Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. Y DENGAN


KASUS DIARE DI RUANG IGD RSUD HARAPAN DAN DOA BENGKULU
TAHUN 2021

Dosen Pembimbing :
Ns. Mardiani, S.Kep,Mm

Disusun Oleh :
KELOMPOK PERIODE III
DI IGD RSUD HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU

Pawan Pranata

Hanisyah Herti Dwisari

Riece Andrelasari

Trisna Wulan Safitri

Annisa Rahmaryanti

Dewi Anggraini

Widya Andriani

Peggi Dwi Martika

Pawan Pranata

Hanisyah Herti Dwisari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tepat waktu.
Penulis menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
materi maupun bahasa. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik khususnya dari Dosen
pembimbing mata kuliah serta pembaca demi kemajuan makalah ini kedepannya.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Aamiin.

Bengkulu, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
BAB II KONSEP TEORI
a) Pengertian....................................................................................................... 4
b) Fisiologi.......................................................................................................... 3
c) Patofisiologi................................................................................................... 5
d) Manifestasi Klinis.......................................................................................... 6
e) Tanda dan Gejala............................................................................................ 6
f) Penatalaksanaan............................................................................................. 7
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian...................................................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................... 11
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................. 13
3.4 Implementasi dan Evaluasi............................................................................ 18
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan.................................................................................................... 19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 22
5.2 Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare secara epidemiologik biasanya didefinisiskan sebagai
keluarnya tinja yang lunak atau cair lima kali atau lebih dalam satu
hari. Namun para orangtua mungkin menggunakan istilah yang
berbeda-beda untuk menggambarkannya, tergantung pada apakah
konsistensi tinjanya lebih lunak, cair, berdarah, atau berlendir, atau
adanya muntah. Sangat penting untuk mengetahui istilah ini apabila
menanyakan diare. Bayi yang mendapatkan ASI penuh biasanya
mengeluarkan tinja  beberapa kali tinja yang lunak atau agak cair
setiap hari. Untuk hal tersebut, lebih praktis mendefinisikan diare
sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi
lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya (biasanya lunak,
ini jadi lebih lunak lagi).
Diare cair akut adalah buang air besar lebih dari 5 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
Penyebab terbanyak diare pada usia 0-2 tahun adalah infeksi rotavirus.
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada
anak di negara berkembang, dengan perkiraan 3,2 juta kematian tiap
tahun pada balita. Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami
rata-rata 3,3 episod diare per tahun, tetapi di beberapa tempat
dapat lebih dari 9 episod per tahun. Sekitar 80% kematian
yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.
Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan
karena adanya kehilangan selera makan pada penderita diare sehingga
dia makan lebih sedikit dari pada  biasanya dan kemampuan menyerap
sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanannya
meningkat akibat dari infeksi. Secara umum penanganan diare akut
ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan

2
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi
oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian
cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena
tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral karena infeksi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat pasien hipertensi di Ruang
IGD RSUD Harapan dan Doa Bengkulu ?

3
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi Penyakit
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular
menyerang pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak
encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lendir dan darah
(Murwani, 2009).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007).
Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit
pada anak-anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai
keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam
nafas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi anti bioptik
(donnna L. Wong let, 2009).

B. Etiologi

Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari


gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi :

a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi


makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,

4
salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).

b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus,


dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus
Rotavirus.
c. Jamur : candida

d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)

2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :

a. Alergi makanan, misal susu, protein

b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit

c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.

e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis

f. Emosional atau stress

g. Obstruksi usus

C. Tanda dan Gejala

Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi


pada kasus gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah

2. Suhu badan meningkat

3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada

4. Timbul diare

5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender

6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare

8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada


bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut

5
dan bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun

D. Pohon Masalah

Faktor infeksi Faktor mal absorbs Faktor makanan Faktor psikologi


(karbohidrat, lemak, (makanan basi, beracun, (rasa takut dan
protein) alergi makanan) cemas)

Penyerapan sari-sari makanan saluran


bercernaan tidak adekuat

Meningkatnya aktivitas Kesempatan usus


Tekanan osmotik sekresi air dan elektrolit menyerap makanan
meningkat Isi rongga usus berlebihan
berkurang
Mengeluarkan isinya
Reabsorbsi di dalam
Terdapatnya zat-zat Meningkatnya motilitas
Gangguan sekresi
ususmakanan
terganggutidak dapat usus
diserap
BAB sering, konsistensi Inflamasi saluran
cair pencernaan
Meningkatnya
sekresi cairan dan Tubuh bereaksi Mual
elektrolit terhadap invasi
mikroorganisme

Meningkatnya Defisit nutrisi


- Risiko Hipovolemia suhu tubuh
- Risiko
ketidakseimbangan Hipertermia Anoreksi
Dehidrasi
elektrolit

6
E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap

2. Pemeriksaan urine lengkap

3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur

4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik

5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni


sangat dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA)
& elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja

- makroskopik dan mikroskopik

- pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa
- bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture
dan sensitivity test)
9. Pemeriksaan analisa gas darah

10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium


dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

F. Penatalaksanaan Medis

1. Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah


pemberiannya.
1) Cairan per oral

7
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan
glukosa. Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolalitas 333

mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit


yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL,
NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-
cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO
tidak lengkap
2) Cairan parentral
Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral
tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam
perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994
dalam Wicaksana, 2011).
b. Pengobatan Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan


pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi
sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa
pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien

8
immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),
Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari
oral atauIV).

BAB III

9
LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Pasien An. Y berusia 15 tahun. Pasien dibawa ke IGD RSUD Harapan dan Doa kota
Bengkulu pada tanggal 27 November 2021 pukul 19.40 dengan keluhan Mual, Muntah
dan Diare sejak 5 hari yang lalu Pada saat dilakukan pengkajian primer, pada Airway atau
jalan napas pasien didapatkan hasil bahwa pasien dapat berbicara normal, tidak
ditemukan tanda-tanda cedera cervical dan jalan napas paten. Untuk pernapasan
(Breathing) pasien ditemukan RR 20x/m dengan suara napas vesikuler, tidak ada jejas
pada bagian dada, ekspansi dada simetris. Sirkulasi (Circulation) pasien didapatkan hasil
nadi teraba kuat dengan PR 90x/m dalam rentang normal, pasien tampak pucat dengan
TD 127/90, S 38,2 c. CRT <3 detik dan tidak ada perdarahan eksternal. Pemeriksaan
Disability pasien didapatkan hasil GCS : E4 V5 M6 dengan kesadaran Composmentis.
Saat dilakukan Exposure tidak ditemukan tanda-tanda D.O.T.S atau Deformitas, Open
Wound, Tenderness dan Swelling di seluruh tubuh pasien.
Setelah kondisi pasien stabil, dilanjutkan dengan pengkajian sekunder dengan metode
KOMPAK. Didapatkan bahwa keluhan pasien datang adalah dengan keluhan Mual,
Muntah dan Diare sejak 5 hari yang lalu Pasien sudah pernah berobat kedokter tapi belum
menunjukkan keadaan yang membaik. Intake oral terakhir sekitar 9 jam yang lalu. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Leukosit : 9.400   ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
2. Trombosit : 153.000    ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
3. Haemoglobin : 12.1 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
4. Haematokrit : 36 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
5. Ureum : 42 (mg/dl)
6. Creatinin : 0.9 (mg/dl)
7. GDS : 114

ANALISA DATA

10
NAMA PASIEN : Ny. M UMUR : 45 tahun
RUANGAN : Melati/15 NO.REG : 790733

DATA SENJANG PENYEBAB MASALAH


No
(SYMPTOM) (ETIOLOGY) (PROBLEMA)
1. DS: Kekurangan Asupan Hipovolemia
cairan
- Pasien mengeluh
Mual, Muntah 7x
dan diare sejak 5
hari yang lalu

DO:
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah
- TD 127/90 Mmhg
- CRT <3 detik
- Mukosa bibir kering

2. Ds ketidakmampuan Defisit Nutrisi


mengabsorbsi nutrien
- Pasien mengeluh
Mual, Muntah 7x
dan diare sejak 5
hari yang lalu

DO:
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah
- TD 127/90 Mmhg
3. Ds : proses penyakit (virus Hipertemia
dalam darah/viremia).
- Pasien mengeluh
Demam sejak 2 hari
yang lalu
Do:
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah

11
- S: 38,2 c

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Hipovolemia berhubungan dengan Kekurangan Asupan cairan
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).

