A. Konsep Dasar
1. Pengertian
kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau
anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan
demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari
2000).
dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum,
medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum
tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri
dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua cabang dari medulla
spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous system) yang terdiri dari
oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi
1
struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau guncangan. Meningen
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla
cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat
alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di
dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri inilah yang
1) Thalamus
2) Hypothalamus
genital, tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom
2
dan sebagainya. Bila terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi
3) Formation Reticularis
cortex cerebri.
b. Serebellum
System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar
dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus cranialis
ada 12 pasang :
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
3
10) N. X : Nervus Vagus
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat
dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf aferent dan
mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system simpatis dan
parasimpatis.
symphatis
kolateral.
3. Etiologi
demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
4
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
4. Patofisiologi
membran sel neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida. Akibatnya
sebaliknya.
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat
keturunan.
dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga meluas ke
tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang kejang
tinggi baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Untuk lebih jelas dapat dilihat
Kejang demam
5
Inflamasi
Infeksi
Kejang
Sembuh Apnea
O2 menurun
Kebutuhan O2 meningkat
• Hiperkapnia
Hipoxemia
• Hipotensi arterial
Metabolisme otak
meningkat
Aktivitas otot meningkat
Hipoxia
Permeabilitas meningkat
6
Edema otak
Epilepsi
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-data antara
lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah, badan klien
6. Komplikasi
spastisitas.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
7. Penatalaksanaan / Pengobatan
7
Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat pilihan
b. Pengobatan Penunjang
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar
c. Pengobatan di rumah
1) Profilaksis intermitten
obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
8
Pengkajian adalah pendekatan untuk mengumpulkan data serta
klien (Gaffar, 1997). Dalam upaya pengumpulan data sebagai langkah awal
1997).
yang akurat dan lengkap sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapis) atau
Berdasarkan sumber data, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari klien, yaitu data tersebut diperoleh dari klien yang sadar maupun klien
kebersihan diri atau data tentang kesadaran. Data sekunder adalah data yang
diperoleh selain dari klien, seperti dari perawat, dokter, catatan perawat, serta
9
Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data dengan observasi,
kejari tengah yang lainnya untuk normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba klien seperti
lokasi pada rongga abdomen untuk mengetahui lokasi nyeri atau untuk
10
1) Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan
alamat
bangsa
bangsa.
b. Kesehatan fisik
1) Pola nutrisi
disertai muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan
2) Pola eliminasi
3) Pola tidur
Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya
dan rambut
5) Pola aktifitas
1) Riwayat prenatal
11
2) Riwayat kelahiran
4) Tumbuh kembang
5) Imunisasi
badan meningkat
3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan dan
mengatasi kejang.
12
5) Riwayat psikologis
e. Pemeriksaan fisik
kebersihannya
/ Kronis
dikelompokkan. Pengelompokan data dapat dibagi atas data dasar dan data
khusus (Carpenito, 1997). Data dasar terdiri dari data fisiologis, data
psikologis, data sosial dan spiritual. Sedangkan data khusus adalah data yang
13
bersifat khusus, misalnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen dan
sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
masalah kesehatan aktual atau rester / resti (Gaffar, 1997). Pada tahap diagnosa
keperawatan.
yaitu :
kesehatan yang nyata yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan, saat ini masalah belum ada tetapi etiologi sudah ada.
masalah
perubahan keperawatan
14
b. Etiologi, pernyataan etiologi mencerminkan penyebab masalah klien yang
subjektif) adalah perubahan yang dirasakan oleh klien dan diekspresikan secara
verbal kepada perawat. Tanda (data objektif) adalah perubahan yang diamati
pada status kesehatan klien. Identifikasi minimal tiga tanda dan gejala sebagai
proses infeksi
prosedur tindakan
adalah :
15
a. Resiko terhadap henti nafas berhubungan dengan perubahan kesadaran,
proses infeksi
proses infeksi.
3. Perencanaan
kondisi dan kebutuhan klien saat ini serta menuliskan tujuan yang ditetapkan
16
Diagnosa keperawatan diurutkan dengan prioritas tinggi, sedang, ringan
fisikologis, keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan
aktualisasi diri.
1. Diagnosa keperawatan I
Rencana Tindakan :
pencetus kejang
17
Rasional : mengurangi trauma saat kejang selama berada di tempat tidur
1.3 Gunakan termometer dengan bahan metal atau dapatkan suhu melalui
1.4 Tinggallah bersama klien dan keluarga dalam waktu beberapa lama /
setelah kejang
lanjut
1.5 Masukkan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik. Miringkan
kepala ke salah satu sisi dan lakukan suction pada jalan nafas sesuia
indikasi
1.6 Atur kepala, tempatkan di atas daerah yang empuk (lunak) atau bantu
2. Diagnosa keperawatan II
Pola nafas efektif yang ditunjukkan dengan frekuensi nafas dalam batas
Rencana Tindakan :
2.2 Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala,
18
Rasional : Meningkatkan aliran (drainage), sekret, mencegah lidah
2.4 Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau golongan benda lunak
melakukan suction
proses infeksi
Rencana Tindakan :
19
Rasional : Membantu menurunkan demam dengan efek vasodilatasi air
4 Diagnosa keperawatan IV
Rencana Tindakan :
4. Pelaksanaan
20
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien vulnus scissum untuk
sebelumnya dan disesuaikan dengan situasi secara cermat dan efisien. Dalam
yang sesuai dengan kebutuhan klien saat itu, tidak semata – mata berdasarkan
bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
klien.
21
memberikan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif yang
5. Evaluasi
meliputi pola pernafasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak
cairan terpenuhi seimbang, tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang dan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi
tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang
dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian tujuan
jangka panjang.
pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “ dan
keperawatan.
22
1) Kesenjangan informasi yang terjadi dalam pengkajian tahap satu.
3) Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada tahap tiga
empat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius,
Jakarta
Sylvia A. Price, dkk (1995), Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, EGC,
Jakarta
24