Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Definisi lansia

Penuaan adalah ang tidak dapat dihindari

berjalan secara Selanjutnya akan

menyeb ubahan anatomi dan fisiol ngga akan

m aruhi fungsi uh secara uruhan

kes RI,

g - Und ng No. 13 Tahun an ba

usia keatas adalah yang pa ng layak lan

oorkasian , 2009).

tua ditandai dengan adanya k udur

g jal -gejala kemunduran fisi anta

keripu , rambut beruban, gig

lain yang terjadi adalah kemam

lupa, emunduran orientasi t

udah menerima hal atau ide ba

2.1.2 Klas

Health

Organisati puti :

a. Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun;

b. Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun;

c. Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun;

d. Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.

6
7

2.1.3 Perubahan pada lanjut usia dengan nyeri sendi

Lansia Menua merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh

setiap individu. Hal ini ditandai oleh penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi terhadap perubahan – perubahan terkait usia. Perubahan

tersebut diantaranya adalah perubahan fisik, mental, sosial, dan spiritual

yang akan mempengaruhi dupan pada usia di atas 60

tahun. Perubah ah satunya adalah

perubah otot lansia Perubah ini dapa an mobilitas

lan anggu, terut ot tungkai ba yam,

).

S aliran darah ke otot ber den

berta umur seseo ang. Hal ini menyebab ksi

gi yang tersedia untuk oto ikut m

ekua an otot anusia. Penurun pe

peng ruhi eh serat otot rangka yan

ibrosis keti a kolagen menggan

kekuatan otot menyebabkan otot

a men ad kecil dan lemah. P

t berv si, yaitu: erjadinya a

jumla otot da fib l emak,

degen 2002).

Beb pak negatif,

yaitu: menurunnya kekuatan otot, menurunnya fleksibilitas, meningkatkan

waktu reaksi dan menurunkan kemampuan fungsional otot yang dapat

mengakibatkan perlambatan respon selama tes refleks tendon. Usia 60

tahun terjadi kehilangan kekuatan otot total sebesar 10-20% dari

kekuatan yang dimiliki pada umur 30 tahunan. Pemerosotan ini dimulai


8

sekitar umur 40 tahun, dan semakin dipercepat di tahun ke-60 usia

seseorang. Penurunan kekuatan otot – otot pada tungkai bawah dapat

dilihat pada orangtua ketika sedang melakukan gerakan aktifitas naik

tangga (kesulitan dalam melakukannya), kekakuan tungkai pada saat

berlari-lari. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

Pinggang, lutut dan jari erbatas dan persendian

membesar dan .

S t otot mengeci sehingg bergerak

m amban otot-o emor. Salah nyakit

a yang nyeri sen

erupa akit y g ditanda den enda

dan dari artrit s yang terasa sangat ny an

ang terkumpul di dalam sendi sebag

asam urat di dalam darah ( rurise

2.2 utut

2.2.1

suatu pengalaman sensorik g

tida rk an ang

nyata aringan

(Dharmad udy of Pain

(IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial,

atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi

memberikan adanya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan


9

kemungkinan variasi pergerakan diantara segmen-segmen serta

kemungkinan variasi pertumbuhan (Brunner & Sudarth, 2002).

Nyeri sendi lutut adalah suatu nyeri yang terjadi pada sendi lutut

secara degeneratif dan progresif dan terjadinya gangguan gerak. Pada

keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang

terserang atau suatu diberikan tubuh karena

pengapuran atau

2.2.2 E

Pen belum di

secara rapa teori yan kemu penyeb

nyeri aitu:

eratdan yan berlebihan ny be

a resiko ntuk timbulnya ny sen

pada ria. Kegemukan atau k

sa menj i faktor resiko terjad

g berl bih akan menambah k

sen lutut. Semaki besar

besar pul r pada

b. Trauma

Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya .

Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat

menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang

pembentuk sendi tersebut.


10

c. Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari

Pekerjaan dan aktifitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga

merupakan salah satu penyebab nyeri sendi lutut

d. Faktor usia

Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar

faktor resiko terjadiny sebabkan karena sendi lutut

yang digun sering mengalami

kom ekanan dan gese an, sehingg enyebabkan

ago yang mel sendi lutut te ama-

kelamaa asi. Deg

dar enyebabkan usia anjut peny

sifat akut maupun kroni (Brunne 02).

Nyeri sendi lutut merupakan suatu penyakit degeneratif, tidak

meradang, progresif dan lambat, yang seakan-akan merupakan proses

penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai

dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan

kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan

tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran

enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang

membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan

kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi

yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna

vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.


11

Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian

diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi

penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap

sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing

orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang

dapat digerakkan. Pada normal. Kartilago artikuler

membungkus u silkan permukaan

yang lici t untuk gerakan. embran isi dinding

da sula fibrosa an kedalam tara-

g. Cai kejut

sorber yang memungk n an sen ak seca

beba arah yan t at. Sendi erupakan uh y

amasi dan degenerasi yang erlihat pa

Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi

proses inflamasi yang sekunder.pembengkakan ini biasanya lebih ringan

serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar

kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Pembengkakan

dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang

bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-

faktor imunologi dapat pula terlibat (Brunner & Sudarth, 2002).

2.2.4 Manifestasi klinis

a. Rasa nyeri pada sendi lutut

Merupakan gambaran primer pada nyeri sendi lutut, nyeri akan

bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.


12

b. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah

istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

c. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas

lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada

hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana

rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi

yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada nyeri sendi coxae

nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai

atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum

dapat diketahui penyebabnya.

d. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa

adanya pemerahan.

berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan

merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien nyeri

sendi lutut, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu

berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan

terutama pada nyeri sendi lutut.

f. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk

sendi. (Maryam, 2008).


13

2.3. Konsep nyeri

2.3.1. Definisi nyeri

Menurut The International association for the study of pain, nyeri

didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau

potensial akan menyeb gan, intensitas rangsang

terendah yang m ng nyeri. Ambang

nyeri biasa t tetap, misalnya angsang pana 50C akan

men an nyeri. To ngka nyeri t yang

diterima ra satu

ngan ind dapat dipengaruhi hp o,2009

Fisio

ang mengenai tubuh (mekanik, ter

pel asan sub ansi kimia sep hist

si tersebu menyebabkan no ep or

ambang nyeri, maka akan im

serabut saraf perifer. Serabut sara

saraf ada dua jenis, yaitu serabu

di ba sepanjang serabut nu

do puls raf ornu

dorsal P ini

menyebab saraf traktus

spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls saraf ditransmisikan lebih

jauh ke dalam sistem saraf pusat. Setelah impuls saraf sampai di otak,

otak mengolah impuls saraf kemudian akan timbul persepsi dari nyeri

juga respon reflek protektif terhadap nyeri.


14

Perjalanan nyeri melalui empat proses yang terjadi pada

perjalanan nyeri yaitu :

a. Tranduksi yaitu proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu

aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini

dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas dan dapat terjadi

diseluruh jalur nyeri.

b. Transmisi yai g dihasilkan oleh

prosessi, sepanjang jalur nyeri, di molekul di

sinaptik men satu neuron uron

rikutny serabut

serabut g men ansmisik ny e med

spi

proses modifikasi terhada rangsan

pa sepanjan titik, sejak trans si pe

ri Modifi asi ni dapat berupa gmen

hambtan . ada proses tansm

analgesi endogen oleh tubuh

a spinalis yang dikontrol oleh

n, se otonin, noradrenalin) s

m ula erior

da .

d. Persepsi capai korteks

sehingga mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan

ditindaklanjuti berupa respon terhadap nyeri tersebut dan

menghasilkan nilai dan pengalaman subjektif dari nyeri tersebut.


15

2.3.3. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori terjadinya rangsang nyeri, yaitu :

1. Transmisi dan inhibisi, adanya stimus pada nosiseptor memulai

impuls-impils saraf sehingga transmisi impuls menjadi efektif oleh

neurotasmiter yang spesifik. Kemudian inhibisi impuls nyeri

menjadi efektif ol da serabut-serabut besar

yang m ban dan endogen

sy ate sistem supresif idayat, 20

2. lzack dan akan teori ga trol,

men atau

mekanisme per ahanan em

ri ini menjelaskan bahwa Subst (S

pada bagian ujung dorsal serabut sara

ai ran sebagai pintu gerbang, kan

emod ik dan merubah sasi

ka samp di korteks sereb

nyeri bisa ewat jika pintu gerba

ketika pintu gerbang tertutup

gerbang dengan cara men an

Gambar 2.2 teori gate control.


16

2.3.4 Klasifikasi nyeri

a. Nyeri akut

Disebabkan oleh injuri pada tubuh . nyeri ini merupakan

peringatan adanya potensial kerusakan jaringan yang membutuhkan

reaksi tubuh yang diperinth oleh otak. Nyeri akut merupakan upaya tubuh

untuk melindungi tubuh da dapat berkembang secara

cepat atau da kan akut apabila

berlang ama enam bulan jak terjad tubuh.

b. onik

Nyeri i penyembuha

auma n. Berbeda dengan ny ik bu

merupa ngatan bagi tubuh untuk berespon, ter

tubuh.

atau nyeri malignan

an dengan t mor malignan. mor m

men kan syaraf atau pe

Nyeri kanker ini dapat berhubun

ertentu Beberapa ahli mengg

ny 2008).

2.3.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri

Men mpengaruhi

reaksi nyeri adalah sebagai berikut :

a. Nilai etnik dan budaya

Etnik dan budaya mempunyai pengaruh pada cara seseorang

berperilaku dalam berespon terhadap nyeri. Namun etnik tidak

mempengaruhi persepsi nyeri.


17

b. Tahap perkembangan

Anak-anak kurang mampu mengatakan pengalaman atau kebutuhan

mereka terkait dengan nyeri yang menyebabkan nyeri mereka tidak

teratasi. Lansia mengalami perubahan neurofisiologi dan mungkin

mengalami penurunan persepsi sensori stimulus serta peningkatan

ambang nyeri.

c. Lingkungan

Pad pasien. Kehadiran keluarga an atau teman

mengurangi ada juga yan suka

menyen

Pen sebelumnya dan m kna

Le ngalaman individu deng nyeri yan in t

erhadap perist wa menyakitkan yang akan

t. I ividu mun in akan sedikit ntol

res

titik dim a toleransi tidak d

ara individu. Toleransi nyeri men

akutan akan kematian, mara

perub n dalam dentita an

aman asa al

2.3.6. Pengu

2.3.6.1 Kategorika

Pengukuran nyeri dengan menggunakan Likert pain scale

menggambarkan bahwa tidak terdapat nyeri diartikan pasien sebagai tidak

merasakan nyeri. Nyeri ringan diartikan sebagai neri siklik dan tidak

mengganggu aktifitas keseharian. Nyeri sedang bersifat episodik tapi dapat

ditolerir walaupun membutuhkan analgetik. Apabila dalam melakukan


18

aktifitas pasien measakan nyeri dan nyeri tersebut mengganggu

aktifitasnya maka penderita tersebut mengalami nyeri hebat.

Pengukuran ini disebut sebagai pengukuran satu dimensi. Pasien

dan tenaga kesehatan dapat menggunakannya dengan udah. Kelemahan

dari Likert pain scale adalah kecenderungan pada pasien untuk lebih

condong pada kategorikal t ang dibandingkan dengan

nyeri ringan atau mpunyai panduan

deskripsi ai.

2.1 kert pa scale

scale

ating cale

an pengu u an nyeri diman pasi

sampai Nol (0) diart kan seb

10 diartikan sebagai rasa nyeri

Pengu uran ini lebih mudah

men ebutkan secara l san si

kue

emahami

dan meng gka. Pasien

ini mencakup anak-anak dan lansia dengan gangguan kognitif atau

komunikasi.

2.2 Gambar numerical rating scale (Sudoyo, 2009)


19

b. Visual analogue scale

Pada alat ini digambar karikatur wajah dengan berbagai bentuk

mulut yang menggambarkan intensitas nyeri. Pada nilai dibawah 4

dikatakan sebagai nyeri ringan, nilai 4-7 dikaakan sebagai nyeri sedang

dan diatas 7 dianggap sebagai hebat.

Alat ukur ini idak dapat membaca

atau tidak da . Alat ini juga

efek lansia dengan gangguan kognisi atau unikasi.

angan alat s nyeri yan ami

h pasi nyeri seca

sual analogu scale (Sudoyo, 2009)

2.3. menggu kan alat elektro mekan

merupak n alat mekanis

nyeri baik pada sendi maupun i

ar da reading pointer y an

bacaa an jika

amban pounds

perdetik atau 2 kg tekanan 20 pounds

dipakai apabiladengan alat 10 pounds terlihat skor yang rendah(Sudoyo,

2009).

2.3.7 Penatalaksanaan nyeri


20

2.3.7.1 Terapi farmakologis

Penatalaksannaan untuk nyeri ringan sampai sedang dengan

analgesik seperti aspirin, asetominofen, ibuprofen dan sebagainya.

Sedangkan untuk nyeri berat diberikan Opioid analgesik misalnya Morfin,

Sulfat, Kodein, Oksikodon dan Hidrokodon jika nyeri tidak berkurang

dengan obat lain (Sudoy

2.3.7.2 Terapi ologis

da beberapa an tindakan anan

dengan imulasi

atau Transcu ectrical erve S imulatio asebo

deng si perilaku ognitif yan melipu pn

gis, distraksi dan imajinasi erbimbing(S

o ot progres f

2.4.

otot progresif atau istilah asing

relaxation adalah suatu keg

prog f merupakan salah sasi

sed ah dipelaj gkan

oleh itasari,

dkk (2002 agai suatu

latihan kontraksi dan relaksasi pada setiap kelompok otot secara

sistematis, sehingga dapat melawan ketegangan dan kecemasan serta

dapat mebuat tubuh tenang dan rileks.


21

2.4.2 Manfaat

Menurut Prawitasari, dkk (2002) secara umum beberapa manfaat yang

dapat diperoleh dari latihan relaksasi antara lain :

a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang

berlebihan karena adanya stres. Penelitian dilakukan Dewi (1998)

menunjukkan bahwa relak an ketegangan pada siswa

sekolah penerba

b. Mengurang u tertentu yang t adi sela es seperti

m gi jumlah ro sumsi alkohol aian

obatan dilakuk

sutherlan den dan Rosenberger ( kk. 19

membu hwa relaksasi dapat embantu akti

vitas mental, dan atau latihan fi yan

eb cepat de gan menggunakan latihan

d. ang keada fisiologis seseor

an relaksa , sehingga memung

erampilan relaksasi untuk t

2.4.3 Lang

Seb esif, penting

dilakukan persiapan baik persiapan kondisi lingkungan maupun

mempersiapkan kondisi individu.