12
Rencana Keperawatan

NAMA PASIEN : UMUR :

RUANGAN : NO.REG :

PERENCANAAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN /KRITERIA
RENCANA TINDAKAN
HASIL

1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Siki : Manajemen Hipovolemia


Kekurangan Asupan cairan keperawatan selama 1 x 24 Tindakan :
jam, diharapkan pasien Observasi
menunjukan fungsi pernapasan
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia
normal
 Monitor intake dan output cairan
SLKI : Keseimbangan cairan Terapeutik

 Dipertahankan pada level  Hitung kebutuhan cairan


 Ditingkatkan ke level ...  Berikan posisi modified trandelenburg
 Berikan asupan cairan oral

13
Deskripsi level : Edukasi

1. Menurun  Anjurkan memperbanyak asupan

2. Cukup menurun cairan oral


 Anjurkan menghindari perubhan
3. Sedang
posisi mendadak
4. Cukup meningkat Kolaborasi
5. meningkat
 Kolaborasi pemberian cairan IV
Dengan Kriteria Hasil : isotonis (mis. NaCI, RL)

1. asupan cairan  Kolaborasi pemberian cairan koloid

2. Turgor kulit  Kolaborasi pemberian produk darah

3. Berat badan  Kolaborasi pemberian cairan IV


4. Membran mukosa Hipotonis ( mis. Glukosa 2,5 %, NaCI
5. Mata cekung 0,4 %)

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi SIKI : Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien keperawatan selama 1 x 24 Tindakan
jam, diharapkan pasien Observasi
menunjukan fungsi pernapasan
 Identifikasi status nutrisi

14
normal
 Identifikasi makanan yang disukai
SLKI : Status Nutrisi  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
 Dipertahankan pada level
 Monitor berat badan
 Ditingkatkan ke level ...
 Monitor hasil pemeriksaan
Deskripsi level : laboratorium
Terapeutik
1. Meningkat
2. Cukup meningkat  Lakukan oral hygiene sebelum makan,
3. Sedang jika perlu
4. Curup menurun  Berikan makanan tinggi kalori dan
5. menurun protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu

Dengan Kriteria Hasil : Edukasi

1. Perasaan cepat kenyang  Anjurkan posisi duduk, jika mampu


2. Nyeri abdomen  Ajarkan diet yang diprogtamkan
3. Sariawan Kolaborasi
4. Rambut rontok
 Kolaborasi pemberian medikasi
5. Diare

15
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kolori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
3. Hipertemia berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Siki : Manajemen Hipertermia

proses penyakit (virus dalam keperawatan selama 1 x 24 Tindakan


jam, diharapkan pasien Observasi :
darah/viremia).
menunjukan fungsi pernapasan
1. Monitor suhu tubuh
normal
2. Monitor kadar elekrolit
SLKI : Termoregulasi 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
 Dipertahankan pada level
 Ditingkatkan ke level ... 1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Deskripsi level :
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
6. Meningkat 4. Berikan cairan oral
7. Cukup meningkat 5. Hindari pemberian antipiretik atau
8. Sedang aspirin
9. Curup menurun 6. Berikan oksigen, jika perlu

16
10. menurun Edukasi
Dengan Kriteria Hasil :
1. Anjurkan tirah baring
1. Pucat Kolaborasi
2. Tekanan darah Sistolik
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
3. Tekanan darah diastolik
elekrolit intravena, jika perlu
4. BB
5. Saturasi oksigen

IMPLEMENTASI & EVALUASI

TANGGAL/
NO NO .DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
JAM

17
27/11/2021 S: Pasien mengatakan mual sudah
19.00 I,II 1. Melakukan pengkajian primer pada pasien cukup berkurang
19.08 I,II 2. Memeriksa TTV pasien
19.12 - 3. Melakukan Swab antigen O: Pasien tampak tenang, TD 120/90
19.13 I,II,III 4. Memasang infus mmhg, S : 37,9 c
19.15 III 5. Mengobservasi pemberian Ranitin injeksi melalui IV
19.20 I,II oleh co-ass dokter A: Hipovolemia berhubungan
19.40 I,II,III 6. Mendrib Paracetamol dengan Kekurangan Asupan cairan
7. Memberi vitamin Neurobion melalui Infus
8. Memonitor kembali TTVpasien P: Intervensi dilanjutkan di ruang rawat
inap RSUD Harapan dan Doa kota
bengkulu

18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian primer, pada Airway dan Breathin pasien tidak
ditemukan data senjang. Namun ditemukan data bahwa pasien tampak pucat dengan TD
120/90, S: 37,9 c di pemeriksaan Circulation dan pemeriksaan Disability pasien
didapatkan hasil GCS : E4 V5 M6, Pasien masih mengatakan Mual, muntah, kesadaran
Composmentis dan kekuatan otot maksimal. . Dan setelah dilakukan pengkajian sekunder
didapatkan data bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi obat Dan selanjutnya
dilanjutkan dengan pengkajian sekunder dengan metode KOMPAK. Didapatkan bahwa
keluhan pasien datang adalah Mual,muntah 7x, diare sejak 5 hari yang lalu dan demam,
Intake oral terakhir sekitar 9 jam yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Leukosit : 12.400   ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
2. Trombosit : 362.000    ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
3. Haemoglobin : 12.1 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
4. Haematokrit : 36 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
5. Ureum : 42 (mg/dl)
6. Creatinin : 0.9 (mg/dl)
7. GDS : 114
4.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan
Dari data tersebut kemudian penulis merumuskan diagnose keperawatan
Hipovolemia berhubungan dengan Kekurangan Asupan cairan, Defisit Nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia). ditandai dengan pasien mengeluh
Mual, Muntah 7x, diare sejak 5 hari yang lalu dan Demam.
4.3 Perencanaan
Setelah penulis melakukan analisa data maka intervensi atau rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Hipovolemia berhubungan dengan Kekurangan Asupan cairan, Tujuan
yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x60 menit
diharapkan perfusi perifer meningkat ke level 3 dengan kriteria hasil menurut SLKI: :
Keseimbangan cairan, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler <3 detik, tekanan darah
sistolik dalam rentang normal, tekanan darah diastolik juga dalam rentang normal.
19
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan adalah Resusitasi Cairan,
memonitor tekanan darah, suhu pasien agar Kebutuhan Cairan yang terbuang bias
tergantikan dan terpenuin.
 Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 kali 60
menit diharapkan Status Nutrisi meningkat ke level 3 dengan kriteria hasil menurut SLKI:
Manajemen Nutrisi. Mual, Muntah 7x dan diare sejak 5 hari yang lalu. Intervensi atau
rencana tindakan yang akan dilakukan adalah Manajemen Nutrisi dengan Pemberian
Vitamin.
 Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia), tujuan penulis adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
1x60 menit diharapkan termoregulasi meningkat ke level 3 dengan hasil menurut SLKI :
Manajemen Hipertermia, Suhu 38,2 c, mukosa bibir pucat dan kering. Intervensi atau
rencana tindakan yang akan dilakukan adalah Manajemen Hipertermia dengan Pemberian
paracetamol 100mg di drib.

4.4 Implementasi
Setelah menyusun rencana tindakan dan kriteria hasil yang harus didapatkan, maka
penulis melaksanakan implementasi tindakan sesuai dengan pengkajian gawat darurat
yaitu ketika pasien datang, maka langsung dilaksanakan pemeriksaan pengkajian primer
dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. Setelah didapatkan data bahwa
pasien memiliki tekanan darah tinggi dan keluhanMual, muntah dan diare, maka perawat
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infus, ranitidine 1 ampul,
paracetamol 100 mg, neurobion. Setelah 30 menit perawat melanjutkan implementasi
memonitor kembali TTV pasien agar diketahui apakah TTV pasien mengalami Membaik

4.5 Evaluasi
Setelah penulis melakukan analisa data, merencanakan tindakan keperawatan dan
melakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang didapat dari implementasi
keperawatan adalah sebagai berikut:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi adalah pasien mengatakan
Tidak lagi mual, bibir tidak lagi pucat dan pasien tidak Suhu tubuh pasien mulai menurun,
S:37,9 c Setelah di analisa bahwa Hipovolemia, Defisit Nutrisi dan Hipertermia pasien

20
belum teratasi penuh sehingga plan/rencana selanjutnya yaitu intervensi dilanjutkan di
ruang rawat inap RSUD Harapan dan Doa kota Bengkulu.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan diare merupakan suatu asuhan
yang kompleks, tidak hanya khusus satu tindakan berupa pemberian Resusitasi Cairan
tetapi juga disertai tindakan keperawatan yang lain yang dapat mendukung teratasinya
masalah keperawatan pada pasien yaitu Defisit nutrisi dengan pemberian Neurobion dan
maslah keperawatan Hipertermi dg pemberian Drib PCT 100 mg.
5.2 Saran
Pasien yang mengalami Diare diharapkan agar istirahat yang cukup dan mengonsumsi
makanan- makanan yang bersih dan sehat karena hal tersebut dapat membantu
meningkatkan proses penyembuhan dan mencegah penyakit serta diharapkan untuk selalu
melaporkan apabila terjadi tanda-tanda gawat darurat yang dirasakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ardhani punky, 2008,   Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak,  Pustaka Cendekia
Press: Jogjakarta

Behrman Richard et all, 2009,   Nelson textbook of Pediatrics, Sanders:


Phyladelpia.

Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan

  Anak: edisi I , Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Poorwo sumarso et all, 2003,  Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi &

  Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Hasan Rusepno et all, 2007,   Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11,


Infomedika: Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai