Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 telah mengatur

tentang standar pelayanan minimal, salah satu indikatornya adalah cakupan

pelayanan kesehatan ibu hamil. Berdasarkan regulasi tersebut salah satu

penilaian kinerja adalah tingkat pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil sesuai

dengan standar, baik standar kuantitas maupun standar kualitas.

Peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak merupakan upaya yang saat

ini sedang diprioritaskan pada program pembangunan kesehatan di indonesia,

program ini diutamakan salah satunya untuk ibu hamil yang merupakan

kelompok yang paling rentan. Untuk mendapatkan ibu dan bayi yang sehat

direntang waktu saat proses kehamilan sampai dengan melahirkan, maka sangat

dibutuhkan untuk mempersiapkan sebaik mungkin kondisi dan keadaan ibu

hamil secara fisik maupun mental (Puskesmas Samudera, 2020).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu dapat diketahui dari indikator yang

dalam hal ini dengan melihat angka kematian ibu (AKI) atau maternal yang

salah satunya disaat masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan, dan nifas. Dari tahun 1991 hingga 2007 AKI di Indonesia

telah mengalami penurunan kasus yang awalnya diangka 390 turun diangka 228

per 100.000 kelahiran hidup, 214 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2010,

kemudian memperlihatkan lonjakan kenaikan diangka 359 kematian ibu per

1
2

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Sedangkan pada hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 AKI diangka 305 kematian ibu

per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018).

Laporan kasus kematian ibu di Aceh Utara pada tahun 2015-2019 masih

menunjukkan fluktuasi. Laporan terakhir tahun 2019 terdapat 25 kasus atau

207/100.000 kelahiran hidup. Angka ini tentu masih sangat jauh dari target

SDGs yaitu 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Kejadian 25 kasus ini

tertinggi terdapat di 2 kecamatan yang salah satunya disumbangkan oleh

Kecamatan Samudera yaitu sebanyak 4 kasus. Berdasarkan permasalahan

tersebut maka diperlukan inovasi untuk menurunkan AKI khususnya di

Kecamatan Samudera (Puskesmas Samudera, 2020).

Segala sesuatu yang didesain dalam memberikan manfaat dan faedah

bagi individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat luas yang diterapkan

oleh suatu unit yang baru yaitu berupa penerapan dan pengenalan gagasan,

prosedur maupun produk merupakan suatu inovasi (Ancok, 2012). Organisasi

dalam mengembangkan dan menghasilkan suatu rancangan standar operasi dan

kebijakan baru diperuntukkan dalam pemecahan masalah kebijakan publik.

Kreativitas, efektivitas serta penyelesaian yang unik dari suatu masalah baru atau

penyelesaian yang baru dari masalah lama merupakan suatu inovasi dalam

administrasi publik. Suatu inovasi tidak harus menjadi suatu solusi atau

alternatif yang sempurna maupun solusi terakhir, akan tetapi bagi mereka yang

menerapkan penyelesaian tersebut merupakan tawaran penyelesaian yang

bersifat terbuka (Sangkala, 2013).


3

Program inovasi yang dibuat oleh Puskesmas Samudera adalah program

inovasi kring kring bumres. Program inovasi kring-kring bumres singkatan dari

kring kring ibu hamil dengan risiko yang merupakan bentuk tanggung jawab

UKM dalam menindaklanjuti kinerja UKM yang hingga sekarang

memperlihatkan hasil yang kurang maksimal, sebagaimana data absolut kasus

kematian ibu dalam 5 tahun terakhir dapat digambarkan bahwa tahun 2017

terjadi 2 kasus, sedangkan 2018 berhasil diturunkan menjadi 0 kasus, namun

tahun 2019 telah dilaporkan 4 kasus (Puskesmas Samudera, 2020).

Hasil penelitian Anggraini dkk (2017) mendapatkan hasil di wilayah

operasional Puskesmas Sempu dengan adanya program inovasi layanan

SAKINA dengan efektif dan efisien bahwa angka kematian ibu dan bayi dapat

diturunkan. Itu adalah representasi suatu program inovasi dalam proses

pelayanan dan tata cara yang diterapkan. Inovasi dalam proses pelayanan adalah

layanan yang diberikan dengan mengutamakan terwujudnya akses yang mudah,

memperoleh hal tersebut dengan lancar dan tidak sulit baik dari dalam dan luar

puskesmas. Dalam hal inovasi metode, Puskesmas menerapkan metode get the

ball, dengan cara rumah pasien dikunjungi untuk diperiksa oleh bidan dan kader

laskar. Ditahun 2014 dan 2015 angka kematian dapat ditiadakan dengan

diterapkannya inovasi ini di Puskesmas Sempu.

Terhambatnya ibu hamil dalam mendapatkan informasi yang menyeluruh

dikarenakan cukup luasnya cakupan wilayah dan jumlah bidan yang terbatas.

Salah satu pemecahan masalah adalah alternatif dengan adanya Pos Keluarga

Siaga. Peran serta masyarakat harus ditingkatkan terkhusus Kader Posyandu,


4

Pos Keluarga Siaga dapat dijadikan suatu wadah edukasi, pemetaan kehamilan

berisiko (risk mapping) bahkan bagi ibu hamil berisiko dapat dijadikan wadah

atau sarana dalam melakukan konseling (micro counseling). Pos Keluarga Siaga,

telah mampu dilakukan oleh Kader bahwasanya kehamilan berisiko telah dapat

dipetakan, instrumen surveilans faktor risiko kehamilan sudah terampil

digunakan, serta semua yang perlu diisi diinstrumen tersebut sudah dapat

pahami. Interpretasi hasil petaan berdasarkan skor risiko kehamilan juga sudah

dipahami dan dilakukan oleh Kader. Kader sudah melakukan pemetaan di desa

Singorojo pada masing-masing wilayah dengan mendapatkan hasil 31,88% (22

orang) ibu hamil merupakan kategori kehamilan risiko tinggi (KRT) dari 69 ibu

hamil yang teridentifikasi dari kegiatan surveilans kehamilan berisiko, dan

terdapat 6 ibu hamil (8,69%) di kategori risiko sangat tinggi.

Hasil penelitian Sugiharto dan Hariani (2016) mendapatkan hasil bahwa

ada beberapa kendala yang ditemukan dalam layanan inovasi penjemputan bola

yaitu tidak ada bagan struktur yang jelas, ada sebagian kecil budaya masyarakat

yang masih tradisional, ketersediaan sumber daya manusia yang belum memadai

terutama pengemudi ambulans terbatas.

Penelitian Adibah (2017) mendapatkan hasil bahwa pelayanan sms

gateway ibu hamil sudah cukup baik dari segi kualitas pelayanan, namun masih

menemui beberapa kendala yaitu ketidaktepatan desa yang dituju sebagai proyek

percontohan, kurangnya anggaran, komunikasi yang kurang baik dari kedua

belah pihak, tidak adanya uang sebagai kompensasi dan penggantian tagihan

pulsa untuk kader.


5

Penelitian Gantini dan Pertiwi (2019) menyatakan bahwa kemampuan

deteksi dini kehamilan berisiko dan persiapan persalinan Ibu hamil dipengaruhi

oleh konseling faktor risiko kehamilan. Proses pelaksanaan kegiatan rujukan

terencana sangat terbantu dengan adanya kebijakan penapisan risiko kehamilan

yaitu dengan menjadikan kebijakan ini sebagai prosedur tetap dalam

pelaksanaannya dilapangan.

Hasil penelitian Aminah (2018) menyatakan bahwa pengetahuan ibu

hamil tentang perawatan kehamilan dapat ditingkatkan dengan adanya aplikasi

pesan pintar dari pemantauan melekat ibu hamil. Sedangkan ketepatan

kunjungan ulang tidak berhubungan dengan pemantauan melekat ibu hamil

melalui aplikasi pesan pintar di Puskesmas Sentolo II Kabupaten Kulon Progo.

Selama wabah pandemi Covid-19 telah dipastikan oleh Pemerintah

Indonesia agar tetap mampu dilaksanakan keberlanjutan kegiatan layanan

kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang merupakan upaya dari penurunan angka

kematian ibu dan bayi. Belum adanya rekomendasi yang spesifik bagi

penanganan ibu hamil dengan COVID-19 membuat masih terbatasnya

pengetahuan tentang infeksi COVID-19 yang berhubungan dengan kehamilan

dan janin. Jika dibandingkan dengan populasi umum, beberapa contoh kasus

pada penanganan Coronavirus sebelumnya (SARS-CoV dan MERS-CoV) dan

beberapa kasus COVID-19, risiko akan lebih tinggi dan besar bagi ibu hamil

akan mengalami morbiditas, penyakit berat dan mortalitas (POGI, 2020).

Di Indonesia salah satu tantangan terbesar pada masa pandemi COVID-

19 saat ini adalah kematian ibu dan kematian neonatal. Layanan yang terkena
6

dampak secara akses maupun kualitas adalah pemberian layanan kesehatan

maternal dan neonatal, dengan kondisi ini sangat memberikan kecemasan

penyebab meningkatnya angka kesakitan bahkan kematian ibu dan bayi baru

lahir dikarenakan disemua pelayanan rutin salah satunya layanan kesehatan

maternal dan neonatal telah dibatasi. Banyak ibu hamil yang mengurungkan niat

untuk ke Puskesmas atau layanan kesehatan lain dengan kekhawatiran takut

ketularan, kemudian adanya penundaan periksa hamil dan kelas ibu hamil,

layanan yang tidak siap dan tidak adekuat dari segi tenaga dan sarana prasarana

sebagai contoh ketersediaan dan kualitas Alat Pelindung Diri. Harapannya

adalah akses pertolongan kegawatdaruratan tetap didapatkan oleh ibu dan bayi,

layanan esensial dapat diperoleh dan secara dini dapat mengenali faktor risiko

(Kemenkes, 2020).

Berdasarkan data dari Puskesmas Samudera sepanjang tahun 2020,

jumlah ibu hamil risiko tinggi di bulan Januari yaitu 14 orang, Februari 24 orang,

10 di Maret, 4 di April, 9 di Mei, 16 di Juni, 9 di Juli, 14 di Agustus, 11 di

September, 9 di Oktober, 15 di November, dan 17 di Desember sehingga totalnya

adalah 149 orang. Adapun penyebab ibu hamil risti berdasarkan data dari

lapangan adalah ibu pada saat hamil berumur dengan rentang di bawah 20 tahun

atau bahkan berumur di atas 35 tahun, gravida lebih dari 4, riwayat sectio

caesaria (SC) alias operasi cesar sebelumnya, LILA < 23,5 cm, rentang lahirnya

anak berikutnya adalah di bawah 2 tahun, penyakit hepatitis, ibu yang bertinggi

badan di bawah 145 cm dan hyperemesis. Adapun pelayanan bagi ibu hamil

adalah pelayanan ANC 10 T, penyuluhan kelas ibu hamil, program P4K,


7

pembinaan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bedah buku pink. Sedangkan

untuk ibu hamil risiko tinggi hanya program kring kring bumres (Puskesmas

Samudera, 2020).

Berdasarkan kejadian dan kondisi pandemi covid-19 saat ini, Puskesmas

Samudera terus meningkatkan efektifitas pelayanan program inovasi kring kring

bumres dalam melakukan pemantauan terhadap ibu hamil risiko tinggi sehingga

dapat dilakukan upaya penanganan secara dini, cepat dan tepat dengan harapan

ibu hamil bisa selamat. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti

berminat untuk meneliti tentang Evaluasi Efektifitas Program Inovasi Kring

Kring Bumres terhadap Pemantauan Ibu Hamil Risti Selama Pandemi Covid 19

di Puskesmas Samudera Kabupaten Aceh Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Evaluasi Efektifitas Program Inovasi

Kring Kring Bumres terhadap Pemantauan Ibu Hamil Risti Selama Pandemi

Covid 19 di Puskesmas Samudera Kabupaten Aceh Utara”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengevaluasi efektifitas

program inovasi kring kring bumres terhadap pemantauan ibu hamil risti selama

pandemi Covid 19 di Puskesmas Samudera Kabupaten Aceh Utara”.


8

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengevaluasi keberhasilan program inovasi kring kring bumres

selama pandemi covid 19 di Puskesmas Samudera.

2. Untuk mengevaluasi kendala apa saja yang dihadapi Puskesmas Samudera

pada saat berjalannya program inovasi kring kring bumres selama pandemi

covid 19.

3. Untuk mengevaluasi upaya apa saja yang dilakukan Puskesmas Samudera

selama pandemi covid 19 dalam meningkatkan program inovasi kring kring

bumres.

4. Untuk mengevaluasi harapan apa saja yang ingin dicapai Puskesmas

Samudera selama pandemi covid 19 dengan adanya program inovasi kring

kring bumres.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi Puskesmas Samudera untuk lebih

meningkatkan program inovasi kring kring bumres di Puskesmas Samudera.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang

sejenis.

Anda mungkin juga menyukai