Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMBANGUNAN TENAGA KERJA

Makalah ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu:
Samsuranto, S.Sos., M.Si

Disusun oleh: kelompok 5


1. M. MUJIB RIDWAN NIM 220124029 / 3MA3
2. BERNICO MACDA Z. NIM 220124025 / 3MA3
3. RAFI MAAJID FADLURRAHMAN NIM 220124058 / 3MA3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA GAMA
LUMAJANG
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah dengan
judul “Pembangunan Tenaga Kerja” pada mata kuliah Perekonomian Indonesia
dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini dibuat dengan maksud
untuk memenuhi tugas pada mata Perekonomian Indonesia di Program Studi
Manajemen STIE Widya Gama Lumajang.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan
kesempatan diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini perkenankanlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ketua STIE
Widya Gama Lumajang, Ketua Prodi Menejemen STIE Widya Gama
Lumajang, Dosen Wali Kelas 3MA3 STIE Widya Gama Lumajang, Dosen
Pengajar mata kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan STIE Widya Gama
Lumajang dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dan
terselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penyusun berharap saran maupun kritik demi penyempurnaan
makalah ini. Walaupun masih jauh dari sempurna penyusun berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca Aamiin Yarobbal Alaamiin.

Lumajang, 22 September 2021

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.2 Tujuan Makalah...........................................................................................2
BAB II. PEMBAHASA....................................................................................................3
2. Pembangunan Tenaga Kerja..............................................................................3
2.1 Tujuan Pembangunan Tenaga Kerja............................................................3
3 Masalah Kependudukan.....................................................................................4
3.1 Masalah Kependudukan yang Bersifat Kuantitatif......................................4
3.2 Masalah Kependudukan yang Bersifat Kualitatif........................................5
3.3 Upaya Mengatasi Masalah Kependudukan..................................................6
4 Pasar Tenaga Kerja............................................................................................6
4.1 Fungsi Pasar Tenaga Kerja...........................................................................7
4.2 Manfaat Pasar Tenaga Kerja........................................................................7
4.3 Ciri-Cirinya..................................................................................................7
4.4 Jenis-Jenis Pasar Tenaga Kerja....................................................................8
4.5 Kelebihan & Kekurangan Pasar Tenaga Kerja..........................................10
5. UMR dan Tingkat Upah Keseimbangan..........................................................11
5.1 UMR...........................................................................................................11
5.2 Tingkat Upah Keseimbangan.....................................................................11
6. Indeks Pembangunan Manusia.........................................................................12
6.1 Konsep pembangunan manusia..................................................................12
6.2 Tujuan pembangunan manusia...................................................................13
6.3 Penghitungan angka IPM...........................................................................13
6.4 Penghitungan angka IPM...........................................................................15
6.5 Hubungan Kerja Di Sektor Informal..........................................................17
BAB III. PENUTUP.......................................................................................................19
7 Kesimpulan......................................................................................................19
7.1 Saran .........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan salah satu pendukung dalam
perekonomian suatu negara yang memerlukan tenaga kerja yang berkualitas.
Pekerja merupakan elemen penting dalam penyelanggaraan perekonomian
nasional yang berorientasi pada kesejahteraan sosial sesuai dengan judul
dalam Bab XIV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
yaitu perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Permasalahan
ketenagakerjaan di Indonesia telah terjadi bahkan sebelum proklamasi
kemerdekaan terselenggarakan yaitu pada masa penjajahan Belanda.
Untuk menghindari penggunaan Tenaga kerja asing yang
berlebihan, maka Pemerintah mengatur pekerjaan-pekerjaan yang dapat
dijalankan oleh tenaga kerja asing dengan pembatasan-pembatasannya juga
penyediaan kesempatan kerja itu bagi Warga Negara Indonesia sendiri.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada satu negarapun di dunia yang dapat
membebaskan diri dari keterlibatannya dengan Negara lain. Karena antara
Negara-negara tersebut terdapat adanya suatu keterkaitan dalam
melaksanakan kepentingan masing-masing. Berdasarkan hal tersebut
timbullah suatu hubungan yang tetap dan terus menerus antara Negara-negara
yang bersangkutan
Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara selalu
diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya
merupakan interaksi dari berbagai kelompok variable, antara lain sumber daya
manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Indonesia sebagai
sebuah negara dimana pembangunan nasionalnya pada hakikatnya memiliki
salah satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum
1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Pembangunan tenaga kerja ?
2. Apa yang dimaksud masalah kependudukan ?
3. Apa yang dimaksud tentang pasar tenaga kerja ?
4. Apa Umr dan tingkat upah keseimbangan ?
5. Apa yang dimaksud indexs pembangunan manusia ?

1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pembangunan tenaga kerja
2. Menjelaskan masalah kependudukan.
3. Menjelaskan tentang pasar tenaga kerja
4. UMR dan tingkat upah keseimbangan.
5. Menjelaskan Indexs Pembangunan manusia,

2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pembangunan Tenaga Kerja
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan subyek dan obyek
pembangunan. Dengan demikian, tenaga kerja sangat menentukan atas
keberhasilan pembangunan, dan pembangunan dianggap berhasil jika
masyarakat (tenaga kerja) dapat hidup dengan sejahtera.
Program pembangunan ekonomi di masa lalu terlalu menekankan
pada aspek pertumbuhan dengan mengabaikan pembangunan ketenagakerjaan,
sehingga kesejahteraan tenaga kerja tidak tercapai. Hal ini merupakan
pengalaman berharga dengan timbulnya masalah ketenagakerjaan yang besar
yaitu tingkat pengangguran yang tinggi dan rendahnya kualitas tenaga kerja.
Untuk mengarahkan pembangunan agar ramah ketenagakerjaan
(employment-growth friendly), pembangunan harus mereposisi paradigma pada
orientasi ketenagakerjaan yaitu penciptaan kesempatan kerja yang sebanyak-
banyaknya sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara optimal tanpa
mengabaikan aspek pertumbuhan dapat tercapai. Untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut maka perlu disusun rencana tenaga kerja sebagai salah satu
acuan pembangunan, dan sekaligus merupakan bagian dari rencana
pembangunan ekonomi.
2.1 Tujuan Pembangunan Tenaga Kerja
tujuan pembangunan di bidang ketenagakerjaan adalah melindungi
tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan. Hal ini berhubungan erat
dengan tugas pengawasan ketenagakerjaan yaitu melakukan pembinaan dan
pengawasan ketenagakerjaan melalui pengawasan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan guna meningkatkan perlindungan
kepada tenaga kerja.
Menurut UU_ tentang ketenagakerjaan No. 13 th 2003 Pembangunan
ketenagakerjaan bertujuan :
A. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
B. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai

3
C. dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
D. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
E. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

3. Masalah Kependudukan
masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar.
Seperti diketahui, berdasarkan data Worldometers 2021, Indonesia menempati
urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Dikutip dari Agustina Bidarti dalam bukunya Teori Kependudukan,
masalah kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial karena
terjadinya di lingkungan sosial atau masyarakat. Masalah kependudukan dapat
terjadi karena adanya ketimpangan antara pertumbuhan penduduk dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Jumlah penduduk yang besar ternyata hanya salah satu dari masalah
kependudukan di Indonesia. Nah, berdasarkan modul pembelajaran Geografi
yang disusun oleh Cipta Suhud Wiguna, S.Pd, M.Pd., dan SMAN Situraja,
masalah kependudukan di Indonesia bisa dikelompokkan berdasarkan kuantitatif
dan kualitatif,
3.1 Masalah Kependudukan yang Bersifat Kuantitatif
1. Jumlah Penduduk Besar
Penduduk suatu negara menjadi faktor terpenting dalam
melaksanakan pembangunan. Dengan memiliki jumlah penduduk lebih
dari 273 juta jiwa, Indonesia mengalami berbagai permasalahan sebagai
berikut.
a. Pemerintah mengalami kesulitan dalam menjamin terpenuhinya
kebutuhan hidup rakyatnya.
b. Terbatasnya kesediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana
kesehatan, serta fasilitas sosial lainnya.
2. Pertumbuhan Penduduk Cepat
Jika pertumbuhan penduduk yang cepat tidak diimbangi dengan
daya dukung lingkungan yang seimbang, berbagai permasalahan akan
muncul, baik masalah lingkungan hidup, ekonomi, dan sosial.

4
3. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Masalah kependudukan di Indonesia adalah persebaran penduduk
yang tidak merata. Akibat dari tidak meratanya penduduk, luas lahan
pertanian di pulau jawa semakin sempit karena dijadikan lahan
permukiman dan industri. Sebaliknya, banyak lahan di luar pulau Jawa
belum dimanfaatkan secara maksimal karena kurangnya sumber daya
manusia.
3.2 Masalah Kependudukan yang Bersifat Kualitatif
1. Tingkat Kesehatan
Tingkat kesehatan di Indonesia masih belum merata dan
tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena kualitas kesehatan
penduduk tidak terlepas dari pendapatan penduduk di suatu daerah.
Semakin tinggi pendapatan penduduk, maka kemampuan untuk
membeli pelayanan kesehatan juga semakin tinggi.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat
kesejahteraan. Namun, sayangnya masih banyak penduduk Indonesia
yang kesulitan mendapat akses pendidikan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat
Pendidikan di Indonesia, yaitu
1. Pendapatan perkapita penduduk yang rendah.
2. Ketidakseimbangan jumlah murid dengan sarana Pendidikan yang
ada.
3. Rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya Pendidikan.
4. Tingkat Pendapatan
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan pada 2020
mengalami peningkatan. Selain itu, pendapatan perkapita yang masih
rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya sehingga sulit mencapai kesejahteraan.

5
3.3 Upaya Mengatasi Masalah Kependudukan
Untuk mengurangi masalah kependudukan yang terjadi di
Indonesia, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan, nih Detikers.
1. Pengurangan pertumbuhan penduduk. Salah satu cara yang sudah
dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah memberlakukan
program Keluarga Berencana (KB).
2. Meningkatkan pemerataan pembangunan.

3. Menciptakan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang


penduduk.
4. Melakukan program transmigrasi.
5. Melaksanakan program perbaikan gizi, salah satunya melalui
POSYANDU.
6. Melengkapi sarana dan prasarana Kesehatan. Salah satu caranya
adalah dengan membangun puskesmas dan rumah sakit.
7. Penyediaan air bersih.
8. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai perguruan
tinggi.
9. Menambah jumlah tenaga kependidikan di semua jenjang
Pendidikan.
10. Melaksanakan program wajib belajar Pendidikan dasar 9 tahun.
11. Pemberian beasiswa.
12. Menyediakan kelengkapan fasilitas Pendidikan, seperti
perpustakaan, laboratorium, dan alat keterampilan lainnya.
13. Menciptakan kurikulum Pendidikan yang sesuai.
14. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar.
15. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan suber daya alam.
16. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi.
17. Mengoptimalkan peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian
4. Pasar Tenaga Kerja
Pasar Tenaga Kerja dapat diartikan sebagai suatu pasar yang
mempertemukan penjual dan pembeli tenaga kerja. Sebagai penjual tenaga kerja
di dalam pasar ini ialah para pencari kerja (Pemilik Tenaga Kerja), sedangkan
sebagai pembelinya yaitu orang-orang / lembaga yang memerlukan tenaga kerja.
Pasar tenaga kerja diselenggarakan dengan maksud untuk mengkoordinasi

6
pertemuan antara para pencari kerja dan orang-orang atau lembaga-lembaga yang
membutuhkan tenaga kerja.
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari perusahaan,
maka pasar tenaga kerja ini dirasakan bisa memberikan jalan keluar bagi
perusahaan untuk memenuhinya. Dengan demikian tidak terkesan hanya pencari
kerja yang mendapat keuntungan dari adanya pasar ini. Untuk menciptakan
kondisi yang sinergi antara kedua belah pihak, yakni antara penjual dan pemberi
tenaga kerja maka diperlukan kerjasama yang baik antara semua pihak yang
terkait, yaitu penjual tenaga kerja, pembeli tenaga kerja, dan pemerintah.
4.1 Fungsi Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja memiliki fungsi yang sangat luas, baik dalam sektor
ekonomi maupun sektor-sektor yang lain. Fungsi Pasar Tenaga Kerja yakni
sebagai berikut :
 Berfungsi untuk Sarana Penyaluran Tenaga Kerja,
 Berfungsi untuk sarana untuk mendapatkan informasi tentang
ketenagakerjaan,
 Berfungsi untuk sarana untuk mempertemukan pencari kerja dan orang
atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja.
4.2 Manfaat Pasar Tenaga Kerja
Manfaat adanya bursa tenaga kerja yakni :
Bermanfaat untuk membantu para pencari kerja dalam mendapatkan
pekerjaan sehingga bisa mengurangi penggangguran,
 Bermanfaat untuk membantu orang-orang atau lembaga-lembaga yang
memerlukan tenaga kerja untuk memperoleh tenaga kerja,
 Bermanfaat untuk membantu pemerintah dalam mengatasi
permasalahan ketenagakerjaan.
4.3 Ciri-Cirinya :
Pasar tenaga kerja terdidik yaitu pasar yang mempertemukan permintaan
dan penawaran tenaga kerja terdidik.
 Pasar tenaga kerja terlatih yaitu pasar yang mempertemukan
permintaan dan penawaran tenaga kerja terlatih.
 Pasar tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih yaitu pasar yang
mempertemukan permintaan dan penawaran tenaga kerja tidak terdidik
dan tidak terlatih, seperti tukang angkut, tukang batu, dan lain-lain.