Kondisi lingkungan perlu diperhatikan sebelum latihan relaksasi

dilakukan. Hal tersebut bertujuan menunjang terciptanya suasana yang


22

tenang pada saat berlatih (Walker, dkk, 1981 dalam Prawitasari, dkk,

2002). Persiapan kondisi lingkungan meliputi :

a. Kondisi ruangan

Ruangan yang digumakan untuk latihan relaksasi harus

tenang, segar dan nyaman. Untuk mengurangi cahaya dan suara

dari luar, jendel nya ditutup. Penerangan

secukup langsung yang

m ata individu, seh ngga mem vidu untuk

rkonsentrasi

Alat

elak dapat mengg t

dur, memil i sandaran (Prawitasari, d

Pada waktu melakukan latihan relak

a an pakaia yang longgar n ber

alannya r aksasi seperti kaca

atu, ikat pinggang agar dil

dkk, 2002).

du jug harus diper atikan, kk

(19 dkk (20 perlu

diper

a. Lat yang harus

dipelajari, yaitu belajar tegang dan belajar rileks. Seperti

mempelajari olahraga baru, belajar melakukan relaksasi dapat

dilakukan sedikit demi sedikit.

b. Selama fase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling

sedikit 30 menit dalam setiap sesi. Latihan dapat dilakukan dua


23

atau tiga kali dalam setiap minggu. Jumlah sesi tergantung pada

keadaan individu. Davis(1995) dalam Erna, dkk

(2008)menyebutkan bahwa latihan relaksasi otot progresif yang

dilaksanakan 20-30 menit, satu kali sehari secara teratur selama

satu minggu cukup efektif dalam menurunkan tingkat insomnia.

c. Ketika latihan harus diobservasi bahwa

bermaca matis tegang dan

r angan pada otot harus da an dengan

era.

Dalam individu

gangan dan dan r ril moni

e. suatu elompok otot eks pe ndi

ketidaknyamanan sebaikny kelom

gerakkan mes pun individu merasa

lajar rela sasi mungkin indiv du

umum, misalnya gatal pada jari,

asaan berat dibagian badan, k

ainya, apabila sensasi tersebut ak

anda ersebut anya

gganggu

proses atasi dengan

membuka mata, bernafa sedikit lebih dalam dan perlahan,

mengontraksikan seluruh badan, kemudian relaksasi dapat

dilakukan kembali.

g. Pada waktu relaksai individu tidak perlu takut kehilangan kontrol,

karena ia tetap berada pada kontrol dasar.


24

h. Dianjurkan latihan relaksasi dalam waktu satu jam menjelang tidur

karena dalam latihan relaksasi kadang-kadang ada

kecenderungan untuk tertidur.

i. Perlu diketahu bahwa kemampuan untuk rileks dapat bervariasi

dari hari ke hari. Hal ini bergantung pada kondisi fisiologis dan

psikologis individu

Sebelum melak akukan persiapan

tempat dan pe ebuah ruang (dapat tertut ka) yang

memungk udara bebas dianjurkan da atihan

relak ursi yan berapa

y nginkan

Selan mata atau redupkan pandangan distra

r. Kemudian dengarkan pernapasan

n k uar dari pa u secara ritmis. kut

e laxation Rhamdani & Putra 2007) :

1. u ukan untu melatih ot tang

dengan a menggenggam

alan. Model diminta membuat

mbi merasakan sensasi kete i.

P an, odel di leks

selama dua kali

sehingga gangan otot

dan keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada

tangan kanan.
25

Gerakan 1 :
Mlkt

Gerakan 2 untuk tangan bagian


7)

2. G kedua adalah elatih otot an bagian

ang.

akukan deng cara lengan

belak gelan an angan seh gga otot bag

gan bawah menegang, jari ari meng

2).

un uk melatih otot-otot Biceps.

adalah otot besar yang terdap

ihat gambar 3). Gerakan

ua tangan sehingga menjad

epalan e pundak seh ngga

Gambar 3. Gerakan otot biceps

(Rhamdani & Putra, 2007)


26

4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.

Relaksasi untuk mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat

dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya

seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus

perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,

punggung atas, dan leher

Gambar 4. Gerakan 4 untuk melatih otot bahu

(Rhamdani

sampai ke delapan adalah gerak

emaskan -otot di wajah.

ah yang dilatih adalah otot-oto

an untuk dahi dapat dilak

dan al s sampai otot-ototny a

ke ukan untuk ata

diaw asakan

ketegan n gerakan

mata (gambar 5). Gerakan 7 k mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,

diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot

rahang. Gerakan 8 ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar


27

mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan

ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 5. Gerakan 6 untuk


Untuk otot dahi ta

Gerakan 7 untuk rahang


Gerakan 8 untuk mulut
mdani & P 7)
6. kan ke uh (gam

tujukan kskan otot-oto eher n mau

belak

diawali dengan otot leher bagian

leh bagian pan. Model dipa u

rist aha kemudian diminta tu m

n alan kursi sedemikian rupa seh

gan di bagian belakang leher

10 ber ujuan untuk melatih otot

kan i dilakukan ngan cara e

m nta untuk me nya.

Sehi ka.
28

Gerakan 11 Melatih otot punggung

Gerakan 9 untuk melatih otot

Gerakan 10 untuk melatihGerakan 12 untuk melatih otot otot leherdepandada

ni & Putra, 2007)

7. Gera tujuan unt k melatih o ot-otot punggung.

Gerakan i gang at dari

daran nggung dil sungkan

sehing ti pada gambar 6 Kon ahan

k, kemudian rileks. Pada saa r lek

si, sambil membiarkan otot-otot menjad

ah g rakan dilakukan un mel

akan i i, model diminta untu mena

paru dengan udara sebanyak-

berapa saa , sambil merasakan

ke perut. Pada saat keteg

al den an lega. Sebag mana ang

ain, daan

antara gerakan

13 bertujuan untuk ini dilakuka dengan

cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai

perut menjadi kencang dank keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas,

kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.

8. Gerakan 14 dan 15 adalah gerakan-gerakan untuk otot-otot kaki.


29

Gerakan ini dilakukan secara berurutan. Gerakan 14 bertujuan

untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua

belah telapak kaki (lihat gambar 7) sehingga otot paha terasa tegang.

Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut (lihat gambar 6),

sedemikian sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis. Sebagaimana

prosedur relaksasi otot, m an posisi tegang selama 10

detik baru setel dilakukan masing-

masing

Gerakan 13 untuk melatih otot perut

Gerakan 14 untuk melatih otot paha

(Rha dani &

2.5 elaksasi ot progresif terhada

terdapat dua sistem saraf, y

da . Sist m saraf pusat berfung n-

gerak perti engg eher.

Sistem saling

berlawanan, parasimpatis.

Selama sistem-sitem tersebut berfungsi normal dalam keseimbangannya,

bertambahnya aktivitas satu sistem akan menghambat atau menekan efek

sistem yang lain. Ketika lansia mengalami stress maka seringkali

menimbulkan gangguan pada kondisi fisik, keletihan, terbangun di malam


30

gari dan sebagainya(Stanley & Beare, 2006). Ketika gangguan tersebut

muncul, maka diperkirakan sistem saraf simpatis turut bekerja pada tubuh

saat itu, sedangkan ketika tubuh berada pada kondisi rileks maka yang

bekerja adalah sistem saraf parasimpatis. Ralaksasi bekerja dengan cara

menekan ketegangan secara resiprok, yang pada akhirnya akan

menimbulkan counter condi angan(Bellack & Hersen,

1977dalam Prawit

M ondisi rileks yang asakan t pat terjadi

dik latihan rel kan pemijatan pada

ai kelen kortisol

ah, m ngeluaran ho m se secukup

sehing keseimbangan emosi dan ketenan 20

aksasi yang dikombinasikan dengan latih

dan r gkaian kontraksi dan relaksa kel

elak baik fisik ma un psi

terang gnya aktivi as si

afe yang erletak diseparuh bagi

gakibatkan penurunan metabol

na frekuensi pernapasan dan si

serot 1997 dal ngga

diharap eri sendi

yang dialami rasa rileks

pada tubuh lansia.


31

Anda mungkin juga menyukai