Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Disusun untuk memenuhi tugas makalah Akuntansi Sektor Publik

Disusun oleh :
(14.210.3458)

Universitas Islam Sultan Agung


Semarang
2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik............................ 2

B. Sifat dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik......................................... 3

C. Value for Money........................................................................................ 4

D. Tujuan Akuntansi Sektor Publik................................................................. 5

E. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik.................................................... 6

F. Akuntabilitas Publik................................................................................... 7

G. Privatisasi.................................................................................................. 8

H. Otonomi Daerah........................................................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan didunia ini atau yang biasa kita kenal dengan sebutan akuntansi
sektor publik dan organisasi non-laba terus meningkat sejalan dengan perkembangan
kegiatan pembangunan, globalisasi dan era informasi. Dalam melaksanakan kegiatan
dan banyak sekali perubahan yang semakin rumit, informasi memegang peranan
semakin penting. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah informasi akuntansi
sektor publik, baik untuk tujuan pertanggungjawaban maupun manajerial.

Sebagai mahasiswa jurusan akuntansi, informasi mengenai akuntansi sektor


publik sangatlah penting. Oleh karena itu saya berusaha menyajikan informasi mengenai
akuntansi sektor publik dalam bentuk makalah yang berjudul “Akuntansi Sektor Publik di
Negara Timur Tengah”.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas tentang Karakteristik dan Lingkungan Sektor
Publik. Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dengan ruang lingkup
hanya sebatas tentang pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik di Negara
Timur Tengah dan tujuan akuntansi sektor publik.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar dapat mendapatkan pengetahuan
mengenai pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik, sifat dan karakteristik,
tujuan dan perkembangan akuntansi sektor publik, akuntabilitas publik, privatisasi serta
otonomi daerah. Selain itu makalah ini bisa dijadikan alternatif bacaan bagi mahasiswa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah
publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berbeda di
dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi
lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain
meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja
pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN, dan BUMD), yayasan, organisasi
politik dan organisasi massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan
organisasi nirlaba lainnya. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik
dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi
faktor politik, sosial, budaya, dan historis juga memiliki pengaruh yang signifikan.
Sektor publik tidak seragam dan sangat heterogen.

Istilah ”sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal


tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap
disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi
yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suatu entitas yang aktifitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
hak publik.

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh
sektor swasta, misalnya tugasnya untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan
publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik,
dan sebagainya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak
dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.

3
Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda
dengan akuntansi pada sektor swasta.

B. SIFAT DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purpose activity).
Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
memiliki manfaat. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan
akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut
disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks.


Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor
ekonomi, politik, kultur dan demografi.

a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :

 Pertumbuhan ekonomi
 Tingkat inflasi
 Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP / GDP)
 Struktur produksi
 Tenaga kerja
 Arus modal dalam negeri
 Cadangan devisa
 Nilai tukar mata uang
 Utang dan bantuan luar negeri
 Infrastruktur
 Teknologi
 Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
 Sektor informal

4
b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain :

 Hubungan negara dan masyarakat


 Tipe rezim yang berkuasa
 Ideologi negara
 Elit politik dan masa
 Jaringan internasional
 Kelembagaan

c. Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :

 Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya


 Sistem nilai di masyarakat
 Historis
 Sosiologi masyarakat
 Karakteristik masyarakat

d. Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:

 Pertumbuhan penduduk
 Struktur usia penduduk
 Migrasi
 Tingkat kesehatan

C. VALUE FOR MONEY


Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber
kebocoran dana dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar
organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan
aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor

5
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi dan
efektivitas.

 Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan
yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
 Efisiensi : pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output / input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
 Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan input.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Implementasi konsep value for money diyakini dapat
memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik.
Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik
antara lain :

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang


diberikan tepat sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.

6
D. TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien,
dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen
(management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi
pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas
(accountability).
Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik
merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses
pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program,
penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.

Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama


untuk membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi
akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau
aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi
akuntansi, pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services) yang
diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan
dibebankan kepada publik atas suatu pelayanan (charging for services).

Selain itu, informasi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan


program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan
program yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu dalam
proses penganggaran. Pada sektor publik, penganggaran merupakan tahap yang
membutuhkan keahlian khusus karena penganggaran pada sektor publik merupakan

7
proses politik, sehingga manajer sektor publik dituntut untuk memiliki political skill
disamping pemahaman teknis akuntansi.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi


akuntansi terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indikator)
sebagai dasar penilaian kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk melakukan
pengukuran kinerja apabila tidak ada indikator kinerja yang memadai. Indikator
kinerja tersebut dapat bersifat finansial maupun nonfinansial. Informasi akuntansi
memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja sektor publik.

Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan


dalam pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/defisit
pada pemerintah, laporan rugi/laba dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan
pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan
sektor publik merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas publik.

E. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam pembangunan
telah mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor
publik memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi
pembangunan. Istilah ”sektor publik” mulai dipakai pertama kali pada tahun 1952.
Pada waktu itu, sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen
ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksana
pembangunan.

Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran
sektor publik dalam pembangunan. Benarkah sektor publik dapat menggerakkan
dan mempertahankan pembangunan? Berbagai kritik muncul terhadap sektor publik
yang keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan
dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta. Sektor publik dianggap lebih
rendah kedudukannya dibandingkan dengan sektor swasta dan bahkan dianggap
mengganggu pembangunan ekonomi dan sosial itu sendiri dengan alasan sektor
publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan dan inefisiensi ekonomi.

8
Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena orientasi pembangunan lebih
diarahkan pada pembangunan sektor swasta dan cenderung mengabaikan
pembangunan sektor publik.

Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara


industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan
dilakukan misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management
(NPM) dan reinventing government di banyak negara.

Untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan
teknik manajemen yang diterapkan sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan-
perusahaan publik.

Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk


memperbaiki kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien
dan efektif. Memperbaiki kinerja sektor publik memang bukan sekedar masalah
teknis belaka, akan tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan
good public and corporate governance memiliki peran yang sangat vital dan
signifikan. Akuntansi sektor publik akan terus berkembang seiring dengan
meningkatnya tuntutan dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga sektor publik.

F. AKUNTABILITAS PUBLIK

Pengertian Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agen) untuk


memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak
pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:

9
(1) akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan (2) akuntabilitas horisontal
(horizontal accountability).

Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah


pertanggungjawaban atas pengelola dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah
pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability)
adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian


informasi dan disclosure atas aktifitas dan kinerja finansial pemerintah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.

Akuntabilitas (accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari


stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktifitas secara
ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan
accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada
pemberi tanggungjawab.

Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit


mewujudkannya daripada memberantas korupsi (turner and humle, 1997).
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik.
Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk
lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability)
bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Tuntutan yang
kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat
menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri
atas beberapa dimensi. Ellwod (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi
akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and


legality)

10
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
3. Akuntabilitas program (program accountability)
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for

Probity and legality)

Akuntanbilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan


jabatan, sedangkan akuntanbilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber
dana public.

Akuntabilitas proses (process accountability)

Akuntanbilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam


melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntanbilitas
proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsive dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
akuntabilitas proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya
mark up dan pungutan-pungutan lain di luar yang telah ditetapkan, serta sumber-
sumber inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan
public dan kelambanan dalam pelayanan.

Akuntabilitas program (program accountability)

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang


ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan
alternative program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang
minimal.

11
Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik


pusat maupun daerah atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakt luas.

G. PRIVATISASI

Perusahaan publik juga tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi, dan sumber pemborosan negara. Keluhan ”birokrat
tidak mampu berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan
publik. Rendahnya kinerja perusahaan publik diperkuat dengan bukti ambruknya
sektor bisnis pemerintah dibanyak negara sehinga menimbulkan pertanyaan publik
mengenai kemampuan pemerintah dalam menjalankan perusahaan publik secara
ekonomis dan efisien (Nicholls, 1991). Di Indonesia sendiri, masih banyak
perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD) yang dijalankan secara tidak efisien.
Inefisiensi yang dialami oleh BUMN dan BUMD tersebut antara lain disebabkan
adanya intervensi politik, sentralisasi, rent seeking behaviour,dan manajemen yang
buruk.

BUMN dan BUMD dalam era globalisasi akan menghadapi beberapa tekanan
dan tuntutan, yaitu :

 Regulation & political pressure. BUMN/BUMD dituntut untuk memberikan


bagian laba perusahaan kepada pemerintah. Tuntutan tersebut diperkuat
misalnya dengan adanya perda yang mewajibkan BUMD untuk menyetorkan
bagian laba perusahaan kepada pemerintah daerah untuk menambah
pendapatan asli daerah.
 Social pressure. BUMN dan BUMD akan menghadapi tekanan yang semakin
besar dari masyarakat (konsumen) untuk menghasilkan produk yang murah dan
berkualitas tinggi. Untuk itu, mekanisme penetapan harga dan subsidi sangat
penting.

12
 Rent seeking behaviour. BUMN dan BUMD akan berhadapan dengan orang-
orang (oknum) yang mencoba melakukan rent seeking, korupsi, kolusi dan
nepotisme.
 Economic & effeciency. BUMN dan BUMD di sisi lain dituntut untuk ekonomis
dan efisien agar menjadi entitas bisnis yang profesional. Fokus yang harus
diperhatikan manajemen BUMN dan BUMD adalah ”economy, efficiency,
effectiveness, equity, quality and performance”.

Di sisi internal BUMN dan BUMD harus melakukan strategi efisiensi agar bisa
menjadi entitas bisnis yang tangguh dan profisional sehingga memiliki daya saing.
Harus dilakukan upaya-upaya efisiensi biaya, misalnya dengan strategic cost
manajement, dilakukan restrukturisasi organisasi, privatisasi, dan rightsizing
(downsizing), serta rekrutmen sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
memiliki integritas yang tinggi.

Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusaan publik untuk


meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi
berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga
kinerja finansial dapat dipengaruhi waktu secara langsung oleh infestor melalui
mekanisme pasar uang. Privatisasi perusahaan publik memilki fungsi ganda, yaitu
mengurangi beban belanja publik, menaikkan pendapatan negara, dan mendorong
perkembangan sektor swasta.

H. OTONOMI DAERAH

Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah


pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi juga pelimpahan beberapa
wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi.

Secara teoritis, desentralisasi ini diharapkan akan menghasilkan dua manfaat


nyata, yaitu: pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa, dan kreatifitas

13
masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil
pembangunan (keadilan) diseluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi dan bersedia di masing-masing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber
daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ketingkat
pemerintah yang paling rendah yang memilki informasi yang paling meningkat. Hasil
penelitian Huther dan Shah (1998) di 80 negara menunjukkan bahwa desentralisasi
memilki korelasi positif dengan kualitas pemerintahan.

Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah bahwa


dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah di tuntut untuk
mampu memberikan informasi keuangan sektor publik, DPRD dan pihak-pihak yang
menjadi stakeholder pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah daerah perlu
memiliki sistem akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang
memadai. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakukan perbaikan
mekanisme audit terhadap instansi pemerintah daerah. Pengembangan sistem
akuntansi pemerintah daerah merupakan suatu tantangan karena lingkungan sektor
publik yang sangat kompleks membutuhkan kompetensi tersendiri untuk mendesain
sistem akuntansi yang akan diterapkan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi
pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan sektor swasta. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan
barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks. Komponen
lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor ekonomi, politik, kultur dan
demografi.

Sektor publik sering kali dinilai negatif oleh beberapa pihak, misalnya sebagai sarang
inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru
muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan kualitas dan profesionalisme serta value for
money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu : ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Selain itu, tuntutan yang lain adalah perlunya akuntabilitas publik dan privatisasi terhadap
perusahaan-perusahaan milik publik untuk menciptakan good public and corporate governance.

DAFTAR PUSTAKA

15
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.

Yasin, Fauzi Alvi, 1999. Perkembangan Akuntansi Pemerintah Daerah Seminar IAI : Kontribusi
Akuntan Sektor Publik Dalam Perwujudan Good Governance. Jakarta.

Siregar, Baldric dan Bonni Siregar, 2001. Akuntansi Pemerintahan dengan Sistem Dana. Yogyakarta :
Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai