ABSTRAK. Daerah Telitian secara geografis terletak di Desa Ramba, Babat Jaya, Kecamatan Babat
Supat, Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatra Selatan yang termasuk kedalam Sub Cekungan
Palembang Utara, Cekungan Sumatra Selatan yang merupakan salah satu cekungan yang
ekonomis di Indonesia. Salah satu lapangan yang masih produksi yaitu Lapangan Halim yang
memiliki reservoir berupa batugamping dan terdiri atas lima sumur berupa satu sumur injeksi dan
empat sumur produksi dengan ketebalan rata-rata 52 m. Batugamping tersebut merupakan
batugamping Formasi Baturaja yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis litofasies, asosiasi fasies, lingkungan diagenesa, dan
lingkungan pengendapan batugamping Formasi Baturaja. Untuk mengidentifikasinya dapat
mengintegrasikan data sumur berupa data core, mud log, wireline log, dan sayatan petrografi.
Berdasarkan hasil analisis, terdapat empat asosias fasies yaitu Asosiasi Fasies Mixed Coral Skeletal
Packestone-Rudstone yang terdiri atas litofasies Neomorphosed Bioclastic Packestone, Dolomotised
Bioclastic Wackestone-Packestone, Dolomitised Coral Floatstone-Rudstone, Dolomitised Intraclast
Floatstone. Asosiasi Fasies Platy Coral Floatstone-Rudstone yang terdiri atas litofasies Argillaceous
Platy Coral Floatstone, Argillaceous Platy Coral Rudstone, Neomorphosed intraclast Rudstone,
Neomorphosed intraclast Floatstone-Rudstone, Algal Bindstone, dan Dolomitised Coral Framestone.
Asosiasi Fasies Massive Coral Rudstone yang terdiri atas litofasies Neomorphosed Coralline Rudstone,
Bioclastic Coralline Rudstone, dan Bioclastic Coralline Inraclast Rudstone. Asosiasi Fasies Mudstone
yang terdiri atas litofasies Mudstone. Dari keempat asosiasi fasies tersebut dapat dinterpretasikan
lingkungan pengendapan Formasi Baturaja yaitu Back Reef dengan terdapatnya Asosiasi Fasies
Mixed Coral-Skeletal Packestone-Rudstone dan Fasies Mudstone yang diendapkan dengan energi
sedang - rendah. Endapan Reef Front memiliki ciri endapan yaitu Asosiasi Fasies Platy Coral
Floatstone-Rudstone yang diendapkan dengan energi tinggi dan terendapkan pada bidang miring
(slope) hingga 15 0 dan sistem pengendapan berupa gravitasional. Endapan Fore Reef memiliki ciri
endapan yaitu Asosiasi Fasies Massive Coral Rudstone. Lingkungan diagenesis diinterpretasikan
berdasarkan porositas terbentuk dan terubah yaitu Meteoric Zone, Marine Zone, dan Subsurface Zone
(Burial Diagenesis).
Kata kunci: Litofasies, Asosiasi Fasies, Formasi Baturaja, Lingkungan Pengendapan, Lingkungan
Diagenesis
I. PENDAHULUAN
Batugamping adalah batuan sedimen yang umum dan tersebar luas yang
terbentuk di lingkungan laut dangkal. Sebagian besar kalsium karbonat yang membentuk
batugamping berasal dari sumber biologis seperti intvertebrata, moluska, hingga partikel
kalsit yang sangat halus dan aragonite yang terbentuk oleh alga. Akumulasi sedimen di
lingkungan pembentuk karbonat sebagian besar dikendalikan oleh faktor-faktor yang
11
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
mempengaruhi kelimpahan organisme di dalamnya seperti salinitas air, kedalaman,
suhu, ketersediaan nutrisi, dan pasokan bahan klastik terrigenous (Nichols, 2009).
Batugamping merupakan salah satu reservoir yang bernilai ekonomis. Lapangan “Halim”
merupakan salah satu lapangan yang termasuk kedalam wilayah kerja PT Pertamina EP
yang memiliki cadangan hidrokarbon yang besar dan ekonomis di Cekungan Sumatra
Selatan. Salah satu reservoir tersebut yaitu Formasi Baturaja. Formasi Baturaja memiliki
litologi berupa Batugamping dengan kandungan carbonate bank local yang tersingkap
ditinggian diatas basement. Terbagi kedalam dua fasies yaitu Platform yang
mengandung glauconitic packstone-wackestone dan lapisan tipis shale. Fasies Reef bulid-
ups yang mengandung skeletal packstones dan coral-algal boundstone (Barber dkk,
2005). Karakteristik batugamping yang berada di daerah telitian termasuk unik dengan
tingkat heterogenitas yang tinggi seiring dengan perubahan lingkungan pengendapan
secara signifikan dalam rentang waktu yang relatif cepat.
Pada dasarnya stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan terdiri dari satu siklus besar
sedimentasi yang dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi pada
akhir siklusnya. (Gambar 3.2.)
a. Batuan Dasar
Batuan dasar (pra tersier) terdiri dari batuan kompleks paleozoikum dan batuan
Mesozoikum, batuan metamorf, batuan beku, dan batuan karbonat. Batuan dasar yang
paling tua, terdeformasi paling lemah, dianggap bagian dari lempeng-mikro Malaka,
mendasari bagian utara dan timur cekungan. Morfologi batuan dasar ini dianggap
mempengaruhi morfologi rift pada Eosen-Oligosen, lokasi dan luasnya gejala
inversi/pensesaran mendatar pada Plio-Pleistosen, karbondioksida lokal yang tinggi yang
mengandung hidrokarbon gas, serta rekahan-rekahan yang terbentuk di batuan dasar
(Ginger & Fielding, 2005).
b. Formasi Lahat
Formasi Lahat diperkirakan berumur Oligosen Awal (Sardjito dkk, 1991). Formasi
ini merupakan batuan sedimen pertama yang diendapkan pada cekungan Sumatra
Selatan. Pembentukannya hanya terdapat pada bagian terdalam dari cekungan dan
diendapkan secara tidak selaras. Pengendapannya terdapat dalam lingkungan
darat/aluvial-fluvial sampai dengan lacustrine.
c. Formasi Talangakar
Formasi Talang Akar diperkirakan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.
Formasi ini terbentuk secara tidak selaras dan kemungkinan paraconformable di atas
Formasi Lahat dan selaras di bawah Formasi Gumai atau anggota Basal Telisa/Formasi
Baturaja. Formasi Talang Akar pada Cekungan Sumatra Selatan terdiri dari batulanau,
batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga
transisi.
d. Formasi Baturaja
Formasi Baturaja diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar pada
kala Miosen Awal. Formasi ini tersebar luas terdiri dari karbonat platforms dengan
ketebalan 20-75 m dan tambahan berupa karbonat build-up dan reef dengan ketebalan
60-120 m. Didalam batuan karbonatnya terdapat shale dan calcareous shale yang
diendapkan pada laut dalam dan berkembang di daerah platform dan tinggian (Bishop,
2001).
e. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja pada kala
Oligosen sampai dengan tengah Miosen. Formasi ini tersusun oleh fosilliferous marine
shale dan lapisan batugamping yang mengandung glauconitic (Bishop, 2001). Bagian
bawah formasi ini terdiri dari serpih yang mengandung calcareous shale dengan sisipan
batugamping, napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan
antara batupasir dan shale. Ketebalan Formasi Gumai ini diperkirakan 2700 m di tengah-
tengah cekungan. Sedangkan pada batas cekungan dan pada saat melewati tinggian
ketebalannya cenderung tipis.
Formasi Air Benakat diendapkan selama fase regresi dan akhir dari pengendapan
Formasi Gumai pada kala tengah miosen (Bishop, 2001). Pengendapan pada fase regresi
ini terjadi pada lingkungan neritik hingga shallow marine, yang berubah menjadi
lingkungan delta plain dan coastal swamp pada akhir dari siklus regresi pertama.
Formasi ini terdiri dari batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir halus,
batupasir abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan setempat mengandung lignit dan di
bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera.
Ketebalan formasi ini diperkirakan antara 1000-1500 m.
Formasi ini diendapkan pada kala akhir Miosen sampai Pliosen dan merupakan
siklus regresi kedua sebagai pengendapan laut dangkal sampai continental sands, delta
dan batu lempung. Siklus regresi kedua dapat dibedakan dari pengendapan siklus
pertama (Formasi Air Benakat) dengan ketidakhadirannya batupasir glaukonit dan
akumulasi lapisan batubara yang tebal.
h. Formasi Kasai
2. Analisis Litofasies
o. Litofasies Mudstone
Penentuan asosiasi fasies didasarkan atas kesamaan ciri litologi yang berkembang
pada Formasi Baturaja ini. Asosiasi Fasies tersebut dibagi menjadi kedalam empat
asosiasi fasies yaitu : Mixed Coral-Skeletal Packestone-Rudstone, Platy Coral Floatstone-
Rudstone, Massive Coral Rudstone, dan Mudstone.
Pada asosiasi fasies ini dicirikan oleh beberapa litofasies, antara lain litofasies
Neomorphosed Bioclastic Packestone, Dolomotised Bioclastic Wackestone-Packestone, Dolomitised
Coral Floatstone-Rudstone, Dolomitised Intraclast Floatstone.
