Anda di halaman 1dari 91

KAJIAN LITERATUR : HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN

MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Sarjana


Keperawatan

OLEH:
ALEKSANDER GUNTUR
NPM 1714201003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA
SANTU PAULUS RUTENG
2021

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

KAJIAN LITERATUR : HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN


MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

TAHUN 2020

Oleh :

Aleksander Guntur

NIM: 17.14.201-003

Telah dikoreksi dan disetujui untuk direkomendasikan kepada Dewan Penguji


pada tanggal 23 Januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Yohana Hepilita, M. Kep Theofilus Acai Ndorang, S.Fil., M.Th


NIDN :830018802 NIDN :805038701

Diktahui

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Ns. Olivia Suyen Ningsih M. Kep


NIDN : 0828048605

ii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN KEBISAAN MEROKOK DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI
TAHUN 2020

Oleh :

ALEKSANDER GUNTUR
NIM : 17.14.201-003

Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal.... 2021, dan dinyatakan

memenuhi syarat

Penguji Utama

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Yohana Hepilita, M. Kep Theofilus Acai Ndorang,S.Fil.,M.Th


NIDN : 0803078803 NIDN :0817058803

Disahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng,

David Djerubu, S. Fil., MA.


NIDN: 0831126119

iii
MOTO

KERJA KERAS DI DUNIA, ISTIRAHATNYA DI


SURGA

iv
PERSEMBAHAN

1. Saya persembahkan skripsi ini peneliti kepada orang tua, dan segenap

keluarga yang dengan penuh cinta dan kasih sayang melahirkan,

membesarkan, mendidik, dan mendoakan serta mendukung penulis dalam

menyelesaikan penulisan ini.

2. Almamater tercinta Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

khususnya Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Sarjana Keperawatan

yang telah menuntun dan membimbing kami selama 4 tahun yang telah

lewat.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis selama menyusun tulisan ini.

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Aleksander Guntur

NPM : 17.14.201.003

Program studi : Sarjana Keperawatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul STUDI

LITERATUR HUBUNGAN KEBISAAN MEROKOK DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI adalah hasil karya saya sendiri, kecuali yang secara

tertulis dirujuk dalam naskah ini dan dituliskan dalam daftar pustaka dengan

mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Jika kemudian hari skripsi ini bermasalah karena dianggap hasil plagiasi,

maka saya sebagai penulis siap bertanggung jawab.

Ruteng,..........2021
Pembuat pernyataan

Aleksander Guntur

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Studi Literatur : Hubungan Kebisaan Merokok Dengan

Kejadian Hipertensi”

Penulis menyadari tanpa bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai

pihak, penulis tidak mampu menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Oleh karena

itu dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih

yang berlimpah kepada:

1. Dr. Yohanes Servatius Lon, MA, Rektor Universitas Katolik Indonesia

Santu Paulus Ruteng.

2. David Djerubu, S.Fil., MA, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Pertanian

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.

3. Ns. Oliva Suyen Ningsih, S. Kep. M.Kep,selaku Ketua Program Studi

Sarjana Keperawatan Santu Paulus Ruteng.

4. Ns. Yohana Hepilita, M.Kep, selaku pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan.

5. Theofilus Acai Ndorang, S.FIL., M.Th, selaku pembimbing II yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.

6. Bapak/IbuDosen Program studi sarjana keperawatan Universitas Katolik

Indonesia Santu Paulus Ruteng yang telah membekali penulis dengan

segala ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam proses

perkuliahan.

vii
7. Kedua orang tua yang telah dengan penuh cinta dan kasih sayang

melahirkan dan membesarkan penulis, mendoakan penulis dalam

menyelesaikan penulisan ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis selama menyusun tulisan ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam bentuk apapun selama

perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya penulis berharap kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Ruteng, 10 Juni 2021

Peneliti

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................. iii
MOTTO................................................................................ iv
PERSEMBAHAN................................................................ v
SURAT PERNYATAAN..................................................... vi
KATA PENGANTAR.......................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN...................................................... xiii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA................................... xiv
ABSTRAK BAHASA INGGRIS........................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................... 9
A. Tinjaun Teori............................................................. 9
1. Hipertensi............................................................ 9
2. Konsep Merokok................................................. 22
BAB III METODE PENELTIAN....................................... 30
A. Desain Penelitian....................................................... 30
B. Jenis Penelitian........................................................... 31
C. Tahapan Sistematika Literatur Review...................... 31
a) Tujuan Studi Literatur......................................... 31
b) Pencarian Data.................................................... 31

ix
c) Screenin............................................................... 32
d) Penilaian Kualitas............................................... 32
e) Ekstraksi Data..................................................... 32
f) Analisa Data........................................................ 33
D. Populasi Dan Sampel................................................. 33
a) Populasi............................................................... 33
b) Sampel................................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................. 35
A. Hasil Penelitian.......................................................... 35
1. Tabel Analisa Artikel ( Jurnal )........................... 36
B. Pembahasan............................................................... 52
1. Gambaran Kebisaan Merokok............................ 52
2. Gambaran Kejadian Hipertensi........................... 57
3. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi....
............................................................................. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................... 66
A. Kesimpulan................................................................ 66
B. Saran.......................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA........................................................... 68

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................... 29

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Klasifikasi Hipertensi........................................ 10

Table 1.2 : Hasil Analisa Artikel (Jurnal)........................... 36

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Healt Organization

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

RI : Republik Indonesia

GATS : Global Adult Tobacco Survey

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

TPR : Tekanan Pembuluh Darah

HDL : Higth Density Lipoprotein

PJK : Penyakit Jantung Koroner

ACE : Angiotensin Convereting Enzyme

ADH : Antidireutik Hormone

MAP : Mean Adrenal Pressure

PGK : Pecah Ginjal Kronik

SMS : Short Message Service

xiii
Program Studi sarjana keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus

Ruteng 2021

ABSTRAK

Aleksander Guntur. 17.14.201.003


aleksandergtr98@gmail.com

STUDI LITERATUR HUBUNGAN KEBISAAN MEROKOK DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI

Latar Belakang : Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk


cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin
dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Hipertensi merupakan salah satu
penyebab kematian dini pada masyarakat di dunia dan semakin lama,
permasalahan tersebut semakin meningkat. WHO telah memperkirakan pada
tahun 2025 nanti, 1,5 milyar orang di dunia akan menderita hipertensi tiap
tahunnya.Tujuan : penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan kebisaan
merokok dengan kejadian hipertensi. Metode : Penelitian ini menggunakan
metode Metode Literature Review (MLR). Variabel independen adalah kebiasaan
merokok sedangkan variabel dependen adalah kejadian hipertensi. Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah 10 jurnal national. Hasil : Dari
sepuluh artikel yang direview ditemukan bahwa terdapat hubungan antara
kebisaan merokok dengan kejadian hipertensi yang dapat di pengaruhi faktor
lamanya merokok, jenis rokok, jumlah rokok dan derajat merokok. Dari hasil
penelitian ini diharapkan untuk para mengonsumsi merokok untuk mengurangi
jumlah rokok yang di hisap setiap hari secara bertahap agar tekanan darah tetap
terkontrol atau di turunkan. Kesimpulan : Disarankan untuk mengurangi risiko
hipertensi, hendaknya mengurangi konsumsi rokok khususnya rokok-rokok yang
non filter, perokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat lama merokok dan upaya
sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko hipertensi
hendaknya dilakukan secara terus-menerus baik oleh pemerintah maupun instansi
terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit
yang memiliki resiko kematian tinggi
Kata kunci : Kebiasaan Merokok, Kejadian Hipertensi

xiv
Bachelor Of Nursing Programme
Falcuty of Health and Agricultural Science
Of the Indonesia Catholic Universitas Saint Paul
Ruteng 2021

ABSTRACT

Aleksander Guntur. 17.14.201.003


aleksandergtr98@gmail.com

LITERATURE STUDY RELATIONSHIP OF SMOKING ABILITY WITH


HYPERTENSION

Background : Cigarettes are processed tobacco products including cigars or other


forms produced from the Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, and other species
or their synthetics containing nicotine and tar with or without additives.
Hypertension is one of the causes of premature death in people in the world and
the longer the problem is increasing. WHO has estimated that by 2025, 1.5 billion
people in the world will suffer from hypertension every year. Objective : This
study was to determine the relationship between smoking habits and the incidence
of hypertension. Methods : This study uses the Literature Review Method
(MLR). The independent variable is smoking habit while the dependent variable is
the incidence of hypertension. In this study, the population used was 10 national
journals. Results : From the ten articles reviewed, it was found that there is a
relationship between smoking habits and the incidence of hypertension which can
be influenced by factors such as length of smoking, type of cigarette, number of
cigarettes and degree of smoking. From the results of this study, it is expected for
those who smoke to reduce the number of cigarettes smoked every day gradually
so that blood pressure is controlled or lowered. Conclusion : It is recommended
to reduce the risk of hypertension, should reduce the consumption of cigarettes,
especially non-filter cigarettes, smokers of more than 10 cigarettes per day, a long
history of smoking and socialization efforts to the community, related to risk
factors for hypertension should be carried out continuously both by the
government and related agencies to reduce the incidence of hypertension which is
one of the diseases that have a high risk of death

Keywords: Smoking Habits, Hypertension Incidence.

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko

utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan

jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun

2016 penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian

utama di dunia (WHO, 2018)

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada

masyarakat di dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin

meningkat. WHO telah memperkirakan pada tahun 2025 nanti, 1,5 milyar

orang di dunia akan menderita hipertensi tiap tahunnya. Hipertensi atau

yang dikenal pula sebagai tekanan darah tinggi merupakan masalah

kesehatan yang mendunia. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg (Mills et al,2016).Hipertensi berkontribusi dalam memperburuk

penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal (WHO, 2013)

Tingginya angka kejadian hipertensi di dunia, dipengaruhi oleh dua

jenis faktor, yaitu yang tidak bisa diubah seperti umur, jenis kelamin, dan

ras. Faktor yang bisa diubah diantaranya obesitas, konsumsi alkohol,

kurang olahraga, konsumsi garam yang berlebihan, dan kebiasaan

merokok (Yashinta Octavian Gita Setyanda, 2015). Salah satu faktor

1
resiko hipertensi adalah kebiasaan merokok. Faktor risiko hipertensi

lainnya antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan genetic

(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), serta kebiasaan

mengonsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,

kebiasaan konsumsi minuman beralkohol, obesitas, kurang

estrogen/kontrasepsi pil KB (Kemenkes RI, 2014)

Merokok dan hipertensi adalah dua faktor risiko yang terpenting

dalam penyakit aterosklerosis, penyakit jantung koroner, infark miokard

akut, dan kematian mendadak. Merokok telah menyebabkan 5,4 juta orang

meninggal setiap tahun (Gumus et al, 2013)

Merokok merupakan masalah yang terus berkembang dan belum

dapat ditemukan solusinya di Indonesia sampai saat ini. Menurut data

WHO tahun 2011, pada tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-5

dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Hal ini terutama disebabkan

oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memacu kerja

jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta

peran karbonmonoksida yang dapat menggantikan oksigen dalam darah

dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.Perilaku

merokok merupakan suatu perilaku mengkonsumsi rokok berupa

membakar dan mengisap yang dinilai dan frekuensi merokok perhari dan

ada tidaknya ketergantungan terhadap tembakau( Candra Dewi,2012)

Merokok dapat menyebabkan hipertensi dan rusaknya lapisan

dinding arteri akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau dan

2
mengakibatkan dinding arteri itu sendiri lebih rentan terjadi penumpukan

plak (arterosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat

merangsang saraf simpatis, sehingga memicu kerja jantung lebih keras dan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon

monoksida dan mengambil alih peran oksigen dalam darah serta memaksa

jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (WHO, 2011).

