Standar MFK 3
Sesuai dengan besar kecilnya dan kompleksitas rumah sakit, komite risiko
perlu dibentuk untuk bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan program
Monitoring seluruh aspek dari program dan melakukan evaluasi dan analisa
untuk mengembangkan program dan tindak lanjut dalam mengurangi risiko.
. Standar MFK 4.
# BAHAN BERBAHAYA
– Standar MFK 5
# PENGAMANAN KEBAKARAN.
– Standar MFK 7.
Kegiatan ini, bila digabungkan akan memberi waktu yang cukup bagi
pasien, keluarga, staf dan pengunjung untuk menyelamatkan diri dari
kebakaran dan asap. Kegiatan ini akan efektif tidak perduli umur, besar atau
kontruksi dari fasilitas. Contohnya, fasilitas bata satu tingkat akan
menggunakan metode yang berbeda dengan fasilitas kayu yang besar dan
bertingkat.
Sebuah ujicoba rencana dapat dicapai dalam beberapa cara. Sebagai contoh,
rumah sakit dapat menetapkan “fire marshal” untuk setiap unit dan kepada
mereka diberikan pertanyaan secara acak tentang apa yang akan mereka
lakukan jika kebakaran terjadi pada unit mereka. Staf dapat ditanyakan
pertanyaan spesifik, seperti “Dimana katup penutup oksigen? Jika anda
harus mematikan katup oksigen, bagaimana Anda merawat pasien yang
membutuhkan oksigen? Di mana letak alat pemadam api pada unit anda?
Bagaimana anda melaporkan kejadian kebakaran? Bagaimana anda
melindungi pasien selama terjadinya kebakaran? Bila anda harus
mengevakuasi pasien, proses apa yang akan anda lakukan?. Staf seharusnya
dapat merespon dengan tepat pertanyan tersebut. Bila tidak, hal ini harus
didokumentasikan dan dibuat serta dikembangkan rencana reedukasi. Fire
Marshal harus menjaga catatan tentang siapa saja yang berpartisipasi.
Rumah sakit dapat juga mengembangkan test tertulis untuk staf yang terkait
dengan pencegahan kebakaran sebagai bagian dari rencana uji coba.
# PERALATAN MEDIS.
– Standar MFK 8.
– Standar MFK 9.
Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui
sumber regular atau alternatif, untuk memenuhi kebutuhan utama asuhan
pasien.
Di rumah sakit asuhan pasien, rutin dan urgen, tersedia 24 jam, setiap hari
dalam seminggu. Karenanya, air minum dan listrik harus tersedia tanpa
putus, untuk memenuhi kebutuhan esensial asuhan pasien. Dapat
menggunakan sumber regular atau alternatif.
Setiap rumah sakit memiliki peralatan medik dan sistem pendukung yang
berbeda tergantung misi rumah sakit, kebutuhan pasien dan sumber daya
yang ada. Tanpa memperhatikan sistem dan tingkat rumah sakit, rumah sakit
wajib melindungi pasien dan staf dalam keadaan emergensi, seperti
kegagalan sistem, gangguan atau kontaminasi.
1. Rumah sakit secara teratur melakukan uji coba sumber air minum
alternative setidaknya setahun sekali atau lebih sering bila diharuskan
oleh peraturan perundangan yang berlaku atau oleh kondisi sumber
air.
2. Rumah sakit mendokumentasi hasil uji coba tersebut.
3. Rumah sakit secara teratur melakukan uji coba sumber listrik
alternative setidaknya setahun sekali atau lebih sering bila diharuskan
oleh peraturan perundangan yang berlaku atau oleh kondisi sumber
listrik.
4. Rumah sakit mendokumentasi hasil uji coba tersebut.
• Standar MFK 10
Uji coba sumber listrik emergensi dan cadangan dilakukan dengan simulasi
sesuai kebutuhan yang telah direncanakan. Peningkatan dilakukan sesuai
kebutuhan, misalnya penambahan pelayanan listrik karena adanya peralatan
baru.
Kualitas air minum bisa berubah secara mendadak karena beberapa sebab,
salah satunya mungkin disebabkan oleh sebab dari luar rumah sakit, seperti
putusnya supply ke rumah sakit atau adanya kontaminasi dari sumber air
minum kota. Kualitas air juga merupakan faktor kritis dalam proses asuhan
klinik, seperti pada chronic renal dyalisis. Karenanya, rumah sakit wajib
melaksanakan proses pemantauan kualitas air minum secara berkala,
meliputi pemeriksaan biological untuk air yang digunakan untuk
hemodyalisis. Frekuensi pemantauan dilaksanakan berdasarkan pengalaman
dengan masalah kualitas air minum. Pemantauan dapat dilakukan oleh staf
di rumah sakit, seperti staf dari laboratorium klinik atau oleh yang
berwenang dan kompeten dari luar rumah sakit. Menjadi tanggung jawab
rumah sakit untuk memastikan bahwa pemeriksaan lengkap telah dilakukan
sesuai ketentuan yang berlaku.
# PENDIDIKAN STAF.
Staf rumah sakit terlatih dan memahami tentang peran mereka dalam
rencana penanganan kebakaran, keamanan, peralatan berbahaya dan
kedaruratan.
Staf rumah sakit adalah sumber utama yang kontak dengan pasien, keluarga
dan pengunjung. Karenanya, mereka butuh pendidikan dan pelatihan agar
dapat melakukan identifikasi dan mengurangi resiko, melindungi orang lain
dan dirinya sendiri dan menciptakan fasilitas yang aman .
Setiap rumah sakit harus menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi
stafnya berdasarkan jenis dan tingkat pelatihan yang telah ditetapkan.
Program diklat dapat meliputi kelompok kerja, materi diklat, komponen bagi
orientasi staf baru atau mekanisme lainnya yang cocok dengan kebutuhan
rumah sakit.