Pada asosiasi fasies ini dicirikan oleh beberapa litofasies, antara lain Argillaceous
Platy Coral Floatstone, Argillaceous Platy Coral Rudstone, Neomorphosed intraclast Rudstone,
Neomorphosed intraclast Floatstone-Rudstone, Algal Bindstone, dan Dolomitised Coral
Framestone.
Pada asosiasi fasies ini dicirkan oleh beberapa litofasies, antara lain Neomorphosed
Coralline Rudstone, Bioclastic Coralline Rudstone, dan Bioclastic Coralline Inraclast Rudstone.
Berdasarkan data sayatan petrografi Formasi Baturaja pada lima sumur telitian,
lingkungan diagenesis dapat dijelaskan sebagai berikut:
V. KESIMPULAN
1. Hasil Analisis Asosiasi Fasies, Formasi Baturaja Terbagi atas empat Asosiasi Fasies,
yaitu : Asosiasi Fasies Mixed Coral-Skeletal Packestone-Rudstone , dicirikan oleh
beberapa litofasies, antara lain litofasies Neomorphosed Bioclastic Packestone,
Dolomotised Bioclastic Wackestone-Packestone, Dolomitised Coral Floatstone-
Rudstone, Dolomitised Intraclast Floatstone. Asosiasi Fasies Platy Coral Floatstone-
Rudstone dicirikan oleh beberapa litofasies, antara lain Argillaceous Platy Coral
Floatstone, Argillaceous Platy Coral Rudstone, Neomorphosed intraclast Rudstone,
Neomorphosed intraclast Floatstone-Rudstone, Algal Bindstone, dan Dolomitised
Coral Framestone. Asosiasi Fasies Massive Coral Rudstone dicirkan oleh beberapa
litofasies, antara lain Neomorphosed Coralline Rudstone, Bioclastic Coralline
Rudstone, dan Bioclastic Coralline Inraclast Rudstone. Asosiasi Fasies Mudstone
dicirikan dengan litofasies Mudstone
2. Hasil Analisis Lingkungan Pengendapan Formasi Baturaja berupa Back Reef yaitu
terdapatnya Asosiasi Fasies Mixed Coral-Skeletal Packestone-Rudstone dan Fasies
Mudstone yang diendapkan dengan energi sedang - rendah. Endapan Reef Front
20
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
memiliki ciri endapan yaitu Asosiasi Fasies Platy Coral Floatstone-Rudstone yang
diendapkan dengan energi tinggi dan terendapkan pada bidang miring (slope) hingga
15 derajat dan sistem pengendapan berupa gravitasional. Endapan Fore Reef memiliki
ciri endapan yaitu Asosiasi Fasies Massive Coral Rudstone.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat sehat walafiat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. PT
Pertamina EP sebagai lembaga yang menyediakan tempat bernaung dalam menjalankan
karya ilmiah ini. Mas Fahmi sebagai pembimbing saya di PT Pertamina EP dan Bapak Ir
Teguh Jatmiko, MT serta Bapak Ir. Bambang Triwibowo, MT selaku pembimbing saya di
kampus yang telah memberikan waktu dan tenaga sehingga karya ilmiah ini dapat
terselesaikan
DAFTAR PUSTAKA
Barber, A.J., Crow, M.J., dan Milsom, J.S. 2005. Sumatra : Geology, Resources and Tectonic
Bishop, Michele G. 2000. South Sumatra Basin Province, Indonesia : The Lahat/Talangakar
de Coster, G. L., 1974, The geology of the Central and South Sumatra Basins: Proceedings
Indonesian Petroleum Association Third Annual Convention, June, 1974, p. 77-
110.
Ginger, D. dan Fielding, K., 2005, The Petroleum Systems and Future Potential of South
Sumatra Basin, Proceeding, Indonesian Petroleum Assciation, Thirtieth Annual
Conventional & Exhibition
Heidrik, T.L., Aulia, K. 1993. A Structural and Tectonic Model of The Coastal Plains Block,
Central Sumatra Basin, Indonesia. Proceedings Indonesian Petroleum Association,
Twenty Second Annual Convention
21
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
James, P. A., et al., 1983, Reef Environtment. In: Carbonate Depositional Environtment,
The American Association of Petroleum Geologist Memoir 33, Tulsa, p. 345 – 462.
Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy 2nd Edition. UK: Willey-Blackwell
Gambar 3.1. Pembagian Cekungan Sumatra Selatan (Bishop et al, 2001)
Gambar 2.1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan (Ginger and FIeldings, 2005)
27
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 4.8. litofasies Argill. Platy Coral Rudstone
30
Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten