Anda di halaman 1dari 5

1.

Tipe insiden keempat adalah infeksi nosokomial (Hospital associated


infection), yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu
1. tipe organisme (bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa,
ricketisia, prion/partikl protein yang infeksius, organisme tidak
teridentifikasi) dan
2. tipe/bagian infeksi (bloodstream, bagian yang dioperasi,
abses, pneumonia, kanul IV, protesis infeksi, drain/tube urin,
dan jaringan lunak).
2. Tipe insiden kelima adalah medikasi/cairan infus, yang dimana sub
tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu
1. medikasi/cairan infus yang terkait (daftar medikasi dan daftar
cairan infus),
2. proses penggunaan medikasi/cairan infus (peresapan,
persiapan/dispensing, pemaketan, pemberian, supply/pesan,
penyimpanan, monitoring) dan
3. masalah (salah pasien, salah obat, salah
dosis/kekuatan/frekuensi, salah formulasi/presentasi, salah rute
pemberian, salah jumlah/kuantitas, salah dispensing
label/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, ommited
medicine or dose, obat kadaluarsa, dan adverse drug reaction
(reaksi efek samping obat).
3. Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang
dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu
1. transfusi darah/produk darah terkait (produk selular, faktor
pembekuan, albumin/plasma protein dan imunoglobin),
2. proses transfusi darah/produk darah terkait (test pre transfusi,
peresepan, persiapan, pengantaran, pemberian, penyimpanan,
monitoring, presentasi/pemaketan dan supply/pesan) , dan
3. masalah (salah pasien, salah darah/produk darah, salah dosis
/frekuensi, salah jumlah form, salah dispensing/intruksi,
kontraindikasi, salah penyimpanan, obat atau dosis yang
diabaikan, darah kadaluarsa dan efek samping (adverse effect).
4. Tipe insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi tiga yaitu
1. nutrisi yang terkait (diet umum dan diet khusus),
2. proses nutrisi (peresepan /permintaan, persiapan
/manucfatur /proses memasak supply/order, presentation,
dispensing/alokasi, pengantaran, pemberian dan
penyimpanan), dan
3. masalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah frekuensi,
salah konsistensi, dan salah penyimpanan.
5. Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi tiga yaitu
1. oksigen/gas terkait (daftar oksigen/gas terkait),
2. proses penggunaan oksigen/gas (label cilinder/warna kode,
peresepan, pemberian, pengantaran, supply/order dan
penyimpanan) dan
3. masalah (salah pasien, salah gas, salah rate/flow/konsentrasi,
salah mode pengantaran, kontraindikasi, salah penyimpanan,
gagal pemberian dan kontaminasi.
6. Tipe insiden kesembilan adalah alat medis/alat kesehatan, yang
dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu
1. tipe alat medis/alat kesehatan (daftar 26 alat medis/alat
kesehatan/equipment property) dan
2. masalah (presentation / pemaketan tidak baik, ketidak
tersediaan, inappropiate for task, tidak bersih/tidak steril,
kegagalan/malfungsi, dislodgement/removal, user error.
7. Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien, yang dimana sub
tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu
1. perilaku pasien (tidak kooperatif, tidak pantas/sikap
bermusuhan/kasar, beresiko/sembrono/berbahaya,
2. masalah dengan penggunaan substansi/abuse, mengganggu,
diskriminasitif/berprasangka, berkeliaran, melarikan diri,
sengaja mencederai diri, bunuh diri) dan agresion/assault
(agresi verbal, kekerasan fisik, kekerasa seksual, kekerasan
terhadap mayat, dan ancaman nyawa).
8. Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi dua yaitu
1. tipe jauh (tersandung, slip, kolaps, hilang keseimbangan) dan
2. keterlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher,
toilet, peralatan terapi, tangga dan dibawa/dibantu oleh orang
lain.
9. Tipe insiden kedua belas adalah kecelakaan yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi sembilan yaitu
1. benturan tumpul (kontak dengan benda/binatang, kontak
dengan orang, hancur remuk dan gesekan kasar),
2. serangan tajam/tusukan (cakaran/sayatan, tusukan,
gigitan/sengatan, serangan tajam dan lainnya),
3. kejadian mekanik lain (benturan akibat ledakan bom, kontak
dengan mesin), peristiwa mekanik lain,
4. mekanisme panas (panas yang belebihan dan dingin yang
berlebihan),
5. ancaman pada pernafasan (ancaman mekanik pernafasan,
tenggelam/hampir tenggelam, pembatasan oksigen kekurangan
tempat, confinement to oxygen-deficient place),
6. paparan bahan 27 kimia atau substansi lainnya (keracunan
bahan kimia atau substansi lain dan bahan kimia korosif) ,
7. mekanisme spesifik yang lain menyebabkan cedera (paparan
listrik/radiasi,
8. paparan suara/getaran, paparan tekanan udara,dan
9. paparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena dampak
cuaca/bencana alam.
10. Tipe insiden ketigabelas adalah infrastruktur/bangunan/benda lain
yang terpasang tetap yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi
dua yaitu
1. keterlibatan struktur/bangunan (daftar struktur, daftar
bangunan dan daftar furniture) dan
2. masalah (inadekuat dan damaged / faulty / worm).
11. Tipe insiden keempat belas adalah resource/manajemen organisasi
yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu
1. beban kerja manajemen yang berlebihan,
2. ketersedian/keadekuatan tempat tidur/pelayan,
3. sumber daya manusia,
4. ketersediaan staff,
5. organisasi,
6. kebijakan/ SOP, dan
7.
12. Tipe insiden kelimabelas adalah laboratorium/patologi yang dimana
sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu
1. pengambilan/pick up,
2. trasnport,
3. sorting,
4. data entry,
5. procesing,
6. verifikasi/validasi dan
7. hasil
Pelapor
Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden
keselamatan pasien. Perawat memiliki kewajiban membuat laporan mengenai
insiden keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan berperan penting dalam
penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
(Adib, 2009) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan
Pasien (2008) pelapor dikategorikan sebagai berikut :
1. Karyawan
2. Dokter
3. Perawat
4. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)
5. Pasien
6. Pendamping pasien
7. Pengunjung
Potensi Korban
Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan
pasien. Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien
(2008) potensi korban dikategorikan sebagai berikut :
1. Karyawan
2. Dokter
3. Perawat
4. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)
5. Pasien
6. Pendamping pasien
7. Pengunjung
Divisi Kejadian
Divisi Kejadian adalah Kejadian yang dikelompokkan berdasarkan katagori
spesialisasi Ilmu Kedokteran.Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian
Keselamatan Pasien (2008) divisi/ spesialisasi insiden jika melibatkan pasien
adalah dikategorikan sebagai berikut :
1. Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
2. Anak dan Subspesialisasinya
3. Bedah dan Subspesialisasinya
4. Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
5. THT dan Subspesialisasinya
6. Mata dan Subspesialisasinya
7. Saraf dan Subspesialisasinya
8. Anastesi dan Subspesialisasinya
9. Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya
10. Jantung dan Subspesialisasinya
11. Paru dan Subspesialisasinya
12. Jiwa dan Subspesialisasinya
13. Orthopedi,Traumatologi dan Subspesialisnya
14. Bedah Syaraf dan Subspesialisnya
15. Urologi dan Subspesialisnya
16. Patologi Klinik dan Subspesialisnya
17. Mikrobiologi Klinik dan Subspesialisnya
18. Radiologi dan Subspesialisnya
19. Patologi Anatomi dan Subspesialisnya
20. Radiologi dan Subspesialisnya
21. Neurologi dan Subspesialisnya
22. Gizi dan Subspesialisnya
23. Gigi dan Subspesialisnya
Penyebab (petugas)
Penyebab adalah orang yang mengakibatkan terjadinya sebuah insiden.
Faktor individu atau petugas sangat berpengaruh terhadap budaya
keselamatan pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, tingkat kelelahan,
perasaan takut disalahkan, perasaan malu, dan keterlibatan keluarga/pasien.
(Buerhaus, et.al, 2011) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian
Keselamatan Pasien (2008) penyebab dari segi petugas dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Dokter
2. Perawat
3. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)
Faktor Pemicu
Faktor pemicu adalah faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden .
Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008)
Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat
menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1) yaitu :
1. Faktor Eksternal / di luar RS
2. Faktor Organisasi dan Manajemen
3. Faktor Lingkungan kerja
4. Faktor Tim
5. Faktor Petugas / Staf
6. Faktor Tugas
7. Faktor Pasien
8. Faktor komunikasi
Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan
untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat
merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat
dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan
pasien berdasarkan hakhaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Adanya
program keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan
pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko, implementasi solusi agar dapat meminimalkan timbulnya
risiko,meminimalisir angka kejadian nyaris cedera, pelaporan dan analisis
kejadian, proses belajar dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian,
serta strategi pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Dengan adanya
program keselamatan pasien yang dilaksanakan di setiap rumah sakit,
diharapkan dapat mengurangi jumlah insiden keselamatan pasien, yang
dimana dapat berpedoman pada 7 Standar Keselamatan pasien yang
berdasarkan pada “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit”

Anda mungkin juga menyukai