Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pendidikan, status perkawinan, suku bangsa, no. register, tanggal MRS,
dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit
yang memiliki kemiripan gejala dengan penyakit lain seperti lemah dan demam,
batuk, sesak napas, dan nyeri dada.
3. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan
utama. Jika keluhan pada pasien adalah batuk maka perawat harus menanyakan
berapa lama batuk muncul. Jika yang menjadi alasan pasien meminta pertolongan
kesehatan adalah sesak nafas maka perawat harus mengkaji dengan menggunakan
PQRST agar memudahkan perawat dalam pengkajian.
4. Riwayat penyakit dahulu Perawat menanyakan apakah sebelumnya pernah
menderita TB paru, keluhan batuk lama saat masih kecil, TB dari orang lain, atau
penyakit lain seperti diabetes militus. Tanyakan pada pasien apakah ada obat-
obatan yang diminum pada masa lalu, tanyakan adanya alergi obat serta reaksi
alergi yang timbul (Muttaqin,2012).
5. Riwayat penyakit keluarga Tanyakan apakah penyakit TB paru pernah dialami
oleh anggota keluarga lain sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah
(Muttaqin,2012).
6. Riwayat Psiko-Sosio dan Spiritual Pengkajian psikologis meliputi beberapa
dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi mengenai
status emosi,status kongnitif, dan perilaku pasien.
7. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-
spiritual yang seksama (Muttaqin,2012).
 Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya Kaji tentang persepsi
klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah bisa menghambat respon
koperatif pada diri klien.
 Pola interaksi dan komunikasi Gejala klien dengan TB paru akan
membatasi klien untuk menjalankan kehidupan secara normal. Pola
persepsi dan konsep diri Karena sesak nafas dan nyeri akan meningkatkan
emosi dan rasa cemas klien tentang penyakitnya
Pola kesehatan sehari-hari
 Pola nutrisi Pada penderita TB paru akan mengeluh tidak nafsu makan
karena menurunnya nafsu makan, disertai batuk yang akhirnya berakibat
mengalami penurunan berat badan (Somantri,2012).
 Pola eliminasi Penderita TB paru urine berwarna jingga pekatdan berbau
sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin
(Muttaqin,2012).
 Pola istirahat dan tidur Dengan adanya nyeri dada dan sesak nafas pada
penderita TB akan terganggu kenyamanan tidur dan istirahat.
 Pola Pesonal Hygiene Pada Personal Hygiene tidak mengalami perubahan
jika dalam keadaan sakit berat penderita TB paru membutuhkan bantuan
untuk memenuhi kebutuhan Personal Hygiene nya.
 Aktivitas Dengan adanya batuk dan sesak nafas akan menganggu aktivitas
klien.
 Pola nilai dan kepercayaan Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakini
dipercaya dapat meningkatkan kekuatan klien. Karena sesak nafas, nyeri
dada, dan batuk menyebabkan terganggunya aktivitas ibadahnya.
B. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi sputum.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
C. Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Bersihkan jalan
bersihan jalan nafas keperawatan diharapakan nafas dengan
berhubungan dengan status pernafasan : teknik chin lift atau
obstruksi sputum kepatenan jalan nafas jaw thrust sebagai
dengan kriteria hasil : mana mestinya
Frekuensi pernafasan tidak  Posisikan pasien
ada deviasi dari kisaran untuk memaksimal
normal kan ventilasi
 Irama pernafasan  Identifikasi
tidak ada deviasi kebutuhan
dari kisaran normal aktual/potens ial
 Kemampuan untuk pasien untuk
mengeluarkan memasukkan alat
secret tidak ada membuka jalan
deviasi dari kisaran nafas
normal  Lakukan fisioterapi
 Suara nafas dada sebagai mana
tambahan tidak ada mestinya
 Dispnea dengan  Buang secret
aktifitas ringan dengan memotivasi
tidak ada pasien untuk
 Penggunaan otot melakukan batuk
bantu pernafasan atau menyedot
tidak ada lender
 Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
 Auskultasi suara
nafas
 Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  Bersihkan jalan
pola nafas keperawatan diharapakan nafas dengan
berhubungan status pernafasan : teknik chin lift atau
dengan kelelahan kepatenan jalan nafas jaw thrust sebagai
otot pernafasan dengan kriteria hasil : mana mestinya
 Frekuensi  Posisikan pasien
pernafasan tidak untuk memaksimal
ada deviasi dari kan ventilasi
kisaran normal  Identifikasi
 Irama pernafasan kebutuhan
tidak ada deviasi aktual/potens ial
dari kisaran normal pasien untuk
 Kemampuan untuk memasukkan alat
mengeluarka n membuka jalan
secret tidak ada nafas
deviasi dari kisaran  Lakukan fisioterapi
normal dada sebagai mana
 Suara nafas mestinya
tambahan tidak ada  Buang secret
 Dispnea dengan dengan memotivasi
aktifitas ringan pasien untuk
tidak ada melakukan batuk
 Penggunaan otot atau menyedot
bantu pernafasan lender
tidak ada  Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
 Auskultasi suara
nafas
 Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.
Nuha Medika Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta:
Diva Press Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis
Klinis. Jakarta. Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai