Anda di halaman 1dari 3

Patomekanisme badan agak hangat.

Badan agak hangat

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran yang dianggap normal (sekitar 37.8
°C). Sedangkan, kata Demam lebih kepada peningkatan suhu akibat pelepasan pirogen endogen
yang menyetel ulang titik patokan suhu hipotalamus selama infeksi atau peradangan. Hipertermia
merujuk kepada semua ketidakseimbangan produksi panas dan pengeluaran panas yang
meningkatkan suhu tubuh (Sherwood, 2018).

Hipertermia dibagi menjadi dua, yaitu Hipertermia Fisiologis (Hipertermia akibat Olahraga) dan
Hipertermia Patologis. Hipertermia Patologis diantaranya adalah karena infeksi, hormone, dan
lesi otak (Sherwood, 2018).

Pada skenario kasus, didapati bahwa Wanita tersebut datang dengan keluhan penyerta yakni
nyeri (dolor) pada perut kanan bawah dan merasa badannya agak hangat (kalor). Dari skenario
ini, dapat kita katakan bahwa peningkatan suhu tubuh pasien dapat diinduksi oleh proses
inflamasi atau peradangan. Namun, tentu diperlukan pemeriksaan fisis dan penunjang yang dapat
mengarahkan kita ke proses peradangan. Sebagai respon terhadap masuknya mikroba ke dalam
tubuh, sel-sel fagositik tertentu mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen yang, selain efek-efeknya dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan thermostat. Secara lebih lanjut, berikut adalah bagan
terjadinya peningkatan suhukarena infeksi yang mengakibatkan demam.

Pada skenario kasus juga didapati bahwa Wanita tersebut mengeluhkan sudah tidak haid selama
2 bulan dan tidak menggunakan KB. Perlu dicurigai bila wanita tersebut hamil ataupun
mengalami gangguan pada sistem reproduksi yang membuat siklus haid terganggu. Oleh sebab
itu, diperlukan pemeriksaan fisis dan penunjang yang dapat lebih mengarahkan diagnosis kita.
Ini perlu menjadi perhatian bagi kita karena ternyata peningkatan suhu dapat disebabkan oleh
peningkatan sekresi progesteron (salah satu hormon ovarium), walaupun penyebab pastinya
belum diketahui (Sherwood, 2018).

Nyeri perut kanan bawah

Nyeri hilang timbul yang dialami pasien diduga berupa nyeri kolik yaitu nyeri visceral
akibat spasme otot polos organ berongga yang umunya disebabkan karena hambatan pasase
dalam rongga tersebut. Nyeri ini dapat timbul akibat gerakan peristaltik oleh usus yang berada
pada kuadran kanan bawah yang mengalami sumbatan atau obstruksi. Gerakan peristaltik usus
adalah suatu aktivitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan baik, dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon-hormon intestinal, sistem saraf simpatik, dan
parasimpatik, keseimbangan elektrolit, dan sebagainya. Adanya obstruksi pada usus maka akan
menghambat gerakan peristaltik usus untuk menyalurkan isinya. (Huether, 2017)

Beberapa penyebab obstruksi usus yaitu, hernia, intususepsi, volvulus, diverticulosis,


tumor, ileus paralitik, adhesi, penyakit crohn, atau fibrous. Pada awalnya akan muncul gambaran
obstruksi dan kontraktilitas usus meningkat untuk mengeluarkan isi usus melalui lokasi
sumbatan. Kemudian usus menjadi lelah, berdilatasi, dan kontraksi berkurang. (Tanto, 2014)

Obstruksi menyebabkan distensi akibat gangguan absorpsi dan peningkatan sekresi


sehingga terjadi akumulasi cairan dan gas di lumen proksimal dari daerah sumbatan. Distensi
tersebut menurunkan kemampuan usus untuk menyerap air dan elektrolit dan meningkatkan
jumlah sekresi substansi-substansi ke dalam lumen. Jika tekanan distensi cukup berat, sirkulasi
arteri dapat tersumbat dan menyebabkan iskemia, nekrosis, peforasi dan peritonitis. (Huether,
2017)

Nyeri kolik pada obstruksi usus diakibatkan oleh distensi usus yang dapat diikuti mual dan
muntah. Rasa nyeri meningkat untuk beberapa detik atau menit sesuai dengan gelombang
peristaltik dari kontraksi otot ketika melewati daerah obstruksi. Nyeri mungkin dirasakan terus
menerus ketika distensi memberat dan kemudian menurun secara intensitas. Jika terjadi iskemia,
karakter nyeri kolik menghilang dan nyeri menjadi lebih konstan dan berat.

Sumber :

1. Sherwood, L. 2018. Fisiologi manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 9. Jakarta: EGC
2. Arifputera A, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid 2. Editor, Tanto C,
dkk. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Huether, Sue E., McCance, Kathryn L. 2017. Understanding Pathophysiology 6th Edition.
Elsevier Inc.
4. Tanto, Chris. et al. 2014. Kapita Selektas Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai