Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN

HAEMATOTHORAX

Disusun Oleh:
Mohamad Rizal Fahmi ( 1440119039)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Anatomi
1. Thorax

Rangka dada atau thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorax
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih besar dari pada di
atas dan di belakang lebih panjang dari pada bagian depan. Dibagian belakang,
thorax dibentuk oleh kedua belas vertebrae thoracalis, di depan dibentuk oleh
sternum, dibagian atas oleh clavicula, dibagian bawah oleh diafragma , dan di
samping kiri dan kanan dibentuk oleh kedua belas pasang iga yang melingkari
badan mulai dari belakang dari tulang belakang sampai ke sternum di depan
(Pearce, 2011).
Batas-batas yang membentuk rongga di dalam thorax adalah sternum
dan tulang rawan iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang punggung beserta
cakram antar ruas (diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan
belakang, iga-iga beserta otot interkostal di samping, diafragma di bawah, dan
dasar leher di atas. Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-

2
paru beserta pembungkus pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan
membentuk batas lateral pada mediastinum. Mediastinum ialah ruang di dalam
rongga dada antar kedua paru-paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh
darah besar, esofagus, duktus torasika, aorta desendens, dan vena kava
superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe (Pearce,
2015).
2. Paru-Paru

Paru-paru terdiri dari dua paru-paru besar yang seperti spons, yang terletak di
setiap sisi rongga thorax. Paru-paru kanan terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus
superior (atas), tengah, dan inferior (bawah) yang dibagi oleh dua celah yang
dalam. Fisura inferior, yang memisahkan lobus inferior dan tengah, disebut fisura
oblik. Fisura horisontal memisahkan lobus superior dan tengah. Paru-paru kiri
hanya memiliki dua lobus, yaitu lobus superior (atas) dan inferior (bawah) yang
dipisahkan oleh satu fisura oblik yang dalam.
Organ paru-paru tersusun atas sel-sel parenkim, mirip spons yang ringan dan
sangat elastis sehingga memungkinkan terjadinya mekanisme pernafasan. Setiap
paru-paru mengandung kantung berdinding ganda yang halus, atau membran,
yang disebut pleura, yang dapat divisualisasikan baik dalam gambar bagian depan
maupun bagian melintang. Lapisan luar kantung pleura ini melapisi permukaan
bagian dalam dinding dada dan diafragma dan disebut parietal pleura. Lapisan
dalam yang menutupi permukaan paru-paru, yang juga masuk ke celah di antara
lobus disebut pleura paru atau viseral.

3
Ruang potensial antara pleura berdinding ganda yang disebut rongga pleura, berisi
cairan pelumas yang memungkinkan pergerakan satu atau yang lainnya selama
bernafas. Ketika udara atau cairan terkumpul di antara dua lapisan ini, ruang ini
dapat divisualisasikan secara radiografi. Udara atau gas yang ada di rongga pleura
ini menghasilkan suatu kondisi yang disebut pneumotoraks. Akumulasi cairan
dalam rongga pleura (efusi pleura) menciptakan kondisi yang disebut hemotoraks
(Bontrager, 2018).
3. Jantung

Jantung dan akar pembuluh darah besar tertutup dalam kantung berdinding
ganda yang disebut kantung perikardial. Jantung terletak di posterior korpus sterni
dan anterior T5 sampai T8. Jantung terletak miring di ruang mediastinum, dan
sekitar dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri bidang median.
Pembuluh darah besar di mediastinum adalah vena cava inferior dan vena cava
superior, aorta, dan arteri dan vena pulmonalis besar. Vena cava superior adalah
vena besar yang mengembalikan darah ke jantung dari bagian atas tubuh. Vena
cava inferior adalah vena besar yang mengembalikan darah dari bagian bawah
tubuh.
Aorta adalah arteri terbesar di dalam tubuh (diameter 2,5 hingga 5 cm) pada
orang dewasa rata-rata. Aorta membawa darah ke seluruh bagian tubuh melalui
berbagai cabang. Aorta dibagi menjadi tiga bagian : aorta asenden (keluar dari
hati); arkus aorta, dan aorta desenden, yang melewati diafragma ke abdomen, di

4
mana ia menjadi aorta abdominalis. Arteri dan vena pulmonalis memasok darah
dan mengembalikan darah ke semua segmen paru-paru. Jaringan kapiler
mengelilingi kantung udara kecil, atau alveoli, tempat oksigen dan karbon
dioksida dipertukarkan dengan darah melalui kantung udara berdinding tipis
(Bontrager, 2018).
B. Definisi
Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber perdarahan
dapat berasal dari dinding dada, parenkim paru-paru, jantung atau pembuluh darah
besar. (Diana, 2016)
Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura dan dapat disebabkan
karena trauma tumpul atau tajam, juga mungkin merupakan komplikasi dari
beberapa penyakit(Bontrager, 2018).
C. Etiologi
Sejauh ini penyebab paling umum dari hematotoraks adalah trauma, baik
trauma yang tidak disengaja, disengaja, atau iatrogenik. Namun beberapa penyakit
diketahui juga bisa menyebabkan terjadinya hematotoraks.
Terjadinya hematotoraks biasanya merupakan konsekuensi dari trauma
tumpul, tajam dan kemungkinan komplikasi dari beberapa penyakit. Trauma dada
tumpul dapat mengakibatkan hematotoraks oleh karena terjadinya laserasi
pembuluh darah internal.3 Hematotoraks juga dapat terjadi, ketika adanya trauma
pada dinding dada yang awalnya berakibat terjadinya hematom pada dinding dada
kemudian terjadi ruptur masuk kedalam cavitas pleura, atau ketika terjadinya
laserasi pembuluh darah akibat fraktur costae, yang diakibatkan karena adanya
pergerakan atau pada saat pasien batuk. (Prawirohardjo, 2014).
D. Patofisiologi
Patofiologi hematotoraks dimulai dari etiologi yang bisa berupa trauma (paling
sering) entah itu trauma benda tajam, tumpul ataupun iatrogenik. Namun bebrapa
penyakit juga dapat mengakibatkan komplikas berupa hematotoraks. Intinya
hematotoraks akaan terjadi ketika ada organ atau pembuluh darah didalam rongga
thorax yang ruptur atau terjadi perlukaan, perlukaan tersebut juga harus terjadi
pada pleura sehingga darah bisa masuk kedalam rongga pleura. Darah yang
masuk dalam rongga pleura dalam jumlah sedikit (kurang dari 300 cc) biasanya
asimtomatik dan tidak nampak abnormalitas pada hasil rongent dada dalam posisi
pasien diberdirikan, namun akumulasi darah dalam jumlah yang lebih besar akan
5
mengakibatkan peningkatan tekanan intrathorakal yang tentunya akan
menyebabkan beberapa masalah pada beberapa sistem tubuh terutama sistem
yang terletak didalam rongga thorax, sistem pernapasan biasanya adalah yang
paling terpengaruh. Maka dari itu masalah yang paling sering muncul adalah
ketidakoptimalan ekspansi paru akibat akumulasi darah yang mengisi rongga
pleura sehingga menekan organ sekitarnya termasuk paru – paru itu sendiri.
Ekspansi paru yang tidak optimal, akan menyebabkan pola napas klien menjadi
inefektif, hal tersebut biasanya disertai nyeri dada terutama bila penyebab
perdarahan adalah trauma. Bila trauma yang terjadi menyebabkan luka terbuka
maka akan ada resiko udara dari luar juga ikut mengisi rongga pleura, hal ini
disebut sebagai hemopneumothorax. Apabila trauma menyebabkan luka tertutup,
biasanya ada indikasi ke hematothorax ketika terjadi fraktur costae yang kadang
bisa diketahui dari pemeriksaan fisik dimana terdapat jejas dan krepitasi pada
costae.
Apabila perdarahan stagnan dan jumlah perdarahan masuk kategori
hematothorax ringan sampai dengan sedang, maka paru – paru mungkin masih
bisa berekspansi (inspirasi ekspirasi) walau mungkin tidak optimal, tetapi apabila
perdarahan dalam kategori sedang sampai dengan masif maka bisa menekan paru
hingga terjadi kolaps paru, dan penekanan akibat akumulasi darah tersebut juga
akan menekan daerah disekitarnya. Penekanan tersebut kadang akan
mengakibatkan trakea terdorong ke bagian paru yang sehat dan juga akan
mengakibatkan kerja jantung terpengaruh karena juga tidak dapat mengembang
dengan optimal saat memompa. Ketidakoptimalan jantung dalam memompa,
perdarahan aktif/ secara masif dan akut, akan mengakibatkan penurunan cardiac
output yang bisa memicu terjadinya syok hipovolemik. Dikarenakan cardiac
output yang menurun, maka distribusi oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh akan
menurun. Menurunnya status sirkulasi akan menyebabkan hipoksia, sedangkan
gangguan pola napas yang terjadi juga beresiko menyebabkan hipoksemia.
Dampak hipoksia dan hipoksemia pada otak akan menyebabkan masalah
penurunan kesaradaran, pada perifer juga akan mengakibatkan gangguan perfusi.

E. Manifestasi Klinis

6
Adapun tanda dan gejala adanya hematotoraks dapat bersifat simptomatik
namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan
hematotoraks yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien akan
menunjukan simptom, diantaranya:
 Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada
 tanda-tanda shok seperti hipotensi, dan nadi cepat, pucat, akral dingin,
tachycardia,
 dyspnea
 hypoxemia
 anxiety (gelisah)
 cyanosi,
 anemia
 deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena
 gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
 penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
 dullness pada perkusi
 adanya krepitasi saat palpasi.
F. Klasifikasi
Hematotoraks dibagi berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
• Hematotoraks kecil: yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada
foto rontgen, perkusi pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.
• Hematotoraks sedang: 15–35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi
pekak sampai iga VI. jumlah darah sampai 800 ml.
• Hematotoraks masif: lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai
cranial, iga IV. Jumlah darah sampai lebih dari 800 – 1500 ml.
G. Komplikasi
1. Pneumonia/infeksi lainnya
2. Fibrosis Paru
3. Syok Hipovolemik
4. Gagal Nafas
5. Atelektasis

H. Pemeriksaan Penunjang

7
Chest X-ray adalah pemeriksaan penunjang paling utama yang perlu
dilakukan. Gambaran foto rontgen thoraks AP posis supine pada pasien
didapatkan gambaran opak pada sisi paru kiri dan sudut costophrenicus yang
tumpul. Apabila pasien tidak dapat diposisikan berdiri atau tegak lurus maka
rontgen thoraks dengan posisi supine dapat menunjukkan apical capping dengan
cairan melingkupi bagian superior paru-paru. Adanya gambaran opak pada bagian
lateral ekstrapulmoner dapat menunjukkan adanya cairan pada ruang pleura. Foto
rontgen thoraks dengan posisi berdiri merupakan pemeriksaan yang paling ideal
untuk mendeteksi adanya hematotoraks, hal ini ditandai dengan adanya sudut
costophrenicus yang tumpul atau adanya tampakan air-fluid bila terjadi
hemopneumothoraks.
Selain itu, pemeriksaan penunjanglain seperti darah lengkap bisa
dilakukan.

I. Tatalaksana
Tujuan utama tatalaksana dari hematotoraks adalah untuk
menstabilkanhemodinamik pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan
darah serta udara dari rongga pleura. Langkah pertama untuk menstabilkan
hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti diberikan oksigenasi, cairan infus,
transfusi darah, dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik.
Setelah hemodinamik pasien stabil dapat direncanakan untuk pengeluaran
cairan (darah) dari rongga pleura dengan pemasangan chest tube yang
disambungkan dengan water shield drainage dan didapatkan cairan (darah).
Pemasangannya selama beberapa hari untuk mengembangkan paru ke ukuran
normal. Penatalaksanaan yang dilakukan kepada pasien sudah sesuai dengan
prinsip penatalaksanaan hematotoraks diatas. Adapun langkah-langkah dalam
pemasangan chest tube adalah sebagai berikut:
- Memposisikan pasien pada posisi trandelenberg.
-Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan menggunakan alkohol
atau povidon iodine pada ICS V atau ICS VI posterior mid axillary line pemilihan
berdasarkan 2 alasan: lokasi ini aman karena berada diatas diafragma, area ini
merupakan dinding dada dengan lapisan otot paling tipis, oleh karena itu pada
lokasi ini dapat dilakukan pemasangan chest tube lebih tepat dan tidak sakit.

8
Pada primary survey tetap dilakukan managemen ABC, serta pada kasus
hematotoraks masif biasanya dilakukan torakotomi iuntuk mencari sumber
perdarahan.
 Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan
infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga
pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk
autotranfusi.bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube
( selang dada ).
 Pemasangan chest tube ( WSD )
WSD Ukuran besar digunakan agar darah pada toraks tersebut dapat cepat
keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Chest tube tersebut akan
mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor
kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan
dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma
traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi
WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural /
cavum pleura.
Macam WSD adalah :
a. WSD aktif : continous suction, gelembung berasal dari udara sistem.
b. WSD pasif : gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien
Pemasangan WSD :
Selang dada dapat bekerja sebagai drain untuk udara ataupun cairan. Untuk
mengatasi masalah-masalah gangguan pulmonal tersebut, selang dimasukan
kedalam rongga pleura (antara pleura parietalis dan viseralis) agar tekanan
negatif intra pleural kembali normal. Pada bedah jantung selang ditempatkan
kedalam pericardium atau mediastinum dibawah insisi sternotomi, selang dada
diletakan sebelum dilakukan sebelum penutupan sayatan pada pembedahan
paru dan jantung atau dilakukan ditempat tidur sebagai tindakan kedaruratan
untuk mengatasi pneumothorak atau hemothorak

9
Tujuan Pemberian Selang Dada :
Untuk mengeluarkan udara, cairan atau keduanya dari rongga thorak.
 Thoracotomy
Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan :
1. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar
penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
2. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus.
3. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam
dalam waktu 2 – 4 jam.
4. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau
luka di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan
kemungkinan diperlukannya torakotomi, oleh karena kemungkinan melukai
pembuluh darah besar, struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi
tamponade jantung.
Tranfusi darah diperlukan selam ada indikasi untuk torakotomi. Selama
penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan
chest tube dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam
cairan pengganti yang akan diberikan. Warna darah ( artery / vena ) bukan
merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya
torakotomi.

10
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
A. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien bisa berupa sesak nafas/dyspnea ataupun nyeri dada
B. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perlu dikaji apakah klien memiliki riwayat penyakit yang bisa berhubungan
dengan hematothorax seperti kanker paru, TB, dsb. Dan juga perlu dikaji apakah
ada riwayat trauma atau pembedahan.
C. pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan :
Inspeksi: Bisa ditemukan ekspansi dada yang asimetris, pernafasan paradoksal,
jejas, luka terbuka, kelainan pola nafas seperti kusmaul dsb.
Palpasi: Biasanya vocal vremitus akan menunjukkan perbedaan antara sisi yang
sakit dan yang sehat dimana getaran pada area yang terisi darah akan cepat
mrnghilang.
Perkusi: Biasanya paru yang berisi cairan termasuk darah akan terdengar redup bila
diperkusi
Auskultasi: Biasanya terdengar suara nafas tambahan berupa ronkhi/lainnya dan
suara nafaas bisa berkurang s.d menghilang
2. Sistem Kardiovaskuler :
Biasanya pada kasus hematothorax ringan s.d masif, frekuensi nadi bisa meningkat
namun teraba lemah.
3. Sistem Persyarafan :
Biasanya terdapat penurunan kesadaran
4. Sistem Muskuloskeletal – Integumen.
Kemampuan sendi terbatas . Ada luka bekas tusukan benda tajam. Terdapat
kelemahan.Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
5. Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.

11
Pemeriksaan Diagnostik :
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2
kadang – kadang menurun. Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya). Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
4.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.

12

Anda mungkin juga menyukai