Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA DHF

OLEH

SUHANA NURDAWA

UNIVERSITAS ISLAM AS’SYAFIIYAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

JAKARTA 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN DEMAM
BERDARAH

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo
Aru dalam Nurarif, 2015)
2. PENYEBAB/ FAKTOR PREDISPOSISI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara
serologi terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan serotipe yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam
Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
a. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik
putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore
hari.
- Jarak terbang 100 meter
b. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.
3. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia (virus berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat C3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek
imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok
dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya
terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan
hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya
dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi:
1) Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2) Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3) Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4) Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,
2006)
4. KLASIFIKASI
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi
4 golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit
dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau
perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

5. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua
hal dibawah ini dipenuhi:
a. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 –
7 hari
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
- Uji torniquet positif
- Petekie, purpura, ekimosis,
- Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ mm3
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan nilai hematokrit  20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
- Penurunan nilai hematockit  20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan


infeksi dengue, yaitu:

1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi


Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di
belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai
bercak merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi
kesembuhan. Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue
Shock Syndrome”
3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap
penyembuhan.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb dan PCV meningkat (> 20%)
- Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum dan PH bisa meningkat
- NA dan CL rendah
- Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
2) Rontgen thorax : Merupakan data penunjang untuk mengetahui
kemungkinan dijumpainya efusi pleura
3) Uji test tourniquet (+)
4) USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan
pada derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg
BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24
jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan
cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam
jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg
/kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan
satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander
20 ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul,
2008).
8. KOMPLIKASI
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan
banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi
cairan intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh
adanya deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah
Dengue menurut Nursalam 2005 adalah:
a. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang
DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit
yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
4. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
SIKI
SLKI
Hipertermia Setelah dilakukan Fever Treatment: Fever Treatment
berhubungan tindakan
a. Monitor tanda – a. Tanda-tanda vital
dengan keperawatan
tanda vital merupakan acuan
proses selama 3 x 24
b. Anjurkan klien untuk
infeksi virus jam, pasien akan :
untuk banayk mengetahui
dengue
- Menunjukkan minum air 1500 keadaan umum
suhu tubuh – 2000ml/ hari pasien.
dalam rentang (sedikit tapi b. Peningkatan suhu
normal. sering) tubuh akan
- TTV normal. c. Anjurkan klien menyebabkan
untuk penguapan tubuh
melonggarkan meningkat
pakaian sehingga perlu
menggunakan diimbangi
baju yang dengan asupan
menyerap cairan yang
keringat banyak.
d. Beri kompres c. Pakaian yang
hangat pada tipis menyerap
bagian (Paha keringat dan
dan aksila dan di membantu
abdomen ). mengurangi
e. Kolaborasi penguapan tubuh
dalam akibat dari
pemberian terapi peningkatan suhu
obat dan cairan dan dapat terjadi
. konduksi.
d. Kompres hangat
dapat
mengembalikan
suhu normal
memperlancar
sirkulasi.
e. Dapat
menurunkan
demam

