Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan suatu peradangan lokal yang menyebar pada mukosa

lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri

atau bahan iritan. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia,

stress, dan bakteri. (Nuari, 2015).

Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis

merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Gastritis

merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari – hari, yang bisa

mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani

dengan baik akan berakibat patal bahkan sampai pada tahap kematian. Gastritis bila

tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan akhirnya

membuat lambung luka – luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung, juga

dapat menimbulkan peradangan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis

( muntah darah ), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin

B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker lambung ( Suratum &

Lusianah, 2010).

Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari pinata laksanaan

gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambung

gastristis. Penyembuhan gastritis memerlukan pengaturan makanan sebagai upayah

untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Gastritis yang memiliki gejala nyeri

1
didaerah ulu hati, mual, muntah, lemas, perut kembung dan terasa sesak, nafsu makan

menurun,serta selalu bersendawa ini banyak diderita orang – orang usia tua di Negara

maju. Hal ini berbeda di Negara berkembang yang banyak diderita orang- orang usia

dini (Wijaya & Putri, 2013).

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa

Negara didunia dan mendapatkan presentase dari angka kejadian gastritis didunia,

diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang14,5%, kanada 35%, perancis 29,5%. Di

dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 – 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun.

Insiden terjadinya gastritis di asia tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk

setiap tahunnya (WHO,2014).

Indonesia secara global menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita

gastritis terbanyak yaitu berjumlah 430 ribu penderita gastritis. Angka kejadian

gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan

oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia

ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota medan, Jakarta 50%, Surabaya 31,2%,

Denpasar 46%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,7%, dan Pontianak

31,2%. Tahun 2015 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh

penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan

menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki- laki dengan jumlah kasus 30.154

orang (Depkes RI,2015).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan angka

kejadian Gastritis pada tahun 2017 sebanyak 324 kasus yaitu laki-laki sebanyak 152

kasus perempuan sebanyak 172 kasus, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 330

kasus yaitu laki-laki sebanyak 143 kasus dan perempuan sebanyak 187 kasus dan

2
pada tahun 2019 jumlah kasus sebanyak 396 kasus yaitu laki-laki berjumlah 183

kasus dan perempuan berjumlah 213 kasus. Hal ini menunjukana bahwa kasus dengan

gangguan Gastritis masih cukup tinggi. (Data Dinkes Propinsi Sultra Tahun 2016)

Kasus Gastritis yang dirawat di BLUD RS. Konawe tahun 2017 berjumlah 97

orang sedangkan pada tahun 2018 berjumlah 165 orang adapun tahun 2019 jumlah

pasien masuk rawat inap berjumlah 188 orang, dan adapun tahun 2020 periode

januari sampai dengan juli berjumlah 93 kasus hal ini menunjukkan banyaknya

penderita gastritis yang masuk di BLUD RS. Konawe masih tinggi umumnya

dipropinsi Sulawesi tenggara. ( Data Medikal Rekord BLUD RS. Konawe, tahun

2020).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis termotivasi untuk

mengangkat masalah ini dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan

Keperawatan Pada Klien Tn. A dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal :

GastritisDi Ruang Interna BLUD Rumah sakit Konawe Kab. Konawe Tahun 2020“.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh gambaran umum dan nyata dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan gangguan sistem gastrointestinal :

Gastritis di Ruang Interna BLUD Rumah sakit Konawe

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian (pengumpulan data dan analisa data) pada

klien Tn. A dengan gangguan sistem Gastrointestinal: Gastritis

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas pada klien Tn.

A dengan gangguan sistem gastrointestinal: Gastritis

3
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan

gangguan sistem gastrointestinal: Gastritis

d. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan

gangguan sistem gastrointestinal: Gastritis

e. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien Tn. A

dengan gangguan sistem gastrointestinal: Gastritis

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada

klien Tn. A dengan gangguan sistem gastrointestinal: Gastritis

g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan

prakatek dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan

gangguan sistem gastrointestinal: Gastritis

h. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, faktor penghambat serta

mencari solusi/ alternatif penyelesaian masalah.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi BLUD Rumah sakit Konawe Kab. Konawe

Hasil penelitian ini merupakan sumber informasi bagi BLUD Rumah sakit

Konawe Kabupaten Konawe dan Instansi terkait dalam rangka memberikan

pelayanan kesehatan khususnya ruang Perawatan Interna pada pasien dengan

masaalah Sistem gastrointestinal dalam hal ini gangguan Gastritis.

2. Manfaat Teoritis

Bahan acuan bagi peneliti - peneliti selanjutnya, khususnya mahasiswa program

Nurs ITK AVICENA Kendari

4
3. Manfaat Bagi Masyarakat/Pasien

Hasil penelitian ini merupakan bahan informasi bagi masyarakat atau Pasien

tentang penanggulangan atau penaganan pada penyakit gastritis.

4. Manfaat Bagi Peneliti

a) Merupakan pengalaman yang berharga dalam rangka menambah wawasan

ilmu pengetahuan khususnya tentang penerapan asuhan keperawatan pada

pasien dengan masaalah pencernaan yaitu gastritis.

b) Sebagai salah satu syarat untuk menyeleseikan Program Nurs ITK AVICENA

Kendari

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah.
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang
sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit.
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
kronik, difus atau lokal.
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, seiring terjadi akibat diid
sembrono, makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorgnisme penyebab penyakit,
disamping itu penyebab lain meliputi alkohol, aspirasi, refluks empedu, terapi
radiasi.
2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.

6
3. Patofisiologi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)
dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi
HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada
sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah perdarahan
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap
iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel
desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka
7
akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia
ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.

8
PENYIMPANGAN KDM (PATHWAYS)

Gastritis

Perangsangan saraf Respon mukosa lambung


simpatis NV
(Nervus Vagus)

vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL di
lambung

Ansietas
HCL kontak dengan
mukosa gaster

Mual Perubahan pada


status kesehatan
Iritasi pada mukosa
lambung
Muntah Defisit
pengetahuan

Merangsang reseptor
nyeri (bradikinin, Kurang kontrol
Hipovolemia sitokinin,dll tidur

Intake nutrisi
tidak adekuat
ketidakmampuan
mencerna makanan Gangguan Pola
Nyeri akut Tidur
Defisit nutrisi Risiko
defisit nutrisi

9
4. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).

5. Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul
kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut
dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan
seperti terbakar pada epigastrium, kejng-kejng dan lemah.
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan
penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan
dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknyatersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernahmelewati mukosa muskularis.
c. Biopsi mukosa lambung
d. Analisa cairan lambung : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada kliendengan gastritis kronik.
10
e. Pemeriksaan barium
f. Radiologi abdomen
g. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
h. Feces bila melena
i. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan GI
atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
j. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa
penyebab / sisi lesi..
k. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan
kemungkinan isi perdarahan.
l. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456)

7. Penatalaksanaan
a. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa
proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain).
Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
b. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2
atau inhibitor pompa proton.

8. Komplikasi
a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin
B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual, muntah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat
tertentu atau alkohol.
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat penyakit
lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
g. Riwayat kesehatan keluarga
h. Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis,
kelebihan diet atau diet sembarang.
i. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan
membantu
j. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
k. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)

12
-warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik)
l. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
m. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka
peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
n. Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi
(perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
o. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
p. Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
q. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung

13
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).

r. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal).
s. Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
t. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
u. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang
lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.

14
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
meliputi :
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif, kekurangan

intake cairan.

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi).

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang

kontrol tidur

e. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
f. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang terpapar informasi.

g. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang

terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif,
kekurangan intake cairan
Table 2.1
Intervensi Keperawatan pada Dx. Hipovolemia

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 Utama:
jam diharap kan: - Manajemen hipovolemia
Utama: - Manajemen syok hipovolemik
- Status cairan Pendukung:
Tambahan: - Balut tekan
- Integritas kulit dan jaringan - Dukungan kepatuhan program

15
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Keseimbangan asam basa pengobatan
- Keseimbangan cairan - Edukasi pengukuran nadi radialis
- Keseimbangan elektrolit - Insersi selang nasogatrik
- Penyembuhan luka - Konsultasi via telepon
- Perfusi perifer - Manajemen aritmia
- Status nutrisi - Manajemen diare
- Termoregulasi - Manajemen elektrolit
- Tingkat perdarahan - Manajemen elektrolit :
hiperkalemia
- Manajemen elektrolit :
hiperkalsemia
- Manajemen elektrolit :
hipermagnesemia
- Manajemen elektrolit :
hipernatremia
- Manajemen elektrolit : hipokalemia
- Manajemen elektrolit :
hipokalsemia
- Manajemen elektrolit :
hipomagnesimia
- Manajemen elektrolit :
hiponatremia
- Manajemen muntah
- Manajemen medikasi
- Manajemen perdarahan
- Manajemen perdarahan akhir masa
kehamilan
- Manajemen perdarahan antepartum
dipertahankan
- Manajemen perdarahan antepartum
tidak dipertahankan
- Manajemen perdarahan pervaginam
- Manajemen perdarahan pervaginam
pasca persalinan
- Manajemen syok
- Manajemen specimen darah
- Manajemen cairan
- Manajemen elektrolit
- .Manajemen hemodinamik invasif

16
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemntauan neurologis
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemberian Obat
- Pemberian Obat Intravena
- Pencegahan Perdarahan
- Pencegahan Syok
- Pengambilan Sampel darah arteri
- Pengambilan sampel darah vena
- Perawatan jantung akut
- Terapi Intravena
- Transfusi darah

b. Diagnosa2 : Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan


makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme.
Table 2.2
Intervensi Keperawatan pada Dx. Defisit nutrisi

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Intervensi Utama:
24 jam Diharapkan: - Manajemen Nutrisi
Utama: - Promosi Berat Badan
- Status nutrisi Intervensi Pendukung:
Tambahan: - Dukungan Kepatuhan Program
- Berat badan Pengobatan
- Eliminasi fekal - Edukasi Diet
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi Kemoterapi
- Nafsu makan - Konseling Laktasi
- Perilaku meningkatkan berat badan - Konseling Nutrisi
- Status menelan - Konsultasi
- Tingkat depresi - Manajemen Hiperglikemia
- Tingkat nyeri - Manajemen Hipoglikemia
- Manajemen Kemoterapi
- Manajemen Reaksi Alergi
- Pemantauan Cairan
- Pemantauan Nutrisi
- Manjemen Cairan
- Manajemen Demensia
- Manajemen Diare
17
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Manajemen Eliminasi fekal
- Manajemen Energi
- Manajemen Gangguan Makan
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemberian Makanan
- Pemberian Makanan Enteral
- Pemberian Makanan Parenteral
- Pemberian obat Intravena
- Terapi menelan

c. Diagnosa3 : Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisiologis


(Inflamasi).
Table 2.3
Intervensi Keperawatan Pada Dx. Nyeri Akut

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Manajemen nyeri
Utama: - Pemberian analgesik
- Tingkat nyeri Pendukung:
Tambahan: - Aromaterapi
- Fungsi gastrointestinal - Dukungan hipnotis diri
- Kontrol nyeri - Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Mobilitas fisik - Edukasi efek samping obat
- Penyembuhan luka - Edukasi manajemen nyeri
- Perfusi miokard - Kompres dingin
- Perfusi perifer - Edukasi proses penyakit
- Pola tidur - Edukasi teknik nafas
- Status kenyamanan - Kompres dingin
- Tingkat cedera - Kompres panas
- konsultasi
- latihan pernafasan
- Manajemen efek samping obat
- manajemen kenyamanan lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen sedasi
- Manajemen terapi radiasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral

18
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemberian obat topikal
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan kenyamanan
- Teknik distraksi
- Tekhnik imajinasi terbimbing
- Terapi akupuntur
- Terapi bantuan hewan
- Terapi humor
- Terapi murattal
- Terapi musik
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi sentuhan
- Transcutaneous Electrical Nerve
Simulation (TENS)

d. Diagnosa 4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan,


kurang      kontrol tidur
Table 2.4
Intervensi Keperawatan Pada Dx. Nyeri Akut

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Dukungan tidur
Utama: - Edukasi aktivitas/tidur
- Pola tidur Pendukung:
Tambahan: - Dukungan kepatuhan program
- Penampilan peran pengobatan
- Status kenyamanan - Dukungan meditasi
- Tingkat depresi - Dukungan perawatn diri : BAB/
- Tingkat keletihan BAK
- Fototerapi gangguan : mood/tidur
- Latihan otogenik
- Manajemen demensia
- Manajemen energi
- Manajemen lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri
- Manajemen penggantian hormon
19
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemberian obat oral
- Pengaturan posisi
- Promosi koping
- Promosi latihan fisik
- Reduksi ansietas
- Teknik menenangkan
- Terapi aktivitas
- Terapi musik
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi relaksasi otot progresif

e. Diagnosa 5 :Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan


mencerna      makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
Table 2.5
Intervensi Keperawatan PadaDx. Risiko Defisit Nutrisi

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x Intervensi Utama:
24 jam Diharapkan: - Manajemen gangguan makan
Utama: - Manajemen nutrisi
- Status nutrisi Intervensi Pendukung:
Tambahan: - Edukasi berat badan efektif
- Berat badan - Eduksi diet
- Eliminasi fekal - Edukasi nutrisi
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi nutrisi anak
- Nafsu makan - Edukasi nutria Bayi
- Perilaku meningkatkan berat badan - Manajemen energi
- Status menelan - Manajemen hiperglikemia
- Tingkat depresi - Nabajemen hipoglkemi
- Tingkat nyeri - Manajemen kemoterapi
- Manjemen reaksi alergi
- Edukasi nutrisi parenteral
- Pemantauan nutrisi
- Identifikasi resiko
- Konseling laktasi
- Konseling nutrisi
- Manajemen cairan
- Manajemen demensia
- Manajemen diare
- Manajemen eliminasi fekal

20
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian makanan
- Pemberian makanan enteral
- Pemberian makanan parenteral
- Promosi berat badan
- Terapi menelan

f.  Diagnosa 6 :Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang terpapar


informasi.
Table 2.6
Intervensi Keperawatan Pada Dx. Ansietas

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Reduksi ansietas
Utama: - Terapi relaksasi
- Tingkat ansietas Pendukung:
Tambahan: - Bantuan kontrol marah
- Dukungan sosial - Biblioterapi
- Harga diri - Dukungan Emosi
- Kesadaran diri - Dukungan kelompok
- Kontrol diri - Dukungan Keyakinan
- Proses infomasi - Dukungan memaafkan
- Status kognitif - Dukungan pelaksanaan ibadah
- Tingkat agitasi - Dukungan Pengungkapan kebutuhan
- Tingkat pengetahuan - Dukungan proses berduka
- Dukungan Intervensi krisis
- Konseling
- Manajemen demensia
- Persiapan pembedahan
- Teknik distraksi
- Terapi hypnosis
- Teknik imajinasi terbimbing
- Teknik menenangkan
- Terapi Biofeedback
- Terapi diversional
- Terapi musik
- Terapi penyalahgunaan zat
- Terapi relaksasi otot progresif
- Terapi reminisens

21
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Terapi seni
- Terapi validasi
Diagnosa 7 : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Table 2.7
Intervensi Keperawatan Pada Dx. Kurang Pengetahuan

Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Reduksi ansietas
Utama: - Terapi relaksasi
- Tingkat pengetahuan Pendukung:
Tambahan: - Bimbingan sistem kesehatan
- Memori - Edukasi aktivitas/istirahat
- Motivasi - Edukasi alat bantu dengar
- Proses informasi - Edukasi analgesia terkontrol
- Tingkat agitasi - Edukasi berat badan efektif
- Tingkat kepatuhan - Edukasi berhenti merokok
- Edukasi dehidrasi
- Edukasi dialysis peritoneal
- Edukasi diet
- Edukasi edema
- Edukasi efek samping obat
- Edukasi fisioterapi dada
- Edukasi hemodialisis
- Edukasi infertilitas
- Edukasi irigasi kandung kemih
- Edukasi irigasi colostomi
- Edukasi irigasi urostomi
- Edukasi keamanan anak
- Edukasi keamanan bayi
- Edukasi kelekatan ibu dan bayi
- Edukasi keluarga berencana
- Edukasi keluarga : pola kebersihan
- Edukasi kemoterapi
- Edukasi keselamatan lingkungan
- Edukasi keselamatan rumah
- Edukasi keterampilan psikomotor
- Edukasi komunikasi efektif
- Edukasi latihan berkemih
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi manajemen demam

22
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Edukasi manajemen nyeri
- Edukasi manajemen stress
- Edukasi mobilisasi
- Edukasi nutrisi
- Edukasi nutrisi anak
- Edukasi nutrisi bayi
- Edukasi nutrisi parenteral
- Edukasi orang tua : fase anak
- Edukasi perawatan kulit
- Edukasi perawaan mata
- Edukasi perawatan mulut
- Edukasi perawatan nefrostomi
- Edukasi perawatan patah tulang
- Edukasi perawatan perineum
- Edukasi perawatan selang drain
- Edukasi perawatan stoma
- Edukasi perawatan trakheostomy
- Edukasi perawatan urostomy
- Edukasi perilaku upaya kesehatan
- Edukasi perkembangan bayi
- Edukasi persalinan
- Edukasi pijat bayi
- Edukasi pencegahan infeksi
- Edukasi pencegahan jatuh
- Edukasi luka tekan
- Edukasi pencegahan osteoporosis
- Edukasi penggunaan alat kontrasepsi
- Edukasi penggunaan alat bantu
- Edukasi pengukuran nadi radialis
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi pengukuran suhu tubuh
- Edukasi pengukuran tekanan darah
- Edukasi pengurangan resiko
- Edukasi pola perilaku kebersihan
- Edukasi preoperatif
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi prosedur tindakan
- Edukasi proses keluarga
- Edukasi proses penyakit
- Edukasi reaksi alergi
- Edukasi rehabilitasi jantung
- Edukasi resep obat
- Edukasi seksualitas
- Edukasi stimulasi bayi/anak
- Edukasi tekhnik adaptasi

23
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Edukasi tekhnik ambulasi
- Edukasi orangtua : fase bayi
- Edukasi orangtua : fase remaja
- Edukasi pada pengasuh
- Edukasi pemberian makanan pada
anak
- Edukasi pemberian makanan
parenteral
- Edukasi penilaian keselamatan
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi penyalahgunaan alcohol
- Edukasi penyalahgunaan zat
- Edukasi perawatan bayi
- Edukasi perawatan diri
- Edukasi perawatan gigi palsu
- Edukasi perawatan gips
- Edukasi kateter urine
- Edukasi perawatan kehamilan
- Edukasi tekhnik mengingat
- Edukasi tarik nafas
- Edukasi pemberian makanan
- Edukasi terapi antikoagulan
- Edukasi terapi cairan
- Edukasi terapi darah
- Edukasi terapi relaksasi otot progresif
- Edukasi terapi termoreguasi
- Edukasi terapi toilet training
- Edukasi vaksin
- Edukasi vitamin
- Konseling
- Konsultasi
- Promosi edukasi laktasi di komunitas
- Promosi kesiapan penerimaan
informasi
- Promosi literasi kesehatan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan

yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam

Potter & Perry, 1997).


24
Dalam proses keperawatan tindakan implementasi terbagi atas dua tindakan :

4.1. Tindakan Keperawatan Mandiri : tindakan yang dapat diimplementasikan

oleh perawat tanpa pesanan dokter dan masih dalam batas wewenang keperawatan.

4.2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif, tindakan keperawatan kolaboratif

diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan

yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi

masalah-masalah klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan

klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen 1986, evaluasi terbagi menjadi tiga jenis,

yaitu:

5.1. Evaluasi Struktur.

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling

tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau

tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan

perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi,

pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang

diinginkan.

25
5.2.  Evaluasi Proses.

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai

wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis

informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari

perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

5.3. Evaluasi Hasil.

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien

merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian

tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah

dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. untuk melakukan evaluasi, ada

baiknya disusun dengan menggunakan SOAP

26
BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini penulis membahas asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan pada system pencernaan yakni Gastritits. Penulis menerapkan teori proses

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, penentuan intervensi (rencana)

keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan mengevaluasi hasil tindakan

keperawatan yang telah dilakukan. Penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien

Tn.A dengan Gastritis, di ruang perawatan Interna BLUD Rumah sakit Konawe tahun

2020 .

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format pengkajian data.

Metode yang penulis gunakan di dalam pengkajian ialah dengan menggunakan metode

observasi dan melakukan pemeriksaan fisiksertasebagai sumber data adalah klien dan

keluarganya, serta tim perawat lainnya yang bertugas di Ruang perawatan Interna. Dalam

penentuan diagnosa dirumuskan berdasrkan dengan data yang diperoleh saat melakukan
27
pengkajian, kemudian penyusunan rencana/intervensi keperawatan ditujukan untuk

mengatasi masalah atau diagnosa yang telah ditentukan, tindakannya diwujudkan saat

melakukan proses implementasi, dimana implementasi dilaksanakan berdasarkan rencana

keperawatan yang sudah diuraikan dalam intervensi, kemudian langkah selanjutnya adalah

melakukan evaluasi dalam rangka menginspeksi perkembangan pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis melakukan pengkajian secara sistematis

sesuai dengan data yang di butuhkan, meliputi:

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

1.1. Pasien

a. Nama : Tn. A

b. Umur : 31 thn

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Pendidikan : SMA

e. Pekerjaan : Petani

f. Status perkawinan : Menikah

g. Agama : Islam

h. Suku : Tolaki

i. Alamat : Kel. Ambekairi

j. Tanggal masuk : 27 November 2019

k. Tanggal pengkajian : 27 November 2019

28
l. Sumber informasi : Pasien dan Keluarga

m. Diagnosa masuk : Gastritis

1.2. Penanggung jawab

a. Nama : Ny. E

b. Hubungan dengan pasien : Istri

2. Status kesehatan

2.1. Status kesehatan saat ini

a. Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Klien masuk di UGD BLUD Rumah Sakit Konawe pada tanggal 27

November 2020 pukul 06.30 WITA dengan keluhan nyeri ulu hati, mual,

muntah 3x dan nafsu makan berkurang. Pada saat pengkajian, klien

mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, ekspresi wajah meringis, klien

nampak gelisah dan klien nampak lemah.

b. Keluhan utama saat ini / saat pengkajian

Klien mengatakan nyeri pada bagian ulu hatinya seperti ditusuk-tusuk

P : Nyeri saat banyak bergerak

Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : Daerah epigastrium/ulu hati

S : Skala nyeri 5 (sedang)

T : Nyeri hilang timbul

c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Keluarga klien mengatakan saat klien mengalami sakit, meraka langsung

membawake UGD BLUD Rumah sakit Konawe dan langsung

mendapatkan penanganan tenaga kesehatan.

29
2.2. Status Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah dialami :

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah menjalani operasi, menderita

penyakit keturunan atau penyakit menular.

b. Pernah dirawat

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di Rumah Sakit

c. Riwayat alergi :

Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik makanan maupun

minuman

d. Riwayat transfuse :

Klien mengatakan tidak pernah mendonorkan darah ataupun didonorkan

darah

e. Kebiasaan

 Merokok :

Klien mengatakan tidak merokok

 Minum Kopi :

Klien mengatakan minum kopi 2 – 3 gelas dalam sehari

 Penggunaan Alkohol :

Klien mengatakan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol

 Lain-lain : -

 Jelaskan : Klien mengatakan sebelum berangkat kerja dia hanya

meminum kopi dan sajian makanan ringan (tidak sarapan).

30
2.3. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Genogram

X X
X 61

29 37 25
? X 31 29

5 3

Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan
31
: Klien

x : Meninggal

------ : Tinggal Serumah

? : Usia tidak diketahui

Keterangan :

GI : Generasi I tidak pernah mengalami penyakit yang sama.

G II : Klien dengan diagnosa Gastritis

G III : Kedua anak Klien

b. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah menjalani

operasi, riwayat penyakit menular atau riwayat penyakit keturunan.

3. Diagnosa medis dan terapi

3.1. Diagnosa : Gastritis

3.2. Terapi :

- IVFD RL 20 tetes/menit

- Injeksi Ranitidin 1 ampul/IV/12 jam

- Drips Neurosanbe 1 ampul/24 jam

- Sucralfat 3 x 2

- Paracetamol 3x1

4. Pola fungsi kesehatan

4.1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

32
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit ia selalu menjaga pola hidup

dan pola makannya

Saat sakit : Pasien mengatakan sakitnya datang tiba-tiba, ia beranggapan

bahwa sakitnya tidak apa-apa, ia berharap semoga penyakitnya dapat cepat

sembuh.

4.2. Nutrisi /metabolik

Sebelum sakit :

- Klien mengatakan frekuensi makan 2 kali/hari

- Porsi makan dihabiskan

- Tidak ada makanan pantangan

Saat sakit :

- Klien mengatakan tidak nafsu makan

- Porsi makan tidak dihabiskan, hanya ½ porsi makan yang

dihabiskan

- Klien mengatakan kadang mual

4.3. Pola eliminasi

Sebelum sakit :

- BAB : Klien mengatakan BAB 1 sampai 2 kali sehari

- BAK : klien mengatakan BAK 3-5 kali sehari

Saat sakit :

- BAB : Klien mengatakan selama dirumah sakit baru 1 kali BAB

- BAB : Klien mengatakan selama sakit BAK 7 – 8 kali sehari

4.4. Pola aktivitas dan latihan

33
Tabel 3.1
Pola Aktivitas dan latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,

4: tergantung total.

4.5. Oksigenasi

- Klien tidak menggunakan Oksigen

- RR : 22 x/menit

4.6. Pola Tidur Dan Istirahat

a. Sebelum sakit :

Klien mengatakan sebelum sakit tidurnya normal dan tidak ada gangguan

tidur, Jumlah jam tidur + 7-8 jam perhari

b. Saat sakit :

Klien mengatakan tidur 4-5 jam dalam sehari, Klien mengatakan susah

tidur dan sering terbangun terutama pada malam hari

4.7. Pola Kognitif-perseptual

Fungsi pendengaran, penglihatan, pembauan, serta daya ingat masih dalm

keadaan baik bahkan mampu mengingat kejadian yang baru dan yang telah

lampau.

4.8. Pola persepsi diri/konsep diri

34
Klien sering mengeluh dan kurang mengetahui penyakitnya secara mendetail,

tapi pasien beranggpan bahwa dia terkena penyakit magh/sakit ulu hati.

4.9. Pola seksual dan produksi

Tidak ada masalah seksual pada pasien, pasien memiliki 2 orang anak dan

hubungan dengan suaminya dalam keadaan harmonis

4.10. Pola peran-hubungan

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga atau tetangga baik, tidak

ada masalah dan komunikasi baik

4.11. Pola manajemen koping stress

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan aktivitas kehidupannya dan

pasien mengatakan jika ada masalah selalu bermusyawarah pada keluarganya

dengan baik

4.12. Pola keyakinan-nilai

Klien beragama Islam, Selama sakit klien tidak pernah menjalankan ibadah

yang diyakininya yaitu shalat 5 waktu karena klien dalam keadaan sakit.

5. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan Fisik

5.1. Keadaan umum : Lemah

5.2. Kesadaran : Composmentis

5.3. TTV : TD; 100/80 mmhg Nadi: 110 x/menit Suhu: 37˚C RR: 22 x/menit

5.4. Kulit, rambut dan kuku

a. Lesi Tidak

b. Warna kulit :Pucat

c. Akral :Dingin

d. Turgor : Baik (elastis)

35
e. Oedema : Tidak

f. Warna kuku : Pink

5.5. Kepala dan leher

a. Kepala : Simetris

b. Deviasi Trakea : Tidak

c. Pembesaran Kelenjar Tiroid : Tidak

5.6. Mata dan Telinga

a. Gangguan penglihatan : Tidak

b. Menggunakan kaca mata : Tidak

c. Pupil : isokor

d. Sklera/konjungtiva : anemis

e. Gangguan pendengaran : Tidak

f. Menggunakan alat bantu dengar : Tidak

g. Tes weber : Tes Rinne : Tes swebach :

Lain-lain : tes weber, tes rinne dan tes swebech tidak dilakukan

5.7. Sistem pernapasan:

Klien tidak batuk dan tidak sesak

a. Inspeksi :

- Hidung nampak simetris

- Tidak terdapat pengeluaran sekret atau darah dari hidung

- Bentuk dada simetris

- Tidak menggunakan alat bantu dalam bernapas

- Perkembangan dada kanan dan kiri simetris

- Tidak ada sputum

36
- Tidak menggunakan otot bantu dalam bernapas

b. Palpasi :

- Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan pada hidung

- Tidak teraba benjolan dan nyeri tekan pada dada

c. Perkusi

- Terdengar suara sonor

d. Auskultasi

- Terdengar suara vesikular (normal)

5.8. Sistem Kardiovaskuler :

Tidak ada nyeri Dada

a. Inspeksi

Toraks Nampak simetris

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada daerah dada

c. Perkusi

Terdengar suara pekak

 Auskultasi

Terdengar bunyi jantung (lub) dan (dup)

5.9. PayudaraWanita Dan Pria

Tidak dilakukan pengkajian

5.10. Sistem Gastrointestinal :

a. Inspeksi

- Bibir simetris

- Gigi tidak ada caries

37
- Klien tidak menggunakan gigi palsu

- Tidak ada stomatitis

- Lidah tidak kotor

- Abdomen bentuknya datar

- Klien mengatakan kadang mual

b. Palpasi

- Ada nyeri tekan pada ulu hati dengan skala nyeri 5

- Pembesaran Hepar : Tidak ada

c. Perkusi

Terdengar suara timpany

d. Auskultasi

Peristaltik usus 10 x/menit

5.11. Sistem Urinarius :

- Tidak ada gangguan sistem urinarius

- Tidak ada nyeri tekan pada vesika urinaria

5.12. Sistem Reproduksi wanita/pria :

Tidak dikaji

5.13. Sistem saraf :

Pada pengkajian system persyarafan tidak ditemukan kelainan

5.14. Sistem moskuloskeletal :

a. Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas

b. Deformitas Ya Tidak Lokasi :

c. Fraktur Ya Tidak Lokasi :

d. Kekakuan Ya Tidak

38
e. Nyeri sendi/otot Ya Tidak

f. Kekuatan Otot :

4 4

4 4

5.15. Sistem Imun :

a. Perdarahan gusi : tidak ada peradangan pada gusi

b. Perdarahan lama : Tidak ada perdarahan lama

c. Pembengkakan KGB : tidak ada pembengkakkan

d. Keletihan/kelemahan : klien lemah

5.16. Sistem Endokrin :

Tidak ada gangguan pada system Endokrin

6. Pemeriksaan Penunjang

6.1. Data laboratorium yang berhubungan

- Leukosit : 1,94 ribu /ul

- Neutrofil: 0,78 ribu/ul

- Limposit : 0,8 ribu/ul

- Monosit : 0,28 ribu/ul

6.2. Pemeriksaan radiologi

Tidak ada

6.3. Hasil konsultasi

Tidak ada

6.4. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain

Tidak ada

39
B. Pathway Kasus

- Pola makan yang tidak teratur (sering tidak sarapan)


- mengkonsumsi kopi yang berlebiahan
- aktifitas yang berlebihan

( Peradangan Pada Lambung)

Perangsangan sarafsimpatisNV
(Nervus Vagus)

Peningkatan produksi HCl dilambung

40 Kurang kontrol tidur


Mual, muntah
Merangsang reseptor nyeri
Ketidakmampuan (Histamin,prostaglandin,dll) REM menurun
mencerna makanan

Gangguan pola tidur

Merangsang nyeri dari agen


pencedera fisiologis

Risiko defisit nutrisi


Nyeri Akut
C. Diagnosa Keperawatan

1. Klasifikasi Data

Table 3.2
Klasifikasi Data

Nama Pasien : Tn. A No.RM : 01 95 38


Umur : 31 Tahun

Data Subjektif Data Objektif

41
- Klien mengatakan nyeri pada ulu hati - Ekspresi wajah meringis
- Klien mengatakan nyeri seperti di - Klien nampak gelisah
tusuk-tusuk - Ada nyeri tekan pada ulu hati
- Klien mengatakan susah tidur dengan skala nyeri 5
- Klien mengatakan sering terjaga pada - Klien nampak sulit tidur
malam hari - TTV : TD : 100/80 mmHg
- Klien mengeluh tidak puas tidur
             N : 110 x/menit
mengatakan (hanya 4-5 jam dalam
             S : 370C
sehari )
- Klien mengatakan tidak nafsu makan               P : 22 x/menit
- Klien mengatakan kadang mual
- Klien nampak sulit tidur
- Konjungtiva nampak pucat
- Klien nampak lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan,
hanya ½

2. Analisa Data

Table 3.3
Analisa Data

Nama Pasien : Tn. A No.RM : 01 95 38


Umur : 31 Tahun

No. Data Masalah

42
1. DS : - Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
- Klien mengatakan nyeri seperti di
tusuk-tusuk
DO :     - Ekspresi wajah meringis
- Klien nampak gelisah
- Ada nyeri tekan pada ulu hati dengan
Nyeri Akut
skala nyeri 5
- Klien nampak sulit tidur
- TTV : TD : 100/80 mmHg
             N : 110 x/menit
              S : 370C
               P : 22 x/menit
2. DS : - Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan sering terjaga pada
malam hari
- Klien mengeluh tidak puas tidur
Gangguan Pola Tidur
mengatakan (hanya 4-5 jam dalam
sehari )
DO :   -    Klien nampak sulit tidur
- Konjungtiva nampak pucat
3. DS :   - Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan kadang mual
DO :   -  Klien nampak lemah Risiko Defisit Nutrisi
- Porsi makan tidak dihabiskan, hanya ½
porsi makan dihabiskan
3. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)

Table 3.4
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Peningkatan produksi
HCl dilambung
Nama Pasien : Tn. A No.RM : 01 95 38
Umur : 31 Tahun

No. Diagnosa Keperawatan Etiologi


Merangsang reseptor nyeri
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen (Histamin,prostaglandin,dll)

43

Merangsang nyeri dari agen


pencedera fisiologis
pencedera fisiologis ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
- Klien mengatakan nyeri seperti di
tusuk-tusuk
DO :     - Ekspresi wajah meringis
- Klien nampak gelisah
- Ada nyeri tekan pada ulu hati
dengan skala nyeri 5
- Klien nampak sulit tidur
- TTV : TD : 100/80 mmHg
             N : 110 x/menit
              S : 370C
               P : 22 x/menit Peningkatan produksi
2. Ganggua pola tidur berhubungan dengan HCl dilambung
kurang control tidur ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan sering Kurang kontrol tidur
terjaga pada malam hari
- Klien mengeluh tidak puas
tidur mengatakan (hanya 4-5
REM Menurun
jam dalam sehari )
DO :   -    Klien nampak sulit tidur
- Konjungtiva nampak pucat
Peningkatan produksi
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan HCl dilambung

ketidak mampuan mencerna makanan

ditandai dengan :
Mual, muntah
DS :  
 - Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan kadang mual
Ketidakmampuan
mencerna makanan
44
DO :   -  Klien nampak lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan,

hanya ½ porsi makan

dihabiskan

Diagnosa keperawatan berdsarkan prioritas

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Ganggua pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur

3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna

makanan

45
D. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut
Table 3.5
Rencana Keperawatan Nyeri Akut
Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun No. RM : 01 95 38

No Kode SDKI/Diagnosa Nama/


Tanggal Rencana Keperawatan
. Keperawatan Tanda Tangan
SLKI SIKI
27/11/2020 1 D.0077 Setelah dilakukan tindakan Utama:
Nyeri akut berhubungan selama 3x24 jam - Manajemen nyeri
dengan agen pencedera diharapkan: - Pemberian analgesik
fisiologis ditandai dengan : Utama: Pendukung:
- Tingkat nyeri
DS :
- Edukasi teknik nafas
- Klien mengatakan nyeri pada
ulu hati
- Klien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk
DO :    
- Ekspresi wajah meringis
- Klien nampak gelisah
- Ada nyeri tekan pada ulu
hati dengan skala nyeri 5
- Klien nampak sulit tidur
- TTV : TD : 100/80 mmHg
 N : 110 x/menit
 S : 370C
             P : 22 x/menit

46
SLKI Kriteria Hasil Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat
Meningkat
Tingkat Nyeri
L.08066 Kriteria Hasil Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun
Menurun
- Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
- Meringis 1 2 3 4 5
- Gelisah 1 2 3 4 5

Table 3.6
SIKI Nyeri Akut
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Manajemen - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Berikan teknik non fakmakologis - Jelaskan penyebab, - Kolaborasi
Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, untuk mengurangi rasa nyeri periode, dan pemicu pemberian
I.08238 intensitas nyeri (mis: TENS, hypnosis, nyeri analgetik
- Identifikasi faktor yang akupressur, terapi music, - Ajarkan teknik non
memperberat dan memperingan biofeedback, terapi pijat, farmakologis untuk
nyeri aromaterapi, teknik imajinasi mengurangi rasa
terbimbing, kompres hangat/ nyeri
dingin, terapi bermain)
-

47
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Pemberian - Monitor tanda-tanda vital sebelum - -
Analgesik dan sesudah pemberian analgesik
I.08243

Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Edukasi teknik - - - Jelaskan tujuan dan
napas manfaat teknik napas
I.12452 - Jelaskan prosedur teknik
napas
-

2. Gangguan pola tidur


48
Table 3.7
Rencana Keperawatan Ganguan Pola Tidur

Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun No. RM : 01 95 38

No Kode SDKI/Diagnosa Nama/


Tanggal Rencana Keperawatan
. Keperawatan Tanda Tangan
SLKI SIKI
27/11/2020 2 D.0055 Setelah dilakukan tindakan Utama:
Gangguan pola tidur selama 3x24 jam - Dukungan tidur
berhubungan dengan kurang diharapkan:
kontrol tidur ditandai Utama:
dengan: - Pola tidur
DS :
- Klien mengatakan susah
tidur
- Klien mengatakan sering
terjaga pada malam hari
- Klien mengeluh tidak
puas tidur mengatakan
(hanya 4-5 jam dalam
sehari )
DO :  
 -    Klien nampak sulit tidur
- Konjungtiva nampak
pucat

49
SLKI KriteriaHasil Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat
Meningkat
Pola Tidur - Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
L.05045 - Keluhan sering terjaga 1 2 3 4 5

Table 3.8

50
SIKI Ganguan Pola Tidur

Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Dukungan Tidur - Identifikasi pola aktivitas dan - Modifikasi lingkungan - Jelaskan pentingnya
I.05174 tidur (mis.pencahayaan, kebisingan, tidur cukup selama sakit
suhu, matras dan tempat tidur) -
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis.pijat,pengaturan posisi,
terapi akupresur)

3. Resiko Devisit Nutrisi

51
Table 3.9
Rencana Keperawatan Resiko Devisit Nutrisi

Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun No. RM : 01 95 38

No Kode SDKI/Diagnosa Nama/


Tanggal Rencana Keperawatan
. keperawatan Tanda Tangan
SLKI SIKI
27/11/2020 3 D.0032 Setelah dilakukan Utama:
Risiko defisit nutrisi tindakan selama - Manajemen nutrisi
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan:
ketidakmampuan mencerna Utama:
makanan ditandai dengan: - Status nutrisi
DS :   - Klien mengatakan
tidak nafsu                makan
-  Klien mengatakan
kadang  mual
DO :   -  Klien nampak lemah
-   Porsi makan tidak
dihabiskan,               hanya ½
porsi makan
dihabiskan

52
SLKI Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Status nutrisi Menurun Meningkat
L.03030
Porsi makanan yang dihabiskan 1 2 3 4 5

Table 3.9
SIKI Resiko Devisit Nutrisi

Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Manajemen  - Identifikasi status nutrisi - Beri makanan tinggi serat - Anjurkan posisi duduk, jika - Kolaborasi pemberian
nutrisi - Monitor asupan makanan untuk mencegah konstipasi mampu medikasi sebelum makan
I.03119 - Berikan makanan tinggi kalori - (mis. pereda nyeri,
dan tinggi protein antiemetik), jika perlu

53
E. Implementasi Keperawatan
Table 3.10
Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. A No.RM : 01 95 38


Umur : 31 tahun

DX.
Tanggal/
Tindakan Keperawatan Keperawatan
Jam
(Kode)
28/11/202 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, D.0077
0 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil:
14.05
P : Nyeri ketika banyak bergerak
Q :  Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Daerah epigastrium/uluhati
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
14.15 nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil: klien mengatakan nyerinya bertambah
ketika  banyak            bergerak
- Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
14.20 pemberian analgesik
Hasil: TD : 100/80 mmhg
N : 110 x/menit
S : 370C
P : 22 x/menit
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
14.45 - Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
14.55 mengurangi rasa nyeri yaitu melakukan teknik
nafas dan relaksasi
- Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
15.05 - Menjelaskan prosedur teknik napas
15.25 - Kolaborasi pemberian analgetik
18.05 Hasil: pemberian obat paracetamol 3x1

54
- Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas D.0055
Hasil: Klien tidur 4-5 jam dalam sehari
14.05 - Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
14.15 - Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan yaitu pengaturan posisi
15.00
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

15.10

- Mengidentifikasi status nutrisi D.0032


Hasil: Klien mengatakan tidak nafsu makan
14.05 - Memonitor asupan makanan
Hasil: Porsi makan tidak dihabiskan, hanya ½
14.15 porsi makan dihabiskan
- Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
14.25 - Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
14.45 protein
16.05 - Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
18.05 - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri, antiemetik)
Hasil: - Pemberian obat ranitidin 1 ampul/IV/12 jam
- Sucralfat 3 x 2

- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, D.0077


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
29/11/202
Hasil:
0
21.05 P : Nyeri ketika banyak bergerak
Q :  Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Daerah epigastrium/uluhati
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri hilang timbul
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan , pencahayaan,
21.15 kebisingan)
Hasil: klien mengatakan nyerinya bertambah
ketika  banyak            bergerak
- Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Hasil: TD : 100/80 mmhg

55
21.25 N : 98 x/menit
S : 37,40C
P : 20 x/menit

- Mengajarkan teknik non farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri yaitu melakukan teknik
nafas dan relaksasi
- Menjelaskan prosedur teknik napas
21.35 - Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil: pemberian obat paracetamol 3x1
21.45
23.45
- Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas
Hasil: Klien tidur 5-6 jam dalam sehari
- Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur) D.0055
21.05 - Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan yaitu pengaturan posisi
21.15
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

21.25

- Mengidentifikasi status nutrisi


21.35
Hasil: Klien mengatakan nafsu makan masih D.0032
berkurang
- Memonitor asupan makanan
21.05 Hasil:  Porsi makan tidak dihabiskan, hanya 3/4
porsi makan            dihabiskan
- Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
21.15
- Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
21.20 - Menganjurkan posisi duduk
21.30 - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
21.45 (mis. pereda nyeri, antiemetik)
23.50 Hasil: - Pemberian obat ranitidin 1ampul/IV/12 jam
- Sucralfat 3 x 2

- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

56
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri D.0077
Hasil:
P :-
30/11/202
Q:-
0
21.20 R: -
S :-
T: -

- Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah


pemberian analgesik
Hasil: TD : 100/70 mmhg
N : 84 x/menit
S : 37,40C
21.20 P : 20 x/menit

- Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas D.0055


Hasil: Klien tidur 7-8 jam dalam sehari
- Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
21.25 - Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan yaitu pengaturan posisi
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
22.00

22.15
- Mengidentifikasi status nutrisi
22.30 Hasil: Klien makan 3x sehari, porsi makan
D.0032
dihabiskan
- Memonitor asupan makanan
21.25 Hasil: Klien makan 3x sehari, porsi makan
dihabiskan
21.30
- Memberi makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
21.45 - Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
21.50 protein
22.00 - Menganjurkan posisi duduk

57
F. Evaluasi Keperawatan
Table 3.11
Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. A No.RM : 01 95 38


Umur : 31 tahun

DX.
Tanggal/
Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Jam
(Kode)
29/11/202 D.0077 S: 
0
- Klien mengatakan masih nyeri pada ulu hati
14.05 - Klien mengatakan nyerinya bertambah ketika
banyak bergerak
O : 
- Ekspresi wajah kadang meringis
- Skala nyeri 3
- TTV : TD : 110/80 mmhg
     N : 98 x/menit
      S : 37,40C
      P : 20 x/menit
A :  - Keluhan nyeri : 4
- Meringis :4
- Gelisah :4
P : Intervensi 1,2,4,5, 7 dan 8 dilanjutkan

D.0055 S: 
14.05 - Klien mengatakan tidur 5-6 jam dalam sehari
- Klien mengatakan masih sering terbangun
O :      
- Kojungtiva pucat
- Klien masih nampak lemah
A :  - Keluhan sulit tidur :4
- Keluhan sering terjaga : 4
P : Intervensi 1,2,3 dan 4 dilanjutkan

58
S: 
- Klien mengatakan nafsu makannya masih
D.0032
14.05 kurang
O: 
- Hanya 3/4 porsi makan klien dihabiskan
- Klien masih nampak lemah
A :  - Porsi makan yang di habiskan : 4
- Nyeri abdomen :4
P : Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6 dilanjutkan

S: 
D.0077
30/11/202 - Klien mengatakan sudah tidak nyeri pada ulu
0 hati
21.05 O :      - Ekspresi wajah rileks
      - TTV : TD : 100/70 mmhg
     N : 84 x/menit
      S : 37,40C
      P : 20 x/menit
A :  - Keluhan nyeri : 5
- Meringis :5
- Gelisah :5
P : Intervensi dihentikan

S:  - Klien mengatakan tidur 7-8 jam dalam


D.0055 sehari
21.05 -  Klien mengatakan nyenyak tidur
O :      - Kojungtiva merah muda
A :  - Keluhan sulit tidur :5
- Keluhan sering terjaga : 5
P : Intervensi 1,2,3 dan 4 dilanjutkan

S :  - Klien mengatakan nafsu makannya baik


D.0032 O :  - Porsi makan klien dihabiskan
21.05 A :  - Porsi makan yang di habiskan : 5
- Nyeri abdomen :5
P : Intervensi dipertahankan

59
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan pada klien Tn. A

dengan gangguan sistem gastrointestinal : Gastritis di ruang Perawatan Interna

BLUD Rumah sakit Konawe Kab. Konawe terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus, untuk mempermudah pembahasan, penyusun menggunakan pendekatan

proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Adapun pengkajian menurut teori yaitu nyeri pada uluhati, mual, muntah

dan peradarahan terselubung maupun nyata. Sedangkan data yang didapatkan

pada kasus yaitu nyeri epigastrium, mual, muntah dan hilang timbul, sering

bertanya-tanya tentang penyakitnya, ekspresi wajah nampak meringis, lemah dan

cemas serta gelisah, hal ini disebabkan adanya reaksi dari nyeri di uluhati, oleh

Karen itu berdasarkan data menurut teori dan data yang ditemukan pada saat

pengkajian tidak terjadi kesenjangan

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori asuhan keperawatan maka diagnosa keperawatan yang

lazim terjadi pada klien Gastritis yaitu:

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif, kekurangan

intake cairan.

60
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi).

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang

kontrol tidur

5. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.

6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang terpapar informasi.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang

terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

Sedangkan diagnosa yang ditemukan dalam kasus yaitu:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

3) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan

Berdasarkan hal tersebut diatas tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

diagnose keperawatan menurut teori atau yang lazim ditemukan dengan diagnosa

keperawatan berdasarkan data penkajian

Keberhasilan penulis dalam merumuskan diagnosa keperawatan tidak lepas dari

faktor pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam waktu

3 hari diantaranya adalah :

1.   Pasien dan perawat ruangan kooperatif dalam memberikan data pengkajian

dan riwayat penyakit pasien.

2.   Data sekunder berupa status pasien dan informasi lain tersedia diruangan

61
3.   Data yang didapatkan pada saat pengkajian lengkap

Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi penulis dalam pengkajian adalah :

1. Keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis dalam merumuskan diagnosa

keperawatan yang tepat sesuai pengkajian yang dilakukan

2. Keterbatasan waktu dan keterbatasan informasi tentang pasien yang diperoleh

oleh penulis.

3. Kurangnya panduan penentuan perumusan diagnosa keperawatan yang tepat

sesuai SDKI terbaru

Aternatif pemecahan masalah adalah penulis mengangkat diagnosa keperawatan

yang sesuai dengan masalah pasien

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang telah ditentukan dengan terpenuhinya kebutuhan pasien.

Pada tahap ini penulis menentukan tujuan intervensi yaitu tingkat nyeri

menurun, pola tidur terpenuhi dan status nutrisi meningkat. Kriteria waktu yang

digunakan penulis adalah 3 x 24 jam.

Adapun intervensi yang direncanakan penulis adalah :

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

3. Berikan teknik non fakmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

62
6. Kolaborasi pemberian analgetik

7. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik

8. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

9. Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas

10. Jelaskan prosedur teknik napas

11. Identifikasi pola aktivitas dan tidur

12. Modifikasi lingkungan (misalnya pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan

tempat tidur)

13. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misalnya pijat,

pengaturan posisi, terapi akupresur)

14. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

15. Identifikasi status nutrisi

16. Monitor asupan makanan

17. Beri makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

18. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

19. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

20. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik),

jika perlu

Keberhasilan penulis dalam menetapkan intervensi keperawatan tidak lepas

dari faktor pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam

waktu 3 hari diantaranya adalah :

1. Pasien dan perawat ruangan kooperatif dalam memberikan data masalah

kesehatan pasien

2. Rumusan masalah pasien sudah lengkap sesuai kondisi pasien

63
Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi penulis dalam pengkajian

adalah keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis dalam merumuskan intervensi

keperawatan yang tepat sesuai masalah kesehatan pasien.

Alternatif pemecahan masalah adalah bekerjasama dengan perawat ruangan

dalam menetapkan intervensi keperawatan.

D. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang tercantum pada

rencana keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam

kasus dan mencantumkan waktu pelaksanaan implementasi sesuai dengan respon

dan kondisi klien.

Pembahasan menjelaskan apakah semua intervensi yang dibuat dapat

dilaksanakan atau tidak. dikemukakan juga faktor pendukung dan penghambat

pada tahap implementasi.

Keberhasilan penulis dalam melakukan implementasi keperawatan tidak

lepas dari faktor pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan

dalam waktu 3 hari diantaranya adalah :

4. Kepercayaan yang diberikan oleh perawat ruangan dan dokter kepada penulis

untuk  melakukan perawatan pada pasien selama 3 hari.

5. Kepercayaan pasien terhadap kemampuan perawat dan sikap kooperatif dari

pasien selama tindakan keperawatan.

6. Bimbingan oleh perawat, dokter dan pembimbing klinik yang sangat

membantu dalam keefektifan prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan.

64
Sedangkan faktor penghambat keberhasilan tindakan keperawatan yang

dihadapi penyusun adalah :

1. Kurang teliti dalam melakukan pengkajian dan menganalisa data untuk

memastikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien

2.  Keterbatasan pengetahuan tentang cara pendokumentasian tindakan

keperawatan yang benar dan tepat.

Alternatif pemecahan masalah adalah bekerjasama dengan perawat

ruangan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada kriteria tujuan,

evaluasi masalah keperawatan dengan melihat perkembangan kondisi dan respon

klien dari tanggal 27 sampai 29 November 2020. Dari ketiga masalah

keperawatan yang ditemukan, masalah yang teratasi yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan

Sedangkan masalah yang belum teratasi tidak ada.

Faktor pendukung tercapainya tujuan karena adanya kerja sama klien dan

keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan sehingga asuhan keperawatan

dapat berjalan dengan lancer, Sedangkan faktor penghambat karena adanya

keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun menyelesaikan pelaksanaan

rencana keperawatan tetapi diagnosa keperawatan teratasi dan implementasi

65
untuk mempertahankan kesehatan klien dapat dilanjutkan dengan perawat yang

ada di ruang perawatan sampai pasien pulang.

Alternatif pemecahan masalah adalah bekerjasama dengan perawat ruangan

dalam melakukan evaluasi keperawatan.

66
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan dan penerapan asuhan

keperawatan pada klien Tn.A dengan gangguan sistem Gastrointestinal Gastritis,

maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian, data yang ditemukan dalam kasus tidak mempunyai

perbedaan dengan data yang dikemukakan dalam teori.

2. Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus sebanyak 3 diagnosa

keperawatan dari 12 diagnosa yang dikemukakan pada teori. Diagnosa yang

diangkat semua ada dalam teori.

3. Dalam perencanaan asuhan keperawatan yang dikemukakan dalam kasus

sesuai dengan kebutuhan klien sedangkan perencanaan asuhan keperawatan

dalam teori tetap memperhatikan kondisi dan respon klien.

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis  selama 3 hari kepada Tn. A

disesuaikan perencanaan tindakan keperawatan.

5. Pada evaluasi keperawatan semua masalah keperawatan (3 diagnosa

keperawatan) yang diangkat pada kasus dapat teratasi.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi dapat menilai sejauh mana mahasiswa memahami dan

menguasai materi keperawatan serta dapat meningkatkan pengetahuan bagi

67
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya asuhan

keperawatan pada penyakit Gastritis.

2. Bagi BLUD Rumah sakit Konawe Kabupaten Konawe

Diharapkan pihak BLUD Rumah sakit Konawe Kabupaten Konawe dapat

memberikan pelayanan kesehatan pada penderita penyakit Gastritis dengan

tepat, teliti dan selalu mengutamakan keselamatan pasien.

3. Bagi penulis atau perawat

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam penulis

dan perawat dalam upaya deteksi dini dan pencegahan penyakit gastritis.

68
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief et all. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

_________. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

_________. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

69

Anda mungkin juga menyukai