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas literature review yang berjudul “Pengaruh terapi nebulizer
untuk pasien asma bronkial” tepat pada waktu nya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu. Ns.Eka Ernawati, S.Kep. M.Kep. selaku
pembimbing mata kuliah EBP yang telah membimbing,mengarahkan serta memotivasi sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni
Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuan nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan literature review ini.
Penulis menyadari bahwa literature review yang dibuat jauh dari kata sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap laporan review ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Sementara itu, nebulizer yang menggunakan gelombang ultrasonic bekerja dengan cara
mengubah cairan obat menjadi kabut halus melalui getaran ultrasonic. Kabut ini kemudian
dihirup oleh pasien melalui saluran pernafasan. Keuntungan menggunakan nebulizer ultrasonic
adalah ukurannya yang lebih kecil, lebih ringan, dan lebih mudah digunakan. Selain itu,
nebulizer ultrasonic juga tidak menghasilkan suara yang berisik seperti nebulizer compressor.
Dalam pengobatan asma, nebulizer digunakan untuk menyampaikan obat ke saluran pernafasan
secara langsung, sehingga efeknya bisa lebih cepat dirasakan oleh pasien. Penggunaan nebulizer
ini sangat membantu dalam meredakan gejala-gejala asma seperti batuk, sesak napas, dan
mengurangi peradangan pada saluran pernafasan.
Penting untuk dicatat bahwa penggunaan nebulizer dalam pengobatan asma sebaiknya dilakukan
di bawah pengawasan dan arahan tenaga medis yang berkompeten, seperti dokter atau perawat.
Mereka akan memberikan instruksi yang tepat mengenai dosis obat dan frekuensi penggunaan
nebulizer sesuai dengan kondisi pasien.
Selain pengobatan dengan nebulizer, pengendalian asma juga melibatkan penghindaran faktor
pemicu yang memperburuk gejala asma, seperti paparan alergen atau polusi udara. Terapi jangka
panjang, seperti penggunaan obat-obatan pengendali asma secara teratur, juga penting untuk
mencegah serangan asma dan mempertahankan kontrol asma yang baik.
Perkembangan teknologi nebulizer terus berlanjut untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan
penggunaan. Namun, penting untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga medis yang berwenang
untuk mendapatkan informasi terkini mengenai pengobatan asma dan penggunaan nebulizer
yang sesuai.
pengoperasian pada pasien, oleh karena itu menjadi dasar pemikiran pengambilan judul tugas
akhir.
BAB II
ANALISIS KRITIS
FORMAT PENUGASAN EBP (TUGAS 1)
A. Pertanyaan Klinis
Apakah pengaruh mengonsumsi air hangat sebelum pemberian nebulizer dapat
meningkatkan kelancaran jalan napas pada pasien asma bronkial?
B. Tabel PICO
Analisis
1. Argumen Riset 1
No Critical Appraisal (Validity, Important, Applicability)
1 Nama peneliti: Rahmat Guru Singa, Fredy Kalvin Taringan, Ruth Margaretha
Sitanggang
Tahun :15 April 2021
Alamat web:
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK/article/view/645/311
Tahun terbit jurnal:30 April 2021
Judul penelitian: Pengaruh Mengkonsumsi Air Hangat Sebelum Pemberian
Nebulizer Terhadap Peningkatan Jalan Nafas Pada Pasien Asma Bronkial
Tujuan penelitian
Metode Penelitian :
1. Penelitian pretest – posttest control group design
2. Dari total responden, 6 orang atau 20,0% berusia antara 20-30 tahun,
11 orang atau 36,7% berusia antara 31-40 tahun, dan 13 orang atau
43,3% berusia antara 41-50 tahun. Dalam hal jenis kelamin, terdapat
15 orang laki-laki dengan persentase 50% dan 15 orang perempuan
dengan persentase 50%.
3. Kelompok eksperimen minum air hangat sebelum menjalani tindakan
nebulizer, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan air hangat
sebelum tindakan nebulizer dilakukan
Hasil penelitian
1. Data Univariat: Sebanyak 15 responden dalam kelompok
eksperimen diberi tahu memiliki rerata kelancaran jalan napas sebesar
31,60 sebelum diberikan nebulizer setelah diberikan air hangat,
dengan standar deviasi sebesar 1,724. Sedangkan rerata setelah
nebulizer adalah sebesar 22,67 dengan standar deviasi sebesar 1,496.
2. Data Bivariate: Analisis data bivariat menggunakan uji statistik
paired-sample t-test menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen,
nilai p-value sebesar 0,00 yang berarti signifikan (p<0,05), sedangkan
pada kelompok kontrol, nilai p-value sebesar 0,92 yang berarti tidak
signifikan (p>0,05)
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari sebelum dan
sesudah minum air hangat sebelum atau sesudah inhalasi nebulizer
Metode Penelitian :
1. Pretest – posttest control group design
2. Pengambilan sampel penelitian ini dengan Teknik group design
Hasil penelitian
1. Data Unvariat: jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan dan
laki-laki pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berjumlah
sama yaitu 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Penelitian terdahulu
menunjukkan kaitannya dengan usia bahwa 40% berusia 55-65 tahun, dan 40%
berusia 20-35 tahun
Hasil penelitian
1. Data Unvariat : Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui apakah pemberian air minum hangat sebelum
nebulizer mempengaruhi kemudahan bernafas pada pasien asma
Metode Penelitian :
1. Desain penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design dengan Two
Groups dan menggunakan Pretest-Posttest.
2. Dalam penelitian ini, digunakan sampel sebanyak 20 orang yang diambil
menggunakan metode Nonprobability Sampling dengan pendekatan Consecutive
Sampling
3. Dalam penelitian ini, digunakan uji hipotesis Wilcoxon Signed Rank Test dan
Mann-Whitney U-Test.
Hasil penelitian
1. Data Univariat : Setelah pemberian air minum hangat (posttest) pada kelompok
intervensi, terdapat 10 orang (100%) dengan jalan nafas yang lancar secara
paten. Pada kelompok kontrol setelah diberikan nebulizer (posttest), terdapat 6
orang (60%) dengan jalan nafas yang lancar secara paten dan terdapat 4 orang
(40%) dengan jalan nafas yang tidak lancar secara paten.
2. Data Brivariat : Diperoleh nilai signifikansi p-value=0,002 atau lebih kecil dari
0,05, yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran
jalan nafas pada kelompok intervensi. Sementara itu, pada kelompok kontrol,
hasil uji statistik menghasilkan nilai signifikansi p-value=0,014 atau lebih kecil
dari 0,05, yang menunjukkan adanya sedikit pengaruh yang signifikan terhadap
kelancaran jalan nafas. Selain itu, hasil uji perbedaan statistik menunjukkan nilai
Sig sebesar 0,029 (p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Pembahasan dan kesimpulan Sebelum pemberian air minum hangat dan
dilakukan tindakan nebulizer (pretest) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
kelancaran jalan nafas pada pasien asma adalah tidak paten. Setelah diberikan air minum
hangat (posttest) pada kelompok intervensi, terdapat 10 orang (100%) dengan kelancaran
jalan nafas paten. Pada kelompok kontrol setelah diberikan nebulizer (posttest), terdapat
6 orang (60%) dengan kelancaran jalan nafas paten dan terdapat 4 orang (40%) dengan
kelancaran jalan nafas tidak paten. Hasil uji statistik pada kelompok intervensi
menunjukkan nilai signifikansi p-value=0,002 atau lebih kecil dari 0,05, yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kelancaran jalan nafas. Sementara itu, pada
kelompok kontrol, hasil uji statistik menghasilkan nilai signifikansi p-value=0,014 atau
lebih kecil dari 0,05, yang menunjukkan adanya sedikit pengaruh yang signifikan
terhadap kelancaran jalan nafas. Selain itu, hasil uji perbedaan statistik menunjukkan
nilai Sig sebesar 0,029 (p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam kelancaran jalan nafas antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol pada pasien asma di ruang UGD RSUD Bangli.
Regenerate response.
5 . Argumen Riset 5
Tujuan penelitian : Untuk meneliti pasien gangguan saluran pernafasan dan di berikan
Tindakan Nebulisasi
Metode Penelitian :
1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan satu
kelompok dan menggunakan metode pretest-posttest.
2. Penelitian ini melibatkan sampel pasien dengan gangguan pernapasan. Sampel
terdiri dari 16 responden.
3. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih sampel.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi frekuensi
pernafasan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian
1. Data Univariat : Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki,
yaitu sebanyak 9 responden (56,3%), sedangkan responden perempuan
berjumlah 7 responden (43,8%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indarjo
dan Wijayanti (2018), faktor risiko peningkatan infeksi saluran pernapasan lebih
tinggi pada jenis kelamin laki-laki. Pada usia 15-24 tahun, risiko tersebut tidak
memiliki perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Namun,
setelah usia 25 tahun, risiko tersebut meningkat dua kali lipat pada laki-laki.
Hasil penelitian lain oleh Rahmalia D, dan Ananda (2018) juga mendukung
temuan tersebut.
2. Data Brivariat : Penelitian ini mengungkapkan bahwa nilai p-value = 0,000,
yang lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan. Frekuensi pernapasan rata-rata menurun dari 26,50%
menjadi 18%.
Pembahasan dan kesimpulan institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai pengaruh pemberian nebulisasi terhadap frekuensi pernapasan pada
pasien dengan gangguan saluran pernapasan, yang dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya, masih diperlukan penelitian yang
lebih lanjut mengenai penurunan frekuensi pernapasan dengan menggunakan pemberian
nebulisasi.
BAB III
ANALIS DAN KESEIMPULAN
A. Analis Jurnal
Dari analisis ke 6 jurnal, mencakup 4 jurnal nasional dan 2 junal internasional,
didapatkan hasil bahwa terapi nebulizer berpengaruh terhadap penyakit asma bronkial.
Terapi Nebulizer juga membantu mengatasi dan mencegah gejala sesak napas, serta
membantu mengurangi peradangan pada sistem pernapasan.
Harapannya dengan pemberian metode terapi nebulizer dapat diimplementasikan sebagai
salah satu asuhan keperawatan baik dirumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit
(rumah).
B. Kesimpulan
Dari ke 6 jurnal diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Metode yang digunakan pada setiap jurnal sangat bervariasi. Dimana pada jurnal
pertama menggunakan metode penelitian pretest – posttest control group design dengan
memperoleh sampel sebanyak 15. Pada jurnal kedua menggunakan metode pretest – posttest
control group design dengan memperoleh sampel sebanyak 30 dan Teknik pengambilan
sampelnya menggunakan teknik group design. Selanjutnya pada jurnal ketiga menggunakan
metode Quasi Eksperimen,two group,test design with control group sampel diambil sebanyak
24 orang dengan Teknik purposive sampling. Kemudian pada jurnal keempat menggunakan
metode Desain penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design dengan Two Groups
dan menggunakan Pretest-Posttest. Dan meggunakan sampel sebanyak 20 orang yang diambil
menggunakan metode Nonprobability Sampling dengan pendekatan Consecutive Sampling.
Lalu pada jurnal kelima menggunakan metode penelitian quasi eksperimental dengan
menggunakan metode pretest-posttest dan mendapatkan sampel sebanyak 16.
2. Dari hasil keenam jurnam diaats, bahwa pengobatan nonfarmakologi terapi nebulizer
berpengaruh terhadap kelancaran pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
Gurusinga, Rahmad, Fredy Kalvin Tarigan, and Ruth Margaretha Sitanggang. "Pengaruh mengkonsumsi
air hangat sebelum pemberian nebulizer terhadap peningkatan kelancaran jalan napas pada pasien asma
bronkial." Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk) 3.2 (2021): 110-115.
Hardina, Sri, and DWI WULANDARI. "Pengaruh Konsumsi Air Hangat terhadap Frekuensi Nafas pada
Pasien Asma di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019." Journal of Nursing And Public
Health 7.2 (2019): 77-86.
Adiputra, I. Made Sudarma, and Kadek Mahendra Novita Rahayu. "Warm Water Administration Before
Nebulization Improves Airway Clearance In Asthma." Bali Medika Jurnal 4.2 (2017): 38-49.
Sondakh, Syutrika A., Franly Onibala, and Muhamad Nurmansyah. "Pengaruh Pemberian Nebulisasi
Terhadap Frekuensi Pernafasan Pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan." Jurnal Keperawatan 8.1
(2020): 75-82.
LAMPIRAN JURNAL
Lampiran jurnal ke 1
Jurnal ke 2
Jurnal riset ke 3
Jurnal Riset ke 4
Jurnal riset ke 5
+Jurnal riset ke 6
LAMPIRAN PLAGIRISME
Bab 1
Bab 2