Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit
Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau bahkan kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera serius (sentinel). Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu 20 pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari kebijakan, termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada. Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008). D. Jenis dan Metode Pelaporan Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharpakan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian sentinel, berdasarkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008). Pelaporan insiden dapat dilakukan dengan dua cara ,seperti secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan 21 kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit. Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden keselamatan pasien. Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Adapun ketentuan terkait pelaporan insiden sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan sebagai berikut: 1. Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali. 2. Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan. 3. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi. 4. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian atau yang terlibat dalam kejadian. 5. Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi 22 formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan. Penelitian dari Rat Dewa pada tahun 2014 mengemukakan laporan KNC di RSUP Sanglah Denpasar pada masing-masing ruang rawat inap tidak seragam. Perbedaan jumlah rata-rata ini memiliki faktor yang spesifik sehingga menyebabkan adanya perbedaan jumlah pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori dari Mark (2001), bahwa Budaya keselamatan pasien terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan pasien yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture), sehingga untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif. E. Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian, Penyebab (petugas), Faktor Pemicu. Menurut Buku “Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien” (2008), Untuk mengisi Tipe insiden di dalam suatu laporan, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu. Insiden terdiri dari : Tipe Insiden dan Subtipe insiden 1. Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden Medication error; merupakan salah satu penyebab error yang signifikan di Rumah Sakit. Kejadian medication error terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur, lingkungan atau sistem yang melibatkan prescribing, dispensing, dan administration. (Rusmi, dkk,2012). Medication error sering sekali tidak terungkap dan hampir tidak ada upaya untuk mencegah. Untuk mencegah terjadinya medication 23 error diperlukan kerjasama antar Pelaksana Program pencegahan medication error (PIP) oleh tim multidisiplin (Muladi, 2015). Menurut Departement Kesehatan RI (2008), analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan kefarmasian seperti kesalahan penulisan resep (perscreption error), kejadian obat yang merugikan (adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien yang memerlukan pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara ”kesalahan merupakan hal yang manusiawi” (to err is human). Menurut Buku Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien pada tahun 2008. Tipe Insiden dibedakan menjadi 15 Kelompok yang disetiap 1 kelompok tersebut mempunyai sub tipe insiden. 1. Tipe insiden pertama adalah administrasi klinik, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o proses (serah terima, perjanjian, daftar tunggu/antrian, rujukan/konsultasi, admisi, keluar/pulang dari ranap/RS, pindah perawatan,identifikasi pasien,consent, pembagian tugas,dan respon terhadap kegawatdaruratan) o masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia, salah pasien dan salah proses/salah pelayanan) 2. Tipe insiden kedua adalah proses/prosedur klinis, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o proses (skrining/pencegahan/medical check up, Diagnosis/assesment, prosedur/pengobatan, general care, test/investigasi, spesimen/hasil, belum dipulangkan) dan o masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia, salah pasien, salah proses/pengobatan/prosedur dan salah bagian tubuh/sisi). 3. Tipe insiden ketiga adalah dokumentasi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o dokumen yang terkait (order /peminatan, chart/rekam medik/konsultasi, checklist, form/sertifikat, instruksi /informasi /kebijakan /SOP, label /identitas /kartu, surat/email/rekaman komunikasi, laporan/hasil/photo) dan o masalah (dokumen hilang/tidak tersedia, terlambat mengakses dokumen, salah dokumen/salah orang, tidak jelas/membingungkan dan informasi dalam dokumen tidak lengkap). 4. Tipe insiden keempat adalah infeksi nosokomial (Hospital associated infection), yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o tipe organisme (bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa, ricketisia, prion/partikl protein yang infeksius, organisme tidak teridentifikasi) dan o tipe/bagian infeksi (bloodstream, bagian yang dioperasi, abses, pneumonia, kanul IV, protesis infeksi, drain/tube urin, dan jaringan lunak). 5. Tipe insiden kelima adalah medikasi/cairan infus, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu o medikasi/cairan infus yang terkait (daftar medikasi dan daftar cairan infus), o proses penggunaan medikasi/cairan infus (peresapan, persiapan/dispensing, pemaketan, pemberian, supply/pesan, penyimpanan, monitoring) dan o masalah (salah pasien, salah obat, salah dosis/kekuatan/frekuensi, salah formulasi/presentasi, salah rute pemberian, salah jumlah/kuantitas, salah dispensing label/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, ommited medicine or dose, obat kadaluarsa, dan adverse drug reaction (reaksi efek samping obat). 6. Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu o transfusi darah/produk darah terkait (produk selular, faktor pembekuan, albumin/plasma protein dan imunoglobin), o proses transfusi darah/produk darah terkait (test pre transfusi, peresepan, persiapan, pengantaran, pemberian, penyimpanan, monitoring, presentasi/pemaketan dan supply/pesan) , dan o masalah (salah pasien, salah darah/produk darah, salah dosis /frekuensi, salah jumlah form, salah dispensing/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, obat atau dosis yang diabaikan, darah kadaluarsa dan efek samping (adverse effect). 7. Tipe insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu o nutrisi yang terkait (diet umum dan diet khusus), o proses nutrisi (peresepan /permintaan, persiapan /manucfatur /proses memasak supply/order, presentation, dispensing/alokasi, pengantaran, pemberian dan penyimpanan), dan o masalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah frekuensi, salah konsistensi, dan salah penyimpanan. 8. Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu o oksigen/gas terkait (daftar oksigen/gas terkait), o proses penggunaan oksigen/gas (label cilinder/warna kode, peresepan, pemberian, pengantaran, supply/order dan penyimpanan) dan o masalah (salah pasien, salah gas, salah rate/flow/konsentrasi, salah mode pengantaran, kontraindikasi, salah penyimpanan, gagal pemberian dan kontaminasi. 9. Tipe insiden kesembilan adalah alat medis/alat kesehatan, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o tipe alat medis/alat kesehatan (daftar 26 alat medis/alat kesehatan/equipment property) dan o masalah (presentation / pemaketan tidak baik, ketidak tersediaan, inappropiate for task, tidak bersih/tidak steril, kegagalan/malfungsi, dislodgement/removal, user error. 10.Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o perilaku pasien (tidak kooperatif, tidak pantas/sikap bermusuhan/kasar, beresiko/sembrono/berbahaya, o masalah dengan penggunaan substansi/abuse, mengganggu, diskriminasitif/berprasangka, berkeliaran, melarikan diri, sengaja mencederai diri, bunuh diri) dan agresion/assault (agresi verbal, kekerasan fisik, kekerasa seksual, kekerasan terhadap mayat, dan ancaman nyawa). 11.Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o tipe jauh (tersandung, slip, kolaps, hilang keseimbangan) dan o keterlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher, toilet, peralatan terapi, tangga dan dibawa/dibantu oleh orang lain. 12.Tipe insiden kedua belas adalah kecelakaan yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi sembilan yaitu o benturan tumpul (kontak dengan benda/binatang, kontak dengan orang, hancur remuk dan gesekan kasar), o serangan tajam/tusukan (cakaran/sayatan, tusukan, gigitan/sengatan, serangan tajam dan lainnya), o kejadian mekanik lain (benturan akibat ledakan bom, kontak dengan mesin), peristiwa mekanik lain, o mekanisme panas (panas yang belebihan dan dingin yang berlebihan), o ancaman pada pernafasan (ancaman mekanik pernafasan, tenggelam/hampir tenggelam, pembatasan oksigen kekurangan tempat, confinement to oxygen-deficient place), o paparan bahan 27 kimia atau substansi lainnya (keracunan bahan kimia atau substansi lain dan bahan kimia korosif) , o mekanisme spesifik yang lain menyebabkan cedera (paparan listrik/radiasi, o paparan suara/getaran, paparan tekanan udara,dan o paparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena dampak cuaca/bencana alam. 13.Tipe insiden ketigabelas adalah infrastruktur/bangunan/benda lain yang terpasang tetap yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu o keterlibatan struktur/bangunan (daftar struktur, daftar bangunan dan daftar furniture) dan o masalah (inadekuat dan damaged / faulty / worm). 14.Tipe insiden keempat belas adalah resource/manajemen organisasi yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu o beban kerja manajemen yang berlebihan, o ketersedian/keadekuatan tempat tidur/pelayan, o sumber daya manusia, o ketersediaan staff, o organisasi, o kebijakan/ SOP, dan o 15.Tipe insiden kelimabelas adalah laboratorium/patologi yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu o pengambilan/pick up, o trasnport, o sorting, o data entry, o procesing, o verifikasi/validasi dan o hasil Pelapor Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden keselamatan pasien. Perawat memiliki kewajiban membuat laporan mengenai insiden keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Adib, 2009) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) pelapor dikategorikan sebagai berikut : 1. Karyawan 2. Dokter 3. Perawat 4. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll) 5. Pasien 6. Pendamping pasien 7. Pengunjung Potensi Korban Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan pasien. Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) potensi korban dikategorikan sebagai berikut : 1. Karyawan 2. Dokter 3. Perawat 4. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll) 5. Pasien 6. Pendamping pasien 7. Pengunjung Divisi Kejadian Divisi Kejadian adalah Kejadian yang dikelompokkan berdasarkan katagori spesialisasi Ilmu Kedokteran.Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) divisi/ spesialisasi insiden jika melibatkan pasien adalah dikategorikan sebagai berikut : 1. Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya 2. Anak dan Subspesialisasinya 3. Bedah dan Subspesialisasinya 4. Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya 5. THT dan Subspesialisasinya 6. Mata dan Subspesialisasinya 7. Saraf dan Subspesialisasinya 8. Anastesi dan Subspesialisasinya 9. Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya 10.Jantung dan Subspesialisasinya 11.Paru dan Subspesialisasinya 12.Jiwa dan Subspesialisasinya 13.Orthopedi,Traumatologi dan Subspesialisnya 14.Bedah Syaraf dan Subspesialisnya 15.Urologi dan Subspesialisnya 16.Patologi Klinik dan Subspesialisnya 17.Mikrobiologi Klinik dan Subspesialisnya 18.Radiologi dan Subspesialisnya 19.Patologi Anatomi dan Subspesialisnya 20.Radiologi dan Subspesialisnya 21.Neurologi dan Subspesialisnya 22.Gizi dan Subspesialisnya 23.Gigi dan Subspesialisnya Penyebab (petugas) Penyebab adalah orang yang mengakibatkan terjadinya sebuah insiden. Faktor individu atau petugas sangat berpengaruh terhadap budaya keselamatan pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, tingkat kelelahan, perasaan takut disalahkan, perasaan malu, dan keterlibatan keluarga/pasien.(Buerhaus, et.al, 2011) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) penyebab dari segi petugas dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Dokter 2. Perawat 3. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll) Faktor Pemicu Faktor pemicu adalah faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden . Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1) yaitu : 1. Faktor Eksternal / di luar RS 2. Faktor Organisasi dan Manajemen 3. Faktor Lingkungan kerja 4. Faktor Tim 5. Faktor Petugas / Staf 6. Faktor Tugas 7. Faktor Pasien 8. Faktor komunikasi Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hakhaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Adanya program keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko, implementasi solusi agar dapat meminimalkan timbulnya risiko,meminimalisir angka kejadian nyaris cedera, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian, serta strategi pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Dengan adanya program keselamatan pasien yang dilaksanakan di setiap rumah sakit, diharapkan dapat mengurangi jumlah insiden keselamatan pasien, yang dimana dapat berpedoman pada 7 Standar Keselamatan pasien yang berdasarkan pada “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit” yang diterbitkan pada tahun 2006.