Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dalam diri manusia mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan tersebut dapat
berupa dalam bidang pengetahuan, keterampilan, berbicara, dan lain sebagainya. Kelebihan
maupun kelemahan tersebut dapat dipengaruhi dengan yang dinamakan kecerdasan.
Kecerdasan ini dapat meliputi kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Spiritual (SQ), dan
kecerdasan Emosi (EQ). Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa
kecerdasan emosi memiliki peran yang lebih signifikan dibanding kecerdasan Intelektual
(IQ). Kecerdasan Otak berperan sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun
kecerdasan emosilah yang sesungguhnya mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi.
Terbukti, banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk di tengah
persaingan. Sebaliknya, banyak yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja,
justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpin-
pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah kecerdasan Emosi (EQ) membuktikkan
eksistensinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kecerdasan Emosional?
2. Apa-apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional?
3. Apa macam-macam Kecerdasan Emosional?
4. Bagaimana menigkatkan Kecerdasan Emosional?
5. Apa pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi siswa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kecerdasan Emosional.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosinal.
3. Untuk mengetahui macam-macam Kecerdasan Emosional.
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan Kecerdasan Emosional.
5. Untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap prestasi siswa.

1
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kecerdasan Emosiaonal


Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris: emotional
quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada
perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (inteligen)
mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.
Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan
intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali
lebih penting dari pada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap
kesuksesan seseorang (Maliki.2009:15).
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional
seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan
terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Istilah “Kecerdasan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang
psikolog yakni Peter Salovey dan John Mayer . Daniel Goleman, emosi adalah suatu
perasaan dan fikiran yang khas, keadaan psikologis dan biologis yang merupakan dorongan
untuk bereaksi atau bertindak karena ada nya rangsangan baik dari dalam maupun dari luar
individu, dimana hal tersebut bisa berupa; marah, sedih, bahagia, takut, jengkel, malu,
terkejut, cinta, benci, puas yang secara keseluruhan merupakan respon atas stimulus yang di
terima. Emosi merupakan komponen paling penting dalam bahasan psikologi. Emosi masuk
dalam komponen afektif manusia. Emosi merupakan pusat penggerak di samping motivasi,
yang mendasari manusia bertingkah laku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi dan pengaruh yang manusiawi, kecerdasan emosi menuntut pemilikan
perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta

2
menanggapinya dengan terpat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan
sehari-hari.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan tetapi
juga mampu memahami apa makna dari rasa tersebut. Dapat melihat diri sendiri seperti orang
lain melihat,serta mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan oleh orang
lain dapat kita rasakan juga.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu
faktor Internal, yakni faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh
keadaan otak emosional seseorang, dan faktor Eksternal yakni faktor yang datang dari luar
individu dan mempengaruhi atau mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat
secara perorangan, secara kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya.
Juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak
maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan
Emosional, yaitu: faktor psikologi, faktor pelatihan emosi, dan faktor Pendidikan.
a) Faktor Psikologi
Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor
internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol,
mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam
perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya
dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi adalah
sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama
bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan
emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya
mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan
kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah
Senin Kamis.
b) Faktor Pelatihan Emosi
Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan
kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada

3
pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan
berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja
tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, keinginan, maupun
reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga
mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk
melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih
sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
c) Faktor Pendidikan
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk
mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai
bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak
hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan
akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran
agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-
ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan
emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki
kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan,
kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan
emosi.
2.3 Macam-macam Kecerdasan Emosional
Menurut Golemen ada 5 macam-macam Kecerdasan Emosi yaitu:
a) Kemampuan Mengenali Emosi Diri
Anak kenal perasaannya sendiri sewaktu emosi itu muncul. Seseorang yang mampu
mengenali emosinya akan memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan yang muncul
seperti senang, bahagia, sedih, marah, benci dan sebagain
b) Kemampuan Mengelola Emosi
Anak mampu mengendalikan perasaannya sehingga emosinya tidak meledak-ledak yang
akibatnya memengaruhi perilakunya secara salah. Meski sedang marah, orang yang
mampu mengelola emosinya akan mengendalikan kemarahannya dengan baik, tidak
teriak-teriak atau bicara kasar

4
c) Kemampuan Memotivasi Diri
Anak dapat memberikan semangat pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik
dan bermanfaat. Ia punya harapan dan optimisme yang tinggi sehingga memiliki
semangat untuk melakukan suatu aktivitas.
d) Kemampuan Mengenali Emosi Orang Lain
Balita bisa mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain merasa
senang dan dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering juga disebut sebagai
kemampuan berempati. Orang yang memiliki empati cenderung disukai orang lain.
e) Kemampuan Membina Hubungan
Anak sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang
tinggi dan membuat pergaulan seseorang lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini
cenderung punya banyak teman, pandai bergaul dan populer.
2.4 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Jika memang kecerdasan emosional penting, bagaimana cara melatihnya? Psikolog
Bradley Busch pernah menulis artikel berjudul “Emotional Intelligence: Why It Matters and
How to Teach It” yang diterbitkan The Guardian. Ia menunjukkan cara mengasah kecerdasan
emosional di sekolah, di antaranya mengajarkan anak menjadi pendengar aktif.
Selain itu, sekolah juga bisa mengajarkan anak kosakata untuk menyampaikan perasaan
mereka agar siswa mampu memahami perbedaan makna seperti sedih, kecewa, dan kesal.
Cara sederhana untuk memperkenalkan ini kepada siswa adalah memainkan permainan
alfabet dalam kelas. Guru melihat berapa banyak emosi berbeda yang dapat Guru peroleh
untuk setiap huruf dalam alfabet. Setelah itu, diskusikan perbedaan di antara masing-masing,
apa yang mungkin mendorong emosi, dan bagaimana siswa dapat merespons secara pribadi,
Meningkatkan kecerdasan emosional anak juga bisa dilakukan dengan mengembangkan
kesadaran diri mereka. Tujuannya: ketika bertemu orang lain, anak tak membiarkan citra diri
yang terlalu tinggi mempengaruhi perilaku dan interaksi sosial. Anak juga perlu diajarkan
untuk berempati ketika sedang bersama orang lain.
Empati merupakan kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain tanpa
menghakimi, mengenali emosi mereka, dan mampu menyampaikan perspektif kembali.
Merefleksikan kembali perspektif orang lain membantu orang lain merasa dipahami dan bisa
meningkatkan dukungan.

5
2.5 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Siswa
Prestasi belajarmerupakan pencerminan hasil belajar yang dicapai setelah mengikuti
proses belajar mengajar (Tu’u, 2004:76). Oleh karena itu, kemampuan berprestasi atau unjuk
hasil belajar merupakan puncak dalam proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:243).
Prestasi belajar tiap siswa dapat diketahui prestasi belajar siswa dan kercerdasan itu sendiri
itu adalah salah satunya adalah kecerdasan emosional (Purwanto, 2014:107).
Menurut Uno (2006:68), Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, pengendalian diri, semangat, kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk
mengendalikan dorongan hati dan emosi. Kecerdasan Emosional akan mempengaruhi sikap
dan perilaku seseorang dalam kehidupannya. Dalam proses belajar, seorang siswa akan
sangat dipengaruhi oleh Kecerdasan Emosionalnya. Jika siswa dapat mengendalikan dirinya,
ia tidak akan terganggu dengan lingkungan sekitarnya, maka ia akan berkonsentrasi pada
pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosional dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya adalah Prestasi Belajar Akuntansi
Keuangan.
Goleman (2009:98), menyatakan bahwa “Kecerdasan Emosional sangat berpengaruh
pada kesuksesan hidup seseorang. Kecerdasan Emosional berpengaruh pada prestasi belajar
dan bekerja seseorang. Kecerdasan Emosional membuat siswa bersemangat tinggi dalam
belajar. emosional yang penting bagi keberhasilan hidup seseorang. Kualitas-kualitas tersebut
adalah sebagai berikut : 1. Empati (kepedulian) 2. Kemampuan mengungkapkan dan
memahami perasaan 3. Kemampuan mengendalikan amarah 4. Kemandirian 5. Kemampuan
menyesuaikan diri & Disukai 6. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi 7.
Ketekunan 8. Kesetiakawanan 9. Keramahan dan sikap hormat Menurut Goleman (2009:403
- 404) ada 5 parameter Kecerdasan Emosi, yaitu (1) kesadaran diri (2) mengelola emosi diri
(3) memanfaatkan emosi secara produktif (4) empati dan (5) membina hubungan yaitu
1. Kesadaran Diri
a. Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri
b. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul.
c. Mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan
2. Mengelola emosi

6
a. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah
b. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian dan gangguan di ruang kelas
c. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat, tanpa berkelahi
d. Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing
3. Memanfaatkan emosi secara produktif
a. Lebih bertanggung jawab
b. Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh
perhatian
c. Kurang impulsif, lebih menguasai diri
d. Nilai pada tes-tes prestasi meningkat
4. Empati (Membaca Emosi)
a. Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain
b. Memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain
c. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain
5. Membina hubungan
a. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan
b. Lebih baik dalam menyelesaiakan pertikaian dan merundingkan persengketaan
c. Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan

Prestasi Belajar menurut Suryabrata (2014:296) adalah nilai-nilai yang merupakan bentuk
perumusan akhir yang diberikan guru terkait dengan kemajuan prestasi belajar siswa selama
waktu tertentu. Sukmadinata (2011:102) menyatakan bahwa: Prestasi belajar/hasil belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan materi, keterampilan berfikir, maupun
keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan
seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan
siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa Prestasi Belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan belajar setelah mengikuti proses belajar mengajar yang di buktikan dengan
angka yang akan di peroleh setelah diadakan suatu evaluasi.

7
BAB III

Kesimpulan

3.1 Kesimpulan
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (emotional quotient) adalah
kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya
dan oranglain di sekitarnya.Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yang baik,
akan membentuk generasi yang berpendidikan berkarakter.
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan
perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang
membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang
menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.Orang yang
mampu mengendalikan kecerdasan emosional yang dimilikinya akan memiliki peluang yang
lebih baik untuk bisa sukses dan dipastikan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan
yang tergolong rumit.
Dengan bertambahnya usia maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju
kondisi yang lebih stabil.Kecerdasan emosional juga berkaitan dengan arah yang positif jika
remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan proses agar seseorang dapat mencapai
tingkat kecerdasan emosional yang mantap. Penerapan kecerdasan emosional sangat penting
di lakukan dalam proses belajar mengajar, karena di saat individu memiliki kecerdasan
emosional yang baik, maka kemungkinan besar perkembangan individu tersebut akan baik
dan berjalan lancar.
3.2 Saran
Tingkat kecerdasan emosional tiap individu bervariasi, namun pada dasarnya kemampuan
emosional seseorang dapat di tingkatkan melalui proses dan tindakan tertentu. Emosi
merupakan keadaan psikologis yang cukup sulit untuk dikontrol, namun tetap perlu di
organisir dengan baik sehingga tidak terjadi gangguan yang berbahaya dalam proses
perkembangan peserta didik.
Orang tua maupun pendidik tidak mungkin selalu mengawasi perkembangan dan tingkah
laku peserta didik setiap waktu, selain itu peserta didik pasti akan merasa terganggu dan

8
merasa terbelenggu jika terus menerus diawasi. Mengingat hal tersebut, maka perlu di
berikan pemahaman tentang kondisi psikologis dirinya sendiri, serta perlu di berikan arahan
dalam menanggapi suatu permasalahan tanpa harus memaksakan kehendak pribadi.
Keterbukaan dalam mendengarkan keluhan siswa dan memberikan dukungan moril yang
cukup, akan membantu siswa dalam menghadapi transisi sehingga mampu mencapai kondisi
emosional yang stabil.untuk hasil jangka panjang,hal tersebut akan sangat membantu peserta
didik untuk mengeluarkan potensi terbaik yang di miliki sehingga unggul dalam kehidupan
sosial,akademis dan sebagainya. 

9
Daftar Pustaka

Gardner,H.1983.Pendidikan Emosional Usia dini.Bandung:C.V Tirta.

Goeleman.2000.Kecerdasan Manusia.Jakarta: Gramedia.

Nasution, Noehi. 1995. Strategi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Raharjo, Budi. 2003. Managemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

10

Anda mungkin juga menyukai