Anda di halaman 1dari 18

STANDAR PEMBIAYAAN PERENCANAAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM
Oleh; Indra Syahputra. S.Pd.I.M.A.1

ABSTRAK
Standar pembiayaan perencanaan pendidikan perspektif pendidikan Islam
merujuk pada surat al-Mujadilah ayat 12-13, yang konotasinya menggambarkan
bahwa biaya pendidikan merupakan konsep pembangunan agama, melalui biaya
pendidikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan eksistensi lembaga pendidikan
agar menopang hidup dan kehidupan peserta didik dalam proses belajar-mengajar.
Capain akhirnya adalah membangun karakter peserta didik melalui binaan/instansi
pendidikan. Standar pembiayaan perencanaan pendidikan perspektif pendidikan
Islam dalam surat al-Mujadilah ayat 12 memberikan pelajaran kepada kita bahwa
pendidikan itu tidak gratis, akan tetapi membutuhkan dukungan finansial, bahkan
dalam sebuah riwayat berkaitan dengan ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan
itu jangan terlalu murah. Dalam ayat ini memberikan persyaratan kepada kaum
muslimin yang hendak bertanya (belajar) kepada Rasulullah saw. untuk
mengeluarkan sedekah kepada fakir miskin. Mengeluarkan sedekah dalam ayat ini
bisa diasumsikan sebagai biaya pendidikan yang harus dikeluarkan seseorang
yang mencari ilmu. Syarat mengeluarkan sedekah dalam ayat ini mempunyai
tujuan, yaitu untuk mencegah kaum Muslimin bertanya secara berlebihan atau
terlalu sering bertanya.Dalam realita dunia pendidikan, dana pendidikan yang
dibebankan kepada para peserta didik bertujuan untuk mengikat para peserta didik
agar mereka belajar secara sungguh-sungguh dengan asumsi bahwa mereka akan
merasa rugi kalau tidak belajar dengan sungguh-sungguh setelah mereka
mengeluarkan biaya harus mereka bayar. Dalam surat al-Mujadilah ayat 13 juga
memberikan penjelasan khususnya bagi mereka yang memangku tanggung jawab
dalam pengelolaan pendidikan. Dalam ayat ini Allah swt. memberikan keringanan
kepada kaum Muslimin yang ingin belajar kepada Rasulullah saw. tapi mereka
tidak mampu untuk memberi sedekah kepada fakir miskin, maka Allah swt.
memberikan keringanan berupa penggantian kewajiban dengan mendirikan shalat,
atau membayar zakat dan ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam sejarah
pendidikan di Indonesia, maka konsep yang diajarkan dalam surat al-Mujadilah
ayat 12-13 ini telah diterapkan oleh lembaga pendidikan Pesantrena tradisional.

Kata Kunci; Standar Pembiayaan Pendidikan, Pendidikan Islam, Surat al-


Mujadilah ayat 12-13

1
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Jam’iyah Mahmudiyah Tanjung Pura

1
A. Pendahuluan
Berbicara tentang standar pembiayaan perencanaan pendidikan dalam
konteks pendidikan agama Islam merupakan esensi dari pembangunan pendidikan
yang bermuhasabah kepada pembangunan sistem manajemen. Pendidikan
merupakan hak setiap warga negara Republik Indonesia dari jenjang terendah
pendidikan usia dini hingga jenjang tertinggi yakni jenjang doktoral. Untuk
meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas yakni manusia yang
beriman, bertakwa serta memiliki akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, pemerintah berusaha dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional yang diatur dalam perundang-undangan. Turunan dari
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional kita telah memiliki Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang telah digulirkan oleh pemerintah dalam PP No.
19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan tersebut merupakan kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). SNP ini digulirkan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, agar sejalan dengan kebutuhan masyarakat, akselerasi ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
Ada 8 standar nasional pendidikan dalam PP No. 19 Tahun 2005, 4 standar
mengalami penataan ulang yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses dan standar penilaian sebagaimana dituangkan dalam PP No. 32 Tahun
2013. Adapun 4 standar yang lain tidak mengalami perubahan Mutu pendidikan
akan tercapai apabila 8 standar nasional pendidikan dapat terpenuhi dan
diupayakan dengan baik secara menyeluruh, dengan demikian mutu pendidikan
tidak dapat dicapai jika hanya mengedepankan salah satu dari 8 standar nasional
pendidikan. Sinergitas dan upaya secara simultan mutlak diperlukan, karena 8
standar nasional pendidikan merupakan satu sistem.
Pembiayaan atau pendanaan dalam sebuah perencanaan pendidikan adalah
sebuah elemen penting bagi terselenggaranya proses belajar mengajar,
pembiayaan dalam pendidikan berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program pendidikan yang dilaksanakan. Pembiayaan diperlukan untuk
pengadaan alat-alat, gaji guru, pegawai, dan aktivitas dan kegiatan dalam institusi.

2
Selain itu pembiayaan perencanaannya digunakan untuk meningkatkan mutu
proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Islam sebagai salah satu ajaran yang menjunjung tinggi masalah
pendidikan tentu saja telah memiliki pegangan dan aturan berkaitan dengan
pembiayaan pendidikan, masalah pembiayaan dalam ajaran Islam tidak dapat
dilepaskan dari sumber ajaran Islam yaitu Alquran, salah satu ayat yang berkaitan
dengan pembiayaan pendidikan adalah surah al-Mujadilah ayat 12-13. Dalam
makalah ini penulis membatasi pembahasan pada salah satu standar nasional
pendidikan yaitu standar pembiayaan, yang meliputi sumber pembiayaan, jenis-
jenis pembiayaan, serta permasalahan-permasalahan dalam perencanaan
pembiayaan dan dalam realisasi pembiayaan di lapangan. Dalam makalah ini
penulis membatasi pembahasan pada salah satu standar nasional pendidikan yaitu
standar pembiayaan, yang meliputi konsep dasar sumber pembiayaan, Prinsip
pembiayaan, serta permasalahan-permasalahan dalam perencanaan pembiayaan
dan dalam realisasi pembiayaan di lapangan serta teori dan faktor yang terkait
dengan analisis kebijakan pendidikan dan analisis kritis untuk menjadikan bahan
pengembangan kreatif dan inovatif pendidikan Islam yang bermutu

B. Konsep-konsep dasar dalam Pembiayaan Perencanaan Pendidikan


Pembiayaan perencanaan pendidikan sebagai “sesuatu” yang seharusnya
ada tidak dapat dipahami tanpa mengkaji konsep-konsep yang mendasarinya. Ada
anggapan bahwa membicarakan pembiayaan pendidikan tidak lepas dari persoalan
“ekonomi pendidikan”. Bahkan secara tegas Mark Blaugh mengemukakan bahwa
“ The Economics of Education is a branch of Economies”. Jadi dapat dikatakan
menurut pandangan ini, bahwa pada dasarnya pembiayaan pendidikan itu
merupakan bagian atau cabang dari ilmu ekonomi, sebab pembiayaan pendidikan
(yang dikhususkan oleh M Blaugh sebagai the costing and financing of school
places merupakan bagian permasalahan ekonomi pendidikan. Namun demikian,
Mark Blaugh antara lain mengemukakan “The Economics of education is only
part of the story of any educational issue”. Pandangan tersebut didasarkan pada
suatu keyakinan bahwa dikemukakan oleh Blaugh, mempelajari ekonomi

3
pendidikan lebih mendalam tidak akan dicapai tanpa mempelajari disiplin-disiplin
yang berdekatan yang concern terhadap the multiple consequences of schooling.
Biaya pendidikan akan ditentukan oleh komponen kegiatan pendidikan
meliputi pengadaan sarana dan prasarana, dan biaya satuan. Menurut pendekatan
sistem, biaya merupakan suatu unsur yang menentukan dalam mekanisme
penganggaran, penentuan biaya akan memengaruhi tingkat efisiensi dan
efektivitas kegiatan dalam suatu organisasi yang akan mencapai suatu tujuan
tertentu. Kegiatan yang dilaksanakan dengan biaya rendah dan hasilnya
mempunyai kualitas yang baik, kegiatan tersebut disebut dengan efisien dan
efektif. Pendekatan mutu analisis dan alokasi biaya yang memfokuskan pada
peningkatan mutu PBM, walaupun dalam hal ini membatasi jumlah pelajar.
Menurut analisis Nanang Fattah dan hasil kajian Bank dunia menunjukkan bahwa;
“Investasi pendidikan sebagai kegiatan inti pengembangan SDM terbukti
telah memiliki sumbangan yang sangat signifikan terhadap tingkatan
keuntungan ekonomi. Berdasarkan temuan studi tersebut bahwa
keuntungan ekonomi (rate of return) investasi pendidikan ternyata lebih
tinggi daripada investasi fisik dengan membandingkan rata-rata 15,3%
dan 9,1% ini berarti bahwa investasi pendidikan bagi suatu bangsa atau
daerah merupakan upaya yang menguntungkan, baik secara sosial
maupun secara ekonomis, yaitu dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah”.2

Untuk menentukan apakah penyelenggara perencana pendidikan memberi


keuntungan, kepada individu maupun daerahnya perlu dilakukan analisis biaya
pendidikan. Tujuan analisis dalam biaya pendidikan adalah untuk;
1) Menganalisis investasi dalam pendidikan dan
2) Mempelajari hubungan antara keuntungan dari sekolah dan investasi
pendidikan.
Semua komponen yang mendukung kegiatan pendidikan tersebut harus
dihitung unit cost dengan dasar perhitungan student enrolment, siswa terdaftar
resmi, unit cost dari student place untuk memperhitungkan sarana dan prasarana
pendidikan. Total cost of education adalah biaya toal seluruh unsur pendidikan.

2
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Rosda karya, 2000), h. 79.

4
Jadi cost adalah perhitungan atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang terkait dalam pendidikan. Pada dasarnya pembiayaan
pendidikan menurut Zymelman masih merupakan lapangan kajian yang luas,
sejarah menunjukkan bahwa belum ada pola yang standar untuk pengelolaan
pembiayaan pendidikan, kecuali memperbesar pembiayaan perencanaan serta
menambah kesadaran Negara akan tanggung jawab dalam pendidikan.3Terdapat
beberapa konsep ekonomi yang melandasi dalam dunia pendidikan terutama
dalam pembahasan tentang konsep-konsep ekonomi yang melandasi pembiayaan
perencanaan pendidikan.4
1. Konsep Suply-Demand
Konsep ini tidak dapat dilepaskan dari teori keseimbangan. Penerapan
konsep ini dalam pembiayaan pendidikan terutama dalam hubungannya
dengan mengkaji program-program pendidikan terutama berkenaan
dengan analisis kemungkinan adanya surpluses ataupun shortages yang
terlalu besar. Analisis mengenai supply terutama berkaitan erat dengan
kemampuan penyediaan tenaga oleh lembaga pendidikan. Sedangkan
analisis demand berkaitan dengan besarnya kebutuhan atau permintaan
tenaga yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan melalui program-program
tertentu. Konsep ini dalam hubungannya dengan pembiayaan pendidikan
terutama tampak dalam analisis mengenai keseimbangan antara besarnya
permintaan terhadap hasil-hasil pendidikan. Dengen mengetahui berapa
besar tingkat elastisitas implikasinya ialah administrator pendidikan dapat
memperkirakan berapa besar output yang harus diusahakn agar dapat
memenuhi permintaan. Lebih lanjut, dengan dasar analisis ini dapat pula
diprediksi berapa input yang “seharusnya” diproses untuk mendapatkan
hasil (output) yang dibutuhkan. Dengan demikian, pertimbangan-
pertimbangan ini akan menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan-

3
Mannel Zymelman, Financing and Effiensiency in Education (Boston; Harvard University, 1973),
h. 34.
4
Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan Cet. I Edisi
Revisi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 129.

5
kebijakan pendidikan yang pada akhirnya akan berhubungan dengan
pembiayaan perencanaan pendidikan.

2. Konsep Biaya untuk Pengambilan Keputusan


Untuk menghitung biaya secara tepat, maka dapat menampilkan biaya
apakah yang seharusnya ada untuk pembuatan produksi dan hal ini
merupakan suatu perhitungan biaya standar. Biaya standar merupakan
subjek terhadap perbaikan, apabila terdapat suatu perubahan dalam tingkat
harga-harga bahan dan upah atau apabila terdapat perubahan dalam metode
pabrik atau dalam penggunaan mesin. Biaya standar memberikan kepada
manajemen ukuran yang paling baik tentang pelaksanaan kerja dalam
proses produksi yang paling efisien. Untuk menghitung biaya standar,
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut;
1) Menentukan kategori biaya, pada langkah ini dihitung berapa jumlah biaya
yang termasuk dalam unsur-unsur biaya yang seharusnya ada
2) Menghitung ketidakefisienan, pengeluaran yang tidak termasuk dalam
kategori unsur-unsur biaya dimasukkan dalam pemborosan akan
menghasilkan biaya standar
C. Kebijakan Pemerintah
Setiap warga Negara berhak mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah
wajib membiayainya. Kemudian Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional (UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2 dan 4).5
Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. (Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab VIII Wajib Belajar
pasal 34 ayat 2). Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat (pasal 46). Sumber pendanaan
pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan

5
Undang-undang Dasar 1945, Amandemen I,II,III dan IV (Jakarta: Pustaka Sandro Jaya).

6
keberlanjutan (pasal 47). Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik (pasal 48). Pemerintah
(pusat maupun daerah) h/arus mengalokasikan minimal 20% anggarannya untuk
keperluan sektor pendidikan di luar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
(pasal 49).
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dimana masyarakat yang
dimaksud meliputi: penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat; peserta didik, orang tua atau wali peserta didik; dan pihak lain yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan pasal 2 ayat 1 dan 2) sebagaimana dalam UUD’ 1945 Amandemen I,
II, III, IV.
Dalam RAPBS, peranan pemerintah sangat menonjol dalam pembiayaan
pendidikan di sekolah Negeri, meliputi 83% di SD, 81% di SLTP, 78% di SMU,
79% di SMK. sekitar 95-99% dari dana pemerintah tersebut digunakan untuk
membayar gaji guru/pegawai. Namun RAPBS tidak dapat sepenuhnya
mencerminkan beban pembiayaan pendidikan, karena cakupannya hanya untuk
dana yang dikelola oleh sekolah. Dalam kenyataannya,, bila dihitung dari total
biaya persiswa yang memungkinkan mereka dapat mengikuti proses pendidikan di
Sekolah, peran pemerintah dalam pembiayaan pendidikan hanya meliputi 19-
30%,6 sedangkan dana masyarakat (selain orang tua siswa) dan sumbangan
lainnya hanya memberikan kontribusi 1-4 %, dan sebagian besar yaitu 68-80%
ditanggung oleh keluarga.
Jumlah ini pun belum mencakup harga kesempatan (opportunity cost,
forgone, earning), yaitu hilangnya kesempatan anak untuk memperoleh
pendapatan atau melakukan hal-hal lain yang produktif dan berguna bagi
keluarganya (misalnya membantu orang tua) karena ia/mereka bersekolah. Dalam
kaitan ini, tidak benar pula anggapan yang menyatakan bahwa sekolah (kepala
6
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah; Rujukan bagi Penetapan
Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan Manajemen Berbasis Sekolah Cet. IV
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h. 223.

