KURANGNYA PENDIDIKAN SEX
DI INDONESIA
1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia masih menganggap
pendidikan sex merupakan topik yang
masih tabu untuk dijadikan topik diskusi.
Pada dewasa ini seharusnya masyarakat
paham mengenai pendidikan sex
khususnya untuk remaja yang baru
memasuki masa pubertas. Karena organ
reproduksi mereka sudah berfungsi untuk
membuahi rahim yang nantinya akan
menjadi calon bayi. Ditambah lagi
dengan keingin tahuan yang semakin
meningkat, membuat remaja penasaran
ingin mencoba apa itu berhubungan
badan karena menonton film. Jadi jangan
sampai salah pergaulan karena kurangnya
pendidikan sex.
Di Indonesia sendiri, sex bebas memang
ditentang dari segi adat istiadat, agama,
dan moral. Hanya saja, fakta
membuktikan bahwa sex bebas sudah
banyak dilakukan akibat terpengaruh dari
budaya luar karena dampak dari
globalisasi dan bermodalkan rasa
penasaran. Tetapi masih banyak juga
remaja yang tidak melakukan sex bebas
dan bahkan tidak mengerti kata sex itu
sendiri. Maka dari itu, saya akan
membahas pentingnya pendidikan sex
untuk masyarakat khususnya remaja yang
sedang pubertas.
2. Pembahasan
Sebelum saya membahas pentingnya
pendidikan sex untuk remaja, saya akan
menyampaikan pengertian pendidikan
sex. Pendidikan sex adalah usaha yang
diciptakan secara sengaja dan bertujuan
untuk mendidik, melatih, dan
membimbing anak tentang sex agar dapat
mengantisipasi intimidasi seksual yang
mungkin dialaminya sesuai dengan
kemampuan individu dan sosialnya.
Akan tetapi di Indonesia pendidikan sex
masih sangat kurang sosialisasinya.
Seperti di sekolah dan lingkungan
keluarga. Riset yang dilakukan oleh
Durex Indonesia tentang Kesehatan
Reproduksi dan Seksual menunjukkan
84% remaja berusia 12-17 tahun belum
mendapatkan pendidikan sex.
Padahal menurut para ahli pendidikan sex
tidak harus menunggu seorang anak
mengalami masa pubertasnya, karena
sebelum itu sudah ada tanda-tanda dari
masa pubertas. Seperti perubahan bentuk
tubuh dan suara yang lebih berat.
Riset yang telah dilakukan oleh
kelompok pakar pendidikan seksualitas
Eropa di tahun 2016 mengatakan
pendidikan seksualitas tidak mendorong
anak untuk melakukan hubungan seksual,
melainkan dapat memberikan informasi
yang komprehensif mengenai isu
seksualitas sehingga anak memahami dan
mampu membuat keputusan yang lebih
bijak dalam menjalani kehidupannya.
Menurut Prof. Sarlito Wiryawan, guru
besar Psikologi Universitas Indonesia,
“Masyarakat yang tidak mengerti seks
tidak akan tahu bagaimana cara
menghindari bahaya penyalahgunaan
seks. Sama dengan masyarakat yang tidak
pernah diajari tentang bencana alam,
melainkan hanya diajari untuk berdoa dan
minta ampun kepada Tuhan. Ketika
bencana terjadi, mereka hanya
berhamburan ke sana kemari dan banyak
yang tewas, sementara berdoa pun belum
sempat saking paniknya. Begitu juga
ABG yang tidak tahu tentang seks, tahu-
tahu sudah KTD (Kehamilan yang Tidak
Dikehendaki). Bingunglah dia dan lari ke
aborsi illegal.”
Pada dasarnya pendidikan seksual
bertujuan untuk membekali remaja dalam
menghadapi gejolak biologis agar mereka
tidak melakukan hubungan seksual
sebelum menikah karena mengetahui
resiko yang dapat terjadi, seandainya
mereka tetap melakukannya, mereka
dapat mencegah resiko buruk yang terjadi
dan jika resiko tetap terjadi, mereka akan
menghadapi secara bertanggung jawab.
Selain itu peran orang tua dalam
pembinaan remaja merupakan kunci
bagaimana remaja itu akan terbentuk
dimana orang tua berperan sebagai
pendidik. Orang tua wajib memberikan
bimbingan dan arahan kepada anaknya
nilai-nilai agama yang ditanamkan
kepada anaknya sejak dini sebagai bekal
dalam menghadapi perubahan-perubahan
yang terjadi pada remaja tersebut.
Menurut data dari Komnas Perempuan
Indonesia tahun 2019 kasus kekerasan
seksual tertinggi dalam komunitas atau
lingkungan adalah tetangga (878 kasus)
di ikuti oleh teman (506 kasus) dan orang
lain (456 kasus).
(Sumber: Komnas Wanita)
Jadi pendidikan sex sangat penting untuk
masyarakat khususnya remaja yang baru
pubertas. Kurangnya pendidikan sex
berdampak pada tingginya tingkat
penularan penyakit menular seksual
seperti HIV/AIDS. Dampak negatif
lainnya yaitu tingginya pergaulan bebas
terutama di kota besar, sehingga banyak
remaja yang hamil di luar nikah, bahkan
menggugurkan kandungannya.
3. Kesimpulan
Pendidikan sex sangat penting di
masyarakat khususnya remaja yang
sedang dalam masa pubertas. Akan tetapi
hal ini masih dianggap tabu oleh hampir
seluruh masyarakat Indonesia karena
tidak sesuai dengan norma, adat istiadat,
dan agama. Kurangnya pendidikan
tentang sex menyebabkan meningkatnya
kasus kekerasan seksual terhadap wanita,
khususnya di lingkungan rumah sehingga
menyebabkan rawannya penularan
penyakit seksual yaitu HIV/AIDS.
Sekolah memiliki peran penting untuk
menyampaikan pendidikan tentang
seksual namun harus bisa disampaikan
dengan bahasa yang sopan dan benar.
Selain itu orang tua juga tidak kalah
penting dalam menyampaikan bahaya sex
bebas dan informasi mengenai
reproduksi.
4. Saran
Pemerintah Indonesia sebaiknya lebih
memperhatikan pendidikan sex untuk
remaja usia 10-14 tahun. Serta harus
lebih sering memberikan sosialisasi
tentang dampak dari kurangnya
pendidikan sex di Indonesia. Agar
diharapkan terjadi penurunan tingkat
kekerasan seksual terhadap wanita dan
anak-anak serta penurunan angka aborsi
karena hamil di luar nikah.
Orang tua dan sekolah juga harus bekerja
sama untuk menyampaikan pendidikan
sex dengan bahasa yang dapat di
 mengerti dan tidak melanggar norma
kesopanan.

5. Daftar Pustaka
https://www.tandfonline.com/. (26
Nov 2015) Sexuality education – what is
it?. Diakses pada 26 Mei 2020. Dari
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.
1080/14681811.2015.1100599
https://www.kompasiana.com/. (24
Jun 2019) Pentingnya Sex Education
Demi Masa Depan Anak Bangsa. Diakses
pada 26 Mei 2020. Dari
https://www.kompasiana.com/siscopetra/
5d10cf6f097f362eb265b4f2/free-sex-
berujung-fatal-sex-education-itu-perlu?
page=1
https://www.economica.id/. (27 Apr
2016) Pendidikan Seks di Indonesia:
Tabu atau Bermanfaat?. Diakses pada 26
Mei 2020. Dari
https://www.economica.id/2016/04/27/se
xeducation/