Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertin Etika Penelitian


Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos
dalam bentuk tunggal yang mempunyai banyak arti seperti, tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap maupun cara berpikir. Dalam bentuk jamak yaitu ta etha
yang artinya adalah adat kebiasaan.
Etika adalah konsep nilai yang mengarah pada perilaku yang baik dan pantas
terkait dengan norma, moralitas, pranata, baik kemanusiaan maupun agama
(Setiawan, 2011). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
Jadi, etika penelitian adalah pertimbangan rasional mengenai kewajiban-
kewajiban moral seorang peneliti atas apa yang dikerjakannya dalam penelitian,
publikasi, dan pengabdiannya kepada masyarakat.
2.2 Prinsip Etika Penelitian
a. Respect To Autonomy
Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset kesehatan, peneliti
harus menghargai kebebasan atau independensi responden dalam mengambil
keputusan. Berdasarkan The Belmont Report, prinsip ini mengandung dua
pandangan yaitu:
1) Individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki otonomi
2) Orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan

Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden adalah dengan


memberikan inform consent sebelum dilakukan pengumpulan data, memberikan
hak kepada partisipan untuk mundur dari penelitian, dan tidak ada pemaksaan
dari peneliti. Inform consent terdiri dari tiga komponen kunci yakni informasi,
komprehensif, dan kesukarelaan . Inform consent merupakan proses untuk
mendapatkan persetujuan dari partisipan yang akan terlibat dalam penelitian
dengan memberikan informasi tentang studi yang dilakukan dan potensi
kerugian serta manfaat yang akan didapat secara komprehensif sehingga secara
sukarela bersedia mengikuti. Masih banyak peneliti menganggap bahwa
pengisian inform consent merupakan kegiatan yang dijalankan secara
formalitas saja. Padahal pengisian inform consent merupakan aspek yang
sangat serius yang harus dijalankan dalam penelitian.

Kesulitan dalam pengisian inform consent adalah menentukan apakah


partisipan memiliki kemampuan untuk memutuskan sesuatu. Umumnya peneliti
menggunakan batasan usia yaitu 16 tahun sebagai tolok ukur seseorang dapat
memutuskan secara mandiri. Pada populasi tertentu batasan ini tidak berlaku
karena keterbatasan fisik (kecacatan) dan mental partisipan, serta keterbatasan
dalam mendapatkan kebebasan seperti pada tahanan . Untuk itu ada tiga aspek
kemampuan (capability) yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan
seseorang mampu memutuskan secara mandiri, yaitu:

1) Partisipan harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengingat


seluruh informasi kunci, dengan menyampaikan kepada mereka perkiraan
pelaksanaan dan apa yang akan terjadi sebelum , selama dan setelah
penelitian (information aspect)
2) Partisipan harus memiliki kemampuan menimbang risiko dan manfaat
dalam mengikuti penelitian, serta memikirkan kemungkinan konsekuensi
yang akan diterima (risk and benefit analysis aspect)
3) Partisipan harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan apa yang
dikehendakinya secara efektif dan jelas termasuk keinginan untuk tetap
berpartisipasi atau mundur dari penelitian (communication aspect) dari
partisipan yang akan terlibat dalam penelitian dengan memberikan
informasi tentang studi yang dilakukan dan potensi kerugian serta manfaat
yang akan didapat secara komprehensif sehingga secara sukarela bersedia
mengikuti.
b. Promotion Of Justice
Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality) dan keadilan
(fairness) dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian, serta memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi dan diperlakukan secara adil dan setara
dalam penelitian
Terkait dengan penelitian, terdapat tiga jenis keadilan yang didapat
partisipan, yaitu:
1) Keadilan berkaitan dengan perolehan sumberdaya (distributive justice)
2) Keadilan berkaitan dengan hak individu (right-based justice)
3) Keadilan berkaitan dengan penghormatan kesamaan dalam hukum (legal
justice)
c. Beneficence
Prinsip ini menegaskan kewajiban peneliti untuk berbuat baik,
mengusahakan manfaat semaksimal mungkin, dan meminimalkan kerugian bagi
setiap orang yang terlibat dalam penelitian. Setiap tindakan yang dapat
merugikan partisipan penelitian perlu dipertimbangkan dengan hati‐hati dengan
menerapkan prinsip do no harm, termasuk dalam kasus adanya konflik
kepentingan.
d. Ensuring Maleficence
Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya
kecelakaan atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik secara
fisik atau psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran
risiko dalam perencanaan penelitian. Terdapat dua konsep yang dijalankan
untuk memastikan bahwa penelitian memiliki risiko yang rendah bagi
partisipan yaitu anonymity dan confidentiality. Kedua konsep ini
merupakan prinsip privacy dalam riset, yaitu melindungi informasi
partisipan dalam penelitian .
1) Konsep anonim (anonymity concept). Konsep ini menyatakan bahwa
peneliti sebaiknya menghilangkan seluruh informasi yang berkaitan
dengan identitas responden saat menyampaikan hasil penelitian dan
menampilkan data, seperti nama repsonden dan karakteristik lainnya.
Proses ini disebut dengan de-identification. Dengan penerapan anonim
maka akan terjamin kerahasiaan dalam penelitian. Namun konsep anonim
tidak mungkin dilakukan pada desain penelitian longitudinal yang
membutuhkan sistem pengkodean data berdasarkan identitas yang unik
(misalnya: nomor KTP, tanggal lahir) .
2) Konsep kerahasiaan (confidentiality concept). Konsep ini menyatakan
bahwa peneliti sebaiknya memastikan data tersaji secara anonim, agar
privasi partisipan terjaga serta data-data yang berkaitan dengan
partisipan seperti alamat dan lainnya tersimpan dengan aman. Menurut
Kevin Barge, untuk memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan
memenuhi syarat etik, maka sebaiknya peneliti mengangkat pertanyaan
berikut :
a) Apakah terdapat pihak/orang yang dapat diminta untuk mengajukan izin
penelitian?
b) Apakah kerahasiaan responden dapat dijaga? Jika tidak terjaga
kerahasiaannya, apakah konsekuensinya bagi responden? Apakah
langkah-langkah yang akan dijalankan untuk menjaga kerahasiaan
responden dapat dijalankan?
c) Apakah ada kemungkinan responden mengundurkan diri dari penelitian?
d) Apakah ada konflik kepentingan antara peneliti dengan lokasi
penelitian? Jika peneliti merupakan bagian dari organisasi (lokasi
penelitian), apakah ada ketentuan yang membedakan peran sebagai
peneliti atau anggota kelompok? Apakah peran ganda peneliti dapat
dikendalikan?
e) Apakah transparasi proses penelitian dapat disampaikan kepada
responden pada saat awal penelitian sampai dengan penyampaian hasil
penelitian?
Jika jawaban dari setiap pertanyaan tidak cukup baik atau tidak sesuai
dengan komitmen etika penelitian, maka peneliti harus mempertimbangkan
untuk mencari lokasi penelitian yang lain.

2.3 Kode Etik Penulis


Kode Etik Penulis menurut Setiawan (2011), yakni :
a. Melahirkan karya orisinal
b. Menjaga kebenaran dan manfaat serta informasi yang disebarkan sehingga
tidak menyesatkan
c. Menulis secara cermat, teliti, dan tepat
d. Bertanggungjawab secara akademis atas tulisannya
e. Memberikan manfaat kepada masyarakat
f. Menjadi kewajiban penulis untuk mengikuti selingkung yang ditetapkan
g. Menerima saran-saran perbaikan dari editor berkala yang dituju
h. Menjunjung tinggi hak, pendapat atau temuan orang lain
i. Menyadari sepenuhnya untuk tidak melakukan pelanggaran ilmiah

2.4 Jenis- Jenis Pelanggaran Kode Etik Ilmiah


a. Fabrication
Mengarang, membuat atau “mempercantik” data atau hasil penelitian
tanpa adanya proses ilmiah untuk dilaporkan atau dipublikasikan. Data atau
hasil penelitian dikarang atau dibuat-buat dan dicatat dan/atau diumumkan
tanpa pembuktian bahwa peneliti yang bersangkutan telah melakukan proses
penelitian. Oleh karenanya, penting bagi peneliti untuk membuat catatan
penelitian (logbook) secara cermat sebagai bukti tidak melakukan fabrikasi
b. Falsification
Falsifikasi adalah memalsukan atau memanipulasi hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan/atau hasil. Falsifikasi meliputi : menyampaikan bahan,
peralatan, proses penelitian, atau hal lain yang sebenarnya tidak digunakan.
Tujuan dari penyampaian ini untuk mengesankan bahwa penelitian yang
dilakukan mempunyai kualitas yang baik. Falsifikasi juga termasuk
menghilangkan atau menambahkan sebagian hasil penelitian tanpa adanya
justifikasi ilmiah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, lebih akurat atau
lebih lengkap Data atau hasil penelitian dipalsu dengan mengubah atau
melaporkan secara salah, termasuk membuang data yang bertentangan secara
sengaja untuk mengubah hasil. Pemalsuan juga meliputi manipulasi bahan dan
peralatan penelitian (termasuk instrumen penelitian) dan proses penelitian.
c. Plagiarism
Plagiarisme adalah mengambil hak kekayaan intelektual (intellectual
property rights) orang lain dan menyatakan sebagaipemiliknya. Gagasan atau
kata-kata orang lain digunakan tanpa memberi penghargaan atau pengakuan
atas sumbernya. Hal ini dapat terjadi dalam penulisan proposal maupun
penulisan hasil penelitian mencakup perbuatan seperti mencuri gagasan,
pemikiran, proses, dan hasil penelitian orang lain –baik dalam bentuk data atau
kata-kata, termasuk bahan yang diperoleh dalam penelitian terbatas yang
bersifat rahasia. Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme:
1) Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism)
Penulis menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan
sumbernya.
2) Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source)
Penulis menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan
yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas).
3) Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship)
Penulis mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain.
4) Self Plagiarism
Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan satu artikel pada
lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya
ilmiah. Yang penting dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil
karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki
perubahan yang berarti. Artinya Karya lama merupakan bagian kecil dari
karya baru yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan memperoleh hal baru,
yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan
karya lama.

d. Exploitation
Pemerasan tenaga Peneliti dan pembantu peneliti. Misal : Peneliti senior
memeras tenaga Peneliti junior dan pembantu penelitian untuk mencari
keuntungan, kepentingan pribadi, mencari, dan/atau memperoleh pengakuan
atas hasil kerja pihak lain.
e. Injustice
Perbuatan tidak adil sesama Peneliti dalam pemberian hak
kepengarangan dengan cara tidak mencantumkan nama pengarang dan/atau
salah mencantumkan
urutan nama pengarang sesuai sumbangan intelektual seorang Peneliti. Peneliti
juga melakukan perbuatan tidak adil dengan mempublikasi data dan/atau hasil
penelitian tanpa izinlembaga penyandang dana penelitian atau menyimpang dari
konvensi yang disepakati dengan lembaga penyandang dana tentang hak milik
karya intelektual (HKI) hasil penelitian
f. Intended Careless
Kecerobohan yang disengaja. Dapat berupa : tidak menyimpan data
penting selama jangka waktu sewajarnya, menggunakan data tanpa izin
pemiliknya, atau tidak mempublikasikan data penting atau penyembunyian data
tanpa penyebab yang dapat diterima.
g. Duplication
Pempublikasian temuan-temuan sebagai asli dalam lebih dari 1 (satu)
saluran, tanpa ada penyempurnaan, pembaruan isi, data, dan/atau tidak merujuk
publikasi sebelumnya. Pempublikasian pecahan-pecahan dari 1 (satu) temuan
yang bukan merupakan hasil penelitian inkremental, multi-disiplin dan berbeda-
perpektif adalah duplikasi atau salami publication.
2.5 Penilaian Etik Usulan Penelitian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian etik penelitian kesehatan sebagai
berikut.
1. Surat usulan dari institusi tempat peneliti bekerja
Bila usulan berasal dari luar institusi Badan Litbangkes yang memiliki Komisi
Etik Institusi, maka usulan harus berasal dari Komisi etik institusi tersebut
(bukan dari peneliti utama atau pimpinan insitusi).
2. Surat rekomendasi dari Panitia Pembina Ilmiah
3. Protokol penelitian
Meliputi tujuan dan manfaat, metodologi yang menjelaskan secara terperinci
mengenai:
a. tata cara pengambilan sample (darah/urine/spesimen lainnya),
b. tujuan pemeriksaan
c. intervensi yang diberikan
d. manfaat bagi responden (bila ada uji klinik/ pengambilan sample),
e. jumlah biaya yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
4. Daftar tim peneliti beserta keahliannya
5. Curriculum vitae
peneliti utama atau Ketua Pelaksana Untuk melihat apakah kemampuan peneliti
utama atau ketua pelaksana sudah sesuai dengan apa yang akan dikerjakan.
6. Keterangan pembiayaan
Untuk melihat apakah sudah etis bila suatu penelitian dilihat dari jumlah biaya
dan hasil yang akan didapat.
7. Ethical clearance dari institusi lain (bila ada).
8. Penjelasan dan Informed Consent dalam 1 lembar / tidak terpisah
Izin atau persetujaun dari subyek penelitian untuk turut berpartisipasi dalam
penelitian, dalam bentuk tulisan yang ditandatangani atau tidak ditandatangani
oleh subyek dan saksinya, disebut informed consent.
Aspek-aspek yang perlu dicantumkan dalam suatu informed consent
adalah sebagai berikut:
a. Kesediaan subyek untuk secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam
penelitian itu, termasuk penelitian eksperimen.
b. Penjelasan tentang penelitian.
c. Pernyataan tentang berapa lama subyek penelitian perlu berpartisipasi dalam
penelitian.
d. Gambaran tentang apa yang akan dilakukan terhadap subyek penelitian,
sebagai peserta sukarela penelitian. Setiap prosedur eksperimental perlu
dijelaskan.
e. Gambaran mengenai resiko dan rasa tidak enak yang mungkin dialami
subyek, jika subyek berpartisipasi dalam penelitian.
f. Gambaran tentang keuntungan atau ganti rugi bagi subyek, jika subyek
berpartisipasi dalam penelitian ini.
g. Informasi mengenai pengobatan dan alternatif lain yang akan diberikan
kepada subyek, jika subyek mengalami resiko dalam penelitian.
h. Gambaran tentang terjaminnya rahasia biodata dan hasil pemeriksaan medis
subyek.
i. Penjelasan mengenai pengobatan medis dan ganti rugi yang akan diberikan
kepada subyek, jika subyek mengalami masalah yang berhubungan dengan
penelitian.
j. Nama jelas dan alamat berserta nomor telepon yang lengkap, kepada siapa
calon subyek dapat menanyakan tentang masalah kesehatan yang mungkin
muncul berkaitan dengan penelitian tersebut.
k. Pengertian partisipasi dalam penelitian haruslah sukarela, bahwa subyek
dapat memutuskan untuk meninggalkan penelitian tanpa dirugikan, bahwa
apabila ia bersedia berpartisipasi kemudian sesudah jangka waktu tertentu ia
meninggalkan penelitian, ia bebas pergi tanpa ada sanksinya.
l. Jumlah subyek penelitian yang akan turut serta dalam penelitian dan lokasi
penelitian akan dilaksanakan.
m. Subyek akan diberitahukan jika terjadi problem yang membahayakan
subyek dalam penelitian tersebut.
2.6 Persetujuan Setelah Penjelasan
Dalam PNEPK ditegaskan bahwa penelitian kesehatan yang mengikut-sertakan
relawan manusia sebagai subjek penelitian wajib didasarkan pada tiga prinsip etik
umum, yaitu menghormati harkat martabat manusia (respect for persons), berbuat
baik (beneficence), dan keadilan (justice). Prinsip etik umum pertama,
menghormati harkat martabat manusia yang sebagai pribadi memiliki kebebasan
berkehendak atau memilih dan bertanggung jawab secara pribadi tentang
keputusannya. Prinsip etik umum pertama bertujuan untuk:
1. Menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa manusia yang mampu
menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan dengan menghormati
kemampuannya untuk mengambil keputusan mandiri (self-determination).
2. Melindungi manusia yang otonominya kurang atau terganggu. Hal ini
mempersyaratkan bahwa subjek yang berketergangtungan (dependent) atau
rentan (vulnerable) perlu dilindungi terhadap kerugian (harm) atau
penyalahgunaan (abuse).

Untuk menghormati prinsip etik umum pertama tersebut, peneliti diwajibkan


untuk setelah memberi penjelasan yang memadai, meminta persetujuan dari setiap
relawan manusia yang akan diikutsertakan sebagai subjek penelitian. Persetujuan
tersebut dikenal sebagai Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP, Informed Consent).
Penjelasan diberikan supaya subjek penelitian mengerti tujuan penelitian serta
resiko dan keuntungan yang mungkin akan dialaminya serta hak dan kewajibannya.

PSP bertujuan untuk melindungi kebebasan pribadi dan otonomi subjek


penelitian. Masalah PSP telah dibahas secara rinci dalam PNEPK, namun demikian
perlu lagi ditekankan bahwa PSP adalah pernyataan persetujuan ikut serta dalam
penelitian dari seorang awam. Karena itu PSP sewajarnya ditulis dengan
menggunakan bahasa orang awam tanpa peristilahan kedokteran. Lebih penting lagi
perlu dijaga, seperti sekarang makin sering terjadi, bahwa PSP tidak berubah
menjadi dokumen hukum guna melindungi peneliti, lembaga penelitian, sponsor
atau donor. Jika dokumen hukum dipersyaratkan oleh sponsor atau donor maka
dokumen hukum, jika dianggap wajar, dibuat terpisah dari PSP. Calon subjek
penelitian hanya boleh dihubungi dan dimintakan PSP jika penelitian telah
mendapat persetujuan ilmiah dan etik dari komisi yang berwenang.

2.7 Pengajuan Ethical Clearance


Usulan ethical clearance diserahkan kepada sekretariat Komisi Etik Penelitian
Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari:
1. Surat usulan dari institusi
2. Protokol penelitian
3. Daftar tim peneliti
4. CV peneliti utama
5. Surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari scientific board (PPI)
6. Informed Consent (formulir persetujuan keikutsertaan dalam penel)
7. Ethical Clearance dari institusi lain (bila ada)
8. Kuesioner / pedoman wawancara (bila ada)

Catatan : Seluruh berkas dibuat rangkap 3

Anda mungkin juga menyukai