Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Judul TA
Perencanaan Detail Desain Muara Sungai Pemali.
1.2. Latar Belakang
Sungai Pemali terletak kurang lebih 14 km sebelah barat Kota
Tegal Provinsi Jawa Tengah. Kondisi lahan tertingi dengan elevasi 33.432
m terletak di Gunung Slamet, dan dataran yang terletak di sekitar pantai
utara / Pantura. Berdasarkan peta bakosurtanal yang diterbitkan tahun 2004
luas catchment area Sungai pemali adalah 1321.11 KM 2 dan dapat
diklasifikasikan 45 % adalah merupakan dataran pantai, 24 % perbukitan
dan sisanya 31 % adalah daerah pegunungan.

Tinggi curah hujan rata-rata tahunan di area hulu DAS Sungai


Pemali 4000 mm/tahun, sedangkan di area dataran pantai, tinggi hujan
rata-rata tahunan adalah 2000 mm/tahun. Pengunaan lahan di DAS pemali
adalah didominasi untuk pertanian dan area pertambakan.

Penanganan banjir sungai Pemali yang merupakan salah satu


sungai besar di kabupaten Brebes sudah mulai dilaksanakan pada masa pra
kemerdekaan, yaitu pada masa pendudukan Belanda dilaksanakan pertama
kali pembuatan tanggul, dan pada tahun 1942/1943 dilaksanakan
pembuatan Floodway K. Nippon/K. Pulo. Pekerjaan tambal sulam berupa
pembangunan dan perbaikan setempat tanggul kritis dilaksanakan pada
akhir tahun 1980-an. Namun demikian setiap tahun masih terjadi banjir
yang menggenangi areal pertanian, permukiman dan jalan, termasuk jalan
nasional pantura, dengan areal genangan 6000 - 9000 ha.

1.3. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah sedimentasi pada muara sungai
Pemali. Sedimentasi ini diakibatkan oleh debit sungai Pemali dari hulu
2

cenderung masuk ke sungai Pemuda sehingga sedimen yang melewati


sungai Pemali tidak terbawa ke laut dan sedimen yang dibawa arus laut
terbawa ke muara. Pada muara sungai Pemali dan Pemuda telah terjadi
delta-delta kecil yang merupakan hasil dari sedimentasi yang terjadi. Di
sekitar muara sungai Pemali dan sungai Pemuda terdapat banyak tambak
milik penduduk sekitar, sehingga jika akan dilakukan penanganan akan
mengakibatkan tambak-tambak tersebut tidak berfungsi lagi.

Dari hasil identifikasi, tambak yang terdapat pada sungai Pemuda


merupakan tambak musiman. Tambak-tambak ini akan berfungsi pada
musim hujan, sedangkan pada musim kemarau tambak-tambak ini tidak
digunakan. Hal ini memperlihatkan lingkungan yang belum tetap (settle)
pada lahan di sekitar muara sungai Pemuda. Hal yang bertolak belakang
terlihat di sungai Pemali. Tambak-tambak yang terdapat di sekitar muara
sungai Pemali selalu beroperasi sepanjang tahun. Ini adalah indikasi
bahwa lingkungan di sekitar muara sungai Pemali sudah tetap (settle).
Biasanya pada lingkungan yang sudah tetap, pemanfaatan lahan seperti
tambak dan sawah sudah jelas ada pemiliknya, sedangkan pada lingkungan
yang belum tetap kepemilikan dari lokasi pemanfaatan lahan belum jelas.

Dari hasil analisa diatas maka prioritas pananganan adalah sungai


Pemali dan muaranya. Selain untuk mengakomodasi akses nelayan menuju
ke laut, penanganan masalah pada muara ini akan menimbulkan luapan air
ke arah hulu, sehingga perlindungan untuk lahan di sekitar muara dan
sungai Pemali harus dilakukan mengingat kondisi lingkungan sungai
Pemali yang sudah relatif tetap. Untuk sungai Pemuda, dengan
penanganan yang dilakukan pada sungai Pemali maka dengan sendirinya
sungai pemuda akan tertutup. Akan tetapi hal ini tidak terlampau
merugikan mengingat lingkungan di sekitar muara sungai Pemuda belum
tetap sehingga pemanfaatan lahan di sekitar muara sungai Pemuda masih
musiman.
3

1.4. Maksud dan Tujuan


Maksud dari pekerjaan ini adalah menyiapkan perencanaan detail
desain sebagai upaya pengamanan pantai di wilayah muara sungai Pemali
terhadap kerusakan akibat abrasi gelombang, abrasi pantai, perubahan
ekosistem pantai dan lain-lain sehingga dapat mengurangi kerugian yang
diderita masyarakat pantai (permukiman, petani tambak dan
nelayan).Tujuan dari kegiatan ini yaitu:
1. Mengkaji kondisi wilayah pantai muara sungai Pemali Kabupaten
Brebes.
2. Mengidentifikasi, memahami permasalahan dan penyebab kerusakan
pesisir muara pantai sungai Pemali secara detail dan upaya
penanggulangan pantai yang kritis.
3. Membuat perencanaan detail desain pengamanan pantai yang siap untuk
dilaksanakan pekerjaan fisiknya.
4. Untuk mendapatkan suatu tipe, bentuk dan jenis konstruksi dari
bangunan pengaman erosi pantai yang cocok sesuai kondisi setempat,
sehingga diperoleh tingkat efektivitas dan kinerja yang tinggi

1.5. Ruang Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dilaksanakan mencakup beberapa kegiatan yaitu :
1. Tahapan Kegiatan Pekerjaan Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dari kegiatan pekerjaan dengan
maksud agar kegiatan yang dilakukan tidak akan mengalami
hambatan yang kemungkinan akan memperlambat pekerjaan
persiapan terdiri dari:
- Pengumpulan data hidrologi dan klimatologi
- Pengumpulan data sosial ekonomi
- Survey pendahuluan
2. Tahapan Kegiatan Survey dan Investigasi Lapangan
Tahapan ini merupakan kegiatan penunjang lapangan yang hasilnya
nanti akan dipakai sebagai dasar pembuatan Detail Desain dari
Muara dan Sungai. Karena kegiatan ini sangat menentukan dalam
penyusunan gambar Detail Desain, maka dituntut ketelitiannya.
4

Adapun Kegiatan survey dan investigasi lapangan terdiri dari:


- Pengukuran profil memanjang dan melintang muara
- Pengukuran profil memanjang dan melintang sungai
- Survey panjang surut
- Survey kecepatan dan arus
- Pengambilan sampel sedimen sungai dan muara
- Investigasi geologi teknik
- Survey sosial ekonomi
3. Tahapan Kegiatan Analisis Data Lapangan dan Detail Desain
Tahapan analisis data lapangan merupakan kegiatan perhitungan data
yang didapat di lapangan ataupun merupakan hasil pengamatan yang
selanjutnya dipakai sebagai dasar perencanaan dan penggambaran.
Tahapan Detail Desain merupakan tindak lanjut dari hasil
penggambaran dasar yang diperoleh dari perhitungan data lapangan.
Adapun kegiatan analisis data Lapangan dan Detail Desain terdiri
dari:
- Perhitungan dan penggambaran profil memanjang dan
melintang muara
- Pengukuran dan penggambaran profil memanjang dan melintang
sungai
- Analisis Hidro-Oceanografi MSL (Mean Sea Level)
- Analisis Hidro-Oceanografi Geombang
- Analisis Hidro-Oceanografi Arus Laut
- Analisis Hidro-Oceanografi Sedimen Pantai
- Laboratorium Mekanika Tanah
- Analisis debit banjir
- Analisis sosial ekonomi
- Detail desain profil normalisasi sungai
- Detail desain tanggul normalisasi sungai
- Detail desain perbaiakn muara sungai
- Penggambaran
- Perhitungan BOQ dan Cost Estimate
- Penyusunan dokumen lelang dan spesifikasi teknis
5. Tahapan Pelaporan dan Diskusi
5

Tahapan ini merupakan tahap akhir dari dari pekerjaan Detail Desain
Muara Sungsi Pemali. Dalam tahapan ini disusun laporan semua
kegiatan yang telah dilakukan, serta menyerahkan hasil akhir dari
kegiatan tersebut untuk dikonsultasikan.
Adapun kegiatan tahapan ini terdiri dari:
- Penyusunan laporan bulanan
- Penyusunan laporan pendahuluan
- Diskusi laporan pendahuluan
- Penyusunan laporan interim/antara/pertengahan
- Diskusi laporan interim/antara/pertengahan
- Penyusunan laporan akhir sementara
- Diskusi laporan akhir sementara
- Penyusunan laporan akhir

1.6. Sistematika Laporan


Sistematika laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
detail desain muara Sungai Pemali secara umum yaitu berupa latar
belakang, lokasi, permasalahan, maksud dan tujuan serta membahas
pembatasan masalah dan sistematika laporan.
BAB II STUDI PUSTAKA
Berisikan teori-teori yang relevan dan dasar-dasar perhitungan
analisis data untuk kajian perencanaan detail desain muara Sungai
Pemali.
BAB III METODOLOGI
Berisi tentang metode pengambilan data yang dikumpulkan,
Metode pengolahan data dan bagan alir perencanaan detail desain muara
Sungai Pemali.
BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN STRUKTUR
Membahas mengenai perencanaan detail desain muara Sungai
Pemali meliputi spesifikasi teknik bangunan dan perencanaan bangunan
perbaikan sungai.
6

BAB V RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT


Membahas kengenai syarat-syarat administrasi dan penjelasan
prosedur penanganan pekerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam spesifikasi teknis. menjelaskan susunan organisasi pelaksanaan
pekerjaan, pembagian tugas dan wewenang, pedoman teknis pelaksanaan
pekerjaan, metode pengawasan, pengendalian dan pelaksanaan.
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Membahas Perhitungan volume pekerjaan (BOQ) dan rencana
anggaran biaya (RAB) Kegiatan ini meliputi perhitungan volume
pekerjaan termasuk galian dan timbunan serta perhitungan rencana
anggaran biaya yang dihitung berdasarkan kuantitas dan harga satuan
pekerjaan.
BAB VII PENUTUP
Merupakan kesimpulan dan saran mengenai hasil perhitungan dan
desain perencanaan bangunan.
7

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum


Kondisi sungai Pemali dan sungai Pemuda adalah pertemuan dua
sungai yang sangat berbeda. Sungai Pemuda dengan kedalaman dasar
sungai mencapai 3 m dan kecepatan aliran yang lebih dari 1 m/dt,
sedangkan sungai Pemali kedalaman hanya sekitar 1 m dan kecepatan
aliran kurang dari 1 m/dt. Aliran sungai Pemali yang lurus dengan dasar
yang lebih tinggi dasar sungai Pemuda yang berbelok, menyebabkan aliran
lebih dominan ke sungai Pemuda serta merusak tebing-tebing yang dilalui.

Aliran sungai Pemali relatif pelan dan mengendapkan sedimen


sepanjang tahun. Kondisi tebing kanan dan kiri sungai Pemuda pada
bagian tengah sampai dengan muara, terdapat kerusakan yang perlu segera
diatasi dengan membuat perkuatan tebing dari dumping stone dan
bronjong serta membuat bangunan pengontrol debit pada sungai Pemuda.

Rencana perkuatan tebing sungai dengan dumping stone dan


revertment kisi-kisi beton, berada pada sisi luar tikungan sungai yang
rawan terhadap gerusan dari arus sungai. Sedimentasi sangat dominan
pada tebing tikungan dalam maupun pada tebing-tebing lurus. Kondisi ini
dimungkinkan karena sepanjang musim kemarau dengan debit relatif lebih
kecil dari sungai Pemuda. Diusulkan rencana normalisasi sungai Pemali
guna memperbesar kapasitas aliran sungai.

Pendangkalan pada muara sungai Pemali, diusulkan direncanakan


bangunan Jetty guna mengarahkan dan melancarkan aliran menuju pantai
Laut Jawa pada kedalaman dasar sungai yang terbebas dari arus
gelombang. Perahu untuk survey juga tidak bisa bergerak karena terjebak
pada dasar muara yang sangat dangkal 0,5 – 1,0 meter dan harus didorong
menuju laut yang lebih dalam.
8

Keterangan Gambar:
5
5 1. S.Pemali dari percabangan
denganS.Nippon sampai
4 percabangan dengan S Pemuda.

4 2. Percabangan S.Pemali dengan S.


Pemuda.
3.
3. S.Pemuda dari percabangan
2 dengan S.Pemali sampai muara
2 3
4. 3 S.Pemali dari percabangan
1
1 dengan S.Pemuda

5. Muara S.Pemali

Gambar 2.1 Sketsa Lokasi Alur


Sungai

2.2 Hidrologi
1. Pemodelan Hidrologi
Dalam perencanaan desain penanganan sungai, ada hal penting
yang perlu diperhatikan, yaitu penentuan rencana debit yang akan menjadi
beban saluran/sungai (boundary condition). Oleh karena itu yang pertama
kali harus dilakukan dalam Perencanaan Detail Desain Muara Sungai
Pemali adalah melakukan perhitungan besarnya debit yang akan
membebani tiap-tiap sungai. Dalam pekerjaan ini akan dilakukan
perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan tool/bantuan
aplikasi HEC-HMS 3.0.1 yang dikembangkan oleh US ARMY.

Dengan menggunakan aplikasi HEC-HMS ini akan didapatkan


rencana debit/hydrograph sungai yang akan dijadikan beban dalam
pemodelan hidrodinamik. Debit ini diperoleh dengan mengolah data hujan
rencana menjadi debit rencana, dengan asumsi kondisi lahan/DAS
mempunyai perilaku linear terhadap besarnya hujan yang jatuh di daerah
tangkapan air.
9

2. Step Pemodelan Hidrologi


Dalam pemodelan hidrologi step yang harus dilakukan antara lain
adalah :

1. Menentukan karakteristik DAS / Basin (luas, elevasi lahan, tata


guna lahan, dll.)
2. Menentukan desain hujan rencana/hytograph, sesuai dengan
perencanaan kala ulang hujan rencana/time return.
3. Menentukan karakteristik saluran / sungai (tipikal dimensi saluran).
4. Melakukan control model hidrologi (batasan waktu pemodelan).
5. Melakukan perhitungan /running model.

Setelah dilakukan running model, selanjutnya dilakukan analisa


hasil pemodelan, terutama dengan membandingkan data pengamatan
lapangan/kalibrasi dengan data hasil pemodelan (jika tersedia data
pengamatan debit). Setelah dilakukan kalibrasi, maka selanjutnya
dilakukan penyusunan debit rencana dari hasil pemodelan yang akan
digunakan sebagai beban dalam pemodelan hidrodinamik.

Gambar 2.2.1 Tampilan Pemodelan Hidrologi Dengan HEC-HMS


10

3. Pemodelan Dengan HEC-HMS 3.0.1


Dalam pemodelan dengan HEC-HMS salah satu hal penting yang
harus dilakukan adalah melakukan analisa DAS/basin, yang perlu
diperhatikan adalah parameter luasan DAS. Selain luasan DAS, hal
penting yang harus diperhatikan lagi adalah analisa dalam
memperhitungkan infiltrasi/loss methode, kemudian analisa transformasi
air/tranform methode yang ada di lahan, dan terakhir adalah analisa
mengenai aliran dasar/baseflow.

Karakteristik DAS pemali adalah sebagai berkut :

1. Luas catchment area 1321.11 KM2


2. Koefisien curve number 70, harga ini dicari dari tata guna lahan
dari DAS.
3. Nilai impervious 65 %, harga ini didapat dari hasil perkiraan
penggunaan areal DAS/tata guna lahan.

Gambar 2.2.2 Komponen Pemodelan Basin


11

Pemodelan hujan rencana ini maksudnya adalah untuk menentukan


hujan desain yang akan dijatuhkan di atas DAS yang telah disiapkan pada
tahap sebelumnya. Intensitas hujan rencana yang digunakan dalam
pemodelan adalah tinggi hujan maksimal rencana yang telah dianalisa
dengan metode distribusi sesuai dengan kala ulang/time return yang
direncanakan. Biasanya kala ulang yang digunakan dalam analisa peak
flow untuk analisa flood control adalah 25 tahun-an.

4. Analisa Hasil Pemodelan & Kalibrasi Hidrologi


Dari hasil pemodelan dengan menggunakan aplikasi HEC-HMS
selanjutnya dilakukan proses kalibrasi hidrologi dengan menggunakan data
AWLR yang tersedia, yaitu di Stasiun AWLR Brebes. Berikut ini adalah
debit dari hasil analisa distribusi dan debit dari hasil kalibrasi pemodelan
hidrologi, dan di Stasiun AWLR Brebes.

Tabel 2.2.3 Data Pengamatan AWLR dan Debit Rencana Dari Hasil Kalibrasi

Mengingat data debit yang tercatat di Stasiun AWLR brebes hanya


sampai tahun 2001, dan pernah terjadi banjir besar pada tahun 2001 –
2006, maka diperlukan justifikasi teknis untuk menentukan debit rencana.
Sebagai bahan pertimbangan adalah data debit rencana hasil studi
terdahulu yang dilakukan oleh SMEC and Associates, 199, besaran debit
tersebut adalah :
12

1. Q2 = 890 m3/dt
2. Q5 = 970 m3/dt
3. Q10 = 1015 m3/dt
4. Q25 = 1067 m3/dt
5. Q50 = 1100 m3/dt
6. Q100 = 1130 m3/dt
Jadi dalam menentukan debit desain untuk kala ulang TR 25 tahun,
diperkirakan mendekati 1100 m3/dt, dengan pertimbangan telah terjadi
perubahan tata guna lahan di DAS Sungai pemali.

Dari hasil pemodelan HMS dapat disimpulkan bahwa rencana debit


yang akan digunakan dalam pemodelan hidrodinamik Muara Sungai
Pemali adalah :

1. Debit kala ulang 2 tahun sebesar 667 m3/dt


2. Debit kala ulang 5 tahun sebesar 840 m3/dt
3. Debit kala ulang 10 tahun sebesar 950 m3/dt
4. Debit kala ulang 25 tahun sebesar 1100 m3/dt
5. Debit kala ulang 50 tahun sebesar 1210 m3/dt
6. Debit kala ulang 100 tahun sebesar 1313 m3/dt

Berikut ini adalah gambar hydrograph rencana yang akan dijadikan


beban/boundary condition dalam pemodelan hidrodinamik D/D Muara
Sungai Pemali.
13

Gambar 2.2.4 Hidrograph Pemodelan HMS Sebelum Pertemuan Dengan S.Pemuda

Gambar 2.2.5 Skematik Rencana Pembebanan Debit Sungai Pemali


14

2.3 Penyusunan Data Pasang Surut


Pengolahan data pasang surut dengan alur sebagaimana disajikan
oleh gambar dibawah, Perhitungan konstanta pasang surut dilakukan
dengan menggunakan metode Least Square. Hasil pencataan diambil
dengan interval 1 jam sebagai input untuk Least Square dan konstanta
pasang surut. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses
sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus
berikut:

K1  O1
NF 
M2  S 2

dimana jenis pasut untuk nilai NF:

0 - 0,25 = semi diurnal

0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant)

1,5 - 3,0 = mixed type (diurnal dominant)

>3,0 = diurnal

Gambar 2.3.1 Bagan alir perhitungan dan peramalan perilaku pasang surut
15

Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut yang dipilih


bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan di lokasi pekerjaan.
Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di
lapangan untuk melihat kesesuaiannya.

1. Peramalan Pasang Surut Sungai Pemali


Dengan cara yang sama dengan step peramalan pada sub bab 3.2,
maka dilakukan peramalan pasang surut di Muara Sungai Pemali dengan
menggunakan aplikasi ERG. Berikut ini adalah grafik hasil pengamatan
dan peramalan pasang surut muka air di Muara Sungai Pemali.

Gambar 2.3.2 Tampilan Output Hasil Running ERGELV


Berikut ini adalah elevasi penting hasil dari peramalan pasang surut :

1. Highest Water Spring HWS : -40.16


2. Mean High Water Spring HMHWS : -40.16
3. Mean High Water Level MHWL : -46.89
4. Mean Sea Level MSL : -62.00
5. Mean Low Water Level MLWL : -74.91
6. Mean Low Water Spring MLWS : -90.52
7. Low Water Spring LWS : -90.52
16

Selanjutnya dari elevasi-elevasi penting tersebut dilakukan


penyusunan desain tide dengan asumsi bentuk gelombang panjang berupa
fungsi sinusoidal. Berikut ini adalah gambar rencana desain tide Muara
Sungai Pemali.

Gambar 2.3.3 Desain Tide Boundary Condition Di Muara Sungai Pemali

2.4 Pemodelan Hydrodinamik


Karakteristik hidrolika sungai dapat diketahui dengan melakukan
pemodelan hidrodinamik dengan aplikasi HEC-RAS. Berdasarkan debit
rencana hasil pemodelan hidrologi maka perlu dilakukan running
pemodelan hidrodinamik untuk mengecek kapasitas eksisting sungai.
Dengan melakukan analisa hidrodinamik ini maka akan dapat ditentukan
perkiraan elevasi tanggul rencana, dan elevasi dasar saluran yang akan
dilakukan normalisasi (pengerukan).

HEC-RAS adalah salah satu aplikasi yang dapat digunakan untuk


menganalisa kondisi hidrodinamik sungai. Aplikasi ini sifatnya public
domain / free ware.
17

1. Pemodelan Hidrologi
Dalam pemodelan hidrologi step yang harus dilakukan antara lain
adalah :

1. Menyiapkan data geometri sungai ( dari hasil pengukuran topografi )


2. Melakukan inputing data dan boundary condition ( dari hasil HMS )
3. Melakukan perhitungan / running pemodelan
4. Melakukan analisa hasil pemodelan
5. Melakukan desain tanggul dan rencana galian

Gambar 2.4.1 GUI Pemodelan S.Pemali dengan HEC-RAS 3.1.3.

Gambar 2.4.2 Skematik Pemodelan Hidrodinamik dengan HEC-RAS 3.1.3.


18

Setelah dilakukan penyusunan data geometri sungai, yang berupa


data cross section sungai, data jarak antar cross section, dan data kekasaran
dasar saluran, maka selanjutnya dilakukan inputing boundary condition
pemodelan. Boundary condition sungai dibagi menjadi2 bagkan, yaitT
boµndar1 dI hiìar sal|ren dan roundary condition"di hulu saluran. Bangian
hulu óungai, seb%lum pertemuan dengan Sung`i Pem}da, boundary
condition berupa fl-w hidrogbaph (debit ) darm hasil(pemodelan HMS.
Sedangkan boundary dé hilhr saluzan -`mua2a"berupa stace hi$rograph /
data peramalan`pasang surut. Berikut ini adal`h data bounäary condition ti
Muar`0Sungai, da2i hawyl ðeramalan pasang surut.

1. Highest Water`Spri.g!
HWS : -40.16
2. Mean!High Water Sprin'
HMHWC  :¨-40.1
19

3. MeaN hieh Water Leve, ÍHWL : -4v.89


4. Mean Sea Level 19 ( (0 MSL `` :
-62.00M\ean19Mo0Water Levml MLW
20

: -74®91
5. Mean Low Wqôer Sðring MLWS : -90.43
6. Lou Water Qpring    0 ! ` LWS   : -90.40

Gambar (2n4.3 Desain Tide Bountary Condition Di`Hilir Óungai

0 " Gambar"2.4.4 Desain Hydrograph Boundár9 Condition!Di Hulu Stngai


21

Vambar 2.4.5 Skematik Rencana!Pembebaoan Debit Sungai Pemali

Gambar 2.4.6 Running Unsteady Flow


2. Analisa Hasil Pemodelan Hidrodinamik
Dari hasil pemodelan hidrodinamik selanjutnya dilakukan analisa,
berikut ini adalah tinggi muka air Sungai Pemali dan Sungai Pemuda saat
kondisi eksisting, dengan beban debit rencana dengan TR 25 tahun-an.
22

Gambar 2.4.7 Elevasi Muka Air Maksimal Kondisi Eksisting Sungai Pemuda.
Dari hasil running tinggi muka air rencana kondisi eksisting,
selanjutnya dilakukan analisa, yaitu dengan menentukan tinggi tanggul
rencana dan menentukan elevasi dasar saluran sehingga kapasitas sungai
mampu menampung debit yang direncanakan.

Setelah direncanakan slope dasar saluran rencana dan tinggi


tanggul rencana, maka langkah selanjutnya dilakukan improvement
saluran dengan aplikasi channel modification yang ada di HEC-RAS 3.1.3.

2.5 PERAMALAN GELOMBANG


1. Distribusi Angin
untuk mendapatkan gelombang rencana, hal pertama yang
dilakukan adalah melakukan peramalan gelombang berdasarkan data
angin. Data angin ini diperoleh dari analisis yang telah dilakukan
sebelumnya. Peramalan gelombang dalam pekerjaan ini dilakukan
mengikuti Metode yang diberikan dalam Shore Protection Manual (Coastal
Engineering Research Center, US Army Corp of Engineer) edisi 1984
yang merupakan acuan standar bagi praktisi pekerjaan-pekerjaan
pengembangan, perlindungan, dan pelestarian pantai.

Metode peramalan gelombang dapat dibedakan atas metode


peramalan gelombang laut dalam dan peramalan gelombang laut dangkal.
Beda metode laut dalam dan dangkal adalah bahwa dalam metode laut
dangkal diperhitungkan faktor gesekan antara gerak air dan dasar laut,
23

yang mana akan mengurangi tinggi gelombang yang terbentuk. Di laut


dalam, gerak gelombang yang terjadi di bagian atas perairan (upper ocean)
praktis tidak mengimbas ke bagian bawah dekat dasar laut (karena pada
laut yang dalam, jarak vertikal dari dasar laut ke permukaan, jauh). Oleh
karenanya, gelombang dan pembentukan gelombang di laut dalam tidak
terpengaruh oleh keadaan di dekat dasar laut.

Kriteria laut “dalam'' dan “dangkal'' didasarkan pada perbandingan


antara panjang gelombang L dan kedalaman dasar laut d, bukan pada harga
mutlak kedalaman perairan. Nilai batasnya dapat diilihat pada Tabel 2.5.1
berikut:

Klasifikasi d
/L
Laut dalam 1/2

Transisi /25 - 1/2

Laut dangkal 1/25


Tabel 2.5.1 Kriteria Laut Dalam
Untuk melakukan peramalan gelombang di suatu perairan
diperlukan masukan berupa data angin dan peta batimetri. Interaksi antara
angin dan permukaan air menyebabkan timbulnya gelombang (istilah lebih
tepatnya adalah gelombang akibat angin atau wind waves, untuk
membedakan jenis gelombang yang ditimbulkan oleh angin ini dengan
misalnya, gelombang akibat kapal, dan sebagainya). Kejadian angin di
lokasi studi disajikan pada Tabel 2.5.2 dan Gambar 2.5.3.
24

Tabel 2.5.2 Tabel Data Angin di Sekitar Lokasi Pekerjaan


Selanjutnya data angin di atas (kecepatan dalam knot)
dikelompokkan menurut besarannya, dan kemudian dibuat mawar angin
(wind rose)
25

Kecepatan
(knot)

Gambar 2.5.3 Mawar Angin / wind rose


2. Perhitungan Fetch Efektif
Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan
memiliki kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan
bahwa angin bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang maka
panjang fetch diukur dari titik pengamatan dengan interval 5. Panjang
fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus
berikut:

Lf i 
 Lf . cos 
i i

 cos  i

dimana:

Lfi = panjang fetch ke-i

i = sudut pengukuran fetch ke-i

i = jumlah pengukuran fetch

Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut


meliputi pengukuran-pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22.5
searah jarum jam dan 22.5 berlawanan arah jarum jam). Panjang daerah
pembentukan gelombang atau fetch ditentukan sebagai berikut:

a) Pertama ditarik garis-garis fetch setiap selang sudut lima derajat.


b) Tiap penjuru angin (arah utama) mempunyai daerah pengaruh
selebar 22,5 derajat sebelah kiri dan kanannya.
26

c) Panjang garis fetch dihitung dari wilayah kejian sampai ke


daratan di ujung lainnya. Jika hinga batas peta tidak terdapat
daratan, maka panjang fetch tersebut dibatasi oleh batas peta
tersebut.
d) Masing-masing garis fetch dalam daerah pengaruh suatu penjuru
angin (arah utama) diproyeksikan ke arah penjuru tersebut.
e) Panjang garis fetch diperoleh dengan membagi jumlah panjang
proyeksi garis-garis fetch dengan jumlah cosinus sudutnya.
Peta fetch kawasan perairan Pantai Pemali ditampilkan pada
Gambar 2.5.4.

Gambar 2.5.4 Peta Fetch Kawasan Pantai Pemali


27

3. Distribusi Gelombang
Pembentukan gelombang di laut dalam dianalisa dengan formula-
formula empiris yang diturunkan dari model parametrik berdasarkan
spektrum gelombang JONSWAP (Shore Protection Manual, 1984). Prosedur
peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi fetch terbatas (fetch limited
condition) maupun kondisi durasi terbatas (duration limited condition)
sebagai berikut:

1
gH m 0  gF  2

2
 0.0016 2


UA U A 
1
gT p  gF  3

2
 0.2857 2


UA U A 
2
gt d  gF  3
 68.8 2


UA U A 
dalam persamaan tersebut, UA = 0.71U101.23 adalah faktor tekanan
angin, dimana UA dan U10 dalam m/detik. Hubungan antara Tp dan Ts
diberikan sebagai Ts = 0.95 Tp.

Persamaan tersebut di atas hanya berlaku hingga kondisi gelombang


telah terbentuk penuh (fully developed sea condition), sehingga tinggi dan
perioda gelombang yang dihitung harus dibatasi dengan persamaan empiris
berikut:
28

gH m 0
2
 0.243
UA
gT p
 8.13
UA
gt d
 7.15  10 4
UA
dimana: Hm0 = tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral

Tp = perioda puncak gelombang


Dalam bentuk bagan alir, metode peramalan gelombang disajikan
pada Gambar 2.41

Start

23 23
 gF  UA Yes gt  gF  No
t c  68.8   2   t (Non Fully  68.8   2   7.15 x 10 4 (Fully
U  g Developed) UA U  Developed)
 A   A 

No
(Duration Limit ed)

Yes 32 2
(Fetch Limited)  gt  UA
Fmin    
 68.8  U A  g

F  Fmin
12
UA
2
 gF  UA
2
H m 0  0.0016    H m 0  0.2433 
g U 2  g
 A 
13
UA  gF  UA
T p  0.2857    T p  8.134 
g U 2  g
 A 

Finish Finish

HS = significant wave height

TP = peak wave period

F = effective fetch length


Gambar 2.5.5 Diagram alir proses peramalan gelombang berdasarkan data angin.
UA = wind stress factor (modified wind speed)

t = wind duration
29

Tabel 2.5.6 Tabel Data Gelombang dari Konversi Data Angin


30

Gambar 2.5.7 Analisa Distribusi Gelombang


Dari hasil analisa distribusi gelombang di atas, dapat dilihat bahwa
tinggi gelombang rencana dengan TR : 50 tahun adalah sebesar 5.07
meter. Tinggi gelombang hasil peramalan tersebut adalah tingg gelombang
yang terjadi di laut lepas. Tinggi gelombang tersebut akan mengecil dalam
perjalannya menuju pantai akibat makin mendangkalnya perairan yang
dilaluinya. Proses ”pengecilan” pengecilan gelombang akibat makin
mendangkalnya perairan tersebut biasanya disimulasikan dengan
mengunakan program komputer REFDIF.

Gambar 2.5.8 Pemodelan Sekitar Muara Sungai


31

Gambar 2.5.9 Tampilan GUI Channel Modification Pada HEC-RAS


Setelah dilakukan modifikasi / improvement pada sungai, maka
selanjutnya dilakukan running lagi untuk kondisi desain, sampai
didapatkan kondisi dimana tidak terjadi limpasan air di sepanjang sungai.
32

BAB III
METODOLOGI

3.1. Pengumpulan Data


Data yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini dapat diklasifikasikan menurut jenis jenis datanya menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer.
Data – data primer dapat dikumpulkan dengan metode survai ke
obyek yang bersangkutan. Survai lapangan adalah suatu metode survai
yang langsung dilakukan pada perencanaan detail desain muara sungai
Pemali, kemudian mencatat dan mengumpulkan data serta informasi
yang diperlukan nantinya sebagai bahan perhitungan.
2. Data Sekunder.
Data Sekunder dikumpulkan dengan cara studi pustaka dari
literature yang sudah ada sebelumnya, kemudian mencari teori – teori
yang dapat membantu dalam melakukan analisa masalah. Yang
termasuk kategori data – data sekunder yaitu :
a) Data geometri sungai.
Sumber : Dinas Pengolahan Sumber Daya Air Propinsi Jawa
Tengah.
b) Data curah hujan.
33

Sumber : Dinas Pengolahan Sumber Daya Air Propinsi Jawa


Tengah.
c) Data pasang surut air laut dan angin.
Sumber : Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika Propinsi
Jawa Tengah.
d) Data pendukung.
Sumber : Dinas Pengolahan Sumber Daya Air Propinsi Jawa
Tengah.

3.2. Metode Analisis


Pada bagian ini diuraikan garis besar langkah – langkah dalam
pembuatan sebuah perencanaan detail desain muara sungai Pemali.
Langkah – langkah dalam pembuatan perencanaan detail desain muara
sungai Pemali ini meliputi beberapa komponen diantaranya : komponen
bangunan non struktural, komponen struktur utama.
1. Langkah perencanaan dan perancangan komponen non struktural
adalah :
 Persiapan sarana dan prasarana
 Pengumpulan data hidrologi dan klimatologi
 Pengumpulan data sosial ekonomi
 Penyusunan Rencana Mutu Kontrak
 Survey pendahuluan
 Penyusunan laporan pendahuluan
 Survey panjang surut
 Survey kecepatan dan arus
 Pengambilan sampel sedimen sungai dan muara
 Investigasi geologi teknik
 Survey sosial ekonomi

2. Langkah perencanaan komponen struktural adalah :


 Perhitungan dan penggambaran profil memanjang dan
melintang muara
34

 Analisis Hidro-Oceanografi MSL (Mean Sea Level)


 Analisis Hidro-Oceanografi Geombang
 Analisis Hidro-Oceanografi Arus Laut
 Analisis Hidro-Oceanografi Sedimen Pantai
 Laboratorium Mekanika Tanah
 Analisis debit banjir
 Analisis sosial ekonomi
 Detail desain profil normalisasi sungai
 Detail desain tanggul normalisasi sungai
 Detail desain perbaiakn muara sungai
 Penggambaran
 Perhitungan BOQ dan Cost Estimate
 Penyusunan dokumen lelang dan spesifikasi teknis
.
3.3. Penyajian dan Format Penggambarannya
Tugas akir ini disajikan sesuai dengan pedoman pembuatan laporan
tugas akhir yang telah ditentukan oleh jurusan Teknik Sipil universitas
Semarang
Proses pengembangan sesuai dengan peraturan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek pendukungnya..
35

Anda mungkin juga menyukai