7
4.4 Jenis-Jenis Pasar Tenaga Kerja
1. Pasar tenaga kerja terdidik, terlatih,
tidak terdidik dan tidak terlatih.Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga
kerja yang memerlukan pendidikan khusus seperti dokter, akuntan,
guru, dan lain-lain. Adapun tenaga kerja terlatih yaitu tenaga kerja
yang memerlukan latihan dan pengalaman seperti montir, sopir, koki,
dan lain-lain.
2. Pasar tenaga kerja utama dan biasa
 Pasar tenaga kerja utama (primary labour market) yaitu pasar
tenaga kerja yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:
1. Terjadi pada lingkungan perusahaan besar,
2. Manajemen perusahaan sangat baik,
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan
sangat tinggi,
4. Gaji dan upah tinggi,
5. Jaminan sosial yang baik,
6. Disiplin pegawai sangat tinggi,
7. Jumlah perpindahan pegawai sedikit.
 Pasar tenaga kerja biasa (secondary labour market) yaitu
pasar tenaga kerja yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:
1. Terjadi pada lingkungan perusahaan kecil,
2. Manajemen perusahaan kurang baik,
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan
rendah,
4. Gaji dan upah rendah,
5. Jaminan sosial kurang baik,
6. Disiplin pegawai rendah,
7. Sering terjadi perpindahan pegawai.
3. Pasar tenaga kerja intern dan ekstern
Pasar tenaga kerja intern yaitu pasar yang mendahulukan para
pegawai yang sudah ada untuk mengisi lowongan kerja yang
dibutuhkan. Ini berarti berkaitan dengan pemberian promosi
(kenaikan jabatan) bagi pegawai yang bersangkutan. Pasar tenaga

8
kerja ekstern yaitu pasar yang mempersilakan orang luar untuk
mengisi lowongan kerja yang dibutuhkan.

4. Pasar tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri


Pasar tenaga kerja dalam negeri yaitu pasar tenaga kerja yang
terjadi di dalam negeri. Pasar tenaga kerja luar negeri yaitu pasar
tenaga kerja yang terjadi di luar negeri.
Indonesia sebagai negara yang mempunyai jumlah penduduk
yang tinggi (kurang lebih 220 juta) dengan banyaknya jumlah
pengangguran akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan dan
memunculkan maraknya kejadian PHK (Pemusatan Hubungan Kerja)
sangat membutuhkan jasa pasar tenaga kerja luar negeri. Dengan
adanya pasar tenaga kerja luar negeri, Indonesia dapat mengurangi
jumlah pengangguran sekaligus menambah devisa negara.
5. Pasar Tenaga Kerja Persaingan Sempurna
Dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna terdapat
banyak sekali perusahaan. Oleh karena itu, para tenaga kerja dapat
menawarkan jasanya secara perseorangan pada perusahaan yang
diinginkan. Pada pasar ini, setiap tenaga kerja bertindak demi
kepentingan masing-masing dan tidak mendirikan perserikatan
seperti serikat pekerja demi mewakili kepentingan bersama. Pada
pasar ini berlaku pula hukum permintaan dan hukum penawaran
seperti pada pasar barang dan jasa (pasar output). Itu berarti, semakin
tinggi upah tenaga kerja, semakin sedikit permintaan terhadap tenaga
kerja. Sebaliknya, semakin rendah upah tenaga kerja, semakin
banyak permintaan terhadap tenaga kerja. Hal demikian berlaku pula
pada penawaran, yakni semakin tinggi upah tenaga kerja semakin
banyak penawaran tenaga kerja. Sebaliknya, semakin rendah upah
tenaga kerja semakin sedikit penawaran tenaga kerja.
6. Pasar Tenaga Kerja Monopoli
Berbeda dengan pasar tenaga kerja persaingan sempurna,
pada pasar ini seluruh tenaga kerja bersatu, menyatukan kekuatan dan
kepentingan dengan bergabung dalam serikat pekerja atau serikat
buruh. Serikat pekerja bertugas mewakili para pekerja dalam

9
menuntut upah dan fasilitas-fasilitas lain kepada perusahaan demi
meningkatkan kesejahteraan pekerja. Karena bergabung dalam satu
kekuatan, yakni serikat pekerja maka para tenaga kerja memiliki hak
monopoli dalam menjual atau menawarkan tenaganya.
Dalam pasar tenaga kerja monopoli, penentuan tingkat upah bisa
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Menuntut upah lebih tinggi dari upah ekuilibrium.
2. Membatasi penawaran tenaga kerja.
3. Menambah permintaan tenaga kerja.
7. Pasar Tenaga Kerja Monopsoni
Pasar tenaga kerja monopsoni terjadi jika di satu wilayah
tertentu hanya ada satu perusahaan yang bersedia meminta tenaga
kerja, sedangkan para tenaga kerja tidak mempunyai organisasi
seperti serikat pekerja. Ini berarti, kekuatan perusahaan jauh lebih
besar dibanding tenaga kerja. Akibatnya upah yang terjadi umumnya
di bawah upah ekuilibrium atau upah keseimbangan.
8. Pasar Tenaga Kerja Monopoli Bilateral
Pasar tenaga kerja monopoli bilateral terjadi jika terdapat
dua kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan pertama berasal
dari para tenaga kerja yang bersatu dalam serikat pekerja, dan
kekuatan kedua berasal dari satu perusahaan yang merupakan satu-
satunya perusahaan yang memakai tenaga kerja. Serikat pekerja yang
memberikan penawaran tenaga kerja mempunyai posisi yang sama
kuat dengan perusahaan yang melakukan permintaan tenaga kerja,
sehingga terjadilah keadaan saling memonopoli, yang disebut
monopoli bilateral
4.5 Kelebihan & Kekurangan Pasar Tenaga Kerja
Kelebihan adanya pasar tenaga kerja
a. untuk membantu mengurangi pengangguran.
b. Untuk membantu bagi pencari kerja maupun pengusaha/ perusahaan
yang membutuhkan tenaga kerja.
c. Untuk menambah devisa negara.
d. Untuk mudah mendapatkan sebuah informasi tentang lowongan
pekerjaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

10
e. Untuk membantu dengan cepat mengisi posisi pekerjaan dengan
tenaga kerja yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Kelemahan adanya pasar tenaga kerja

a. Munculnya kegiatan percaloan tenaga kerja.


b. Munculnya tindakan penipuan dan kekerasan terhadap calon tenaga
kerja.

5. UMR dan Tingkat Upah Keseimbangan.


5.1 UMR
UMR adalah salah satu istilah yang paling sering kita dengar
dalam kaitannya dengan jumlah upah minimal. Sebelum melangkah lebih
jauh, kita perlu mengetahui apa itu singkatan dan penjelasan UMR, juga
bagaimana awal mula defini ini mempengaruhi skema pengupahan di
Indonesia.
UMR adalah singkatan dari Upah Minimum Regional.
Sejumlah upah minimum yang dibayarkan kepada karyawan di suatu
wilayah tertentu. Istilah dan penerapan UMR dapat ditemukan dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1999. Kemudian, peraturan
ini direvisi dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 226 Tahun 2000.
Dalam regulasi terdahulu, yang dimaksud sebagai UMR adalah
upah minimum yang ditetapkan oleh gubernur untuk jadi acuan
pendapatan minimal di daerah tersebut. Untuk peraturan yang lebih baru,
arti istilah UMR dibedakan dan dipecah menjadi UMP dan UMK. Hal ini
sesuai dengan tingkatan wilayah yang diaturnya. Namun demikian tidak
menjadikan penyebutan istilah UMR di masyarakat menghilang. UMR
masih jadi istilah yang umum digunakan untuk menyebut upah minimum.
5.2 Tingkat Upah Keseimbangan
Menurut Undang-Undang tenaga kerja nomer 13 tahun 2003
bab 1, pasal 1, ayat 30, Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

11
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah tidak selalu bisa fleksibel, ketika diterapkan kebijakan
mengenai upah minimum di atas tingkat keseimbangannya maka yang
terjadi adalah kekakuan upah. Upah tidak akan bergerak menuju ke titik
keseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar tenaga
kerja karena adanya batas oleh upah minimum itu sendiri. Upah tidak
akan turun (rigid) akibat adanya kebijakan upah minimum
6. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat
mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
IPM diperkenalkan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam
laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara
berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
6.1 Konsep pembangunan manusia
Konsep pembangunan manusia menurut United Nations Development
Program (UNDP) harus dianalisis dan dipahami dari sudut manusianya tidak
hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sejumlah premis penting dalam
pembangunan manusia adalah:
a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian
b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Maka
konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara
keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.
c. Pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada
meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam
upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara
optimal.

12
d. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:
produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.
e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan
pembangunan dan dalam menganalisis pilihanpilihan untuk
mencapainya.

