Anda di halaman 1dari 5

Dr. Frans Hendra Winarta, S.H., M.H.

 dalam bukunya Hukum Penyelesaian


Sengketa mengatakan bahwa secara konvensional, penyelesaian sengketa
dalam dunia bisnis, seperti dalam perdagangan, perbankan, proyek
pertambangan, minyak dan gas, energi, infrastruktur, dan sebagainya
dilakukan melalui proses litigasi. Dalam proses litigasi menempatkan para
pihak saling berlawanan satu sama lain, selain itu penyelesaian sengketa
secara litigasi merupakan sarana akhir (ultimum remidium) setelah alternatif
penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan hasil (hal. 1-2).
 
Hal serupa juga dikatakan oleh Rachmadi Usman, S.H., M.H. dalam
bukunya Mediasi di Pengadilan, bahwa selain melalui pengadilan (litigasi),
penyelesaian sengketa juga dapat diselesaikan di luar pengadilan (non
litigasi), yang lazim dinamakan dengan Alternative Dispute Resolution (ADR)
atau Alternatif Penyelesaian Sengketa (hal. 8)
 
Dari hal-hal di atas dapat kita ketahui bahwa litigasi itu adalah penyelesaian
sengketa antara para pihak yang dilakukan di muka pengadilan.
 
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Menurut Pasal 1 angka 10 UU 30/1999, alternatif penyelesaian
sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
 
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.[1]
 
Frans Winarta dalam bukunya (hal. 7-8) menguraikan pengertian masing-
masing lembaga penyelesaian sengketa di atas sebagai berikut:

a.

Konsultasi: suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak


tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan,
dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai
dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.

b.
c.

Negosiasi: suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa


melalui proses pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan
bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif.

d.
e.
Mediasi: cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh
mediator.

f.
g.

Konsiliasi: penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan


kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat
diterima.

h.
i.

Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis
dan sesuai dengan bidang keahliannya.

j.

 
Baca juga: Perbedaan Mediator, Arbiter, dan Konsiliator
 
Akan tetapi dalam perkembangannya, ada juga bentuk penyelesaian di luar
pengadilan yang menjadi salah satu proses dalam penyelesaian di dalam
pengadilan (litigasi), yaitu mediasi.
 
Mediasi diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (“Perma 1/2016”).
 
Setiap hakim, mediator, para pihak dan/atau kuasa hukum wajib mengikuti
prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi.[2]
 
Semua sengketa perdata yang diajukan ke pengadilan termasuk perkara
perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara
(partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan
putusan berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan mediasi,
kecuali ditentukan lain berdasarkan Perma 1/2016.[3]
 
Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban mediasi, meliputi:[4]

a.

sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang


waktu penyelesaiannya, antara lain:

b.

1.
sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga;

2.
3.

sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan


Industrial;

4.
5.

keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

6.
7.

keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;

8.
9.

permohonan pembatalan putusan arbitrase;

10.
11.

keberatan atas putusan Komisi Informasi;

12.
13.

penyelesaian perselisihan partai politik;

14.
15.

sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan

16.
17.

sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan


tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;

18.

a.
sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat
atau tergugat yang telah dipanggil secara patut;

b.
c.

gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu


perkara (intervensi);

d.
e.

sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan


pengesahan perkawinan;

f.
g.

sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan


penyelesaian di luar Pengadilan melalui mediasi dengan bantuan
mediator bersertifikat yang terdaftar di Pengadilan setempat tetapi
dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang ditandatangani
oleh para pihak dan mediator bersertifikat.

h.

 
Baca juga: Penyelesaian Perkara Pidana dan Perdata di Luar Jalur
Pengadilan dan Penyelesaian Sengketa di Arbitrase
 
Jadi dapat disimpulkan, arbitrase, konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,
atau penilaian ahli merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non
litigasi).
 
Dengan demikian, alternatif penyelesaian sengketa bukan merupakan bagian
dari lembaga litigasi meskipun dalam perkembangannya adapula yang
menjadi bagian dari proses litigasi, yaitu mediasi. Sedangkan litigasi itu
adalah penyelesaian sengketa antara para pihak yang dilakukan di muka
pengadilan.
 
Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan
semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan
Penyangkalan selengkapnya). Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik
terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra
Justika.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar Hukum:
1.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan


Alternatif Penyelesaian Sengketa;

2.
3.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur


Mediasi di Pengadilan.

4.

 
Referensi:
1.    Frans Hendra Winarta. 2012. Hukum Penyelesaian Sengketa. Jakarta:
Sinar Grafika.
2.    Rachmadi Usman. 2012. Mediasi di Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika.
 
 

[1] Pasal 1 angka 1 UU 30/1999


[2] Pasal 3 ayat (1) Perma 1/2016
[3] Pasal 4 ayat (1) Perma 1/2016
[4] Pasal 4 ayat (2) Perma 1/2016
Lihat Intisari Jawaban

Arsip Terkait

Wewenang PN dalam Melaksanakan Putusan Arbitrase

Penyelesaian Sengketa di Arbitrase

Bagaimana Pengakuan Putusan Pengadilan Asing Terkait Sengketa


Internasional?

Bolehkah Non-advokat Beracara di Lembaga Arbitrase?

Kepailitan dan Arbitrase (1)

Berita Terkait

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Keuangan 5
    Laporan Keuangan 5
    Dokumen6 halaman
    Laporan Keuangan 5
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Hvac 2
    Hvac 2
    Dokumen6 halaman
    Hvac 2
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Alkes 2
    Alkes 2
    Dokumen5 halaman
    Alkes 2
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Struktur Novel
    Struktur Novel
    Dokumen5 halaman
    Struktur Novel
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Jumsih
    Jumsih
    Dokumen7 halaman
    Jumsih
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Holding
    Holding
    Dokumen2 halaman
    Holding
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Skoring
    Skoring
    Dokumen3 halaman
    Skoring
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Foot Note 5
    Foot Note 5
    Dokumen11 halaman
    Foot Note 5
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Skoring TB
    Skoring TB
    Dokumen5 halaman
    Skoring TB
    Alana Channel
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Risiko K3
    Manajemen Risiko K3
    Dokumen6 halaman
    Manajemen Risiko K3
    Alana Channel
    Belum ada peringkat