7
sekolah dan guru) mengambil keuntungan dari dana keluarga yang besar untuk
pendidikan tersebut, karena hanya sekitar 25% di SD dan SLTP, 24% di SMU, dan
34% di SMK yang disalurkaln melalui sekolah, sedangkan selebihnya
dibelanjakan langsung oleh para siswa (tanpa melalui sekolah).7
D. Sumber-sumber pembiayaan dalam Standar Pembiayaan Perencanaan
Pendidikan
Pembiayaan dalam perencanaan pendidikan berdasarkan Undang-Undang
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 46 ayat (1) tentang sumber pendanaan
pendidikan yakni:
a. Pemeritah Pusat, yang bersumber pada APBN, minimal 20 %, yang
dialokasikan sebagai dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan
b. Pemerintah Daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, yang bersumber
pada APBD, minimal 20 %
c. Masyarakat, yang meliputi sumbangan pendidikan; hibah; wakaf; zakat;
pembayaran nadzar; pinjaman; sumbangan perusahaan; keringanan dan
penghapusan pajak pendidikan dan penerimaan lain yang sah dan halal.
b) Masyarakat dapat berpartisifasi dalam aspek pembiayaan pendidikan
hanya sebagai partisipan artinya apabila ada kebutuhan yang tidak terkaper
oleh dana BOS atau bantuan dari pemerintah, yang bersifat mendesak dan
penting, maka Komite Sekolah dapat berperan untuk mencari investor
dalam pemenuhan pembiayaan pendidikan dengan cara-cara yang sah
secara hukum
E. Jenis-jenis Pembiayaan dalam Standar Pembiayaan Perencanaan
Pendidikan
Standar pembiayaan perencanaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia dan modal kerja tetap. Biaya
personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Yang

7
Ibid, h. 223.

8
termasuk dalam biaya personal antara lain pakaian seragam, transportasi, buku
pribadi dan sumber, konsumsi dan akomodasi. Biaya operasi satuan pendidikan
meliputi: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji; (2) bahan atau peralatan habis pakai; (3) biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan
sebagainya. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 69 Tahun 2009, berdasarkan usulan BNSP.
Menurut PP No. 32 tahun 2013 Standar Pembiayaan Pendidikan adalah
kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal.
a. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
b. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
1) Gaji pendidik, tenaga kependidikan dan segala tunjangan yang melekat
pada gaji,
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
3) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya
Standar Pembiayaan Pendidikan diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi
Nonpersonalia Tahun 2009 untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI),
sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah
dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan
sekolah menengah atas luar biasa (SMALB). Hal ini bisa dilihat dalam daftar
lampiran.

9
F. Landasan Hukum Standar Pembiayaan Perencanaan Pendidikan
Landasan hukum merupakan dasar dari peraturan yang dikukuhkan oleh
pemerintah atau penguasa sebagai alas dan dasar operasional perundang-undangan
yang berlaku. Landasan hukum standar pembiayaan pendidikan di Indonesia
berdasar kepada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003,
Bab XIII, yakni;
a. Pasal 46 (1) : Pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
b. Pasal 46 (2): Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab
menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31
ayat (4) UUD Negara RI Tahun 1945.
c. Pasal 46 (3): Ketentuan mengenai tanggungjawab pendanaan pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
d. Pasal 47 (1): Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan
prinsip keadilan, kecukupan dan berkelanjutan.
e. Pasal 47 (2) :Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat
mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Pasal 47 (3) : Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayt (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
g. Pasal 48 (1) : Pengelolaan dana pendidikan berdasar pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik.
h. Pasal 48 (2) : Ketentuan mengenai pengelolaan dana pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di

10
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). SNP ini
lahir dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
G. Standar Pembiayaan Perencanaan Pendidikan dalam Perspektif Islam
Sekolah memerlukan dana. Dana itu diperlukan untuk (1) pengadaan alat-
alat, (2) Gaji guru dan pegawai dan (3) pemeliharaan alat-alat. Mungkin masih
perlu ditegaskan bahwa investasi dalam bidang pendidikan adalah investasi yang
sangat menguntungkan. Bagi Negara, investasi dalam bidang pendidikan akan
menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan Negara.
untuk menghasilkan tenaga kerja tersebut tidak ada jalan lain yang lebih tepat
dilalui selain mengadakan investasi dalam bidang pendidikan. 8 Bagi yayasan yang
menyelenggarakan sekolah, investasi dalam bidang pendidikan mempunyai arti
yang lain. Dengan pendidikan itu mereka dapat menyebarluaskan ide-ide yang
diyakini mereka kebenarannya, dapat mendidik tenaga kader organisasi.Lihatlah
Muhammadiyah. tersebar luasnya Muhammadiyah bukan terutama karena jasa
tabligh, rumah sakit, atau rumah yatim, tersebar luasnya Muhammadiyah sebagian
besar, kalau tidak seluruhnya, adalah karena jasa sekolah-sekolah yang didirikan
dan diasuh oleh organisasi itu. Jika demikian, tidak ada istilah “mahal” dalam
investasi di bidang pendidikan.
Dalam dimensi pendidikan agama Islam, Allah swt. mengajarkan manusia
untuk mengenal Allah swt. melalui perwujudan ubudiyah (beribadah)
sebagaimana dalam firman-Nya;

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-

Ku. (surat adz-zariyat; 56)

Dari pengertian ayat di atas adalah bahwa manusia diperintahkan untuk


menyembah Allah swt. dengan menyembah atau beribadah kepada-Nya, hal ini
merupakan bukti jati diri manusia sebagai ábd Allah swt. Pengabdian diri di atas
dalam standar pendidikan membutuhkan aktualisasi dukungan. Pengabdian diri
tersebut tidak hanya dikembangkan dalam bentuk ibadah di masjid tapi juga
8
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Cet.I (Bandung; PT Remaja Rosda
Karya. 1992), h. 97.

11
ibadah di sekolah. Dengan mendidik peserta didik di sekolah merupakan bukti
ibadah (karena memberi ilmu itu hukumnya wajib selain dari mencari ilmu).
Konseptual pendidikan tersebut membutuhkan dukungan. Dukungan tersebut
berupa dana dan pendanaan/pembiayaan. Agar perkembangan proses mutu
pendidikan berjalan dengan baik dan lancar. Manusia diperintahkan Allah swt
untuk bangkit dari keterpurukan, kebodohan, kemiskinan. Sebab penyakit ini
merupakan bukti mundurnya modernitas umat Muslim. Oleh karena demikian,
dalam surat al-Muddasir dinyatakan bahwa;

1. Hai orang yang berkemul (berselimut),


2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
Penulis menginterpretasikan (mentafsirkan) bahwa surat al-Muddasir di
atas adalah bentuk perintah Allah swt. kepada umat muslim berseru kepada
kebangkitan era pendidikan. Memulai pendidikan itu harus diawali dengan
bangkitnya hati. Dengan estafet demikian, barulah dipastikan bahwa umat Muslim
belajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Demi tercapainya pendidikan tersebut
harus didukung oleh financial. Peningkatan mutu sekolah memerlukan sekurang-
kurangnya dua hal yang tidak boleh tidak harus dipenuhi, Pertama, penguasaan
teori pendidikan yang modern, yaitu teori yang Islami dan sesuai dengan
perkembangan, Kedua, ketersediaan dana yang cukup. Salah satu sumber dana
bagi pendidikan Islam ialah wakaf dari orang Islam. Wakaf berasal dari amal
dengan cara memanfaatkan harta dan harta itu dikekalkan. Cukup banyak wakaf
diberkan kepada seseorang, yayasan, atau organisasi Islam yang diperuntukkan
bagi perkembangan pendidikan Islam. Wakaf seperti itu banyak diberikan kepada
organisasi Muhammadiyah, Pondok Modern Gontor di Jawa Timur, Pondok
pesantren ar-Raudhatul Hasanah Medan dan lain sebagainya.
Kemudian makna dari intepretasi agungkanlah Tuhanmu, merupakan
pencapaian umat Islam dalam memiliki tujuan pendidikan. Dalam standarisasi
pembiayaan pendidikan, pihak madrasah maupun sekolah mengedepankan aspek
yang berkembang dalam tatanan pengelolaan, pengelolaan yang bersumber dari

12
pendidikan Allah mencerminkan manusia untuk saling bersyukur kepada
Tuhannya. Pendidikan merupakan idealisme dari upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang diaplikasikan melalui proses pembelajaran, dalam arti
pendidikan berikut tujuannya tidak akan tercapai tanpa proses pembelajaran yang
dilakukan di kelas pada institusi pendidikan. Setiap manusia akan memperoleh
ilmu pengetahuan melalui proses belajar, hal ini telah dijelaskan oleh Allah swt.
yang artinya:

“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia)


dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S.
Al-‘Alaq : 3-5).
Ayat tersebut secara implisit menyebutkan bahwa Allah swt. memberikan
ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran antara pengajar dan pelajar, yang
dimaksud adalah Allah swt merupakan sumber dari ilmu pengetahuan dan proses
pembelajaran merupakan upaya, ikhtiyar manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan tersebut. Dalam proses pembelajaran sebagai ikhtiyar manusia akan
terlaksana dengan efektif dan efisien apabila ditunjang dengan anggaran
pembiayaan yang jelas dan proporsional, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan dalam undang-undang. Secara tersirat Allah swt. telah menyinggung
masalah pembiayaan dalam pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam surah al-
Mujadilah ayat 12-13 sebagai berikut:

“ Wahai orang yang beriman apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus


dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)
sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan
lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka
sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Apakah kamu takut akan
(menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan)

13
pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah
memberi ampun kepadamu, maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang
kamu kerjakan”.
Ayat (12) memberikan pelajaran kepada kita bahwa pendidikan itu tidak
gratis, akan tetapi membutuhkan dukungan finansial, bahkan dalam sebuah
riwayat berkaitan dengan ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan itu jangan
terlalu murah (Seperti sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib). Allah
swt. dalam ayat ini memberikan persyaratan kepada kaum muslimin yang hendak
bertanya (belajar) kepada Rasulullah saw. untuk mengeluarkan sedekah kepada
fakir miskin. Mengeluarkan sedekah dalam ayat ini bisa diasumsikan sebagai
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan seseorang yang mencari ilmu.
Syarat mengeluarkan sedekah dalam ayat ini mempunyai tujuan, yaitu untuk
mencegah kaum Muslimin bertanya secara berlebihan atau terlalu sering bertanya
sehingga hal ini membani Rasulullah saw. dengan adanya syarat tersebut, maka
kaum Muslimin berpikir dua kali untuk lebih sering bertanya kepada Rasulullah
saw.
Dalam realita dunia pendidikan, biaya pendidikan yang dibebankan kepada
peserta didik juga mempunyai tujuan; walaupun tidak persis sama dengan tujuan
yang tertera dalam surat al-Mujadilah ayat 12. Tujuan yang paling utama dari
biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh peserta didik adalah untuk
menunjang kelancaran berlangsungnya proses belajar-mengajar sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya. di Samping itu, dana pendidikan yang dibebankan kepada
para peserta didik bertujuan untuk mengikat para peserta didik agar mereka
belajar secara sungguh-sungguh dengan asumsi bahwa mereka akan merasa rugi
kalau tidak belajar dengan sungguh-sungguh setelah mereka mengeluarkan biaya
harus mereka bayar.
Dalam surat al-Mujadilah ayat 13 juga memberikan penjelasan khususnya
bagi mereka yang memangku tanggung jawab dalam pengelolaan pendidikan.
Dalam ayat ini Allah swt. memberikan keringanan kepada kaum Muslimin yang
ingin belajar kepada Rasulullah saw. tapi mereka tidak mampu untuk memberi

14
sedekah kepada fakir miskin, maka Allah swt. memberikan keringanan berupa
penggantian kewajiban dengan mendirikan shalat, atau membayar zakat dan ta’at
kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, maka
konsep yang diajarkan dalam surat al-Mujadilah ayat 12-13 ini telah diterapkan
9
oleh lembaga pendidikan Pesantrena tradisional. Zamakhsyari Dhofier
menjelaskan bahwa, para santri yang menuntut ilmu kepada kyainya tidak
dibebankan untuk membayar dengan berupa jumlah uang, tapi mereka ada yang
membawa hasil pertanian-berupa padi, ataupun ada yang membawa hasil
perladangan seperti ketela, pisang ataupun yang lainnya; atau bahkan ada di antara
mereka yang hanya membawa kayu bakar.
Selanjutnya, di pesantren tradisional pun tidak mempersalahkan santri
yang tidak mampu membayar berupa materi ataupun barang; tapi mereka
diberdayakan oleh para kyai untuk membantu mengurus kekayaan kyai, seperti
memelihara kolam, mencangkul di sawah, ataupun bekerja di kebun atau lading.
Hal ini menunjukkkan bagaimana para kyai yang mengajar di pesantren
tradisional menerapkan prinsip pembiayaan sebagaimana yang tercantum dalam
surat al-Mujadilah ayat 12-13.
Di samping masih ada sekolah-sekolah yang menyediakan beasiswa bagi
orang-orang yang tidak mampu, pemerintah pun sudah mulai memberikan
perhatian yang cukup baik kepada para siswa yang tidak mampu. Hal ini
dibuktikan dengan adanya program bantuan siswa miskin, ataupun penyediaan
beasiswa, khususnya untuk sekolah tingkat atas bagi mereka yang akan
melanjutkan studinya ke jenjang perkuliahan. Bahkan yang cukup
menggembirakan bahwa pemerintah sudah mulai menyediakan sekolah khusus
beasiswa bagi mereka yang mempunyai keunggulan secara akademis (contoh
sekolah Madrasah Aliyah di Serpong Tangerang). Walaupun belum secara total
pemerintah memberikan bantuan kepada para siswa yang berhak menerima
bantuan, tapi dari gambaran di atas cukup menggembirakan bagi para siswa yang
akan menuntut ilmu.

9
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES,
1994), h. 183.

15
H. Simpulan
Standar biaya perencanaan pendidikan merupakan rangkaian kewajiban
pemerintah dalam menuntaskan pendidikan formal. Dilihat dari sumbernya biaya
pendidikan tingkat makro berasal dari pendapatan Negara dari sector pajak,
pendapatan dari sector non-pajak, misalnya dari pemanfaatan sumber daya alam
dan produksi Nasional lainnya yang lazim dikategorikan ke dalam “gas” dan
“non-migas”, keuntungan dari ekspor barang dan jasa, usaha-usaha Negara
lainnya, termasuk dari divestasi saham pada perusahaan Negara, bantuan dalam
bentuk hibah dan pinjaman luar negeri baik dari lembaga-lembaga keuangan
Internasional maupun pemerintah.
Konsep standar pembiayaan perencanaan pendidikan melibatkan unit cost
dengan dasar perhitungan student enrolment, hal ini merupakan landasan
kebijakan pemerintah tentang standar biaya pendidikan termuat dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya
Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah
menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan (SMK),
sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB),
dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB). Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah peduli terhadap pembangunan pendidikan melalui kinerja operasional.
Pada tingkat satuan pendidikan sekolah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa, dan sumbangan masyarakat.
Sejauh tercatat dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS), sebagian besar biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari
pemerintah pusat, sedangkan pada sekolah swasta berasal dari para siswa atau
yayasan.
Kajian dalam perspektif pendidikan Islam bahwa standar biaya
perencanaan pendidikan merujuk pada surat al-Mujadilah ayat 12-13, yang
konotasinya menggambarkan bahwa biaya pendidikan merupakan konsep
pembangunan agama, melalui biaya pendidikan tersebut ditujukan untuk
meningkatkan eksistensi lembaga pendidikan agar menopang hidup dan

16
kehidupan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Capain akhirnya adalah
membangun karakter peserta didik melalui binaan/instansi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai
.Jakarta: LP3ES, 1994.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam Cet V. Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Fattah,Nanang, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Rosda karya,


2000

Hallakh,J, The Analysis of Educational Cost and Cupanditure, Terj. Harso,


Bharata Jakarta (Unesco, 1969.

Idochi Anwar, Moch. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya


Pendidikan Cet. I Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

17
Malik Fadjar, A, Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Cet.II. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001.

McKinnon, K.R, Rencana Pendidikan yang Realistik. Jakarta: Bhratara Karya


Aksara dan UNESCO; Lembaga Internasional untuk Perencanaan
Pendidikan. 1982.

Supriadi,Dedi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah; Rujukan bagi


Penetapan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan pada Era Otonomi dan
Manajemen Berbasis Sekolah Cet. IV. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006.

Suryo Subroto, B, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah Cet. II.


Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Cet.I. Bandung; PT


Remaja Rosda Karya. 1992.

Undang-undang Dasar 1945, Amandemen I,II,III dan IV (Jakarta: Pustaka Sandro


Jaya).

Zymelman, Mannel Financing and Effiensiency in Education. Boston; Harvard


University, 1973.

18

Anda mungkin juga menyukai