6.2 Tujuan pembangunan manusia


Pembangunan Manusia menurut UNDP (United Nation Development
Program) adalah suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi
penduduk. Jika mengacu pada pengertian tersebut, maka penduduk menjadi
tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan
sarana (principal means) untuk tujuan tersebut. Jika dilihat trend laju
pertumbuhan Pembanguna Manusia di Indonesia maupun Jawa Tengah
selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya dan jika dilihat lebih lanjut nilai
Pembangunan Manusia di enam kota di Jawa Tengah tergolong lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kabupaten kabupaten yang ada di Jawa Tengah.
Peningkatan Indeks Pembangunan ini juga diiring dengan adanya
peningkatan PDRB per kapita pengeluaran pemerintah untuk pendidikan
serta kesehatan.
6.3 Penghitungan angka IPM
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menurut United Nations Development
Programme (UNDP), adalah indeks yang mengukur capaian pembangunan
manusia berbasis pada komponen dasar kualitas hidup manusia. Komponen
dasar kualitas hidup manusia dilihat melalui pendekatan tiga dimensi dasar
yang diukur dari empat indikator. Tiga dimensi dasar dan empat indikator
tersebut adalah
A. Dimensi Kesehatan
Dimensi kesehatan direfleksikan oleh Angka Harapan Hidup.
Angka harapan hidup waktu lahir (expectation of life at birth) yang
biasanya dilambangkan dengan simbol eo dan sering disingkat dengan
AHH adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh
seseorang sejak lahir. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei
kependudukan.
Penghitungan indeks kesehatan sebagai berikut :

Dimana: I kesehatan = Indeks Kesehatan


AHH = Angka harapan hidup
AHH min = Angka harapan hidup minimal

13
AHH maks = Angka harapan hidup maksimal
Dengan angka harapan hidup, dapat dilihat perkembangan
tingkat kesehatan pada suatu wilayah serta dapat pula dilihat
perbandingan tingkat kesehatan antar wilayah. Variabel eo (Enol)
diharapkan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat
masyarakat. Dalam hal ini sebenarnya angka morbiditas (angka
kesehatan) lebih valid tetapi karena keterbatasan data, maka yang
digunakan adalah angka harapan hidup.
Angka harapan hidup dihitung dengan cara tidak langsung
dengan paket program Micro Computer Program for Demographic
Analysis (MCPDA) atau Mortpack. AHH mencerminkan derajat
kesehatan suatu masyarakat. AHH negara berkembang lebih rendah
dibandingkan AHH negara maju karena AHH dipengaruhi oleh tingkat
kematian bayi yang tinggi.
B. Dimensi Pendidikan
Dimensi pendidikan dicerminkan oleh Angka Harapan Lama Sekolah
dan Rata-rata Lama Sekolah. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata
lama sekolah dapat mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan
penduduk. Penghitungan indeks pendidikan (IP) menurut UNDP
dihitung dengan cara sebagai berikut:

Dimana: Ipendidikan = Indeks Pendidikan


I HLS = Indeks angka harapan sekolah
HLS = Angka harapan sekolah
HLS min = Angka harapan sekolah minimal
HLS maks = Angka harapan sekolah maksimal
I RLS = Indeks rata-rata Lama sekolah
RLS = Angka rata-rata lama sekolah
RLS min = Angka rata-rata lama sekolah minimal
RLS maks = Angka rata-rata lama sekolah maksimal
C. Dimensi Pengeluaran

14
Standar hidup layak diproksi dengan indikator pengeluaran per
kapita yang disesuaikan. Pengeluaran per kapita yang disesuaikan
didekati dengan membagi pengeluaran per kapita riil dengan paritas
daya beli (Purcashing Power Parity).

Dimana: I pengeluaran = Indeks Pengeluaran


PPP = paritas daya beli (Purcashing Power Parity)
PPP min = paritas daya beli minimal (Purcashing Power
Parity)
PPP maks = paritas daya beli maksimal (Purcashing Power
Parity)
Menghitung IPM
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,
pendidikan, dan pengeluaran.

IPM dihitung menggunakan rata-rata ukur (geometrik) karena rata-rata


ukur (geometrik) lebih responsif dengan adanya ketimpangan capaian
pembangunan, dimana jika terdapat satu indikator yang rendah, maka
indikator tersebut tidak akan tertutupi oleh indikator yang lain yang
memiliki nilai yang tinggi.
6.4 Posisi IPM Indonesia diantara negara lain
 Indeks Pembangunan Manusia RI No 107 dari 189 Negara!
Laporan IPM juga dirilis setiap tahunnya secara global oleh
United Nation Development Programme (UNDP). Konsep yang
digunakan masih sama dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu
usia, pendidikan dan ekonomi. Hanya saja pendekatan kalkulasinya
saja yang berbeda.
Hasilnya untuk tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat
ke 107 dari 189 negara yang dianalisis oleh UNDP. Indonesia berada
di peringkat tengah. Namun apabila merujuk pada skor IPM RI versi
UNDP maka statusnya tergolong tinggi.

15
Dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia
Tenggara, Indonesia menduduki peringkat kelima. IPM Indonesia
kalah dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand.
Untuk semua aspek yang dievaluasi Indonesia jelas
tertinggal jauh dari Singapura yang menyandang predikat IPM sangat
tinggi dan berada di peringkat 11 dunia. Jika dibandingkan dengan
Brunei pun masih tertinggal. Bahkan untuk semua aspek Indonesia
juga masih kalah dengan Malaysia.
Namun apabila dibandingkan dengan Thailand, Indonesia
masih lebih unggul dalam hal rata-rata lama sekolah.
 Indikator Pembangunan Manusia

UHH HLS RLS


Rankin (Tahun (Tahun (Tahun  GNI/Kapit
Negara g IPM ) ) ) a (US$)

0.93
Singapura 11 83.6 16.4 11.6 88.16K
8

Brunei
0.83
Darussala 47 75.9 14.3 9.1 63.97K
8
m

0.81
Malaysia 62 76.2 13.7 10.4 27.53K
0

0.77
Thailand 79 77.2 15.0 7.9 17.78K
7

0.71
Indonesia 107 71.7 13.6 8.2 11.46K
8

0.71
Filipina 107 71.2 13.1 9.4 9.78K
8

0.70
Vietnam 117 75.4 12.7 8.3 7.43K
4

0.61
Laos 137 67.9 11.0 5.3 7.41K
3

16
UHH HLS RLS
Rankin (Tahun (Tahun (Tahun  GNI/Kapit
Negara g IPM ) ) ) a (US$)

0.58
Myanmar 147 67.1 10.7 5.0 4.96K
3

0.59
Kamboja 144 69.8 11.5 5.0 4.25K
4
Catatan : IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
UHH (Usia Harapan Hidup)
HLS (Harapan Lama Sekolah)
RLS (Rata-rata Lama Sekolah)
GNI (Gross National Income
Indonesia bersama Filipina berada di peringkat yang
sama. Hanya saja hal yang membedakan Indonesia unggul dari segi
usia harapan hidup (UHH), harapan lama sekolah (HLS) dan
pendapatan nasional per kapita. Sementara Filipina unggul dari sisi
rata-rata lama sekolah.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN sisanya
Indonesia masih unggul jauh di segala aspek. Indonesia harus terus
berbenah untuk meningkatkan pembangunan manusia. Pembangunan
ekonomi yang merata dan tidak Jawa sentris sangatlah dibutuhkan.
Selain itu perbaikan sistem kesehatan terutama untuk
asuransi, hingga sistem pendidikan masih perlu untuk dibenahi.
Akses dan kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan baik dari
Sabang sampai Merauke.
6.5 Hubungan Kerja Di Sektor Informal
sektor informal, yaitu merupakan suatu kegiatan yang se secara
umum dinamakan wirausaha “usaha sendiri”. Ini merupakan jenis
kesempatan kerja yang kurang terorganisir, yang sulit dicacah, dan
karena itu sering dilupakan dalam sensus resmi, serta merupakan
kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh
aturan-aturan hukum.
Pengertian sektor informal : Menurut Hidayat (1979:20),
informal diartikan dalam arti ekonomis, informal tidak termasuk usaha

17
ilegal seperti penyelundupan. Ia memberikan 11 ciri pokok sektor
informal sebagai berikut :
1. Kegiatan usahanya tidak terorganisasikan dengan baik
2. Pada umumnya unit usaha ini tidak mempunyai ijin usaha
3. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja
4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu
golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini
5. Unit usaha ini mudah keluar masuk dari satu sub ke sub sektor
lainnya
6. Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana
7. Modal dan perputaran modal usahanya relatif kecil, sehingga skala
operasinya kecil
8. Untuk menjalankan usahanya tidak diperlukan pendidikan formal
9. Pada umumnya unit usaha tersebut termasuk golongan “one man
enterprises” dan kalau memanfaatkan tenaga buruh, biasanya
berasal dari keluarga
10. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan
sendiri atau dari lembaga keuangan tidak resmi
11. Hasil produk atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan
masyarakat kota atau desa yang berpenghasilan rendah.

A. Ciri-Ciri Sektor Informal


Adapun ciri-ciri sektor informal menurut Payaman Simanjuntak
(1985: 98) meliputi :
1. kegiatan usaha umumnya sederhana,
2. Tidak terikat banyak orang
3. Skala usaha relatif kecil
4. Tidak mempunyai ijin usaha
5. Tingkat penghasilan umumnya rendah
6. Bebas dapat dilakukan oleh semua orang
7. Berfungsi sebagai produsen atau penyalur kecil yang langsung
melayani konsumen, dan Mempunyai keanekaragaman bentuk
usaha.
B. Ada dua pandangan atau sikap sehubungan dengan meluasnya
sektor informal di perkotaan :

18
Pertama yaitu pandangan yang berpendapat mengalirnya
angkatan kerja dari pedesaan yang memasuki sektor informal
merupakan gejala positif, karena Keberadaan sektor informal
dipandang sebagai pelengkap dan penunjang serta sebagai sumber
potensi perkembangan ekonomi kota.
Kedua, pandangan bahwa sektor informal berdiri sendiri
dan terpisah dari kegiatan ekonomi kota (Tadjuddin Noer Effendi,
1996:247)

19
BAB III
PENUTUP

7. Kesimpulan

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari


pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan subyek dan obyek
pembangunan. Dengan demikian, tenaga kerja sangat menentukan atas
keberhasilan pembangunan, dan pembangunan dianggap berhasil jika masyarakat
dapat hidup dengan sejahtera.
Program pembangunan ekonomi di masa lalu terlalu menekankan pada
aspek pertumbuhan dengan mengabaikan pembangunan ketenagakerjaan,
sehingga kesejahteraan tenaga kerja tidak tercapai. Hal ini merupakan
pengalaman berharga dengan timbulnya masalah ketenagakerjaan yang besar
yaitu tingkat pengangguran yang tinggi dan rendahnya kualitas tenaga kerja.
masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar.
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia. masalah kependudukan bisa disebut juga sebagai masalah sosial karena
terjadinya di lingkungan sosial atau masyarakat.
Sektor informal adalah suatu unit usaha dengan pola kegiatan tidak
teratur baik waktu, modal, maupun penerimaannya, hampir tidak tersentuh oleh
peraturan atau ketentuan dari pemerintah; modal, peralatan dan perlengkapan
serta omzet yang diperoleh biasanya kecil dan dilakukan oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian khusus dalam menjalankan
kegiatannya, dan pada umumnya satuan usahanya mempekerjakan tenaga kerja
yang sedikit dari lingkungan, hubungan keluarga, serta dengan mudah dapat
berganti atau beralih keusaha lain. Sektor informal merupakan unit usaha yang
mampu menciptakan lapangan kerja, kesempatan kerja dan mempunyai daya
serap yang tinggi bagi para angkatan kerja
7.1 Saran
Makalah ini memang diakui memiliki banyak kekurangan terkait dengan
pembahasan yang kurang mendalam dalam beberapa unit pembahasan. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penyusun. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca, seperti dosen atau pun
mahasiswa lain sangat penyusun harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

20
DAFTAR PUSAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan
Sabat, Olivia (2021).Ragam Masalah Kependudukan di Indonesia dan Cara
Mengatasinya. Diakses pada 21 September 2021 dari
https://www.detik.com/edu/ detikpedia/d-5721941/ragam-masalah-
kependudukan-di-indonesia-dan-cara-mengatasinya
(2020).Pasar Tenaga Kerja : Pengertian, Fungsi, Jenis, Dan Ciri Beserta Kelebihan &
Kekurangannya Lengkap. Diakses pada 21 September 2021, dari
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/678-pasar-tenaga-kerja-
pengertian-fungsi-jenis-dan-ciri-beserta-kelebihan-kekurangannya-lengkap
Mekari (2021). Lengkap! Berikut Pengertian serta Beda UMK, UMR, dan UMP.
Diakses pada 21 September 2021 dari https://www.talenta.co/blog/insight-
talenta/lengkap-berikut-pengertian-serta-beda-umk-umr-dan-
ump/#Awal_Mula_Definisi_UMR_di_Indonesia
Davies, A. and G. Quinlivan (2006), A Panel Data Analysis of the Impact of Trade on
Human Development, Journal of Socioeconomics
Irmayanti, “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Polewali Mandar” (Skripsi: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2017)
Sayogyo, Patris.(2018). Booklet Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2017. Sidoarjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo
Citradi, Tirta.(2020). Duh, Indeks Pembangunan Manusia RI No 107 dari 189
Negara!. Diakses pada 21 September 2021 dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20201216142816-4-209558/duh-
indeks-pembangunan-manusia-ri-no-107-dari-189-negara/1
Hidayat. 1979. Sektor Informal Dalam Struktur Ekonomi Indonesia (dalam profil
Indonesia) Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan
Tadjuddin Noer effendi (1996). Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di
Kota, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai