Tokoh : Siti Nurbaya, baginda Sulaiman, Samsul ( kekasih Siti nurbaya ), datuk Maringgih
Arifin Chairin Noer yang meninggal pada 28 Mei 1995, tepat hari ini tiga windu lalu,
dikenal sebagai dramawan sekaligus sutradara film autodidak yang sangat berbakat. Melalui
media teater dan film arahannya, Arifin hampir tidak pernah luput menyertakan nilai-nilai
humanis sekaligus kritik sosial yang selalu dapat dijadikan bahan renungan.Arifin sudah
tertarik mendalami dunia sastra sejak usia sekolah. Di kota kelahirannya Cirebon, Arifin tidak
tamat SMA. Dia malah pamit merantau ke Solo agar dapat pindah ke SMA Jurnalistik dan
bergabung ke Lingkaran Drama Rendra dan Himpunan Sastrawan Surakarta.Perantauan
Arifin tidak lantas berhenti di Solo. Arifin kemudian melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Di
kota pelajar itulah, ia berkesempatan menimba pengalaman di Teater Muslim yang dipimpin
oleh Mohammad Diponegoro.Menurut catatan Jamal D. Rahman dalam 33 Tokoh Sastra
Indonesia Paling Berpengaruh (2014), barulah pada usia 27 tahun Arifin hijrah ke Jakarta.
Sekitar tahun 1968, ia mendirikan perkumpulan teater eksperimental yang bernuansa
kekeluargaan bernama Teater Ketjil. Di sanalah Arifin menjelma menjadi fenomena penting
dalam sastra Indonesia (hlm. 505-506).Arifin memulai penyutradaraannya lewat Suci Sang
Primadona (1977.Di antara seluruh film arahannya, film Penumpasan Pengkhianatan G30 S
PKI menjadi filmnya yang paling membekas dalam sejarah. Arifin bisa jadi beruntung,
karena dari sekian banyak sutradara berbakat dia yang dipilih pemerintah Orde Baru untuk
menggarap film sejarah kolosal paling ambisius dengan melibatkan tidak kurang dari 122
pemain, 10.000 figuran, dan ratusan set film yang menyebar di Jakarta dan Bogor.
3.Wiji Thukul