PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan. Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia,
Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Gastritis
merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari – hari, yang bisa
mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani
dengan baik akan berakibat patal bahkan sampai pada tahap kematian. Gastritis bila
tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan akhirnya
membuat lambung luka – luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung, juga
( muntah darah ), melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin
B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker lambung ( Suratum &
Lusianah, 2010).
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari pinata laksanaan
1
didaerah ulu hati, mual, muntah, lemas, perut kembung dan terasa sesak, nafsu makan
menurun,serta selalu bersendawa ini banyak diderita orang – orang usia tua di Negara
maju. Hal ini berbeda di Negara berkembang yang banyak diderita orang- orang usia
Negara didunia dan mendapatkan presentase dari angka kejadian gastritis didunia,
diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang14,5%, kanada 35%, perancis 29,5%. Di
dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 – 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun.
Insiden terjadinya gastritis di asia tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
gastritis terbanyak yaitu berjumlah 430 ribu penderita gastritis. Angka kejadian
gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan
ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota medan, Jakarta 50%, Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,7%, dan Pontianak
31,2%. Tahun 2015 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan
menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki- laki dengan jumlah kasus 30.154
kejadian Gastritis pada tahun 2017 sebanyak 324 kasus yaitu laki-laki sebanyak 152
kasus perempuan sebanyak 172 kasus, sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 330
kasus yaitu laki-laki sebanyak 143 kasus dan perempuan sebanyak 187 kasus dan
2
pada tahun 2019 jumlah kasus sebanyak 396 kasus yaitu laki-laki berjumlah 183
kasus dan perempuan berjumlah 213 kasus. Hal ini menunjukana bahwa kasus dengan
gangguan Gastritis masih cukup tinggi. (Data Dinkes Propinsi Sultra Tahun 2016)
Kasus Gastritis yang dirawat di BLUD RS. Konawe tahun 2017 berjumlah 97
orang sedangkan pada tahun 2018 berjumlah 165 orang adapun tahun 2019 jumlah
pasien masuk rawat inap berjumlah 188 orang, dan adapun tahun 2020 periode
januari sampai dengan juli berjumlah 93 kasus hal ini menunjukkan banyaknya
penderita gastritis yang masuk di BLUD RS. Konawe masih tinggi umumnya
dipropinsi Sulawesi tenggara. ( Data Medikal Rekord BLUD RS. Konawe, tahun
2020).
mengangkat masalah ini dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan
GastritisDi Ruang Interna BLUD Rumah sakit Konawe Kab. Konawe Tahun 2020“.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan
C. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini merupakan sumber informasi bagi BLUD Rumah sakit
2. Manfaat Teoritis
4
3. Manfaat Bagi Masyarakat/Pasien
Hasil penelitian ini merupakan bahan informasi bagi masyarakat atau Pasien
b) Sebagai salah satu syarat untuk menyeleseikan Program Nurs ITK AVICENA
Kendari
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah.
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang
sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau
makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit.
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
kronik, difus atau lokal.
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, seiring terjadi akibat diid
sembrono, makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorgnisme penyebab penyakit,
disamping itu penyebab lain meliputi alkohol, aspirasi, refluks empedu, terapi
radiasi.
2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
a. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.
6
3. Patofisiologi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)
dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi
HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada
sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah perdarahan
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap
iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel
desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka
7
akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia
ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga
akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
8
PENYIMPANGAN KDM (PATHWAYS)
Gastritis
Ansietas
HCL kontak dengan
mukosa gaster
Merangsang reseptor
nyeri (bradikinin, Kurang kontrol
Hipovolemia sitokinin,dll tidur
Intake nutrisi
tidak adekuat
ketidakmampuan
mencerna makanan Gangguan Pola
Nyeri akut Tidur
Defisit nutrisi Risiko
defisit nutrisi
9
4. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).
5. Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul
kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut
dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan
seperti terbakar pada epigastrium, kejng-kejng dan lemah.
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan
penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan
dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknyatersebar.
b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernahmelewati mukosa muskularis.
c. Biopsi mukosa lambung
d. Analisa cairan lambung : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada kliendengan gastritis kronik.
10
e. Pemeriksaan barium
f. Radiologi abdomen
g. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
h. Feces bila melena
i. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan GI
atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
j. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa
penyebab / sisi lesi..
k. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan
kemungkinan isi perdarahan.
l. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456)
7. Penatalaksanaan
a. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa
proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain).
Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
b. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2
atau inhibitor pompa proton.
8. Komplikasi
a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin
B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual, muntah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat
tertentu atau alkohol.
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat penyakit
lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
g. Riwayat kesehatan keluarga
h. Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis,
kelebihan diet atau diet sembarang.
i. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan
membantu
j. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
k. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
12
-warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik)
l. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
m. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka
peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
n. Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi
(perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
o. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
p. Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
q. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
13
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
r. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal).
s. Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
t. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
u. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang
lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
14
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
meliputi :
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif, kekurangan
intake cairan.
kontrol tidur
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif,
kekurangan intake cairan
Table 2.1
Intervensi Keperawatan pada Dx. Hipovolemia
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 Utama:
jam diharap kan: - Manajemen hipovolemia
Utama: - Manajemen syok hipovolemik
- Status cairan Pendukung:
Tambahan: - Balut tekan
- Integritas kulit dan jaringan - Dukungan kepatuhan program
15
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Keseimbangan asam basa pengobatan
- Keseimbangan cairan - Edukasi pengukuran nadi radialis
- Keseimbangan elektrolit - Insersi selang nasogatrik
- Penyembuhan luka - Konsultasi via telepon
- Perfusi perifer - Manajemen aritmia
- Status nutrisi - Manajemen diare
- Termoregulasi - Manajemen elektrolit
- Tingkat perdarahan - Manajemen elektrolit :
hiperkalemia
- Manajemen elektrolit :
hiperkalsemia
- Manajemen elektrolit :
hipermagnesemia
- Manajemen elektrolit :
hipernatremia
- Manajemen elektrolit : hipokalemia
- Manajemen elektrolit :
hipokalsemia
- Manajemen elektrolit :
hipomagnesimia
- Manajemen elektrolit :
hiponatremia
- Manajemen muntah
- Manajemen medikasi
- Manajemen perdarahan
- Manajemen perdarahan akhir masa
kehamilan
- Manajemen perdarahan antepartum
dipertahankan
- Manajemen perdarahan antepartum
tidak dipertahankan
- Manajemen perdarahan pervaginam
- Manajemen perdarahan pervaginam
pasca persalinan
- Manajemen syok
- Manajemen specimen darah
- Manajemen cairan
- Manajemen elektrolit
- .Manajemen hemodinamik invasif
16
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemntauan neurologis
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemberian Obat
- Pemberian Obat Intravena
- Pencegahan Perdarahan
- Pencegahan Syok
- Pengambilan Sampel darah arteri
- Pengambilan sampel darah vena
- Perawatan jantung akut
- Terapi Intravena
- Transfusi darah
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Intervensi Utama:
24 jam Diharapkan: - Manajemen Nutrisi
Utama: - Promosi Berat Badan
- Status nutrisi Intervensi Pendukung:
Tambahan: - Dukungan Kepatuhan Program
- Berat badan Pengobatan
- Eliminasi fekal - Edukasi Diet
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi Kemoterapi
- Nafsu makan - Konseling Laktasi
- Perilaku meningkatkan berat badan - Konseling Nutrisi
- Status menelan - Konsultasi
- Tingkat depresi - Manajemen Hiperglikemia
- Tingkat nyeri - Manajemen Hipoglikemia
- Manajemen Kemoterapi
- Manajemen Reaksi Alergi
- Pemantauan Cairan
- Pemantauan Nutrisi
- Manjemen Cairan
- Manajemen Demensia
- Manajemen Diare
17
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Manajemen Eliminasi fekal
- Manajemen Energi
- Manajemen Gangguan Makan
- Pemantauan Tanda Vital
- Pemberian Makanan
- Pemberian Makanan Enteral
- Pemberian Makanan Parenteral
- Pemberian obat Intravena
- Terapi menelan
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Manajemen nyeri
Utama: - Pemberian analgesik
- Tingkat nyeri Pendukung:
Tambahan: - Aromaterapi
- Fungsi gastrointestinal - Dukungan hipnotis diri
- Kontrol nyeri - Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Mobilitas fisik - Edukasi efek samping obat
- Penyembuhan luka - Edukasi manajemen nyeri
- Perfusi miokard - Kompres dingin
- Perfusi perifer - Edukasi proses penyakit
- Pola tidur - Edukasi teknik nafas
- Status kenyamanan - Kompres dingin
- Tingkat cedera - Kompres panas
- konsultasi
- latihan pernafasan
- Manajemen efek samping obat
- manajemen kenyamanan lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen sedasi
- Manajemen terapi radiasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
18
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemberian obat topikal
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan kenyamanan
- Teknik distraksi
- Tekhnik imajinasi terbimbing
- Terapi akupuntur
- Terapi bantuan hewan
- Terapi humor
- Terapi murattal
- Terapi musik
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi sentuhan
- Transcutaneous Electrical Nerve
Simulation (TENS)
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Dukungan tidur
Utama: - Edukasi aktivitas/tidur
- Pola tidur Pendukung:
Tambahan: - Dukungan kepatuhan program
- Penampilan peran pengobatan
- Status kenyamanan - Dukungan meditasi
- Tingkat depresi - Dukungan perawatn diri : BAB/
- Tingkat keletihan BAK
- Fototerapi gangguan : mood/tidur
- Latihan otogenik
- Manajemen demensia
- Manajemen energi
- Manajemen lingkungan
- Manajemen medikasi
- Manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri
- Manajemen penggantian hormon
19
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemberian obat oral
- Pengaturan posisi
- Promosi koping
- Promosi latihan fisik
- Reduksi ansietas
- Teknik menenangkan
- Terapi aktivitas
- Terapi musik
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi
- Terapi relaksasi otot progresif
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 2 x Intervensi Utama:
24 jam Diharapkan: - Manajemen gangguan makan
Utama: - Manajemen nutrisi
- Status nutrisi Intervensi Pendukung:
Tambahan: - Edukasi berat badan efektif
- Berat badan - Eduksi diet
- Eliminasi fekal - Edukasi nutrisi
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi nutrisi anak
- Nafsu makan - Edukasi nutria Bayi
- Perilaku meningkatkan berat badan - Manajemen energi
- Status menelan - Manajemen hiperglikemia
- Tingkat depresi - Nabajemen hipoglkemi
- Tingkat nyeri - Manajemen kemoterapi
- Manjemen reaksi alergi
- Edukasi nutrisi parenteral
- Pemantauan nutrisi
- Identifikasi resiko
- Konseling laktasi
- Konseling nutrisi
- Manajemen cairan
- Manajemen demensia
- Manajemen diare
- Manajemen eliminasi fekal
20
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Pemantauan cairan
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian makanan
- Pemberian makanan enteral
- Pemberian makanan parenteral
- Promosi berat badan
- Terapi menelan
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Reduksi ansietas
Utama: - Terapi relaksasi
- Tingkat ansietas Pendukung:
Tambahan: - Bantuan kontrol marah
- Dukungan sosial - Biblioterapi
- Harga diri - Dukungan Emosi
- Kesadaran diri - Dukungan kelompok
- Kontrol diri - Dukungan Keyakinan
- Proses infomasi - Dukungan memaafkan
- Status kognitif - Dukungan pelaksanaan ibadah
- Tingkat agitasi - Dukungan Pengungkapan kebutuhan
- Tingkat pengetahuan - Dukungan proses berduka
- Dukungan Intervensi krisis
- Konseling
- Manajemen demensia
- Persiapan pembedahan
- Teknik distraksi
- Terapi hypnosis
- Teknik imajinasi terbimbing
- Teknik menenangkan
- Terapi Biofeedback
- Terapi diversional
- Terapi musik
- Terapi penyalahgunaan zat
- Terapi relaksasi otot progresif
- Terapi reminisens
21
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Terapi seni
- Terapi validasi
Diagnosa 7 : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Table 2.7