Kekurangan Setelah dilakukan Fluid Management


volume tindakan
a. Monitor tanda- a. Mengetahui deng
cairan keperawatan
tanda vital. an cepat
berhubungan selama ... x 24
b. Kaji input dan penyimpangan dari
dengan jam, pasien akan :
output cairan. keadaan
pindahnya
cairan - Menunjukkan c. Observasi normalnya.
intravaskuler keseimbangan adanya tanda- b. Mengetahui
ke ekstra elektrolit dan tanda syok balance cairan dan
vaskuler asam basa d. Anjurkan klien elektrolit dalam
- Menunjukkan untuk banyak tubuh/homeostatis.
keseimbangan minum. c. Agar dapat segera
cairan e. Kolaborasi dilakukan tindakan
- Turgor kulit dengan dokter jika terjadi syok
baik dalam d. Asupan cairan
- Tanda-tanda pemberian sangat diperlukan
vital dalam cairan IV untuk menambah
batas normal volume cairan
tubuh
e. Pemberian cairan
IV sangat penting
bagi klien yang
mengalami defisit
volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
klien.
Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management Pain Management
berhubungan tindakan
a. Lakukan a. Mengetahui nyeri
dengan keperawatan
pengkajian yang dialami
proses selama ... x 24
nyeri secara pasien sehingga
patologis jam, pasien akan :
kompherensif. perawat dapat
penyakit.
- Dapat b. Kaji faktor- menentukan cara
mengontrol faktor yang mengatasinya.
nyeri mempengaruhi b. Dengan
- Mengetahui reaksi pasien mengetahui faktor-
tingkat nyeri terhadap nyeri. faktor tersebut
c. Berikan posisi maka perawat
- Ekspresi yang nyaman dapat melakukan
wajah rileks. dan ciptakan intervensi yang
suasana ruangan sesuai dengan
yang tenang. masalah klien.
d. Berikan c. Posisi yang
suasana  nyaman dan situasi
gembira bagi yang tenang dapat
pasien. membuat perasaan
yang nyaman pada
Analgetic
pasien.
Administration
d. Dengan suasana
e. Berikan  gembira pasien
analgesik sesuai dapat sedikit me-
tipe dan ngalihkan
beratnya nyeri . perhatiannya
terhadap nyeri.

Analgesic
Administration

e. Obat analgesik
dapat menekankan
rasa nyeri.

Risiko syok Setelah dilakukan Shock Prevention Shock Preventiom


(hipo- tindakan
a. Monitor a. Memantau kondisi
volemik) keperawatan
keadaan umum klien selama masa
berhubungan selama ... x 24
klien. perawatan
dengan jam, pasien akan :
b. Observasi terutama saat
perdarahan
- TTV dalam tanda-tanda terjadi perdarahan
yang batas normal vital sehingga tanda pra
berlebihan, - Natrium c. Monitor input syok, syok dapat
pindahnya serum, kalium dan output ditangani.
cairan serum, pasien b. Tanda vital dalam
intravaskuler kalsium d. Anjurkan pada batas normal
ke ekstra- serum, pasien atau menandakan
vaskuler magnesium keluarga untuk keadaan umum
serum dalam segera melapor klien baik
batas normal. jika ada tanda- c. Mengetahui
- Hematokrit tanda balance cairan dan
dalam batas perdarahan. elektrolit dalam
normal d. Keterlibatan
Shock Management
keluarga untuk
e. Cek segera melaporkan
hemoglobin, jika terjadi
hematokrit, perdarahan
trombosit terhadap pasien
f. Monitor gas sangat membantu
darah dan tim perawatan
oksigenasi untuk segera
melakukan
tindakan yang
tepat

Shock Management

e. untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
perdarahan.
f. Untuk mengetahui
adanya asidosis
metabolik.
Ketidak- Setelah dilakukan Nutrition Nutrition
seimbangan tindakan Management Management
nutrisi keperawatan
a. Monitor a. Memudahkan
kurang dari selama ... x 24
keadaan umum Suntuk intervensi
kebutuhan jam, pasien akan:
klien selanjutnya
tubuh
- Menunjukkan b. Beri makanan b. Merangsang nafsu
berhubungan
kebutuhan sesuai makan klien
dengan
nutrisi kebutuhan sehingga klien mau
intake
terpenuhi. tubuh klien. makan.
nutrisi yang
- Mem- c. Anjurkan orang c. Makanan dalam
tidak
perlihatkan tua klien untuk porsi kecil tapi
adekuat
adanya selera memberi sering
akibat mual
makan makanan sedikit memudahkan
dan nafsu
tapi sering. organ pencernaan
makan yang
d. Anjurkan orang dalam
menurun
tua klien metabolisme.
memberi d. Makanan dengan
makanan TKTP komposisi TKTP
dalam bentuk berfungsi
lunak membantu
mempercepat
Nutrition
proses
Monitoring
penyembuhan.
e. Timbang berat
Nutrition
badan klien tiap
Monitoring
hari.
f. Monitor mual e. Berat badan
dan muntah merupakan salah
pasien satu indicator
pemenuhan nutrisi
berhasil.
f. Untuk mengetahui
status nutrisi
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia). Jakarta: Jagarsa

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. SLKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa

Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai