Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan seks

Pendidikan seksuntuk
untukremaja, Apakah perlu?
remaja,
Apakah perlu?

Seberapa pentingkah Pendidikan seks bagi remaja saat ini?


Ketika anak mulai beranjak remaja, ketertarikannya pada dunia seksualitas bukan lagi tentang
perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Mereka mulai tertarik dengan aktivitas seksual yang
sering diasosiasikan sebagai lambang cinta. Apalagi saat ini kita berada pada perkembangan teknologi
yang sangat pesat. Sengaja atau tidak, remaja biasanya akan sampai pada perihal pornografi. Saat
membuka Google, media sosial ataupun games kegemarannya. Mirisnya, di dunia internet pencarian
dengan kata kunci remaja cenderung memiliki konotasi negatif. Maka dari itu sangat penting untuk
mencegah agar remaja-remaja tidak mendapat informasi dari orang yang salah.

Sebuah riset tentang Kesehatan Reproduksi dan Seksual menunjukkan, 84 persen remaja usia 12-17
tahun di 5 kota besar se-Indonesia belum mendapatkan Pendidikan seks. Edukasi yang seharusnya
diberikan tanpa perlu menunggu puber, baru diberikan saat anak berumur 14-18 tahun

pendidikan seks di Indonesia dirasa perlu dan mendesak untuk dilakukan. Data dari Komite
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Oktober 2013
menyebutkan bahwa sekitar 62,7 persen remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar
nikah dan 21 persen di antaranya pernah melakukan aborsi. Belum lagi pada kasus infeksi HIV dalam
rentang tiga bulan ada 10.203 kasus HIV dan 30 persen pasiennya berusia remaja.

Banyaknya kasus remaja yang terkait dengan masalah seperti menonton video porno, berbuat tak
senonoh, hamil di luar nikah, kecanduan, hilangnya konsentrasi dan motivasi belajar bisa jadi karena
kurangnya informasi mengenai seksualitas untuk remaja, meskipun beberapa opini mengungkapkan
bahwa dengan memberikan pendidikan seks sama dengan mengajari anak-anak dan remaja untuk
melakukan seks bebas, dan bahwa pendidikan seks adalah tugas keluarga atau orang tua. Padahal
justru tanpa bekal pendidikan seks, anak bisa saja mengeksplorasi ketertarikannya secara berebihan
sehingga terjerumus ke hubungan intim yang tidak seharusnya apalagi di masa pubertas ini juga,
keingintahuan remaja pada dunia yang satu ini sangat besar. Sehingga ketidaktahuannya tentang
masa pubertas dan juga perubahan yang terjadi di masa peralihan ini perlu mendapatkan
pendampingan yang positif.

Pendidikan mengenai seks untuk remaja juga mengalami penyempitan dan pergeseran makna. Pada
umumnya para orang tua masih menganggap tabu membicarakan masalah ini dengan anak-anaknya.
Ada yang tidak sanggup, tidak mau, malu, tidak siap dan berbagai reaksi lainnya. Padahal penting bagi
orang tua untuk memberikan pengetahuan seputaran seks yang menyangkut perihal kesehatan anak,
perkembangan diri, dan pertumbuhan anak. Banyak orangtua yang masih menyepelekan pendidikan
seks untuk anak, khususnya anak-anak praremaja yang berumur 9 – 10 tahun. Padahal, pada usia
tersebut anak harus sudah mendapatkan pendidikan seks untuk menjaganya agar tidak terjerumus ke
pengertian yang salah seperti hal yang sudah tersampaikan diatas.
Lalu, bagaimana caranya memulai Pendidikan seks yang tepat dan benar?

Sebagai orang tua anda dapat memberikan pengetahuan tentang seks dengan mengajak anak
mengobrol seputaran hal sehari-hari yang kemudian sedikit mengarah mengenai seksualitas. Anda
dapat memulai seperti cara-cara berikut ini.

 Dengan Buku
Anda bisa mulai pendidikan seks dengan memberikan mereka buku tentang pendidikan seksual sesuai
usianya. Sekarang ini, ada banyak sekali buku ensiklopedi mini yang menjelaskan seputar seks kepada
anak. Anda bisa memulai pendidikan seks praremaja dengan buku-buku ini. Dampingi anak-anak
ketika membaca buku tersebut. Minta anak untuk bertanya apabila ada hal-hal yang tidak mereka
pahami.

 Berdiskusi dengan Nyaman


Ketika berbicara tentang seksualitas, tidak hanya Anda yang merasa canggung. Anak-anak mungkin
juga merasakan hal yang sama. Untuk itu, buatlah diskusi berjalan dengan nyaman. Supaya tidak
terlalu canggung, Anda bisa memulainya dengan pengantar, misalnya “Kakak belajar apa tadi di
sekolah? Sudah sampai materi reproduksi belum?”. Selanjutnya, biarkan percakapan mengalir dan
buat anak merasa nyaman dengan Anda.

 Berikan Jawaban yang Lugas


Ketika anak bertanya sesuatu seputar seksualitas, berikan jawaban yang lugas. Memberikan jawaban
dengan berbelit-belit hanya akan menimbulkan salah tafsir. Anak-anak pun akan menganggap bahwa
seks adalah hal yang tabu dan tidak pantas dibicarakan dengan orang tua.

 Jangan berlebihan
Tanggapan yang berlebihan juga bisa berdampak negatif. Menjelaskan sesuatu secara berlebihan bisa
membuat anak segan untuk bertanya kepada Anda.

 Berikan pendidikan seks secara berkala


Pendidikan seks tidak bisa diberikan dalam sekali diskusi. Anak-anak tidak mampu mengingat banyak
hal. Dalam satu diskusi, berikan satu topik tertentu yang bisa diserap anak. Lalu, bahas topik lainnya di
lain kesempatan. Berikan pendidikan seks secara berkala dan sesuai dengan usianya.

Anda mungkin juga menyukai