Berdasarkan data dari World Health Organization, hipertensi telah

mengakibatkan 9,4 juta orang meninggal di seluruh dunia tiap tahun;

hipertensi berperan dalam 45% kematian yang disebabkan karena penyakit

jantung dan 51% kematian yang disebabkan oleh stroke.

Kejadian hipertensi lebih sering terjadi pada laki-laki usia 45 tahun

keatas karena proses degenerasi yang pasti terjadi pada setiap orang.

Proses degenerasi ini di antaranya terjadi pada sistem kardiovaskular. Jadi,

meskipun besarnya angka kejadian hipertensi adalah kasus kronis yang

akan meningkat seiring bertambahnya umur (Suheni 2013).

Prevalensi perokok di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 29,3%,

dengan jumlah perokok pada laki-laki sebanyak 47,5% dan perempuan

1,1%. Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) Tahun 2011

menunjukkan, Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi

perokok aktif bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang

melaksanakan GATS, yaitu 67,4% pada laki-laki dan 2,7% pada wanita.

Menurut laporan Riskesdas tahun 2010, persentase perokok di pedesaan

lebih tinggi dibandingkan persentase perokok di perkotaan. Dari 86.869

3
responden di pedesaan, sebanyak 37,4% merupakan perokok aktif,

sedangkan di perkotaan sebanyak 32,4% responden merupakan perokok

aktif dari 91.057 responden. Di Indonesia berdasarkan pengukuran pada

usia > 18 tahun sebesar 25,8% (Rikesdas 2017).

Prevalensi hipertensi di NTT berdasarkan hasil pengukuran

tekanan darah adalah 22,8% dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga

kesehatan adalah 5,4% sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat

minum obat hipertensi adalah 5,5%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi

hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah berkisar antara 18,6% -

36,3% dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Ende, Pulau

Flores sedangkan terendah di Kabupaten Rote Ndao. Sementara prevalensi

hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum

obat hipertensi berkisar antara 1,8% - 8,1%. Memperhatikan angka

prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis atau minum obat dengan

prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap

Kabupaten/Kota di NTT. Pada umumnya nampak perbedaan prevalensi

yang cukup besar. Perbedaan prevalensi paling besar ditemukan di

Kabupaten Manggarai. Data ini menunjukkan banyak kasus hipertensi di

Kabupaten Manggarai maupun di wilayah lainnya di NTT belum

ditanggulangi dengan baik. (Riskesdas NTT 2017)

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 mencatat prevalensi

hipertensi di Indonesia sebanyak 34,1%, dengan proporsi terbesar ada di

provinsi Kalimantan Selatan, yakni 44,1%, dan terendah di Provinsi

4
Papua, yakni 22,2%. Proporsi hipertensi di provinsi Nusa Tenggara Timur

adalah 22,8 %. Kasus terbanyak ada di kabupaten Ende ( 11,1 %) dan yang

terendah di kabupaten Rote Ndao (1,8 %), (RISKESDAS, 2018). Di

Kabupaten Manggarai, hipertensi menduduki angka tertinggi dari 10 besar

penyakit terbanyak. Jumlah penderita hipertensi tahun 2017 sebanyak

15.239 orang. (Dinkes kab. Manggarai, 2017 ).

Muhamad Numansyah (2019) dalam penelitian yang berjudul

“Hubungan antara Merokok dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas

Kawangkoan” dengan jumlah sampel 74 responden. Penelitian ini juga

menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan

kejadian, dengan p- value 0, 016 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05.

Zaman sekarang, rokok bukanlah hal yang tabu bagi seluruh orang.

Perilaku merokok sudah sangat membudaya di kalangan masyarakat dunia,

khususnya remaja. Zat kimia yang terdapat di dalam rokok bersifat adiktif

yang artinya dapat menyebabkan ketergantungan, dan bila sudah

ketergantungan maka orang akan secara terus-menerus menghisap rokok.

Perilaku merokok khususnya pada Remaja bila dilakukan secara terus-

menerus maka akan menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya adala

hipertensi.

Menurut Suheni (2013),Selain itu juga dari berbagai penelitian

didapatkan fakta bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin

tinggi pula tekanan darahnya.dan pada umumnya hipertensi pada pria

5
terjadi pada usia di atas 45 tahun dikarenakan daya tahan tubuh mereka

semakin menurun.(Suheni,2013) Untuk mengobati hipertensi, dapat

dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut jantung,volume

sekuncup, atau Tahan Pembulu Darah (TPR). Intervensi farmakologis dan

nonfarmakologis dapat membantukan individu mengurangi tekanan

darah.Penuruan berat badan dapat mengurangi tekanan

darah,kemungkinan dengan mengurangi beban kerja janntung sehingga

kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup berkurang.Olahraga,

terutama bila disretai penururnan berat, menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan kecepatan denyut jantung istrahat dan mungkin TPR.

Olahraga meningkat kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang dapat

mengurangi terbentuknya aterosclerosis hipertensi.Teknik relaksasi dapat

mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon

stres saraf simpatis. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek

jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran

darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung,(Aspiani

Dkk ,2014).

Berdasarkan fakta sebagaimana yang disebutkan pada uraian hasil

penelitian sebelumnya bahwa tahun 2017, prevalensi penyakit paling

tinggi di Manggarai adalah hipertensi, Maka penulis tertarik melakukan

kajian pustaka tentang : Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana

hubungan merokok terhadap kejadian hipertensi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karateristik responden pada penelitian yang di


kaji tentang Hubungan perilaku merokok dengan kejadian
hipertensi.?
2. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada perokok ?

3. Mengetahu gambaran kejadian hipertensi pada perokok?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Manfaat


Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan yang baru bagi Peneliti dan Mahasiswa/i keperawatan.

Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi literatur untuk menambah

wacana baru dalam dunia akademis dan menjadi acuan bagi penelitian

merokok dengan kejadian hipertensi yang akan dilaksanakan oleh

peneliti berikutnya yang kemudian menjadikan teori lebih

berkembang.

7
2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu :

a. Bagi Klien Hipertensi

Dapat memberikan informasi yang digunakan dalam upaya

menumbuhkan motivasi kesehatan pada penderita hipertensi.

b. Manfaat bagi Institusi

Studi literatur ini dapat menambah dan memperkaya bacaan bagi

civitas akademika di prodi Sarjana Keperawatan Universitas

Katholik Indonesia Santu Paulus Ruteng.

c. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai sumber informasi dalam

melakukan penelitian selanjutnya. Serta mengenal lebih jauh

tentang“Hubungan Merokok dengan kejadian Hipertensi”.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Brunner and

Suddarth,2013). Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan

kondisi seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara

lembut atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah

tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor resiko terjadinya

stroke, penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, gagal ginjal,

dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Peningkatan

tekanan darah yang relatif kecil, namun hal tersebut dapat

menurunkan angka harapan hidup (Agoes dkk, 2010)

Jenis-Jenis hipertensi Brunner, Suddarth. (2013)

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yakni:

a) Hipertensi Primer

Tekanan darah tinggi dapat terjadi apabila resistensi perifer/ curah

jantung juga meningkat sekunder akibat peningkatan stimulasi

simpatik, peningkatan reabsorbsi natrium ginjal, peningkatan

aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, penurunan

9
vasodilatasi arteriol, atau resistensi terhadap kerja insulin.

(Brunner and Suddarth, 2013)

b) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder dicirikan dengan peningkatan tekanan darah

disertai dengan penyebab spesifik, seperti penyempitan arteri

renalis, penyakit parenkim renal, hiperaldosteronisme (hipertensi

mineralokortikoid), medikasi tertentu, kehamilan dan koarktasio

aorta. Hipertensi juga dapat bersifat akut, yang menandakan

adanya gangguan yang menyebabkan perubahan resistensi perifer

atau perubahan curah jantung (Brunner and Suddarth, 2013).

b. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Darah
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120- 139 mmHg 80- 90 mmHg
Stadium 1 140- 159 mmHg 90- 99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi (Smeltzer, et al 2012 )

10
c. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

yaitu (Nurarif & Kusuma, 2015) :

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini

merupakan jenis hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Ini merupakan jenis hipertensi yang paling

banyak yaitu sekitar 90-95% dari insiden hipertensi secara

keseluruhan. Hipertensi primer ini sering tidak disertai

dengan gejalah dan biasa nya gejala baru muncul saat

hipertensi suda berat atau sudah menimbulkan komplikasi.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi dijuluki

sebagai silent killer.

Beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko

diantaranya usia, jenis kelamin, dan faktor keturunan.

Selain itu, pola hidup yang tidak sehat seperti

mengkonsumsi alkohol, merokok, kurang olahraga dan

makanan berlemak dapat menjadi pemicu hipertensi.

b. Hipertensi sekunder

Jumlah hipertensi sekunder 5-10% dari kejadian

hipertensi secara keseluruhan. Hipertensi jenis ini

merupakan dampak sekunder dari penyakit tertentu.

Berbagai kondisi yang bisa menyebabkan hipertensi antara

11
lain penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

hiperaldosteron maupun kehamilan. Selain itu, obat-obatan

tertentu bisa juga menjadi pemicu jenis hipertensi sekunder.

d. Faktor- Faktor Hipertensi

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan hipertensi

adalah sebagai berikut:

1) Faktor resiko yang tidak bisa diubah

a. Genetik

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap

angka kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar

70-80% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari

pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang

menderita hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita

hipertensi. Oleh sebab itu, hipertensi disebut penyakit

keturunan (Triyanto, 2014).

b. Ras

Orang yang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar

untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar

renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginjal

untuk mengekskresikan kadar natrium yang berlebihan

(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011).

12
c. Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang sangat

berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya

usia, maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi.

Hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang

mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung

(Triyanto, 2014).

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh terhadap kadar hormone yang

dimiliki seseorang. Estrogen yang dominan dimiliki wanita

diketahui sebagai faktor protektif/perlindungan pembuluh

darah (kardiovaskuler) lebih banyak ditemukan pada pria yang

estrogennya lebih rendah dari pada wanita. Sedangkan seorang

wanita yang telah menopause, dengan kata lain produksi

hormon estrogennya berkurang, lebih beresiko menderita

penyakit jantung dan pembuluh darah (Hanata, 2011).

2) Faktor Resiko Yang Dapat Diubah

a. Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

kegemukan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi

memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki

berat badan normal (Triyanto, 2014).

13
Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara

kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya

resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis

dan sistem renin angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal

(Nuraini 2015).

b. Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulasi

pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami

peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,

iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat

meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012).

c. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Konsumsi teratur tiga kali alkohol atau lebih dalam sehari

meningkatkan resiko hipertensi. Penurunan atau penghentian

konsumsi alkohol menurunkan tekanan darah, khususnya

pengukuran sistolik. Faktor gaya hidup yang terkait dengan

asupan alkohol berlebihan (kegemukan dan kurang latihan

fisik) juga dapat menjadi penyebab hipertensi (Triyanto, 2014)

d. stres

Stress fisik dan emosional menyebabkan kenaikan

sementara tekanan darah. Tekanan darah normalnya

berfluktuasi selama siang hari, yang naik pada aktivitas,

ketidaknyamanan, atau respons emosional seperti marah.

14
Stress yang sering atau terus menerus dapat menyebabkan

hipertrofi otot polos vaskular atau memengaruhi jalur

integrative sentral otak (Lemone, 2015).

e. Kurang Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan

penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur

dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung

sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan

pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu

(Nuraini, 2015).

f. Asupan garam yang tinggi dalam diet

World Health Organization (WHO) merekomendasikan

pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya

hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak

lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram

garam) perhari (Nuraini, 2015).

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar sehingga

volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya

15
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi (Nuraini, 2015).

Kowalak, J (2011), dalam bukunya menjelaskan beberapa

hal lain sebagai resiko hipertensi adalah :

a) Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh

darah arteri yang mengakibatkan retensi perifer

meningkat.

b) Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik

yang abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor,dapat

mengakibatkan peningkatan retensi perifer.

c) Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh

disfungsi renal atau hormonal.

d) Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor

genetik yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.

e) Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk

angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan

meningkatkan volume darah.

Menurut ( Aspiani 2014 ) tanda dan gejala utama

hipertensi menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat

tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap Orang,Bahkan

terkadang timbul tanpa tanda dan gejala. secara umum gejala

yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi adalah :

16
1) Sakit kepala,

2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk,

3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh,

4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat, dan

5) Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

e. Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan tingkat resistensi

perifer. Apabila terjadi peningkatan salah satu variabel tersebut dan

tidak terkompensasi, maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan

mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang.

Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian

dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler

melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemik, dan

susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis

otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui

perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial

yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian

dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang

yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh

yang melibatkan berbagai organ (Nuraini, 2015).

17
Menurut Elizabeth J. Corwin adalah sebagian besar gejala klinis

(manifestasi klinis) timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-

tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat

terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat

kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan

susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari)

karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus,

edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan

iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara

pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.

Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah,

telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata

berkunang-kunang (Nuraini, 2015).

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

Angiotensin II dari Angiotensin I oleh Angiotensin I Converting

Enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam

mengatur tekanan darah. Darah mengandung Angiotensinogen yang

diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, senyawa renin yang

diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi Angiotensin I. Oleh

ACE yang terdapat di paru-paru, Angiotensin I diubah menjadi

Angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci

18
dalam meningkatkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi

pertama adalah meningkatkan sekresi hormon Antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)

dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urin

(Nuraini, 2015).

f. Komplikasi

Hipertensi yang dibiarkan tak tertangani, dapat

mengakibatkan: (Haryanto & Rini 2015)

a. Pecahnya pembuluh darah serebral

Aliran darah ke otak tidak mengalami perubahan masing-masing

pada penderita hipertensi kronis dengan mean adrenal pressure

(MAP) 120-160 mmHg dan penderita hipertensi new onset antara

60-120 mmHg. Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi

sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg sehingga perubahan

sedikit saja dari tekanan darah menyebabkan asidosis otak yang

mempercepat timbulnya edema otak.

b. Pecah Ginjal Kronik

Mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan beban volume dan

vasokonstriksi. Beban volume disebabkan oleh gangguan ekskresi

sodium sedangkan vasokonstriksi berkaitan dengan perubahan

parenkim ginjal.

19
c. Penyakit Jantung Koroner

Ada 2 mekanisme yang dianjurkan mengenai hubungan hipertensi

dengan peningkatan resiko terjadinya gagal jantung. Pertama,

hipertensi merupakan faktor resiko terjadinnya infark miokard

akut yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel

kiri dan gagal jantung. Kedua, hipertensi menyebabkan terjadinya

disfungsi diastolik dan meningkatkan resiko jantung.

d. Stroke perdarahan subarachnoid

Terjadi ketika terdapat kebocoran pembuluh darah dekat otak,

yang mengakibatkan ekstravasasi darah ke dalam celah

subarachnoid. Pada penderita hipertensi terjadi penebalan lapisan

intim dinding arteri dan selanjutnya dapat meningkatkan tahanan

dan elastisitas pembuluh darah. Ketika terjadinya peningkatan

tekanan pada dinding pembuluh darah maka aneurisma akan

mengalami ruptur. Aneurisma dengan diameter lebih dari 10 mm

akan lebih mudah mengalami ruptur.

g. Penatalaksanaan

Menurut (Junaedi, Sufrida, & Gusti, 2013) dalam

penatalaksanaan hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3

bagian, sebagai berikut :

a) Terapi non-farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa

obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,

20
perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan

menjalani perilaku hidup sehat seperti :

1) Pembatasan asupan garam dan natrium

2) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

3) Olahraga secara teratur

4) Mengurangi/tidak minum-minuman beralkohol

5) Mengurangi/tidak merokok

6) Menghindari stres

7) Menghindari obesitas

b) Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-

farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-

obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pengobatan,

antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta blocker, antagonis

kalsium, dan penghambat konversi enzim angiotensin.

1) Diuretik merupakan antihipertensi yang merangsang

pengeluaran garam dan air. Dengan mengkonsumsi diuretik

akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh

darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh

darah.

2) Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam

memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang

dipompa oleh jantung.

21
3) ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding

pembuluh darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada

pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

4) Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan

merelaksasikan pembuluh darah.

2. Merokok

a. Pengertian Merokok

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Pasal 1

Ayat 1, yang dimaksud dengan rokok adalah hasil olahan tembakau

terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari

tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya

atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa

bahan tambahan.

Kata merokok berasal dari suku kata rokok, rokok adalah

silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada

salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat

dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Juliansyah, 2010).

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau kering yang

dibungkus sehingga berbentuk seperti cerutu. Sebagian besar rokok

mengandung tembakau dan tanaman nicotiana tabacum, nicotiana

22
rustica dan spesies lainya yang mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan lainnya.

Rokok mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

masyarakat, karena rokok merupakan salah satu zat adiktif dan perlu

dilakukan berbagai upaya pengamanan (Kurniasih, et al. 2016).

Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat

kimia yang terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak

lapisan dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi

penumpukan plak (aterosklerosis). Hal ini terutama disebabkan oleh

nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis sehingga memicu

kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh

darah, serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan

oksigen dalam darah hingga memaksa jantung memenuhi kebutuhan

oksigen tubuh (Delmi Sulastri, 2011).

b. Kandungan Dalam Rokok

Dalam sebatang rokok banyak mengandung bahan kimia. Para

ilmuwan juga telah mengidentifikasi lebih dari 7000 bahan dan

senyawa kimia yang terdapat dalam tembakau, serta 70 diantaranya

zat yang dapat menyebabkan kanker (karsinogenik) (Lesniak, 2014).

Menurut Aula (2010 ) Setiap rokok atau cerutu mengandung

lebih dari empat ribu jenis bahan kimia, dan empet ratus dari bahan-

bahan tersebut dapat meracuni tubuh, sedangkan empat puluh dari

bahan tersebut bisa menyebabkan kanker. Beberapa contoh zat

23
berbahaya di dalam rokok yang perlu diketahui adalah sebagai

berikut:

a. Nikotin

Nikotin menstimulasi otak untuk terus menambah jumlah

nikotin yang dibutuhkan. Semakin lama, nikotin dapat

melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang

menyebabkan jantung diberi peringatan atas reaksi harmonal yang

membuatnya berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras.

Artinya, jantung membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat

terus memompa. Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah

lebih cepat dan meningkatkan resiko serangan jantung.

b. Karbon Monoksida

Karbon monoksida menggantikan sekitar 15% jumlah

oksigen, yang biasanya dibawa oleh sel darah merah, sehingga

jantung si perokok menjadi berkurang suplai oksigennya. Hal ini

sangat berbahaya bagi orang yang menderita sakit jantung dan

paru-paru, karena dia akan mengalami sesak nafas ataupun nafas

pendek dan menurunkan stamina. Karbon monoksida juga

merusak lapisan pembuluh darah dan menaikan kadar lemak pada

dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan.

24
c. Tar

Tar digunakan untuk melapisi jalan atau aspal, pada rokok atau

cerutu, tar adalah partikel penyebab tumbuhnya sel kanker.

Sebagian lainnya berupa penumpukan zat kapur, nitrosmine dan

Bnaphthylanime, serta cadmium dan nikel. Tar mengandung

bahan kimia yang beracun, yang dapat merusak sel paru-paru dan

menyebabkan kanker. Tar bukanlah zat tunggal, namun terdiri

atas ratusan bahan kimia gelap dan lengket, dan tergolong sebagai

racun pembuat kanker.

c. Jenis-jenis Rokok

Menurut Aula (2010), ada 4 jenis rokok, di antaranya dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a) Rokok berdasarkan bahan pembungkus

1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun aren.

2) Sigaret ialah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

kertas.

3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.

b) Rokok Berdasarkan Bahan Baku Dan Isi

1) Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.

25
2) Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya

berupa daun tembakau, cengkeh dan menyan yang diberi

saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

d. Tipe-Tipe Merokok

Menurut Aula (2010) secara umum, tipe perokok dibagi menjadi

dua, yaitu perokok aktif dan pasif.

a) Perokok Aktif (Active Smoker)

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya,

sehingga rasanya tak enak jika sehari saja tidak merokok. Oleh

karena itu ia akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok,

kemudian merokok.

b) Perokok Pasif ( Passive Smoker )

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang

dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.