Intervensi Keperawatan Pada Dx. Kurang Pengetahuan
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Utama:
24 jam Diharapkan: - Reduksi ansietas
Utama: - Terapi relaksasi
- Tingkat pengetahuan Pendukung:
Tambahan: - Bimbingan sistem kesehatan
- Memori - Edukasi aktivitas/istirahat
- Motivasi - Edukasi alat bantu dengar
- Proses informasi - Edukasi analgesia terkontrol
- Tingkat agitasi - Edukasi berat badan efektif
- Tingkat kepatuhan - Edukasi berhenti merokok
- Edukasi dehidrasi
- Edukasi dialysis peritoneal
- Edukasi diet
- Edukasi edema
- Edukasi efek samping obat
- Edukasi fisioterapi dada
- Edukasi hemodialisis
- Edukasi infertilitas
- Edukasi irigasi kandung kemih
- Edukasi irigasi colostomi
- Edukasi irigasi urostomi
- Edukasi keamanan anak
- Edukasi keamanan bayi
- Edukasi kelekatan ibu dan bayi
- Edukasi keluarga berencana
- Edukasi keluarga : pola kebersihan
- Edukasi kemoterapi
- Edukasi keselamatan lingkungan
- Edukasi keselamatan rumah
- Edukasi keterampilan psikomotor
- Edukasi komunikasi efektif
- Edukasi latihan berkemih
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi manajemen demam
22
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Edukasi manajemen nyeri
- Edukasi manajemen stress
- Edukasi mobilisasi
- Edukasi nutrisi
- Edukasi nutrisi anak
- Edukasi nutrisi bayi
- Edukasi nutrisi parenteral
- Edukasi orang tua : fase anak
- Edukasi perawatan kulit
- Edukasi perawaan mata
- Edukasi perawatan mulut
- Edukasi perawatan nefrostomi
- Edukasi perawatan patah tulang
- Edukasi perawatan perineum
- Edukasi perawatan selang drain
- Edukasi perawatan stoma
- Edukasi perawatan trakheostomy
- Edukasi perawatan urostomy
- Edukasi perilaku upaya kesehatan
- Edukasi perkembangan bayi
- Edukasi persalinan
- Edukasi pijat bayi
- Edukasi pencegahan infeksi
- Edukasi pencegahan jatuh
- Edukasi luka tekan
- Edukasi pencegahan osteoporosis
- Edukasi penggunaan alat kontrasepsi
- Edukasi penggunaan alat bantu
- Edukasi pengukuran nadi radialis
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi pengukuran suhu tubuh
- Edukasi pengukuran tekanan darah
- Edukasi pengurangan resiko
- Edukasi pola perilaku kebersihan
- Edukasi preoperatif
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi prosedur tindakan
- Edukasi proses keluarga
- Edukasi proses penyakit
- Edukasi reaksi alergi
- Edukasi rehabilitasi jantung
- Edukasi resep obat
- Edukasi seksualitas
- Edukasi stimulasi bayi/anak
- Edukasi tekhnik adaptasi
23
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Edukasi tekhnik ambulasi
- Edukasi orangtua : fase bayi
- Edukasi orangtua : fase remaja
- Edukasi pada pengasuh
- Edukasi pemberian makanan pada
anak
- Edukasi pemberian makanan
parenteral
- Edukasi penilaian keselamatan
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi penyalahgunaan alcohol
- Edukasi penyalahgunaan zat
- Edukasi perawatan bayi
- Edukasi perawatan diri
- Edukasi perawatan gigi palsu
- Edukasi perawatan gips
- Edukasi kateter urine
- Edukasi perawatan kehamilan
- Edukasi tekhnik mengingat
- Edukasi tarik nafas
- Edukasi pemberian makanan
- Edukasi terapi antikoagulan
- Edukasi terapi cairan
- Edukasi terapi darah
- Edukasi terapi relaksasi otot progresif
- Edukasi terapi termoreguasi
- Edukasi terapi toilet training
- Edukasi vaksin
- Edukasi vitamin
- Konseling
- Konsultasi
- Promosi edukasi laktasi di komunitas
- Promosi kesiapan penerimaan
informasi
- Promosi literasi kesehatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
oleh perawat tanpa pesanan dokter dan masih dalam batas wewenang keperawatan.
yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.
5. Evaluasi
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen 1986, evaluasi terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
diinginkan.
25
5.2. Evaluasi Proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis
informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. untuk melakukan evaluasi, ada
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam BAB ini penulis membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pada system pencernaan yakni Gastritits. Penulis menerapkan teori proses
keperawatan yang telah dilakukan. Penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien
Tn.A dengan Gastritis, di ruang perawatan Interna BLUD Rumah sakit Konawe tahun
2020 .
Metode yang penulis gunakan di dalam pengkajian ialah dengan menggunakan metode
observasi dan melakukan pemeriksaan fisiksertasebagai sumber data adalah klien dan
keluarganya, serta tim perawat lainnya yang bertugas di Ruang perawatan Interna. Dalam
penentuan diagnosa dirumuskan berdasrkan dengan data yang diperoleh saat melakukan
27
pengkajian, kemudian penyusunan rencana/intervensi keperawatan ditujukan untuk
mengatasi masalah atau diagnosa yang telah ditentukan, tindakannya diwujudkan saat
keperawatan yang sudah diuraikan dalam intervensi, kemudian langkah selanjutnya adalah
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
1.1. Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 31 thn
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Petani
g. Agama : Islam
h. Suku : Tolaki
28
l. Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
a. Nama : Ny. E
2. Status kesehatan
November 2020 pukul 06.30 WITA dengan keluhan nyeri ulu hati, mual,
29
2.2. Status Kesehatan Masa Lalu
b. Pernah dirawat
c. Riwayat alergi :
minuman
d. Riwayat transfuse :
darah
e. Kebiasaan
Merokok :
Minum Kopi :
Penggunaan Alkohol :
Lain-lain : -
30
2.3. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Genogram
X X
X 61
29 37 25
? X 31 29
5 3
Genogram 3 generasi
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
31
: Klien
x : Meninggal
Keterangan :
3.2. Terapi :
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Sucralfat 3 x 2
- Paracetamol 3x1
32
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit ia selalu menjaga pola hidup
sembuh.
Sebelum sakit :
Saat sakit :
dihabiskan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
33
Tabel 3.1
Pola Aktivitas dan latihan
4: tergantung total.
4.5. Oksigenasi
- RR : 22 x/menit
a. Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit tidurnya normal dan tidak ada gangguan
b. Saat sakit :
Klien mengatakan tidur 4-5 jam dalam sehari, Klien mengatakan susah
keadaan baik bahkan mampu mengingat kejadian yang baru dan yang telah
lampau.
34
Klien sering mengeluh dan kurang mengetahui penyakitnya secara mendetail,
tapi pasien beranggpan bahwa dia terkena penyakit magh/sakit ulu hati.
Tidak ada masalah seksual pada pasien, pasien memiliki 2 orang anak dan
dengan baik
Klien beragama Islam, Selama sakit klien tidak pernah menjalankan ibadah
yang diyakininya yaitu shalat 5 waktu karena klien dalam keadaan sakit.
5.3. TTV : TD; 100/80 mmhg Nadi: 110 x/menit Suhu: 37˚C RR: 22 x/menit
a. Lesi Tidak
c. Akral :Dingin
35
e. Oedema : Tidak
a. Kepala : Simetris
c. Pupil : isokor
d. Sklera/konjungtiva : anemis
Lain-lain : tes weber, tes rinne dan tes swebech tidak dilakukan
a. Inspeksi :
36
- Tidak menggunakan otot bantu dalam bernapas
b. Palpasi :
c. Perkusi
d. Auskultasi
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
Auskultasi
a. Inspeksi
- Bibir simetris
37
- Klien tidak menggunakan gigi palsu
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Tidak dikaji
d. Kekakuan Ya Tidak
38
e. Nyeri sendi/otot Ya Tidak
f. Kekuatan Otot :
4 4
4 4
6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
39
B. Pathway Kasus
Perangsangan sarafsimpatisNV
(Nervus Vagus)
1. Klasifikasi Data
Table 3.2
Klasifikasi Data
41
- Klien mengatakan nyeri pada ulu hati - Ekspresi wajah meringis
- Klien mengatakan nyeri seperti di - Klien nampak gelisah
tusuk-tusuk - Ada nyeri tekan pada ulu hati
- Klien mengatakan susah tidur dengan skala nyeri 5
- Klien mengatakan sering terjaga pada - Klien nampak sulit tidur
malam hari - TTV : TD : 100/80 mmHg
- Klien mengeluh tidak puas tidur
N : 110 x/menit
mengatakan (hanya 4-5 jam dalam
S : 370C
sehari )
- Klien mengatakan tidak nafsu makan P : 22 x/menit
- Klien mengatakan kadang mual
- Klien nampak sulit tidur
- Konjungtiva nampak pucat
- Klien nampak lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan,
hanya ½
2. Analisa Data
Table 3.3
Analisa Data
42
1. DS : - Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
- Klien mengatakan nyeri seperti di
tusuk-tusuk
DO : - Ekspresi wajah meringis
- Klien nampak gelisah
- Ada nyeri tekan pada ulu hati dengan
Nyeri Akut
skala nyeri 5
- Klien nampak sulit tidur
- TTV : TD : 100/80 mmHg
N : 110 x/menit
S : 370C
P : 22 x/menit
2. DS : - Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan sering terjaga pada
malam hari
- Klien mengeluh tidak puas tidur
Gangguan Pola Tidur
mengatakan (hanya 4-5 jam dalam
sehari )
DO : - Klien nampak sulit tidur
- Konjungtiva nampak pucat
3. DS : - Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan kadang mual
DO : - Klien nampak lemah Risiko Defisit Nutrisi
- Porsi makan tidak dihabiskan, hanya ½
porsi makan dihabiskan
3. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
Table 3.4
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Peningkatan produksi
HCl dilambung
Nama Pasien : Tn. A No.RM : 01 95 38
Umur : 31 Tahun
43
ditandai dengan :
Mual, muntah
DS :
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan kadang mual
Ketidakmampuan
mencerna makanan
44
DO : - Klien nampak lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan,
dihabiskan
makanan
45
D. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut
Table 3.5
Rencana Keperawatan Nyeri Akut
Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun No. RM : 01 95 38
46
SLKI Kriteria Hasil Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat
Meningkat
Tingkat Nyeri
L.08066 Kriteria Hasil Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun
Menurun
- Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
- Meringis 1 2 3 4 5
- Gelisah 1 2 3 4 5
Table 3.6
SIKI Nyeri Akut
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Manajemen - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Berikan teknik non fakmakologis - Jelaskan penyebab, - Kolaborasi
Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, untuk mengurangi rasa nyeri periode, dan pemicu pemberian
I.08238 intensitas nyeri (mis: TENS, hypnosis, nyeri analgetik
- Identifikasi faktor yang akupressur, terapi music, - Ajarkan teknik non
memperberat dan memperingan biofeedback, terapi pijat, farmakologis untuk
nyeri aromaterapi, teknik imajinasi mengurangi rasa
terbimbing, kompres hangat/ nyeri
dingin, terapi bermain)
-
47
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Pemberian - Monitor tanda-tanda vital sebelum - -
Analgesik dan sesudah pemberian analgesik
I.08243
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Edukasi teknik - - - Jelaskan tujuan dan
napas manfaat teknik napas
I.12452 - Jelaskan prosedur teknik
napas
-
Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun No. RM : 01 95 38
49
SLKI KriteriaHasil Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat
Meningkat
Pola Tidur - Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
L.05045 - Keluhan sering terjaga 1 2 3 4 5
Table 3.8
50
SIKI Ganguan Pola Tidur
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Dukungan Tidur - Identifikasi pola aktivitas dan - Modifikasi lingkungan - Jelaskan pentingnya
I.05174 tidur (mis.pencahayaan, kebisingan, tidur cukup selama sakit
suhu, matras dan tempat tidur) -
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis.pijat,pengaturan posisi,
terapi akupresur)
51
Table 3.9
Rencana Keperawatan Resiko Devisit Nutrisi
Nama : Tn. A
Umur : 31 Tahun No. RM : 01 95 38
52
SLKI Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Status nutrisi Menurun Meningkat
L.03030
Porsi makanan yang dihabiskan 1 2 3 4 5
Table 3.9
SIKI Resiko Devisit Nutrisi
Tindakan
SIKI
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Manajemen - Identifikasi status nutrisi - Beri makanan tinggi serat - Anjurkan posisi duduk, jika - Kolaborasi pemberian
nutrisi - Monitor asupan makanan untuk mencegah konstipasi mampu medikasi sebelum makan
I.03119 - Berikan makanan tinggi kalori - (mis. pereda nyeri,
dan tinggi protein antiemetik), jika perlu
53
E. Implementasi Keperawatan
Table 3.10
Implementasi Keperawatan
DX.
Tanggal/
Tindakan Keperawatan Keperawatan
Jam
(Kode)
28/11/202 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, D.0077
0 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil:
14.05
P : Nyeri ketika banyak bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Daerah epigastrium/uluhati
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
14.15 nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil: klien mengatakan nyerinya bertambah
ketika banyak bergerak
- Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
14.20 pemberian analgesik
Hasil: TD : 100/80 mmhg
N : 110 x/menit
S : 370C
P : 22 x/menit
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
14.45 - Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
14.55 mengurangi rasa nyeri yaitu melakukan teknik
nafas dan relaksasi
- Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
15.05 - Menjelaskan prosedur teknik napas
15.25 - Kolaborasi pemberian analgetik
18.05 Hasil: pemberian obat paracetamol 3x1
54
- Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas D.0055
Hasil: Klien tidur 4-5 jam dalam sehari
14.05 - Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
14.15 - Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan yaitu pengaturan posisi
15.00
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
15.10
55
21.25 N : 98 x/menit
S : 37,40C
P : 20 x/menit
21.25
56
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri D.0077
Hasil:
P :-
30/11/202
Q:-
0
21.20 R: -
S :-
T: -
22.15
- Mengidentifikasi status nutrisi
22.30 Hasil: Klien makan 3x sehari, porsi makan
D.0032
dihabiskan
- Memonitor asupan makanan
21.25 Hasil: Klien makan 3x sehari, porsi makan
dihabiskan
21.30
- Memberi makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
21.45 - Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
21.50 protein
22.00 - Menganjurkan posisi duduk
57
F. Evaluasi Keperawatan
Table 3.11
Implementasi Keperawatan
DX.
Tanggal/
Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Jam
(Kode)
29/11/202 D.0077 S:
0
- Klien mengatakan masih nyeri pada ulu hati
14.05 - Klien mengatakan nyerinya bertambah ketika
banyak bergerak
O :
- Ekspresi wajah kadang meringis
- Skala nyeri 3
- TTV : TD : 110/80 mmhg
N : 98 x/menit
S : 37,40C
P : 20 x/menit
A : - Keluhan nyeri : 4
- Meringis :4
- Gelisah :4
P : Intervensi 1,2,4,5, 7 dan 8 dilanjutkan
D.0055 S:
14.05 - Klien mengatakan tidur 5-6 jam dalam sehari
- Klien mengatakan masih sering terbangun
O :
- Kojungtiva pucat
- Klien masih nampak lemah
A : - Keluhan sulit tidur :4
- Keluhan sering terjaga : 4
P : Intervensi 1,2,3 dan 4 dilanjutkan
58
S:
- Klien mengatakan nafsu makannya masih
D.0032
14.05 kurang
O:
- Hanya 3/4 porsi makan klien dihabiskan
- Klien masih nampak lemah
A : - Porsi makan yang di habiskan : 4
- Nyeri abdomen :4
P : Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6 dilanjutkan
S:
D.0077
30/11/202 - Klien mengatakan sudah tidak nyeri pada ulu
0 hati
21.05 O : - Ekspresi wajah rileks
- TTV : TD : 100/70 mmhg
N : 84 x/menit
S : 37,40C
P : 20 x/menit
A : - Keluhan nyeri : 5
- Meringis :5
- Gelisah :5
P : Intervensi dihentikan
59
BAB IV
PEMBAHASAN
BLUD Rumah sakit Konawe Kab. Konawe terdapat kesenjangan antara teori dan
A. Pengkajian
Adapun pengkajian menurut teori yaitu nyeri pada uluhati, mual, muntah
pada kasus yaitu nyeri epigastrium, mual, muntah dan hilang timbul, sering
cemas serta gelisah, hal ini disebabkan adanya reaksi dari nyeri di uluhati, oleh
Karen itu berdasarkan data menurut teori dan data yang ditemukan pada saat
B. Diagnosa Keperawatan
intake cairan.
60
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
kontrol tidur
makanan
diagnose keperawatan menurut teori atau yang lazim ditemukan dengan diagnosa
faktor pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam waktu
2. Data sekunder berupa status pasien dan informasi lain tersedia diruangan
61
3. Data yang didapatkan pada saat pengkajian lengkap
oleh penulis.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap ini penulis menentukan tujuan intervensi yaitu tingkat nyeri
menurun, pola tidur terpenuhi dan status nutrisi meningkat. Kriteria waktu yang
62
6. Kolaborasi pemberian analgetik
tempat tidur)
20. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
dari faktor pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam
kesehatan pasien
63
Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi penulis dalam pengkajian
D. Implementasi
lepas dari faktor pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan
4. Kepercayaan yang diberikan oleh perawat ruangan dan dokter kepada penulis
64
Sedangkan faktor penghambat keberhasilan tindakan keperawatan yang
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada kriteria tujuan,
makanan
Faktor pendukung tercapainya tujuan karena adanya kerja sama klien dan
65
untuk mempertahankan kesehatan klien dapat dilanjutkan dengan perawat yang
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
67
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya asuhan
dan perawat dalam upaya deteksi dini dan pencegahan penyakit gastritis.
68
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief et all. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius.
Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
_________. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
69