Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PERUBAHAN – PERUBAHAN BIOPSIKOSOSIAL PADA LANSIA

Oleh :

KELOMPOK 2

1. Putu Defri Githayani (P07120219062)


2. Ni Kadek Tika Diyanti (P07120219072)
3. Kadek Melinda Sukmadewi (P07120219073)

3B/ S.Tr. Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat- Nya kami dapat menyusun makalah dan menyelesaikan “Makalah Gerontik
perubahan – perubahan biopsikososial pada lansia”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini

Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat hal - hal
yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini perkenankanlah
penulis memohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak

Denpasar, 12 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

2.1 Pengertia Lansia.................................................................................................2

2.2 Proses Penuaan Biologis....................................................................................6

2.3 Perubahan – Perubahan Pada Lansia.................................................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................................17

3.1 Kesimpulan......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu fase yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, yang mana tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-
undang No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas (Departemen Sosial, 2003). Tahap lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stressor, kemunduran fisik, psikologis, dan kognisi. Hal ini diakibatkan karena
terjadinya proses penuaan pada lansia yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan,
baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Semakin bertambahnya usia lansia akan
mengalami perubahan fisik seperti, penurunan massa otot dan densitas tulang yang
menyebabkan osteoporosis, perubahan keseimbangan, penurunan fungsi sensorik yaitu
seperti perubahan indera pengelihatan, dan lain sebagainya. Selain perubahan tersebut,
lansia juga mengalami perubahan psikologis, seperti short term memory, frustasi,
kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian, kecemasan dan depresi
(Maryam, 2008). Menurut Bastable (2002) perubahan psikososial yang paling umum
adalah perubahan gaya hidup dan status sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Konsep Lansia?


2. Bagaimanakah proses penuaan Biologis pada Lansia?
3. Bagaimana Perubahan – perubahan pada Lansia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Lansia


2. Untuk mengetahui proses penuaan Biologis pada Lansia
3. Untuk mengetahui Perubahan – perubahan pada Lansia
BAB II. PEMBAHASAN

2.1.Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan suatu
proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan
berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan.
Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (45-59
tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi
yang membagi ke dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old
(usia 85 tahun ke atas) (Mauk, 2010).

B. Ciri – Ciri Lansia


Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut (sumber: bppsdmk kemenkes):
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia
dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri yang rendah.

C. Teori Penuaan
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
a. Teori Biologi
1. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan
sel– sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika seldari tubuh lansia
dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan
membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak
dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu,
sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki
diri (Azizah, 2011)
2. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen
dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur
yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya
dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada
system musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011).
3. Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh
untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan
kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksin tersebut membuat struktur membran sel
mengalami perubahan serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut
merupakan alat sel supaya dapat berkomunikasi dengan lingkungannya dan
berfungsi juga untuk mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel
yang sangat penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ
berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh
(Azizah dan Lilik, 2011).
4. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun
demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam
proses penuaan. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi,
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L.,
2011).
5. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut
antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi
sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.
b. Teori Psikologis
1. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara
sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L.,
2011).
2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada
lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan
hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M, 2011).
3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan
tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
2.2.Proses Penuaan Biologis
Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang
frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.
Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dibagi menjadi beberapa
tahapan, antara lain:
a. Tahap Subklinik (Usia 25 – 35 tahun):
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi
penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone, testosteron dan
estrogen. Namun belum terjadi tanda-tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
b. Tahap Transisi (Usia 35 – 45 tahun):
Tahap ini mulai terjadi gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda lagi,
seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih mulai tumbuh, penyembuhan
lebih lama, kulit mulai berkeriput, penurunan kemampuan fisik dan dorongan seksual
hingga berkurangnya gairah hidup. Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang
dapat bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh kadar
hormonhormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.
c. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas):
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan semua fungsi
sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual dan reproduksi,
kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis,
aktivitas dan kualitas hidup berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis
yang sangat terganggu.
2.3.Perubahan-perubahan pada Lanjut Usia
Menurut buku ajar asuhan keperawatan gerontik, aplikasi NANDA, NIC, dan NOC,
(Aspiani, 2014), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi:
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi
hormone. Hormone pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk hormone
kelamin adalah :
 Menurunnya sekresi hormone kelamin seperti progesterone, estrogen, dan
testoteron
 Menurunnya produksi aldosterone
 Produksi hampir dari semua hormone menurun
 Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah
 Pituitary : pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic
Hormone), TSH (Thyroid Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating
Hormone), dan LH (Leutinezing Hormone).
 Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.

b. Sel
 Lebih sedikit jumlahnya
 Lebih besar ukurannya
 Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
 Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
 Jumlah sel otak menurun
 Terganggungnya mekanisme perbaikan sel
 Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%
c. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler antara lain :
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katup jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya aktivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi,perubahan posisi dan tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang
dapat mengakibatkan pusing mendadak.
 Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer : sistolis normal ±170 mmHg, diastolis normal ±90 mmHg.

d. Sistem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara lain:
 Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
 Menurunnya aktivitas dari silia.
 Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
 Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
 Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
 Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
 Kemampuan untuk batuk berkurang.
 Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan. menurun
seiring dengan pertambahan usia.

e. Sistem Persyarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan antara lain:
 Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
 Cepat menurun hubungan persarafan.
 Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
 Mengecilnya saraf panca indra : berkuranganya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan tehadap dingin.
 Kurang sensitive terhadap sentuhan.

f. Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal antara lain:
 Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodontal Disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
 Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dan selaput lender, atropi
indra pengecap (± 80 %), hilangnya senstivitas dari indra pengecap di lidah
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap terhadap
rasa asin, asam dan pahit.
 Esophagus melebar.
 Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
 Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorpsi melemah (daya absoprsi terganggu).
 Liver (hati) : makin mengecil, dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

g. Sistem Genitourinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria antara lain:
 Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang
disebut nefron (tepatnya di glomerulus ). Kemudian mengecil dan nefron menjadi
atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 % , fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria (bisanya ±1) BUN ( Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg
%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
 Vesika urinaria (kandung kemih) Otot-otot menjadi lemah, kapastiasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.
 Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.

h. Sistem Indera : Pendengaran, Penglihatan, Perabaan dll


Organ sesnsori pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba dan penghirup
memungkinkan kita berkomunikasi dengan lingkungan. Pesan yang diterima dari
sekitar kita membuat tetap mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan.
Kehilangan sensorik akibat penuaan merupakan saat dimana lansia menjadi kurang
kinerja fisiknya dan lebih banyak duduk :
1. Sistem Pendengaran
 Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnya kemampuan/ daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 %
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
 Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
 Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
kerati
 Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stress
2. Sistem Penglihatan
 Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
 Kornea lebih berbentuk sfesis (bola)
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebababkan gangguan penglihatan
 Meningkatkan ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap
kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap
 Hilangnya daya akomodasi
 Menruunnya lapang pandang,: berkurangnya luas pandangan
 Menurunnya daya membedakan warna biru/hiijau pada skala
3. Rabaan
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan yang paling mudah untuk
menterjemahkan. Bila indra lain hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan
sejahtera. Meskipun resptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia,
namun tidak pernah hilang
4. Pengecap dan Penghidu
Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Diantara semuanya, rasa
manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi kita mengapa mereka
membubuhkan gula secara berlebihan,. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan
terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu. Harus dianjurkan pengunaan
rempah, bawang, bawang puti, dan lemon untuk mengurangi garam dalam
menyedapkan masakan.

i. Sistem Integumen
Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan ekskresi. Dengan
bertambahnya usia,terjadilah perubahan intrinsic dan ekstrinsik yang mempengaruhi
penampilan kulit :
 Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak
 Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena hilangnya proses kreatinisasi serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis)
 Menurunnya respon terhadap trauma
 Mekanisme proteksi kulit menurun : produksi serum menurun, penurunan serum
menurun, gangguan pigmentasi kulit
 Kulit kepala dan rambut menipis berarna kelabu
 Rambut dalam hidung dan telinga menebal
 Rambut memutih
 Berkurangnya elastisitas akibat dan menurunnya cairan dan vaskularisasi
 Pertumbuhan kuku lebih lambat
 Kuku jari menjadi keras dan rapih
 Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
 Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya
 Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya

j. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun :
 Tulang kehilangan denstisy (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis
 Kifosis
 Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
 Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang)
 Persendian membesar dan menjadi kaku
 Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
 Atrofi serabut oto (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor
 Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
k. Sistem Reproduksi dan Seksualitas
1. Vagina
Orang-orang yang makin menua seksua; intercourse masih juga
membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual seseorang
berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung menurun dan secara bertahap
tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
2. Menciutnya ovary dan uterus
3. Atrofi payudara
4. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur
5. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan
baik) yaitu :
 Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
 Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual
 Tidak terlalu cemas karena merupakan perubahan alami
2. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari. (bppsdmk kemenkes)

3. Perubahan Psikososial
A. Berkaitan dengan Penurunan Kondisi Fisik
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan
atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Seorang lansia agar dapat
menjaga kondisi fisik yang sehat, perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, dengan cara mengurangi kegiatan yang bersifat
melelahkan secara fisik. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan
baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
B. Berkaitan dengan Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti: Gangguan jantung, gangguan metabolism (diabetes
millitus, vaginitis), baru selesai operasi: prostatektomi), kekurangan gizi, karena
pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat
tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer. Faktor psikologis yang
menyertai lansia dalam hal penurunan potensi seksual adalah:
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya.
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupan.
d. Pasangan hidup telah meninggal.
e. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

C. Berkaitan dengan Kognitif dan Psikomotor


Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi,
yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek


psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut :

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak


banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadangkadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.
D. Berkaitan dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun
dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari tipe kepribadiannya.
Kenyataan ada menerima, takut kehilangan, merasa senang memiliki jaminan hari
tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap
tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun
negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan
untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak
dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukakan secara terorganisasi dan
terarah seperti menentukan minat dan arahnya, misalkan cara berwiraswasta, cara
membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.

E. Berkaitan dengan Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur
dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi
akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-
barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain
sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau
sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya
anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di perantauan, seringkali
menjadi terlantar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang
frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.

Tahap lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stressor, kemunduran fisik, psikologis,
dan kognisi. Hal ini diakibatkan karena terjadinya proses penuaan pada lansia yang berdampak
pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Semakin
bertambahnya usia lansia akan mengalami perubahan fisik seperti, penurunan massa otot dan
densitas tulang yang menyebabkan osteoporosis, perubahan keseimbangan, penurunan fungsi
sensorik yaitu seperti perubahan indera pengelihatan, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIK UMJ). 2022. Konsep
Dasar Menua.[online]Perpus.fikumj.ac.id.Availableat:
<http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=11652&bid=4651> [Accessed 7
January 2022].
Poltekkes Kemenkes Jogja, n.d. Lansia. [online] Eprints.poltekkesjogja.ac.id. Available at:
<http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3547/4/Chapter%20II.pdf> [Accessed 8 January 2022].
Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI BPPSDMK
Universitas Diponegoro, n.d. Penuaan. [online] Eprints.undip.ac.id. Available at:
<http://eprints.undip.ac.id/44892/2/Tria_Coresa_22010110130151_KTI_bab_2.pdf>
[Accessed 8 January 2022].
Universitas Muhammadiyah Malang. n.d. Konsep Lansia. [online] Eprints.umm.ac.id. Available
at:<https://eprints.umm.ac.id/42132/3/jiptummpp-gdl-tubagushaf-51714-3-babii.pdf>
[Accessed 7 January 2022].

Anda mungkin juga menyukai