Dalam keseharian, ia tak berniat dan tak memiliki kebiasaan

merokok. Jika tak merokok, ia tak merasakan apa-apa dan tak

mengganggu aktivitasnya

26
Kebiasaan merokok merupakan salah satu perilaku

yang berdampak negatif kepada kesehatan. Dampak langsung

kebiasaan merokok terhadap gangguan kesehatan telah banyak

diketahui. Di dalam sebatang rokok terdapat lebih 4000 zat

kimia yang berbahaya bagi kesehatan (Barus, 2006).Seperti

diketahui, bahan didalam rokok mengandung banyak bahan

berbahaya bagi tubuh, salah satu diantaranya adalah nikotin,

yang merangsang pelepasan adrenalin, sehingga meningkatkan

frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Merokok

merupakan faktor resiko yang potensial untuk ditiadakan

dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya

dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia

(Hendrati dan Martini,2010)

e. Derajat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman.

Derajat merokok dapat diukur menggunakan Indeks Brinkman.

Derajat merokok menurut Indeks Brinkman adalah hasil perkalian

antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan lama

merokok dalam satuan tahun (Tawbariah et al, 2014).

1. Dikatakan sebagai perokok ringan apabila hasilnya kurang


dari 200
2. Dikatakan sebagai perokok sedang apabila hasilnya antara
200 – 599
3. Dikatakan perokok berat apabila hasilnya lebih atau sama
dengan 600.

27
Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak

rokok yang dihisap per hari, maka derajat merokok akan semakin

berat (Tawbariah et al, 2014).

28
B. KERANGKA TEORI
Faktor yang dapat tidak dikontrol
Faktor yang dapat dikontrol

Obesita Stres Kurang Konsumsi Merokok Konsumsi kopi


olahraga garam dan alkohol Genetik Jenis kelamin umur
s
berlebih
Mengandung
Banyak zat
Toksik

Zat kimia (Tar )

Merangsang sistem saraf simpatis dan


penumpukan plak ( aterosklerosis)
Peningkatan Tekanan Darah
(Hipertensi)
Aktivasi hormon adrenalin

Takikardiadan
vasokonstriksi

Bagan 1.1 Diagram Skematis Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi (Triyanto, 2014)

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Literatur Riview
Literatur review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang

membahas tentang topik yang hendak diteliti. Literatur riview membantu

peneliti untuk melihat ide-ide, pendapat dan kritik tentang topik tersebut

yang sebelumnya telah dibangun dan dianalisi oleh para ilmuwan

sebelumnya. Pentingnya Literatur riview untuk melihat dan menganalisa

nilai tambah penelitian dibandingkan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya (Semiawan, 2010)

Kajian literatur atau literatur riview merupakan langka pertama dan

penting dalam penyusunan sebuah rencana penelitian. Kajian literatur

adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca

berbagai buku, jurnal dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan

topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenan dengan satu

topik atau isyu tertentu (Marzali, 2017). Literatur Riview didefenisikan

sebagai proses mengidentifikasi, menilai dan menafsirkan semua bukti

penelitian yang tersedia dengan tujuan untuk memberikan jawaban untuk

pertanyaan penelitian tertentu (Latifah & Ritonga, 2020)

30
B. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Literature Review, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan

informasi dan data yang ada di perpustakaan seperti buku referensi, hasil

penelitian sebelumnya yang sejenis,buku,artikel,catatan,skripsi serta

berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah atau penelitian yang akan

dilakukan. Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan,

mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau

teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi

(Sari, 2020)

C. Tahapan literatur review

Okoli (2015) menyatakan penelitian yang menggunakan metode literatur

riview memiliki beberapa tahapan yang dilakukan yaitu :

1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan

antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi.

2. Pencarian data

Dalam penelitian sumber pustaka yang digunakan adalah jurnal, buku,

skripsi, artikel, yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan,

sumber penyediaan jurnal yang terkait. Adapun kata kunci pencarian

mencakup kata kunci Hipertensi dan Merokok. Sumber penyediaan

jurnal yang terkait yaitu menggunakan Google Scolar yang dapat

diakses secara bebas ataupun tidak.

31
3. Screening

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal

kesehatan dengan kata kunci hubungan Kebiasaan Merokok Dengan

Kejadian Hipertensi, serta rentang tahun terbit jurnal yang digunakan

mulai dari tahun 2010-2020. Pemilihan jurnal yang terkait dengan

penelitian yaitu Non-eksperimental, eksperimental dengan metode

Cross sectional. Data diperoleh dari jurnal nasional dan internasional

menggunakan Google scolar.

4. Penilaian kualitas

Penilaian kualitas pada metode Literature Review yang dimaksud

adalah kriteria eksklusi yang dapat membatalkan data atau jurnal yang

sudah didapat untuk dianalisa lebih lanjut. Pada penelitian ini kriteria

eksklusi yang digunakan yakni jurnal penelitian dengan topik

permasalahan tidak berhubungan dengan Merokok dan

Hipertensi,serta jurnal penelitian yang terbitnya sebelum tahun 2010.

5. Ekstrasi data

Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah memenuhi

syarat telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah proses

screening dilakukan maka hasil dari ekstraksi data ini dapat diketahui

pasti dari jumlah awal data yang dimiliki berapa yang masih

memenuhi syarat untuk selanjutnya di analisa lebih jauh.

32
6. Analisa data

Dalam penelitian ini setelah melewati tahapan screening sampai

dengan ekstraksi data maka analisa dapat dilakukan dengan

menggabungkan semua data yang memenuhi persyaratan inklusi

menggunakan teknik baik secara kuantitatif, kualitatif atau keduanya.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisa data

yakni secara kualitatif.

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan oleh peneliti ini adalah artikel, buku, skripsi,

jurnal nasional dan jurnal internasional yang yang telah melalui masa

screening dan masuk dalam kriteria inklusi yang telah ditetapkan yakni

jurnal yang berkaitan dengan hubungan Merokok dengan

Hipertensi,serta dengan jurnal dalam rentang waktu 2010-2020.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 jurnal

penelitian terkait, dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Jurnal nasional dan internasional yang membahas topik

hubungan Merokok dengan Hipertensi.

2) Tahun terbit jurnal dalam rentang waktu 2010-2020.

3) Jurnal yang diakses secara penuh (full text).

4) Penelitian Non eksperimental

33
b. Kriteria eksklusi

1) Jurnal nasional atau internasional yang tidak membahas

hubungan Merokok dengan Hipertensi.

2) Tahun terbit jurnal dibawah tahun 2010

3) Jurnal tidak dalam bentuk full text.

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini akan memberikan kajian tentang hubungan

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian kajian pustaka

merupakan penelusuran atas karya ilmiah artikel (jurnal), maka data-data

hasil penelusuran akan diolah secara kualitatif berdasarkan teknik analisis

data sebagaimana yang diuraikan pada bab sebelumnya.

Setelah penulis membaca dan menganalisa artikel yang dijadikan

sampel dalam penelitian literatur review ini, selanjutmya Peneliti merangkum

dan menganalisis hasil berbagai penelitian tersebut, dan selanjutnya akan

dibahas berdasarkan konsep teori tentang variabel kebiasaan merokok dan

variabel kejadian hipertensi.

35
Tabel 1.2 Hasi Analisa Artikel ( Jurnal ) Penelitian

METODE ANALISA JURNAL


Nama Judul Dan
No Nama Jurnal
Populasi Intervensi Kelompok Hasil Waktu
kontrol penelitian

1 Yashinta Hubungan P : populasi dalam Instrumen dalam Tidak Ada Hasil peneitian dari Mei-Juli
Merokok dengan penelitian ini penelitian ini ialah uji statistik (uji chi- 2015
Octavian Gita
Kejadian laki-laki yang kuesioner untuk square) yang
Setyanda,Delmi
Hipertensi pada berusia 35-65 data responden dan menunjukan bahwa
Sulastri, Yuniar Laki-Laki Usia tahun. Jumlah karakteristik setelah dilakukan
35-65 Tahun di subjek kebiasaan hubungan antara
Lestari ( 2015)
Kota Padang. sebanyak 92 merokok, serta kebiasaan merokok
/ Jurnal orang yang sphygmomanomete dengan kejadian
Kesehatan diambil secara r untuk mengukur hipertensi didapatkan
Andalas. 2015; multi stage tekanan darah nilai pvalue yaitu
4(2) hal. 434- random Desain penelitian 0,003 lebih kecil dari
440. sampling ini ialah studi 0,05 (<0,5), Maka
S : sampel dalam cross-sectional H0 di tolak dan HA di

36
penelitian ini terima .Dapat di
yaitu empat simpulkan bahwa
kecamatan dan adanya hubungan
delapan antara kebiasaan
kelurahan merokok dengan
terpilih di kota kejadian hipertensi
padang. pada laki LakiLaki
V : variabel dalam Usia 35-65 Tahun di
penelitian ini Kota Padang
adalah
Hubungan
Merokok
dengan
kejadian
hipertensi.

2 Mohammad Sadli Hubungan P : laki-laki usia  Instrumen yang Tidak ada Berdasarkan hasil Januari -
dan Riko Antara digunakan uji Rank Spearman Desember
40 tahun ke atas
Riantirtando Kebiasaan dalam penelitian menunjukan bahwa 2010
yang
37
Merokok mengalami ini kuesioner variabel yang
Dengan dengan teknik berhubungan dengan
hipertensi.
Kejadian wawancara dan kejadian hipertensi
S : sampel dalam
Hipertensi Pada jumlah kasus adalah jumlah rokok
Laki-Laki Usia penelitian ini diambil dari yang dihisap (p=
40 Tahun Keatas dokumentasi/lap 0,003, OR= 4,208),
adalah
Di Wilayah oran Puskesmas. lama menghisap
berjumlah 80
Kerja Puskesmas  : Analisis data rokok (p= 0,004,
Tegalgubuk orang. terdiri dari OR= 4,167), jenis
Kecamatan analisis rokok yang dihisap
Arjawinangun univariabel dan (p=0,031, OR=
Kabupaten bivariabel. Uji 2,900) mempunyai
Cirebon. statistik yang hubungan dengan
digunakan kejadiaan hipertensi.
adalah chi
square,
3 Irene Megawati, Hubungan P: Puskesmas Instrumen yang Tidak ada Hasil dari penelitian Mei 2019
Umbas Josef, Antara Merokok Kawangkoan digunakan dalam ini, dengan –
Tuda Muhamad Dengan S : 74 responden penelitian ini menggunakan uji chi- september
38
Numansyah Hipertensi Di dengan adalah square pada tingkat 2019
Puskesmas pengambilan menggunakan kemaknaan 95%,
Kawangkoan. sampel Total- wawancara secara didapat bahwa nilai p-
e-Journal Samplin. langsung kepada value adalah 0,016
Keperawatan responden dan lebih kecil dari nilai
(e-Kp) Volume menggunakan data signifikan 0,05.
7 Nomor 1, Mei sekunder dari Maka dapat
2019 Puseksamas disimpulkan bahwa
Kawangkoan data terdapat hubungan
yang di dapatkan antara Merokok
dari rekam medik dengan Hipertensi di
untuk mengetahui Puskesmas
tekanan darah dari Kawangkoan.
responden.

Desain penelitian
yang digunakan
adalah Cross-
Sectional dan
39
menggunakan
pendekatan Cross
Sectional

4 Benny MP Hubungan P : Populasi dalamInstrumen yang di Tidak ada Berdasarkan hasil Juli -
Simanjuntak dan kebiasaan penelitian ini gunakan dalam penelitian Desember
Sasni Triana Putri merokok dengan adalah penelitian ini menunjukkan bahwa 2019
kejadian Penduduk Desa adalah variabel yang
hipertensi di Sindang Barang menggunakan berhubungan dengan
kelurahan berjenis kuesioner. kejadian hipertensi
sindang barang kelamin laki- Penelitian yang dengan kriteria,yaitu :
kota bogor. laki dilakukan ini Jumlah rokok
Jurnal Ilmiah S : Sampel yang adalah penelitian yang dihisap (p=
Wijaya Volume diambil jumlah kuantitatif (analitik) 0,003, OR=
11 Nomor 2, 250 orang dengan pendekatan 4,208), lama
Juli-Desember responden. korelasional dan menghisap rokok
2019 Hal 91 - metode Cross (p= 0,004, OR=
100; website : sectional 4,167), jenis
www.jurnalwija rokok yang

40
ya.com; ISSN : dihisap (p=0,031,
2301-4113 OR= 2,900)
mempunyai
hubungan dengan
kejadiaan
hipertensi.
Sedangkan
variabel cara
menghisap rokok
tidak ada
hubungan yang
signifikan.
5 Putu Arya Gambaran P : Populasi target I : Instrumen yang Tidak ada Berdasarkan dari uji 30 Maret
Narayana1, Kebiasaan pada penelitian di gunakan statistik tabel sampai 4
Wayan Sudhana Merokok Dan ini adalah dalam analisa bivariat di April
Kejadian semua penelitian ini peroleh P, Value = 2013.
Hipertensi Pada masyarakat menggunakan 0,000 dan α = <
Masyarakat berusia ≥ 25 wawancara,pey 0,05 maka P,value <
Dewasa Di tahun di ebaran kosioner α, sehingga Ho
41
Wilayah Kerja wilayah kerja dan mengukur ditolak yang berarti
Puskesmas Puskesmas tekanan darah. uji statistik
Pekutatan I Pekutatan I. Penelitian ini menunjukan ada
Tahun 2013 S : Sampel dalam merupakan suatu hubungan kebiasaan
penelitian ini studi deskriptif merokok dengan
adalah 70 cross-sectional. kejadian hipertensi
responden yang di Kelurahan
terdiri dari Sindang Barang
penduduk yang Kota Bogor
berumur 25 Kabupaten Bogor
tahun ke atas Tahun 2018.
dan berdomisili
di wilayah kerja
Puskesmas
Pekutatan I.

6 Novvy Hubungan P : populasi dalam Instrumen yang di Tidak ada Berdasarkan hasil Agustus -
Anggraenny & perilaku penelitian ini gunakan dalam penelitian ini November
Santi Martini
merokok dengan pada awak penelitian ini menunjukan bahwa 2018

42
tekanan darah kapal diwilayah menggunakan adanya hubungan
sistolik dan kerja Kantor observasional antara kebiasaan
tekana darah Kesehatan analitik,kuesioner merokok dengan
diastolik pada Pelabuhan dan data isian hasil kejadian
awak kapal di Palangkaraya. pengukuran hipertensi,Dengan
wilayah kerja S : semua awak tekanan darah criteria :
kantor kesehatan buah kapal sistolik dan tekanan  77,80% subyek
pelabuhan yang berada di darah diastolik. memiliki
palangkaraya. kapal rancang bangun perilaku
MTPH Journal, penelitian cros merokok, subyek
Volume 4, No. sectional yang mempunyai
2, September tekanan darah
2020./ ISSN: sistolik ≥ 140
2549-189X; e- mmHg adalah
ISSN: 2549- 20,3% dan
2993 subyek memiliki
tekanan darah
distolik ≥ 90
mmHg adalah
43
14,8 %. Hasil
PR untuk
perilaku merokok
adalah 2,8;
jumlah rokok
yang dikonsumsi
≥11 batang/hari
adalah 2,0;
jumlah rokok 1-
10 batang/hari
adalah 4,0;
 Berdasarkan
hasil PR untuk
perilaku merokok
ada menunjukan
bahwa 2,0,
jumlah rokok
yang dikonsumsi
≥11 batang/hari
44
adalah 1,5;
jumlah rokok 1-
10 batang/hari
adalah 2,6; hasil
tersebut
menyatakan ada
hubungan antara
perilaku merokok
dengan tekanan
darah distolik.
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah
perilaku merokok
berhubungan dengan
nilai tekanan darah
sistolik dan tekanan
darah distolik, perilku
merokok berpotensi
menigkatnya risiko
45
memiliki tekanan
darah sistolik ≥140
mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 90
mmHg.

7 Sondang Kebiasaan P : Populasi dalam Instrumen yang di Tidak ada Berdasarkan hasil Mei
Sidabutar Merokok dan penelitian ini gunakan dalam penelitian sampai
Kejadian
pria yang penelitian ini menggunakan uji Chi- Agustus
Hipertensi Pada
Pria Berusia 40 berusia ≥40 adalah kuesioner Square terdapat nilai 2019
Tahun. Tahun di untuk Pvalue 0,000 yang
Jurnal Penelitian Kelurahan pengumpulan data artinya lebih besar
Kesehatan Suara Rambung karakteristik dan dari nilai Pvalue 0.05
- Volume 11
sebanyak 430 menggunakan (P <0,05), Dapat di
Nomor 2, April
2020 orang. sfigmomanometer simpulkan bahwa ada
p-ISSN 2086- S : Sampel yang di dan stetoskop hubungan antara
3098 e-ISSN
butuhkan dalam untuk pemeriksaan kebiasaan merokok
2502-7778
penelitian ini tekanan darah. dengan kejadian
adalah 81 Analisis data merokok di

46
orang. menggunakan Puskesmas Rambung
adalah uji Chi- Kota Tebing Tinggi.
Square. Adapun kesimpulan
dari penelitian ini
yaitu Bagi responden
diharapkan kepada
pengguna merokok
untuk menggurangi
jumlah rokok yang
dihisap agar dapat
terhindar dari
penyakit hipertensi
atau setidaknya dapat
mengontrol penyakit
hipertensi yang sudah
diderita.

8 Angela Novalia Hubungan antara P : Populasi Instrumen yang Tidak ada Hasil penelitian ini Maret –
Tisa K. kebiasaan penelitian ini di gunakan dalam didapatkan bahwa ada Mei 2012

47
merokok dengan adalah penelitian ini hubungan antara
tekanan darah karyawan laki- adalah mengukur jumlah rokok yang
meningkat laki yang pada tekanan darah pada dihisap, cara
karyawan laki- saat penelitian responden menghisap rokok, dan
laki di nasmoco dilakukan menggunakan lamanya menghisap
semarang. masih aktif spigmomanometer rokok dengan tekanan
Jurnal sebagai Analisis data darah meningkat
Kesehatan karyawan di menggunakan karyawan laki-laki di
Masyarakat, wilayah kerja statistik uji Chi- Nasmoco Semarang
Volume 1, Nasmoco Kota Square. dengan kriteria :
Nomor 2,Tahun Semarang, yang  Jumlah rokok
2012, Halaman berjumlah 700 yang dihisap
241- 250. orang. (p<0,001),
Online di S : sampel yang di  Cara menghisap
http://ejournals1. butuhkan dalam rokok (p=0,003,
undip.ac.id/inde penelitian ini OR=3,938), dan
x.php/jkm adalah sebesar  Lama menghisap
115 responden. rokok (p<0,001,
OR=9,000).
48
9 Siful Nurhidayat Hubungan P : Populasi dalam Instrumen yang di Hasil dari pelelitian April –
Frekuensi penelitian gunakan dalam ini dengan Juni 2018
Merokok adalah seluruh penelitian ini menggunakan
Dengan penduduk laki- adalah penelitian kuantitatif
Kejadian laki di RT menggunakan dengan rancangan
Hipertensi Pada 01/03 Kosioner,lembar cross sectional
Masyarakat. Kelurahan observasi dan menunjukan bahwa
J.K.Mesencephal Mangunsuman pengukuran nilai X2 sebesar
on,Vol 3 Nomor Siman tekanan darah pada 4,686a dengan tingkat
3,April Ponogoro. 30 responden. signifikansi ρ= 0,0038
2013.Hal.129- S : Sampel yang di (a =0,05), dapatkan
135. gunakan dalam Penelitian ini di simpulkan bahwa
penelitian ini merupakan terdapat hubungan
adalah sejumlah penelitian antara frekuensi
30 responden. kuantitatif dengan merokok dengan
rancangan cross kejadian hipertensi Di
sectional. di RT 01/03

49
Kelurahan
Mangunsuman Siman
Ponogoro dengan
keeratan ringan.

10 Susi dan David Hubungan P : populasi dalam I : Intrumen yang Tidak ada Berdasarkan hasil April –
Dwi Ariwibowo antara kebiasaan penelitian ini di gunakan penelitian pada 102 Mei 2019
merokok adalah dalam responden dengan uji
terhadap dilakukan di penelitian ini statistik chi square
kejadian RW 06, adalah didapatkan nilai
hipertensi Kelurahan menggunakan (Pvalue = 0.092)
essensial pada Medan Satria, kosioner dan lebih besar dari nilai
laki-laki usia di Kecamatan mengukur P > 0,005.Maka HO
atas 18 tahun di Medan Satria, tekanan darah di terima dan HA di
RW 06, Kota Bekasi Jenis penelitian tolak.Dapat di
Kelurahan S : Sampel dalam yang dilakukan simpulkan dari
Medan Satria, penelitian ini bersifat penelitian ini
Kecamatan adalah sejumlah observasional menunjukan bahwa
Medan Satria, 102 responden analitik dengan tidak ada hubungan

50
Kota Bekasi. adalah laki-laki metode cross yang bermakna antara
Tarumanagara usia diatas 18 sectional kebiasaan merokok
Medical Journal tahun. dengan kejadian
Vol. 1, No. 2, hipertensi pada laki-
434-441, April laki laki usia di atas
2019 18 tahun di RW 06,
Kelurahan Medan
Satria, Kecamatan
Medan Satria, Kota
Bekasi.

51
B. PEMBAHASAN

1. Gambaran Karakteristik Responden

Dari 10 jurnal yang terdapat pada tabel 1.2 diketahui

bahwa tiap peneliti dalam artikelnya menmbagi responden kedalam

4 karakteristik yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

Ada delapan artikel yang mengkategorikan gambaran karakteristik

responden.

Hasil penelitian Wayan Sudhana (2013), dari 70 responden

menunjukan bahwa sebagian besar pada mayoritas laki- laki

terdapat 60,0% pada kelompok umur 45- 64 tahun terdapat 50,0%

dan sebagian besar responden lebih banyak pada golongan yang

tidak bekerja terdapat 38,6%. Hasil penelitian Nurhidayat (2018),

menunjukan bahwa sebagian besar 83% responden ≥40 tahun dan

sebagian kecil 17% responden <40 tahun, pada pendidikan SD

terdapat 43% sedangkan sebagian besar pada mayoritas pekerjaan

swasta sebanyak 50%. Hasil penelitian Mohammad Sadli (2010)

menunjukan bahwa terdapat pada kelompok kasus paling banyak

(18%) memiliki tingkat umur antara 50-59 tahun dan kelompok

kasus sebagian besar (28%) berpendidikan SMA. Penelitian yang

di lakukan oleh Ariwibowo (2019) menunjukan paling banyak

pada mayoritas kelompok umu 21-30 sebanyak 34.3% pada

karyawan swasta sebanyak 38.2% dan sebagian besar pada

mayoritas SMA/SMA sebanyak 68,6%. Hasil Penelitian Setyanda

52
(2015) menunjukan bahwa mayoritas responden terbanyak terdapat

pada kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 40% dan sebagian besar

pada distribusi pendidikan SMA sebanyak 31%.

Hasil penelitian Santi Martini (2020) menunjukan sebagian

besar responden pada mayoritas usia 18-35 tahun sebanyak 66,6%

dan sebagian besar pada mayoritas laki-laki sebanyak 56,7%. Hasil

penelitian K. Tisa (2012) menunjukan 86% pada kelompok usia

≤40 tahun dan sebagian besar pada karywan laki-laki sebanyak

60%. Sedangkan hasil Penelitian Sidabutar (2020) terdapat

kelompok umur terbanyak adalah 40-49 tahun sebanyak 58% dan

sebagian besar pada laki-laki sebanyak 60% di bandingkan dengan

perempuan hanya 40%.

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan

faktor risiko utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler

seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal

yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan stroke

menjadi dua penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).

Menurut K. Tisa (2012) bahwa faktor risiko terjadinya

hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan

(mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan

faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga,

53
makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat

badan (obesitas) dan kebiasaan merokok.

2. Gambaran Kebiasaan Merokok

Dari 10 jurnal di atas diketahui bahwa tiap peneliti dalam

artikelnya membahas tentang kebiasaan merokok.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sudhana (2013) dari

70 reponden sebagian besar Responden memiliki kebiasaan

merokok sebanyak 32,9%. Sedangkan Responden yang tidak

memiliki kebiasaan merokok sebanyak 67,1%. Hasil penelitian

Setiyanda (2018) dari 92 reponden sebagian besar Responden

memiliki kebiasaan merokok sebanyak 44 Responden (77,2%).

Sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok

sebanyak 16 responden (44,7%). Hasil penelitian yang di lakukan

oleh Sidabutar (2020), dari 81 reponden sebagian besar Responden

memiliki kebiasaan sebanyak 71esponden (87,7%), Sedangkan

responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 10

Resoponden (12,3%) dan sebagian besar terjadi pada mayoritas

umur 40-49 tahun terdapat 58% dengan menghisap merokok <10

batang /hari terdapat 40,0%. Hasil Penelitian Nurhidayat (2018)

dari 30 responden sebagian besar memiliki kebiasaan merokok

sebanyak perokok sedang 63,3%, perokok berat 30% dan perokok

ringan hanya 6,7%. Hasil penelitian Martini (2020) berdasarkan

tabel distribudi frekuensi pada artikelnya mengkategorikan

54
kebiasaan merokok sebanyak 77,7% dan tidak merokok sebanyak

22,2% Orang, sebagian besar 44,5% responden dengan perokok ≥

11 batang/hari pada tingkat 18-35 tahun terdapat 66,6% dan 1-10

batang/hari terdapat 33,3%. Begitu pula Hasil penelitian K,Tisa

(2012) dari 115 responden sebagian besar memiliki kebiasaan

merokok adalah mayoritas perokok sedang sebanyak 75% di usia ≤

40 tahun sebanyak 86% dan sebagian besar perokok filter sebanyak

97% Responden. Hasil penelitian Mohamad Sadli (2010)

berdasarkan tabel distribudi frekuensi pada artikelnya

mengkategorikan kebiasaan merokok responden adalah jumlah

rokok yang di hisap sebanyak 53,9% pada perokok berat dan

menghisap 10 batang/hari, perokok ringan kurang dari 10

batang/hari sebanyak 46,1% responden. Sebagian besar responden

menghisap rokok non filter sebanyak 64,5%, perokok Filter

sebanyak 35,5%. Sebagian besar 63,2% responden dalam

penelitian ini pada kelompok penghisap rokok lama yang

menghisap rokok lebih dari 10 tahun dan pada responden

penghisap rokok baru yang menghisap rokok kurang dari 10 tahun

sebesar 36,8%. Hasil penelitian Ari Wibowo (2019)

mengkategorikan kebiasaan merokok adalah perokok ringan

terdapat 51,0%, perokok sedang 38,2% dan perokok berat terdapat

10,8%. Sebagian besar perokok ≤10 batang perhari terdapat 39,2%,

10-20 batang/hari sebanyak 30,4%, 21-30 batang/hari sebanyak

55
14,7% responden. Numansyah (2019) dari 74 responden sebagian

besar memiliki kebiasaan merokok pada perokok sedang sebanyak

43 responden (58,1%) dan perokok berat sebanyak 31 responden

(41,%). Hasil penelitian Simanjuntak (2019), dari 250 responden,

sebagian besar pemilihan responden kebiasaan merokok adalah

responden perokok berat sebanyak 19,6%, perokok sedang

sebanyak 37,6% Orang, sedangkan perokok ringan sebanyak

42,8% Orang.

Kata merokok berasal dari suku kata rokok, rokok adalah

silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm

yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok

dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar

asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Juliansyah,

2010).

Menurut Hansen (2010) ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi kebisaan merokok seseorang Yaitu faktor biologis

adalah Nikotin didalam rokok terdapat bahan kimia yang berperan

penting pada ketergantungan merokok, faktor Psikologis adalah

merokok berperan untuk meningkatkan konsentrasi,menghilang

rasa ngantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa

persaudaraan, Faktor lingkungan sosial yaitu berpengaruh terhadap

sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok, Faktor

56
sosio- kultural adalah Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat

pendidikan (kurangnya pengetahuan/ informasi),dan faktor

kepribadian yaitu seseorang untuk mencoba merokok karena alasan

ingin tahu dan inigin melepaskan diri dari rasa sakit fisik maupun

jiwa dan membebaskan diri dari ke bosanan.

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau kering yang

dibungkus sehingga berbentuk seperti cerutu. Sebagian besar rokok

mengandung tembakau dan tanaman nicotiana tabacum, nicotiana

rustica dan spesis lainya yang mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan lainnya.

Menurut hipotesis peneliti dari hasil kajian tentang Gambaran

kebiasaan merokok pada perokok, bahwa kebiasaan merokok

adalah suatu aktivitas seseorang yang dengan cara membakar,

menghisap dan menghembuskan keluar yang berupa asap. dimana

asap tersebut dapat beresiko pada diri seorang perokok dan orang

di sekitarnya.

Berdasarkan hasil analisa dari 10 artikel di atas yang

mengulas tentang gambaran kebiasaan merokok, Ada 7 artikel

yang mengkategorikan kebiasaan merokok kedalan 3 kategori yaitu

perokok ringan, sedang dan berat dan 3 Artiel lainnya

mengklasifikan berdasarkan aktif dan pasif.

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya,

57
sehingga rasanya tak enak jika sehari saja tidak merokok. Oleh

karena itu ia akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok,

kemudian merokok. Sedangkan Perokok pasif ialah seseorang yang

tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpakasa harus

menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang

kebetulan ada didekatnya. Dalam keseharian, ia tak berniat dan tak

memiliki kebiasaan merokok. Jika tak merokok, ia tak merasakan

apa-apa dan tak mengganggu aktifitasnya. (Aula 2010)

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari,

kriteria perokok dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Perokok ringan

adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok sekitar 1-10 batang

perhari. Perokok sedang adalah seseorang yang mengkonsumsi

rokok sekitar 11-12 batang per hari. Perokok berat adalah

seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang per hari.

(Sulastiningsih & Arifin, 2017).

Berdasarkan dari kajian 4 jurnal terkait karateristik

responden perokok, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dikatakan

seorang perokok ringan jika menghisap rokok 10 batang per hari,

dikatakan perokok sedang jika menghisap sebanyak <10-20 batang

per hari sedangkan dikatakan perokok berat jika menghisap rokok

sebanyak 20 batang per hari. Merokok sangat dipengaruhi oleh

beperapa faktor seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, gaya

hidup dan lingkungan. Menurut asumsi peneliti juga menerangkan

58
bahwa responden yang berusia 40 tahun ke atas lebih rentan

terjadinya frekuensi merokok sedang dan berat di karenakan

responden telah lama mengkonsumsi dengan aktifitas merokok.

Ada responden yang mengkonsumsi sejak usia remaja yang sampai

saat ini jumlah batang rekok perhari semakin meningkat.

Nikotin menstimulasi otak untuk terus menambah jumlah

nikotin yang dibutuhkan. Semakin lama, nikotin dapat

melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang

menyebabkan jantung diberi peringatan atas reaksi harmonal yang

membuatnya berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras.

Artinya, jantung membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat

terus memompa. Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah

lebih cepat dan meningkatkan resiko serangan jantung. Nikotin

juga memiliki efek yang menyebabkan kecanduan karena dapat

berkaitan reseptor asetikolin yang terdapat pada sistem saraf otak.

Hal ini membuat seseorang bergantungan terhadap nikotin,

penggunaan nikotin melalui merokok menyebabkan efek rasa

senang, euforia sedang, meningkatkan gairah, mengurangi

kelelahan, dan efek relaksasi. Penguatan efek ini memerankan

peran yang penting dalam memulai dan mengatur perilaku

merokok (D’souza & Markou, 2011).

59
3. Gambaran Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilakukan oleh

peneliti dari 10 artikel jurnal menunjukan ada Sembilan (9) artikel

yang mengkategorikan gambaran peningkatan tekanan darah

menjadi hipertensi dan tidak hipertensi.

Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Nurmansyah

(2019), dari 74 responden sebagian besar mengalami tekanan

darah normal tinggi 17 Orang ( 23,0%), hipertensi derajat I

sebanyak 37,8%, dan hipertensi derajat II 39,2% responden.

Gambaran kejadian hipertensi pada penelitian oleh Putri (2019)

dari 250 reponden sebagian besar hipertensi ringan 51,2% orang,

hipertensi sedang sebanyak 42,0%, dan hipertensi berat sebanyak

17 Responden (68.0%). Penelitian yang di lakukan oleh Sidabutar

(2020) dari 81 sampel, responden lebih banyak mengalami

peningkatan tekanan darah tinggi yaitu sebanyak 77 Orang

(95,1%), dan sedangkan sebagiannya responden yang tidak

mengalami peningkatan tekanan darah tinggi 4,9% responden.

Gambaran kejadian hipertensi pada penelitian Nurhidayat (2018),

dari 30 responden terdapat (40%) atau 12 responden mengalami

hipertensi sedang, Sedangkan (26,7% ) atau 8 responden

mengalami hipertensi berat.

Hasil penelitian Mohammad Sadli (2010), dari 38

responden sebagian besar mengalami hipertensi berat 27 responden

60
(71,1%), Hipertensi sedang 11 responden (28,9%). Hasil penelitian

Ariwibowo (2019) dari 102 responden terdapat 7 orang (16.7%)

mengalami hipertensi dan yang tidak mengalami hipertensi

sebanyak 70 orang (68.6%). Hasil penelitian Setyanda (2015) Dari

92 jumlah sampel sebagian besar responden mengalami hipertensi

60 Orang (65,2%) berdasarkan karakteristik umur dijumpai paling

sering pada usia 55-65 tahun dengan jumlah 27 (45%) dari 60

responden hipertensi. sedangkan bila dilihat dari status

perkawinan, kejadian hipertensi tinggi pada responden yang telah

kawin, yaitu sebanyak 59 (98,3%) dari 60 responden hipertensi.

Hasil penelitian Martini (2020), sebesar 20,3% responden memiliki

tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan sebesar 14,8% responden

memiliki tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hasil penelitian

Angela novalia (2012) dari 115 responden terdapat 55 (64,0%)

responden mengalami hipertensi pada umur ≤ 40 tahun, responden

> 40 tahun terdapat 26 (89,7%).Berdasarkan jumlah rokok

terdapat 92,3% responden mengalami hipetensi pada perokok

berat,perokok sedang 61,1% responden mengalami peningkatan

tekanan darah.

Sedangkan ada satu (1) artikel yang mengkategorikan

hipertensi menjadi empat kategori antara lain : hipertensi Normal,

Prahipertensi Hipertensi Derajat 1 dan Hipertensi Derajat 2. Hasil

penelitian Wayan Sudhana (2012) tentang gambaran pada

61
penderita hipertensi dikategorikan menjadi hipertensi Normal

sebanyak 25 atau (35,7) responden, Prahipertensi sebanyak 20 atau

(28,6%) responden, Hipertensi derajat I sebanyak 14 atau (20,0%)

responden dan sedangkan hipertensi derajar II sebanyak 11 atau

(15,7%) responden. Didapatkan bahwa kejadian hipertensi lebih

banyak terjadi pada lakil-aki dengan proporsi sebesar 16 dari 42

responden (38,1%) dibandingkan pada perempuan dengan proporsi

sebesar 9 dari 28 responden (32,1%).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg

(Brunner and Suddarth,2013). Tekanan darah Tinggi atau sering

dikenal dengan hipertensi adalah keadaan di mana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darahnya di atas normal yang

dapat mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga dapat diartikan sebagai

tekanan darah persisten di mana tekanan darah sistoliknya ≥ 140

mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg (Triyanto,

2014).Berdasarkan Klasifikasi tekanan darah atau hipertensi

menurut (Smelzert,at al 2013) adalah seseoarang di katakan

tekanan darah normal jika tekanan darah sistoliknya < 120 mmHg

dan tekanan darah diastolik mencapai < 80 mmHg.

Menurut kesimpulan dari peneliti terkait kejadian

hipertensi bahwa, dikatakan prahipertensi jika tekanan darah

62
sistolik 120-139 mmHg dan diastoliknya 80-90 mmHg, dikatakan

seseorang mengalami hipertensi stadium I jika tekanan darah

sistoliknya mencapai 140-159 mmHg dan tekanan darah

diastoliknya 90-99 mmHg, dan sedangkan dikatakan sesoarang

mengalami hipertensi Stadium II jika tekanan darah sistoliknya

mencapai ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastoliknya mencapai ≥

100 mmHg.

4. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

Dari seluruh jurnal pada tabel analisa artikel/penelusuran

artikel yang di kategorikan bahwa ada hubungan kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi di antaranya :

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sudhana,Dkk (2013)

dari 70 reponden sebagian besar responden perokok mengalami

peningkatan tekanan darah yaitu 72,2% lebih banyak terjadi pada

laki-laki dan pada kelompok umur 65 tahun ke atas. Sedangkan

responden yang tidak merokok dan menderita hipertensi sebanyak

13 responden (27,7%). Menunjukan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Nurhidayat,Dkk (2018),”

Hubungan frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi pada

masyarakat”. menunjukan bahwa dari 30 responden perokok yang

di gunakan dapat diketahui bahwa 12 responden (40%) mengalami

peningkatan tekanan darah sedang, sedangkan 8 responden (26,7%)

63
yang mengalami peningkatan tekanan darah berat. Hasil penelitian

yang di lakukan Numansyah,Dkk (2019),dari 74 sampel didapatkan

sebagian besar responden memiliki kebiasaan merokok dan

mengalami peningkatan tekanan darah tinggi yaitu perokok sedang

mengalami hipertensi derajat I sebanyak 19 responden (%44.2),

hipertensi normal tinggi 13 reponden (30.2), hipertensi derajat II 11

responden (25.6%). Perokok berat mengalami hipertensi derajat II

18 responden (58.1%) , hipertensi derajat I 9 responden (29%).

Hasil analisa dengan uji hipotesis dari merokok dengan hipertensi

menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%

(value < 0,05), menunjukan adanya hubungan yang signifikan

antara merokok dengan hipertensi dimana Value = 0,016 lebih

kecil dari value < 0,05.

Hasil penelitian oleh Putri,Dkk (2019 ),Dari 250 responden

sebanyak 89 responden kebiasaan merokok ringan dengan kejadian

hipertensi ringan sebanyak (69.5%) lebih banyak dibandingkan

dengan kebiasaan merokok sedang dengan kejadian hipertensi

sedang sebanyak 53 responden (50.5%) dan Responden kebiasaan

merokok berat mengalami kejadian hipertensi berat sebanyak 15

responden (88.2%) .Hasil penelitian oleh Martini,Dkk

(2020),sebagian besar pemilihan responden,merupakan 77,80%

responden memiliki perilaku merokok,responden yang mempunyai

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg adalah 20,3% dan responden

64
memiliki tekanan darah distolik ≥ 90 mmHg adalah 14,8 %

responden. Hasil penelitian oleh Sidabutar (2020),dari 81

responden kebiasaan merokok sebagian besar mengalami

peningkatan tekanan darah yaitu 71 responden (87,7%), responden

tidak merokok 7,4% mengalami hipertensi. Hasil penelitian

Mohamad Sadli ( 2010 ) dari 38 sampel sebagian besar mengalami

hipertensi sebanyak 53,9% pada perokok berat, sebagian besar

mengalami hipertensi sebanyak 63,2% pada penghisap perokok

lama dan perokok baru 36,8% sedangkan berdasarkan jenis rokok

yang di hisap terdapat 64,5% mengalami hipertensi pada perokok

Non filter dan perokok filter sebanyak 35,5%. Menunjukkan bahwa

variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah

jumlah rokok yang dihisap,lama menghisap rokok, jenis rokok

yang dihisap mempunyai hubungan dengan kejadiaan hipertensi.

Hasil penelitian Ariwibowo (2019) menunjukan bahwa sebagian

besar reponden perokok ringan mengalami hipertensi sebanyak

51,%,lamanya merokok 10-20 Tahun mengalami hipertensi

sebanyak 30,4% dan sedangkan sebagian besar jumlah rokok yang

dihisap mengalami hipertensi sebanyak 42,2%. Tidak didapatkan

hubungan bermakna antara kebiasaan merokok,lamanya merokok,

jumlah rokok dan jenis rokok terhadap kejadian hipertensi

essensial, Tetapi secara epidemiologi didapatkan hubungan antara

65
kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi essensial yang

memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi.

Hasil penelitian Setyanda (2015) menunjukan bahwa ada

hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi yang dapat

dipengaruhi oleh lamanya merokok >20 tahun mengalami

hipertensi sebanyak 78,6%, sebagian besar responden perokok non

filter mengalami hipertensi sebanyak 88,8% dan sebagian

responden kebisaan merokok mengalami hipertensi sebanyak

77,2% di bandingkan dengan responden tidak merokok hanya 54,7

mengalami hipertensi. Dapat di simpulkan bahwa terdapat

hubungan antara kebisaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada LakiLaki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang. Hasil peneltian

K,Tisa (2012) menunjukan bahwa dari 115 responden perokok

sebagian besar responden mengalami tekanan darah meningkat

sebanyak 81,3% pada perokok sedang dan responden perokok lama

79,7% mengalami peningkatan tekanan darah. Hal ini menunjukan

bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi yang dapat di sebabkan oleh faktor lamanya

merokok dan jumlah rokok yang di hisap pada laki-laki Di

Nasmoco Semarang.

Merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat

kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak

66
lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses

aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,

dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya

aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada

penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko

kerusakan pada pembuluh darah arteri (Aula, 2010).

Menurut Nuraini (2015) bahwa faktor risiko yang memicu

terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor yang tidak

dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak

dapat dikontrol meliputi usia, jenis kelamin, dan keturunan

(genetik). Faktor yang dapat dikontrol meliputi kegemukan

(obesitas), stress, konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi garam

berlebihan, aktivitas fisik, diet yang tidak seimbang dan merokok.

Berdasarkan konsep teori bahwa merokok adalah salah satu

dari beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Ada faktor

lain yang mempengaruhi tekanan darah tinggi atau hipertensi

antara lain usia, jenis kelamin, genetik, mengkonsumsi alkohol dan

konsumsi garam berlebih.

Sejalan dengan hasil penelitian Sulastri Delmi,Dkk (2012),Yang

berjudul hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada

masyarakat Minangkabau Kota Padang. Dari 204 jumlah sampel

menunjukan bahwa lebih dari separuh penderita hipertensi yang

mengalami obesitas sebanyak 56,6% dan sebagian besar obesitas

67
sentral sebanyak 54,9%. Terdapat hubungan antara obesitas dengan

kejadian hipertensi. Begitu pula hasil penelitian dari Asfri

Rahmadeni (2019) “ hubungan stres dengan kejadian hipertensi Di

wilaya Puskesmas Sei Pancur Kota Batam. Dari 61 responden

didapatkan bahwa mayoritas dengan tingkat stres sangat berat

sebanyak 40 responden (91,8%) mengalami hipertensi. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres

dengan kejadian hipertensi Di Puskesmas Sei Pancur Kota Batam.

Menurut konsep teori dari hasil kajian artikel jurnal terkait

dengan kebiasaan merokok dengan kejadian hipetensi peneliti

menyarankan : Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya

mengurangi konsumsi rokok khususnya rokok-rokok yang non

filter, perokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat lama merokok

dan upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-

faktor risiko hipertensi hendaknya dilakukan secara terus-menerus

baik oleh pemerintah maupun instansi terkait untuk menurunkan

kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang

memiliki resiko kematian tinggi.

68
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian dari 10 artikel (jurnal) kebiasaan

merokok,terdapat 10 artikel mengkategorikan kebisaan ke dalam dua

kategori yaitu merokok dan tidak merokok dan terdapat 7 jurnal yang

mengkategorikan merokok ke dalam 3 kategori yaitu perokok ringan,

sedang, dan berat. Responden yang memiliki kebisaan merokok paling

banyak adalah perokok berada pada kategori berat dan sedang dan rata-

rata mengkonsumsi 10 batang/hari dan sebagian besar berada pada

perokok laki-laki. Sedangkan hipertensi dikategorikan ke dalam 2

kategori yaitu hipertensi dan tidak hipertensi dan 3 kategori yaitu

hipertensi derajat ringan, sedang dan berat. Sebagian besar responden yang

mengalami penyakit hipertensi berada pada hipertensi derajat sedang dab

berat. Hasil analisa 10 artikel (jurnal) menunjukan bahwa ada hubungan

antara kebisaan merokok dengan kejadian hipertensi.

B. SARAN

1. Bagi Institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan menambah literatur tentang hubungan

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi serta bahan masukan

dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap hipertensi akibat

kebisaan merokok.

69
2. Bagi Institusi Pelayanan kesehatan

Hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat

mengakibatkan berbagai komplikasi penyakit kardiovaskuler sehingga

membutuhkan perhatian mendalam dari pihak tenagakesehatan. Penulis

berharap melalui penelitian ini, hal-hal yang mengacu atau menjadi

faktor resiko pada terjadinya penyakit hipertensi dapat diperhatikan

secara maksimal oleh pihak tenaga kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang hubungan kebisaan

merokok terhadap kejadian peningkatan tekanan darah.

4. Bagi Peneliti Sendiri

Menambah wawasan serta pengetahuan dalam melaksanakan

penelitian, yang berkaitan dengan hubungan kebisaan merokok

dengan kejadian hipertensi.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian pustaka membutuhkan banyak referensi, selain yang

didapatkan secara online (daring) juga secara offline (luring), yakni

dengan menelusuri artikel jurrnal. Peneliti selanjutnya dapat

menambahkan jumlah artikel penelitian yang ingin dikaji baik artikel

dari jurnal nasional maupun jurnal internasional.

70
DAFTAR PUSTAKA

Angoes, dkk, (2010) Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC.

Aspiani,Reny Yuli.2014. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan

gangguan kardiovaskuler:aplikasi NIC&NOC. Jakarta : EGC

Aula, L. E. (2010). Stop Merokok (Sekarang atau Tidak Sama Sekali).

Yogyakarta: Garailmu.

Asfri Sri Rahmadeni,Dkk (2018), Hubungan stres dengan kejadian hipertensi

di wilayah kerja puskesmas sei pancur kota batam.

Jurnal Sehat Mandiri, Volume 14 No 1 Juni 2019

Brunner, Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :


ECG.
Brunner & Suddarth, (2013).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2.Jakarta EGC.
Broker,(2009) Ensiklopedia Keperawatan. Editor Edisi Bahasa Indonesia

Estu Tiar. Jakarta EGC

Candra Dewi,D.I(2012).Pengaruh SMS (Short Message Service) dan

Konseling Berhenti merokok selama 2 bulan terhadap pengetahuan

dan perilaku merokok ada siswa di SMA Muhamadya 3 Yogyakarta.

D’souza & Markou (2011). Mekanisme saraf yang mendasari perkembangan

ketergantungan nikotin : Implikasi untuk merokok baru-pengobatan

penghentian. Ilmu kecanduan & praktik klinis. Vol. 5. Hal. 4-16.

Delmi Sulatri,(2015).Hubungan Merokok dengan kejadian hipertensi Pada

Laki-laki Usia 35-65 Tahun Di kota Padang. Jurnal kesehatan

Andalas.Vol.4

71
Delmi Sulastri,Dkk (2012), hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi

pada masyarakat etnik minangkabau di kota padang. Majalah

Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012

Dinkes,2017.Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Tahun

2017.

Fithri Dzakiyyah Ayuni Azahra Dwi,”Jenis Penelitian”, (On-Line),tersedia

dihttps://hidrosita.wordpress.com (5Agustus2017)

Gumus, A., Kayhan, S., Cinarka, H., Sahin, U. (2013). The Effect of Cigarette

Smoking on Blood Pressure and Hypertension. ABCmed, 1:7-9.

Hanata, Y. (2011). Deteksi Dini dan Pencegahan 7 Penyebab Mati Muda..

Haryanto,Rini,Dkk.(2015).Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah1Dengan

Diagnosis NANDA Internasional.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Marzali,A.(2017). Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA : Jurnal Etnografi

Indonesia.Volume1,No2. https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613.

Diakses 22 November 2020

Martini, Santi dan Hendrati, Y.L. 2011. Age Initiation of Smoking is an

Increasing Factor For The Risk of Hypertension Development : The

Odds Ratio of I he Development of Hypertension Based on Smoking

Pattern. Jurnal Kedokteran Yarsi.'\4 (3): 191-198.

Irene Megawati Umbas,dkk (2013). Hubungan Antara Merokok Dengan

Hipertensi Di Puskesmas Kawangkoan.Diakses dari e-Journal

Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Mei 2019.

72
Juliansyah,dkk.2010.Perilaku Merokok pada Remaja.(Oneline) Tersedia

dihttp://fajarjuliansyah.about-psshycology-and

counseling.html.Diakses pada 29 Januari 2012

Junaedi,Edi,Sufrida.Y,dan Gusti (2013).Hipertensi Kandas Berkat

Herbal.Jakarta Fmedia( Import Argo Media Pustaka).

Kurniasih, H., Widjanarko, B., & Indraswari, R. (2016). Pengetahuan Dan

Sikap Mahasiswa Tentang Upaya Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

(Ktr) Di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Kesehatan Masyarakat, Volume4,1005–1013. Https://Doi.Org/(Issn:

2356-3346)

Kemenkes RI (2013). Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Nusa Tenggara

Timur

Kowalak JP, W Mayer Weish,. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa

oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2014). Infodatin. Pusat data dan informasi kementerian

kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta. Diakses Mei 4 2017

Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan. 2013:88-90

Kementrian Kesehatan Ri, (Kemenkes). (2017). Hidup Sehat Tanpa Rokok.


Jakarta: Germas.

Le Mone, (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ganngguan


Respirasi. Jakarta : EGC
Lushniak, R. A. B. D. (2014). Let’s Make The Next Generation Tobacco

Free. Retrieved From


73
Http://Www.Surgeongeneral.Gov/Library/Reports/50-Years-Of

Progress/FullReport.Pdf%5cnhttp://Www.Cdc.Gov/Tobacco/Data_S

tatistics/Sgr/50thAnniversary/Index.Htm 12 februari 2020. Jam

18.00

Latifah, L., & Ritonga, I. (2020). Systematic Literature Review ( SLR ):

Kompetensi Sumber Insani Bagi Perkembangan Perbankan Syariah

Di Indonesia Daya. Journal of Islamic Economics and Banking.

Volume 2, No 1 . Diakses dari http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jieb.

Diakses 22 November 2020.

Moch Taufik,dkk. Hubungan Kebiasaan Merokok Dan Obesitas Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Remaja Usia 15-19 Tahun Dikelurahan

Dayen Peken Ampenan Mataram

Marzali, A.(2017).Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA  : Jurnal Etnografi

Indonesia.Volume1,No2. Diakses dari

https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613. Diakses 22 November

2020.

Mohammad,dkk (2010).Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia 40 Tahun Keatas Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tegalgubuk Kecamatan Arjawinangun

Kabupaten Cirebon Tahun 2010.Diakses dari Jurnal Kesehatan

Kartika

74
Mills, K. T. et al. (2016). Global Disparities of Hypertension Prevalence and

Control. Circulation, 134, pp. 441-450.

Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. Medical Journal of

Lampung University, 4(5), pp. 10-19.

Putu Arya Narayan,dkk (2013). Gambaran kebiasaan Merokok Dan Kejadian

Hipertensi Pada Masyarakat Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas

Pekutatan I Tahun 2013

Rudianto,Budi F.(2013).Melakukan Hipertensi dan Diabetes :

Mendeteksi,mencegah dan mengobati dengan cara medis dan

herbal,Yogyakarta:SAKKHASUKMA

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien

DenganGangguanSistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan

Universitas Muhammadiyah Malang.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2017). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2017.

Smeltzer, et al (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan

Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.

Semiawan, C.R. (2010). Metode penelitian kualitatif. Jakarta. EGC

Triyanto, dkk (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi

Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.


75
Sulatri, Delmi dkk. 2011. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang Di Puskesmas

Kawangkoan.

Sulastiningsih, E., & Arifin, M. Z. (2017). Peningkatan Leukosit Sebagai

Skrining Terjadinya Aterosklerosis Pada Perokok Aktif. Insan

Cendekia, Volume 5 N, 48– 55

Suheni Y.Hubungan Antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada pria Usia 40 tahuan keatas Dibadan rumah sakit Daerah

CEPU.universitas Negri Semarang.2013.

Tawbariah, L., Apriliana, E., Wintoko, R., Sukohar, A., 2014. The Corelation

of Consuming Cigarette with Blood Pressure of The Society in

Pasaran Island Kota Karang Village East Teluk Betung Sub-District

Bandar Lampung. Medical Journal Of Lampung University. Vol 3.

World Health Organization. (2011). The Global Burden Of Disease:

Geneva:WHO Library Cataloguing in-Publication Data.

WHO.2018. Global Health Estimates 2016: Deaths by Cause, Age, Sex, by

Country and by Region,2000-2016. Geneva: World Health

Organization.

WHO.2013. World Health Day 2013: Measure Your Blood Pressure, Reduce

Your Risk. Di ambil dari : http://www.who.int. dia12 Mei 2015

Yashinta Octavian Gita Setyanda,dkk (2015). Hubungan Merokok dengan

Kejadian Hipertensi pada LakiLaki Usia 35-65 Tahun di Kota

Padang diakses dari Jurnal Kesehatan Andalas. 2015


76

Anda mungkin juga menyukai