Anda di halaman 1dari 9

UJI EFEKTIVITAS BAKTERI PELARUT FOSFAT PENGHASIL

ASAM SIANIDA ASAL TANAH GAMBUT RIAU DALAM


MENGENDALIKAN GULMA DOMINAN
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Tri Septiani, Delita Zul, Mayta Novaliza Isda

Mahasiswa Program S1 Biologi


Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
Icecream92@ymail.com

ABSTRACT

This research aimed to analyze the effectiveness of phosphate solubilizing bacteria


(PSB) which are able to produce cyanide acid (HCN) in controlling of predominant
weed in the palm oil plantation. This research was conducted from February to July
2014 in the Laboratory of Microbiology, Faculty of Mathematics and Natural Science,
University of Riau. The effectiveness of PSB in controlling the growth of Mikania
micrantha was performed by inoculating 26 selected PSB isolates into pre-germinated
weed based on the Kremer and Souissi method modification. The parameters observed
were root length and shoot length of seedling weed. The results showed that PSB
isolates tested, in general, were effective to inhibit the growth of root and shoot length
of the weed. BB_K9 isolate was the most effective in controlling the weed as it had a
strong level of HCN production.

Keywords: Cyanide acid, Palm oil, Phosphate solubilizing bacteria, Weed

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas dari koleksi Bakteri Pelarut Fosfat
(BPF) penghasil Asam Sianida (HCN) dalam mengendalikan gulma dominan pada
tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan
Juli 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Riau. Efektifitas BPF dalam mengendalikan Mikania micrantha
dilakukan dengan inokulasi 26 isolat selektif pada pra-kecambah gulma dengan
memodifikasi metode dari Kremer dan Souissi. Parameter yang di amati berupa panjang
akar dan panjang tunas dari anakan gulma yang diberi perlakuan. Hasil penilaian
menunjukkan bahwa isolat BPF selektif secara umum mampu menghambat
pertumbuhan panjang akar dan tunas pada gulma. Isolat BB_K9 paling efektif dalam
mengendalikan gulma karena memiliki tingkat HCN yang kuat.

Kata kunci: Asam sianida, Bakteri pelarut fosfat, Gulma, Kelapa sawit

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 581


PENDAHULUAN Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 20%
(Rambe et al., 2010).
Gulma adalah tumbuhan yang Pengendalian gulma yang sering
kehadirannya tidak diinginkan pada dilakukan pada areal perkebunan adalah
lahan perkebunan karena kehadirannya secara mekanik dan kimiawi dimana
dapat menurunkan kualitas dan jumlah pengendalian secara kimiawi dilakukan
produksi tanaman utama melalui melalui aplikasi herbisida. Penggunaan
kompetisi. Gulma merupakan salah satu herbisida secara terus menerus selama
masalah utama dalam budidaya tanaman 30 tahun terakhir ini berdampak negatif
karena merupakan salah satu faktor bagi lingkungan, terjadinya keracunan
yang menghambat pertumbuhan pada organisme nontarget, polusi
tanaman budidaya, terutama pada kebun sumber-sumber air dan kerusakan tanah,
muda. Kehadiran gulma di sekitar juga keracunan yang diakibatkan oleh
tanaman budidaya tidak dapat residu herbisida terhadap produk
dihindarkan terutama jika lahan pertanian (Genowati dan Suwahyono,
pertanian tersebut tidak dipelihara. 2008).
Kelapa sawit merupakan salah Mengingat kerugian yang
satu komoditas andalan perkebunan diakibatkan oleh herbisida tersebut,
nasional. Perkebunan kelapa sawit penggunaan metode biologis merupakan
memiliki karakteristik lingkungan yang salah satu cara efektif yang ramah
berbeda antara satu tempat dengan lingkungan dalam mengendalikan
tempat lainnya. Menurut Ashton (1991) gulma. Dari penelitian sebelumnya yang
karakteristik lingkungan yang dilakukan oleh Aprilia (2013) dalam
mempengaruhi gulma tumbuh dominan menguji Bakteri Pelarut Fosfat (BPF),
pada suatu tempat adalah iklim, didapatkan 26 isolat yang mampu
pisiografik, dan biotik. Faktor iklim menghasilkan asam sianida (HCN)
seperti cahaya, temperatur, air, angin, secara kualitatif dan diketahui dapat
atmosfer. Faktor pisiografik seperti menghambat metabolisme dan
edapik (pH, kesuburan, tekstur tanah, pertumbuhan akar (Schippers et al.,
struktur tanah, dan bahan organik), dan 1990).
topografi. Faktor biotik seperti tanaman Penelitian ini bertujuan untuk
(kompetisi, penyakit, dan zat alelopati), menguji efektivitas dari koleksi BPF
dan hewan (serangga, parasit, dan dalam mengendalikan gulma dominan
mikroorganisme). pada tanaman kelapa sawit yaitu
Gulma yang tumbuh pada M. micrantha.
perkebunan kelapa sawit akan
menurunkan hasil panen sekitar 20-80% METODE PENELITIAN
(Moenandir, 1988). Gulma penting
yang perlu dikendalikan pada Penelitian ini dilaksanakan dari
perkebunan kelapa sawit adalah bulan Februari hingga Juli 2014 di
Mikania micrantha karena persaingan Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan
yang ditimbulkannya sangat besar dan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
dapat menganggu pertumbuhan Pengetahuan Alam Universitas Riau.
tanaman. Gulma M. micrantha
diketahui dapat menurunkan produksi

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 582


a. Alat dan Bahan diinkubasi selama 48 jam untuk
digunakan sebagai starter uji pada
Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma.
penelitian ini adalah autoklaf, gelas
ukur, erlenmeyer, tabung reaksi, cawan d. Uji Efektivitas Bakteri Penghasil
petri, plastik wrap, spatula, beaker HCN Terhadap Biji Gulma
glass, microwave, oven, tabung reaksi,
jarum ose, pipet volume, rak tabung, Biji direndam dalam air dan biji
bunsen, aluminium foil, penggaris, yang tenggelam diambil kemudian
kertas label, kain kasa, benang, kapas, direndam kembali selama 1 hari untuk
wadah, timbangan dan alat tulis. membantu proses pecahnya biji untuk
Bahan yang digunakan dalam perlakuan selanjutnya. Pengujian
penelitian ini adalah Biji gulma efektivitas BPF penghasil HCN dalam
dominan pada tanaman kelapa sawit mengendalikan gulma ini memodifikasi
yaitu Mikania micrantha, 26 koleksi dari metode Kremer dan Souissi (2001)
isolat BPF penghasil HCN, ekstrak yang diawali dengan sterilisasi
yeast, agar, aquades, alkohol, spiritus, permukaan biji gulma dengan cara
glukosa, Ca3(PO4)2, NaCl, K2HPO4, merendam biji gulma ke dalam etanol
KCl, MgSO4.7H2O, MnSO4.H2O, 95% selama 10 detik lalu ditiriskan.
FeSO4.7H2O, (NH4)2SO4, sodium Kemudian biji direndam dalam larutan
hypochlorite, etanol, gliserol, asam sodium hipoklorit 5% selama 5 menit
sitrat 2%, pepton, NaOH, medium dan dibilas dengan aquades steril
pikovskaya cair, medium pikovskaya sebanyak 7 kali (Gealy et al., 1996).
padat, medium agar 1%, dan medium Biji yang telah steril di pra-
King’s B cair. kecambahkan pada media tanam yang
berupa agar 1% dalam suatu wadah.
b. Peremajaan Koleksi Isolat Bakteri Biji yang telah pra-kecambah dipilih
Penghasil HCN secara seragam dimana kriteria pra-
kecambah tersebut dilihat dari kondisi
Sebanyak 26 isolat koleksi BPF biji yang telah pecah, kemudian
penghasil HCN digoreskan pada dipindahkan ke media tanam agar 1%
permukaan medium pikovskaya miring, yang berada pada cawan petri dan
kemudian diinkubasi pada suhu ruang masing-masing petri berisi 1 biji gulma
sampai terjadi pertumbuhan (24-48 uji. Kemudian suspensi bakteri
jam). Isolat yang telah diremajakan diteteskan sebanyak 30 µl pada masing-
tersebut digunakan sebagai culture masing kecambah gulma. Selanjutnya
stock dan working stock (Pelczar dan cawan petri dibungkus menggunakan
Chan, 1986). plastik wrap, diinkubasi dan diamati
selama waktu pengamatan 7 hari.
c. Pembuatan Starter BPF
Sebagai kontrol dibuat perlakuan yang
Sebanyak satu ose isolat bakteri sama akan tetapi tidak diinokulasikan
diinokulasikan ke dalam 10 ml medium BPF melainkan dengan penambahan
Pikovskaya cair dan diinkubasi selama aquades. Dilakukan ulangan sebanyak
96 jam. Setelah itu 1ml kultur dari 3 kali untuk setiap isolat uji.
pikovskaya cair diinokulasi kembali ke
dalam 9ml medium King’s B dan

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 583


e. Pengukuran BB_K9, BB_S10 dan BB_HP15 yang
paling efektif dalam menghambat
Pengamatan yang dilakukan pertumbuhan akar dari gulma, ini
berupa pengukuran panjang akar dan terlihat dari panjang akar yang
tunas dari kecambah gulma (cm). terbentuk yaitu 0,05 cm. Isolat yang
Pengukuran panjang tunas diukur mulai tidak efektif dalam menghambat
dari pangkal sampai ujung tunas yang pertumbuhan akar M. micrantha yaitu
tumbuh sedangkan pengukuran panjang isolat BB_HP25 karena panjang akar
akar utama diukur mulai dari leher akar yang terbentuk terukur paling tinggi
sampai ujung akar yang panjang. dibanding isolat lainnya yaitu 0,5 cm,
namun tidak melebihi panjang akar dari
f. Persentase Efektifitas Isolat Uji kontrol. Lingkungan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap proses
Perhitungan persentase
pembentukan akar. Di samping faktor-
efektifitas isolat uji dalam
faktor lingkungan seperti suhu, pH dan
mengendalikan gulma dominan pada
intensitas cahaya (Subba-Rao, 1994),
tanaman kelapa sawit yaitu
alelopati juga dapat mempengaruhi
M. micrantha dihitung menggunakan
pembentukan akar, penghambatan
rumus sebagai berikut:
maupun pertumbuhan tanaman target.
Perhitungan Efektifitas (%) Pada hasil yang didapat
= PK(a/t)-PP(a/t) x 100 diperkirakan BPF penghasil HCN ini
PK(a/t) dapat menghambat pertumbuhan akar
Keterangan : gulma M. micrantha. Hal ini didukung
-PK(a/t): Panjang (akar/tunas) dari dengan penjelasan Agusta et al. (2006)
kontrol bahwa senyawa alelopati umumnya
-PP(a/t): Panjang (akar/tunas) dari menghalangi pembelahan sel dan
perlakuan mengganggu keseimbangan hormon
pada pertumbuhan akar tanaman.
g. Analisis Data Panjang tunas dari anakan
gulma M. micrantha yang diberi
Data panjang tunas, panjang perlakuan disajikan pada Gambar 1B.
akar dan persentase efektifitas yang Isolat BB_HP25 mempunyai panjang
diperoleh dianalisis dengan tunas tertinggi yaitu 1,93 cm. Tinggi
menggunakan uji deskriptif dan tunas pada isolat ini melebihi tinggi
disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. tunas pada kontrol yaitu 1,43 cm,
sehingga isolat ini tidak efektif dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN menghambat pertumbuhan tunas gulma
M. micrantha jika dibandingkan dengan
Efektifitas BPF penghasil HCN isolat lainnya. Isolat yang paling efektif
dalam menghambat pertumbuhan akar dalam menghambat pertumbuhan tunas
gulma M. micrantha disajikan pada pada gulma ini adalah isolat BB_K9,
Gambar 1A. Semua perlakuan karena menghasilkan tinggi tunas yang
menyebabkan pertumbuhan akar yang jauh lebih kecil dibanding kontrol yaitu
lebih pendek dibanding kontrol. Dari 26 0,24 cm.
isolat yang diuji didapatkan isolat

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 584


A

Gambar 1. Anakan gulma M. micrantha yang diberi perlakuan BPF (A) Panjang
Akar, (B) Panjang Tunas.

HCN yang dihasilkan BPF dapat memiliki tunas lebih pendek dibanding
dijadikan sebagai alelopati yang kontrol. Dalam perkembangan
merupakan interaksi biokimiawi secara selanjutnya, alelopati yang
timbal balik yang dapat bersifat dimaksudkan secara khusus pada
penghambatan maupun perangsangan interaksi ini yaitu bersifat penghambat
pertumbuhan (Rice, 1984). atau merusak (Supriyanto, 2001).
Selain dari isolat BB_HP25,
semua anakan gulma yang perlakuan

A B C

K K K

Gambar 2. Anakan gulma yang diberi perlakuan isolat BPF penghasil HCN
K: Kontrol (A) Isolat BB_HP15, (B) Isolat BB_S10 dan (C) Isolat BB_K9

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 585


Pada beberapa isolat ditemukan akar maupun tunas adalah isolat
pertumbuhan gulma M. micrantha yang BB_K9, BB_S10 dan BB_HP15. Dari
diberi perlakuan mengalami kelayuan, penelitian sebelumnya (Aprilia, 2013)
daun yang tidak tumbuh dan diketahui bahwa isolat BB_K9 dan
pertumbuhan berlangsung tidak normal BB_S10 merupakan isolat yang secara
seperti pada kontrol. Pada anakan kualitatif mampu menghasilkan HCN
gulma yang diberi perlakuan BPF dalam tingkatan kuat (+++), sedangkan
penghasil HCN memang terjadi proses isolat BB_HP15 dalam tingkatan
pertumbuhan akan tetapi pertumbuhan sedang (++).
tersebut menjadi tidak normal atau cacat Tabel 1 menyajikan efisiensi
(Yuliani, 2000). dari isolat uji dalam mengendalikan
Gambar 2 menyajikan gulma M. micrantha. Hasil menunjukkan
yang diintroduksi dengan isolat BB_K9, bahwa kehadiran bakteri memberikan
BB_S10 dan BB_HP15 yang efek penghambatan terhadap gulma
mengalami gangguan karena tidak M. micrantha. Hal ini ditunjukkan oleh
hanya ukuran akar dan panjang tunas persentase reduksi terhambatnya
yang lebih pendek dari kontrol pertumbuhan panjang akar dan tunas
melainkan juga mengalami kelayuan. dari gulma yang diujikan dibanding
Hal ini merupakan refleksi dari kontrol. Persentase reduksi
gangguan proses fisiologis tanaman memperlihatkan tingkatan efisiensi dari
(Adinugroho, 2008). Gangguan isolat uji dalam mengendalikan gulma
fisiologis dapat memicu tanaman dominan, semakin tinggi nilai
memberikan respons dalam beberapa persentase reduksi maka semakin tinggi
bentuk gejala, diantaranya adalah pula tingkat efisiensi dari setiap isolat
ukuran tanaman dapat melebihi atau dalam menghambat pertumbuhan dan
lebih kecil dari ukuran normal, mengendalikan gulma dominan pada
terjadinya perubahan warna pada daun, tanaman kelapa sawit.
batang, akar, buah, bunga dan muncul Dari tabel dapat dijelaskan
gejala matinya jaringan, ditandai bahwa persentase reduksi panjang akar
dengan layunya bagian dari tubuh M. micrantha rata-rata diatas 70%
tanaman. Peristiwa kelayuan sedangkan persentase reduksi panjang
disebabkan karena penyerapan air tidak tunas rata-rata diatas 50%. Diketahui
dapat mengimbangi kecepatan dari pengamatan bahwa isolat
penguapan air dari tanaman BB_HP25 tidak efisien dalam
(Doflamingo, 2013). menghambat pertumbuhan maupun
Pada hasil penelitian didapatkan mengendalikan gulma ini karena
bahwa isolat BB_K9, BB_S10 dan memiliki persentase reduksi terendah
BB_HP15 yang paling efektif dalam dibanding isolat lainnya. Isolat BB_K9
mengendalikan gulma M. micrantha mampu menghambat pertumbuhan
melalui penghambatan pertumbuhan gulma baik pada pertumbuhan akar
panjang akar, sementara isolat yang maupun tunas. Selain itu, isolat ini juga
paling efektif dalam menghambat memiliki persentase reduksi yang tinggi
pertumbuhan tunas pada gulma ini pada kedua parameter sehingga isolat
adalah isolat BB_K9. Isolat yang paling ini merupakan isolat yang efisien dalam
efektif dalam mengendalikan gulma ini mengendalikan gulma dominan tersebut
melalui penghambatan pertumbuhan

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 586


Tabel 1. Efisiensi isolat uji dalam yang menegaskan bahwa HCN adalah
mengendalikan M. micrantha senyawa penghambatan utama. Hasil
% Reduksi M. dari penelitian Kremer dan Souissi
micrantha (2001) juga menunjukkan beberapa
No Kode Isolat strain dari Pseudomonas yang dapat
Panjang Panjang
Akar Tunas menghasilkan metabolit sekunder
1 KONTROL 0 0 berupa HCN mempengaruhi
2 BB_K9 90 83,22 metabolisme akar dan pertumbuhan
3 BB_S10 90 76,92 akar dari gulma yang berada pada
4 BB_S15 84 68,53 perkebunan gandum.
5 BB_HP15 90 76,92
6 BB_HP16 84 69,93
KESIMPULAN
7 BB_K14 84 62,94
8 BB_UB15 84 57,34
9 BB_HP29 74 55,94 Isolat BB_K9, BB_S10 dan
10 BB_BK6 80 55,94 BB_HP15 memiliki daya hambat
11 BB_UB42 74 53,85 pertumbuhan yang paling tinggi
12 BB_S18 68 58,04 dibanding isolat lainnya. isolat BB_K9
13 BB_HS11 74 46,85 dan BB_S10 merupakan isolat yang
14 BB_UB34 74 67,83 secara kualitatif mampu menghasilkan
15 BB_UB6 84 65,03 HCN dalam tingkatan kuat (+++),
16 BB_HP13 84 60,84 sedangkan isolate BB_HP15 dalam
17 BB_BK11 80 64,34 tingkatan sedang (++). Isolat-isolat ini
18 BB_HP25 0 -34,97
merupakan isolat yang efektif dalam
19 BB_K1 74 65,03
20 BB_UB40 78 67,83 mengendalikan gulma dominan pada
21 BB_UB39 74 58,04 tanaman kelapa sawit.
22 BB_HP31 78 58,04
23 BB_UB32 50 25,87 UCAPAN TERIMA KASIH
24 BB_UB35 40 6,99
25 BB_BK4 84 71,33 Penulis mengucapkan terima
26 BB_UB24 34 32,87 kasih kepada kepala Laboratorium
27 BB_BK12 20 30,07 Mikrobiologi Rodesia Mustika Roza,
M.Si dan kepala Laboratorium Biologi
Terpadu Jurusan Biologi Fakultas
Terdapat 2 isolat lainnya yaitu
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
BB_S10 dan BB_HP15 yang juga
Alam Universitas Riau Ibu Siti Fatonah,
mampu menghambat pertumbuhan dan
M.P yang telah membantu memfasilitasi
memiliki persentase reduksi yang rata-
penelitian ini.
rata tinggi, baik pada pertumbuhan akar
maupun tunas. Penghambatan
DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan biji dengan sianida telah
dilaporkan sebelumnya oleh penelitian
Adam O, dan R Zdor. 2001. Effect of
dari Adam dan Zdor (2001).
cyanogenic rhizobacteria on the
Begonia dan Kremer (1994)
growth of velvetleaf (Abutilon
melaporkan penghambatan
theophrasii) and corn (Zea mays)
pertumbuhan selada dan lumbung
in autoclaved soil and the
rumput oleh metabolit yang mudah
influence of supplemented
menguap dari rhizobakteri cyanogenic

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 587


glycine. Soil Biology Biochemic Genowati I dan Suwahyono U. 2008.
(33): 801- 809. Prospek Bioherbisida sebagai
Alternatif Penggunaan Herbisida
Adinugroho WC. 2008. Konsep Kimiawi. Direktorat Bioindustri,
Timbulnya Penyakit [Skripsi]. TAB, BPP teknologi, Jakarta.
Mayor Silvikultur Tropika
Sekolah Pasca Sarjana Institut Kremer RJ dan Thouraya S. 2001.
Pertanian Bogor. Bogor. Cyanide production by
Rhizobacteria and potential for
Agusta A, Jamal Y dan Semiadi G. suppression of weed seedling
2006. Senyawa alelopati yang growth. Current Microbiology
terkandung pada batang dan akar (43):182-186.
Chromolaena odorata (L.).
Agrijournal (4): 30-39. Moenandir J. 1988. Persaingan
Tanaman Budidaya dengan
Aprilia P. 2013. Seleksi Kemampuan Gulma. Jakarta: Rajawali Press.
Bakteri Pelarut Fosfat Asal Bukit
Batu-Riau dalam Menghasilkan Pelczar MJ dan Chan ESC.1986. Dasar-
Asam Sianida [Skripsi.] Jurnal Dasar Mikrobioologi Jilid 1.
Biologi FMIPA Universitas Riau. Jakarta: UI Press.

Ashton FM dan Monaco TJ. 1991. Rambe TD, Pane L, Sudharto P,


Weed Science Principles and Caliman. 2010. Pengelolaan
Practices. John Wiley and Sons Gulma Pada Perkebunan Kelapa
Inc. New York. 357. Sawit di PT. Smart Tbk : Jakarta.

Begonia MFT, dan RJ Kremer. 1994. Rice EL. 1984. Allelopathy. Academic
Chemotaxis of deleterious Press, Inc. London.
rhizobacteria to velvetleaf
(Abutilon theophrasti Medik.)
Schippers B, Bakker A, Bakker P dan
seeds and seedlings. FEMS.
van Peer R. 1990. Beneficial and
Microbiology Ecology. (15): 227-
deleterious effects of HCN-
236.
producing pseudomonads on
rhizosphere interactions. Plant
Doflamingo A. 2013. Fungsi Air bagi
and Soil (129): 75-83.
Tanaman. Perduli Pertanian
Indonesia. Jakarta.
Subba-Rao NS. 1994. Mikroorganisme
Tanah dan Pertumbuhan
Gealy D R, Gurusiddaiah S dan Ogg
Tanaman. Penerbit Universitas
AG Jr. 1996. Isolation and
Indonesia, Jakarta.
characterization of metabolites
from Pseudomonas syringae-strain
Supriyanto. 2001. Identifikasi dan
3366 and their phytotoxicity
pendugaan ragam genetik sifat
against certain weed and crop
komponen ketahanan padi gogo
species. Weed Science (44): 383-
terhadap alelopati gulma teki.
92.
Jurnal Ilmu Pertanian (6): 17-20.
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 588
Yuliani. 2000. Pengaruh alelopati
kamboja (Plumeria acuminata W.
T. Ait.) terhadap perkecambahan
biji dan pertumbuhan kecambah
Celosia argentea. Jurnal Biologi
dan Pengajarannya. Universitas
Negeri Malang. Malang.

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 589

Anda mungkin juga menyukai