Anda di halaman 1dari 21

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM dan

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Makalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah:
Pengembangan kurikulum
Dosen Pembimbing :
Ahmad Syaufan Muttaqi, M.Pd

Disusun Oleh :

1. M. Khoirul Anam Catur P. (20200880260137)


2. Siti Nuril Hidayati Shofiyah (20200880260146)
3. Fitria Nur Rahmah (20200880260141)
4. Siti Juliana (20200880260140)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
Jl. K.H ABDUL FATTAH NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

2
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah Saya dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah ini, yang
diberikan oleh Bapak Ahmad Syaufan Muttaqi, M.Pd. selaku dosen Pembimbing
mata kuliah.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari dosen


yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar
setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul
"Landasan Kurikulum dan Prinsip Pengembangan Kurikulum"

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari


beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui
media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterimakasih.

Saya menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun


dengan saya yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini
mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh
karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya
mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Pengembangan kurikulum
B. Macam-Macam landasan Pengembangan Kurikulum
C. Prinsip Pengembangan kurikulum
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang


cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses dan hasil
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan
dalam perkembangan kehidupan manusia, dalam penyusunan kurikulum tidak
dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-
landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Jika landasan pendidikan, khususnya kurikulum yang lemah ,
yang akan ambruk adalah manusia

Adapun beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum,


meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, dan
landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Biologi
maka kami menyusun makalah ini. Dan ditambah lagi dengan fenomena
pergantian kurikulum pendidikan beberapa tahun kebelakang.

B. Rumusan Masalah

A. Apa Pengertian Landasan Pengembangan kurikulum

B. Apa Saja Macam-Macam Landasan Pengembangan kurikulum

C. Apa Saja Prinsip-Prinsi p pengembangan kurikulum

C. TUJUAN

5
A. Agar Mengetahui Pengertian Landasan Pengembangan kurikulum

B. Agar Mengetahui Macam-Macam Landasan Pengembangan kurikulum

C. Agar Mengetahui Prinsip-Prinsip Pengembangan kurikulum

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Pengembangan kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting


dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan
tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus
dimiliki setiap siswa. Karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum,
maka setiap pengembangan kurikulum pada jejang manapun harus didasarkan
pada asas-asas tertentu.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan


rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana
cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan
pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang
sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi,
misi, serta tujuan yang ingin dicapai; sedangkan menentukan tujuan erat
kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Persoalan
inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan menentukan hal-hal yang
mendasar dalam proses pengembangan kurikulum yang kemudian kita namakan
asas-asas atau landasan pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang


memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang
mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan
yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan
keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta konten atau bahan
ajar yang yang harus dimasukan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan
rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar yang
dapat menunjang pencapai tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus
pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu, maka pentingnya ditetapkan landasan-
landasan pendidikan yang mendasari pengembangan kurikulum. Dengan adanya
landasan yang jelas, yang kemudian dipahami dengan baik oleh para pengembang
kurikulum, maka

7
diharapkan akan terjadi sinkronisasi antara apa yang diharapkan ,
direncanakan dengan apa yang secara nyata dilaksanakan disekolah maupun
dikelas.

Fungsi asas atau landasan pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi


sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi seandainya sebuah gedung yang
menjulang tinggi berdiri diatas fondasi yang rapuh? Ya, tentu saja bangunan itu
tidak akan tahan lama. Oleh sebab itu, sebelum sebuah gedung dibangun, terlebih
dahulu disusun fondasi yang kokoh. Semakin kokoh fondasi sebuah gedung, maka
akan semakin kokoh pula gedung tersebut.

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang


memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang
mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan
yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan
keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta konten atau bahan
ajar yang harus dimasukan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan
rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar yang
dapat menunjang.

B. Macam-Macam Landasan Pengembangan kurikulum

1. Landasan Filosofis

Pendidikan merupakan sebuah interaksi antara pendidik dan peserta didik. Di


dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana
interaksi berlangsung. Apa yang menjadi tujuan pendidikan, siapa yang pendidik
dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interkasi tersebut
merupakan pernyataan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial
yaitu jawaban-jawaban filosofis.

Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti cinta atau kebijakan (love of wisdom).
Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan bijak, harus
tahu atau berpengetahuan.

Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara


sistemattis, logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering kali
disebut sebagi pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya. Secara.
akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu
pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam

8
semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Berfilsafat berarti menangkap
sinopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia. Suatu
cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu bidang pengetahuan manusia, daerah
cakupannya terbatas. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia,
berusah melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan
mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.

Jadi, landasan filosofis sangat penting dalam pengembangan kurikulum dalam


mendapatkan sebuah konsep atau rancangan yang dipikirkan secara sistematis,
logis, dan mendalam sehingga mampu menuangkan konsep yang lebih baik.
Filsafat juga memberikan landasan-landasan dasar bagi ilmu. Keduanya dapat
memberikan bahan bagi manusia untuk membantu memecahkan berbagai
masalaha dalam kehidupannya.

Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika (yang membahas segala yang ada
di alam ini), episteminologi (yang membahas kebenaran) dan aksiologi (yang
membahas nilai.

a. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas
hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.

b. Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter
dan jenis pengetahuan.

c. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya.

Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk


masalah-masalah pendidikan ini ynag disebut filsafat pendidikan . walaupun
dilihat sepintas, filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-
pemikiran filosogis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan tetapi antara
keduanya yaitu antara filsafat dan filsafat pendidikan terdapat hubungan yang
sangat erat. Menurut donald burter, filsafat memberikan arah dan

metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan


memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis. Bahkan

9
menurut john dewey filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama, sebagaimana
juga pendidikan menurut Dewey sama dengan kehidupan.

2. Landasan psikologis

Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antar


peserta didik dengan pendidik dan juga antar peserta didik dengan orang-orang
yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi
psikologisnya. Berkat kemampuan-kemapuan psikologis yang lebih tinggi dan
kompleks inilah sesungguhnya mausia menjadi lebih maju, lebih banyak memiliki
kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan dibandingkan dengan makhluk
lainnya.

Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai


individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksi dengan
lingkungannya, prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor.

Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena peerbedaan tahap


perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-
faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi pun berbeda pula bergantung pada
konteks, peranan, dan status individu diantar individu-individu yang lainnya.
Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi
psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya.

Peseta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.
Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu
perkembangan peserta didik secara optimal. Karakteristik perilaku individu pada
tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola perkembangan individu menjadi
kajian psikologi perkembangan

Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi


karena usaha belajar, baik berlangsung melaui proses peniruan, pengingatan,
pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahana

masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan berbagi
kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar anak-anak belajar.
Cara belajar mengajar yang mana membutuhkan studi sistematik dan mendalam.
Studi demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar.

10
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Keduanya sangat
diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih, dan menyusun bahan
ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.

a. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi,


yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dewasa.

1) Metode dalam psikologi perkembangan

Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh meleui studi yang bersifat


longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik atu studi kasus. Studi
longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan individu melalui
pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari
saat lahir sampai dengan dewasa. Metode cross sectional yang dilakukan oleh
Arnold Gessel dengan cara mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan
usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan dan
kemampuan, serta prilaku mereka.

Studi psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund freud. Studi ini lebih banyak
diarahkan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya,
terutama pada masa kanak-kanak. Karena dapat mengganggu perkembangan pada
masa selanjutnya. Metode sosiologik digunakan oleh Robert Havighurst. Ia
mempelajari perkembangan anak dari tuntutan tugas-tugas yang harus dihadapi
dan dilakukan dalam masyarakat. Ada seperangkat tugas-tugas perkembangan
yang harus dikuasai individu dalam setiap tahap perkembangan. Sedangkan
metode

lainnya ialah studi kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli
psikologi perkembangan menarik beberapa kesimpulan tentang pola-pola
perkembangan anak.

2) Teori Perkembangan

Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang pendekatan perkembangan


individu , yaitu pendekatan pentahapan (stage approach) atau perkembangan
individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Kedua, pendekatan
diferensial (diferential approach) melihat bahwa individu memiliki persamaan dan
perbedaan yang dibedakan atas jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi
dan sebagainya. Pengelompokan individu ada kalanya juga didasarkan atas
kesamaan karakteristiknya. Ketiga, pendekatan isaftif ( Isaftif approach) berusaha

11
melihat karakteristik individu yang memiliki sifat sifat individual yang hanya
dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh individu lainnya.

b. Psikologi Belajar

Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar sebab, pada
dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang
membahas tentang belajar sebagai proses perubahan tingkah laku namun
demikian setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.

Menurut aliran belajar kognitif-wholistik, belajar pada hakikatnya adalah


pembentukan sosial antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon.
Dengan demikian bahwa proses belajar sangat tergantung pada adanya
rangsangan yang muncul dari luar diri atau faktor lingkungan. Menurut aliran
behavioristik belajar, pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan
yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara stimulus dan respon.

Dengan demikian menurut aliran behavioristik proses belajar sangat bergantung


pada adanya rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri

atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan. Proses belajar dapat dipelajari dari
kegiatan yang dapat dilihat. Pada penilaian kognitif belajar adalah kegiatan
mental yang ada dalam diri setiap individu, kegiatan mental itu memang tidak
dapat dilihat secara nyata akan tetapi menurut aliran ini, justru sesuatu yang ada
dalam diri itulah yang menggerakan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.

3. Landasan Organisasi

Kurikulum merupakan rencana untuk kepentingan peserta didik, maka dari


itu bahan atau isi pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar tujuan
pendidikan dapat tercapai (Nasution, 1995) organisasi atau desain kurikulum
berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Jenis-jenis organisasi kurikulum yang dimaksud sebagaimana dikemukakan


berikut ini:

a. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran

12
Organisasi kurikulum jenis ini merupakan organisasi kurikulum yang paling tua,
tetapi higga kini masih menduduki tempat yang paling dominan. Organisasi
kurikulum yang subject centered ini memanfaatkan berbagai disiplin ilmu yang
telah disusun secara logis sistematis oleh para ahli dan ilmuan dalam cabang ilmu
masing-masing. Kurikulum ini bertujuan agar peserta didik mengenal hasil
kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak
berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang
telah diperoleh generasi-genarasi terdahulu.

Kurikulum berdasarkan subjek atau mata pelajaran ini sangat populer dan
mempunyai kedudukan yang kokoh sekalipun mengalami kritik-kritik yang tajam.
Kurikulum ini bertahan terus sebab mempunyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh
kurikulum bentuk lain. Kurikulum ini memang banyak mempunyai keuntungan,
antara lain sebagai berikut :

1) Memberikan pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi lampau yang


dapat digunakan untk menafsirkan pengalaman seseorang.

2) Mempunyai organisasi yang mudah sturkturnya, mudah diubah, diperluas


atau dipersempit, mudah disesuaikan dengan perkembangan baru dalam ilmu
pengetahuan.

3) Mudah dievaluasi bila perlu dengan menggunakan tes objektif yang dapat
dinilai secara otomatis dengan komputer sehingga memudahkan penilaian ujian
atau tes secara massal.

4) Telah diterima baik dan mudah dipahami oleh guru, orang tua, dan peserta
didik.

5) Mengandung logika tersendiri menurut disiplin masing-masing memberikan


pengetahuan secara sistematis dan karena itu memberikan metode yang logis dan
efektif untuk menguasi bahan pelajaran.

Selain memiliki keuntugan, organisasi kurikulum ini memiliki berbagai


kelemahan, yang antara lain dikemukakan berikut ini:

1) Terdapat kesenjangan antara pengalaman peserta didk dan pengalaman umat


manusia yang tersusun logis sistematis sehingga timbul bahaya verbalisme.

2) Sering pengetahuan yang logis-sistematis itu tidak fungsional dalam


menghadapi masalah-masalah masyarakat dan tidak sesuai dengan minat,
kebutuhan serta masalah-masalah peserta didik dalam hidupnya.

13
3) Kurikulum ini memberikan pengetahuan lepas-lepas, sering berupa fakta
dan informasi yang perlu dihafal.

b. Kurikulum Gabungan

Pada dasarnya merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang


terpisah-pisah. Agar pengetahuan peserta didik tidak lepas maka diusahakan
hubungan diantara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai
kelompok yang pada hakikatnya mempunyai hubungan yang erat. Dalam
menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lain dengan memelihara
identitas mata pelajaran, ada pula yang menyatupadukan mata pelajaran dengan
menghilangkan identitas mata pelajaran sehingga menjadi bidang studi tertentu.
(Nasution,1995).

1) Macam macam cara berkorelasi:

Antara dua matapelajaran diadakan hubungan secara insidental,yakni kalau


kebetulan ada kaitannya dengan mata pelajaran lain.

2) Hubungan yang lebih erat terdapat apabila suatu pokok atau masalah
tertentu diperbincangkan dalam berbagai mata pelajaran.

3) Beberapa mata pelajaran disatukan, difusikan dengan menghilangkan batas


masing masing.

4) Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (integrated curriculum) diantaranya


adalah sebagai berikut:

a) Berdasarkan filsafat pendidikan demokratis.

b) Berdasarkan psikologis belajar Gestalt.

c) Berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural.

d) Berdasarkan kebutuhan perkembangan peserta didik.

e) Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada.

f) Sistem pencapaiannya dengan menggunakan sistem pengajaran unit atau


tematik.

g) Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik.

14
4. Landasan Sosiologi

Salah satu fungsi sekolah erat hubungannya dengan kebutuhan masyarakat.


Sekolah sejak mulanya didirikan oleh masyarakat untuk kepentingan masyarakat
demi kelanjutan hidup, perkembangan, dan kebahagiaan masyarakat. Dengan kata
lain, masyarakat mendirikan sekolah untuk kepentingan masyarakat agar hidup
terus dan senantiasa meningkatan mutu kehidupannya. Faktor itulah yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, disini juga harus dijaga
keseimbangan antara kepentingan peserta didik sebagai individu dengan
kepentingan peserta didik sebagai anggota masyarakat, dan ini dapat dicapai
apabila dicegah kurikulum yang semata-mata bersifat sosiety-centered.

Kurikulum sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus


senantiasa relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat masa kini. Bahkan
tuntutan dan kemungkinan yang bakal terjadi pada masayarakat genenrasi yang

mendatang idealnya telah dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum,


karena masyarakat senantiasa tumbuh dan berkembang berkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum, dalam konteks ini


pengembang kurikulum 2004, pada dasarnya sebagai upaya perubahan dalam
menanggapi berbagai perkembangan dalam masyarakat, baik masyarakat dunia
maupun masyarakat lokal yang saat ini berhadapan dengan perubahan yang begitu
cepat (Muhamad, 2004).

Pada dasarnya, kurikulum harus mampu mengembangkan manusia sehingga


mereka memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik oleh dirinya
sebgai suatu pribadi maupun oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
Konsekuensinya, kurikulum dikembangan berdasarkan nilai yang berlaku di
masyarakat landasan sosial dan budaya merupakan salah satu landasan yang
seharusnya menjadi kepedulian utama dalam proses pengembangan kurikulum.

5. Landasan Ilmu Dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni termasuk salah satu


landasan pengembangan kurikulum. Bahkan termasuk landasan yang tidak kalah
pentingnya dengan landasan-landasan yang lainnya. Alasannya, pesatnya
perkembangan iptek, secara otomatis akan mempengaruhi pola pikir masyarakat
berkembang dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini sangat berpengaruh besar

15
terutama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengadakan inovasi-inovasi
dalam berbagai aspeknya, diantaranya fasilitas pendidikan, personal pendidikan,
pengelolanya, standar mutunya, termasuk dalam kurikulumnya.

Pendidikan melalui pengembangan kurikulum, harus mampu mengantisipasi


dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan dimana iptek
sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan masyarakat. Oleh karena itu,
menuntut penyempurnaan-penyempurnaan kurikulum secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan kemajuan ipteks. Penyempurnaan kurikulum
dengan pertimbangan kemajuan ipteks tentunya meliputi seluruh komponen
kurikulum, baik dalam menentukan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan
evaluasinya. Yang tidak kalah pentingnya, penyempurnaan kurikulum

tersebut tidak hanya dalam dimensi dokumen tetapi harus ditindaklanjuti dalam
implementasinya.

6. Landasan Historis

Landasan historis berkaitan dengan formula program-program sekolah pada


waktu lampau yang masih hidup sampai sekarang atau yang pengaruhnya masih
berat pada kurikulum saat ini (Johnson, 1968). Kurikulum yang dikembangkan
saat ini harus mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dan apa yang telah
dicapai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula selanjutnya, perlu
mempertimbangkan kurikulum yang ada sekarang waktu mengembangkan
kurikulum di masa depan. Umumnya, pengembangan kurikulum yang dalam
proses perbaikan, tentu tidak akan mulai dari nol tapi berdasarkan hasil evaluasi
kurikulum sebelumnya. Dengan demikian hasil evaluasi terhadap komponen-
komponen kurikulum sebelumnya menjadi dasar pertimbangan yang berharga dan
pengaruh terhadap upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang
akan datang.

7. Landasan Yuridis

Landasan yuridis atau landasan hukum pengembangan kurikulum pada


umumnya adalah Undang-Undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah yang saat
ini sedang berlangsung. Berikut ini dikemukakan beberapa Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah yang melandasi kurikulum di Indonesia :

a. Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam pembukaan UUD Negara


Republik Indonesia tahun 1945 tercantum tujuan nasional yaitu memajukan

16
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Pasal 31 UUD NRI tahun 1945 menyatakan bahwa setiap (1)
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam
Undang-Undang; (3) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya; (4) pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka


mencerdasakna kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.

b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional. Pada Bab II pasal 2 menyatakan bahwa “pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD NKRI 1945 Pasal 3 menyatakan bahwa
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman.

c. Undang-Undang RI No. 23 tahun 2000 tentang perlindungan anak, pada


ketentuan umum, didkemukakan bahwa (1) anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan; (2) perlindungan
anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisifasi secara optimal sesuai dengan
harakat martabat kemanusiaan, serat mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

d. Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan


bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat
strategis dalam pembangun nasional dalam bidang pendidikan. Dalam Pasal 20
dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
berkewajiban : (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu serta menilai evaluasi hasil pembelajaran; (b)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan potensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Teknologi, dan
seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakaang
keluarga dan status ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung
tinggi Peraturan Perundang-Undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai
agama dan etika; (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

17
e. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan. Bab II Pasal 2 dikemukakan bahwa

(1) lingkungan standar pendidikan meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c)
standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e)
standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; (h)
standar penilaian pendidikan. Pasal 3 mengemukakan bahwa standar nasional
pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaaan, dan
pengawasan pendidikan. Dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Pasal 4 satndar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

C. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran


karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.

Berikut ini akan dibahas 8 prinsip pengembangan kurikulum

1. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan


untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka
Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum
adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses
pendidikan selama 12 tahun.

2. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model


kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa
sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang
dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

3. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan


pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan
kaidah kurikulum berbasis kompetensi.

4. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada


peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

18
5. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif
dalam belajar.

6. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,


budaya, teknologi, dan seni.

7. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, dan


pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

8. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki


pencapaian kompetensi.

Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan


yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan
tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek
hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

A. Pengertian Landasan Pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang sangat kompleks, yang


memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan keputusan yang

19
mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan pendidikan
yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan pengambilan
keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta konten atau bahan
ajar yang yang harus dimasukan dalam kurikulum. Dan perlu pula ditetapkan
rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pengalaman belajar yang
dapat menunjang pencapai tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus
pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu, maka pentingnya ditetapkan landasan-
landasan pendidikan yang mendasari pengembangan kurikulum.

B. Macam-Macam Landasan Pengembangan kurikulum

Landasan Pengembangan kurikulum ada 7 sebagai berikut :

1. Landasan filosofis

2. Landasan psikologis

3. Landasan organisasi

4. Landasan sosiologi

5. Landasan ilmu dan teknologi

6. Landasan historis

7. Landasan yuridis

C. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran


karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi.

8 prinsip pengembangan kurikulum :

1. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan

2. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi

3. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan


pengetahuan

4. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta


didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

20
5. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.

6. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,


teknologi, dan seni.

7. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, dan pemberdayaan


peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

8. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki


pencapaian kompetensi.

SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari


kesempurnaan, masih terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun
penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://yuniuptt.blogspot.com/2018/07/makalah-landasan-pengembangan-
kurikulum.html?m=1

TIM. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014  Pusat


Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan Dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan

21

Anda mungkin juga menyukai