Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga
bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui
ostium uteri eksternum
Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada lapisan epitel
serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel serviks (NIS) 1, NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ
(KIS). Selanjutnya setelah menembus membrana basalis akan berkembang menjadi
karsinoma mikroinvasif dan invasif.
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi,
USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan
metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik.
6. Bagaimana Terapinya?
Tatalaksana lesi pra kanker :
Screening dengan pemeriksaan iva bila (+) Cryoterapi
Screening dengan papsmear bila abnormal lanjutkan kolposkopi
Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :
1. LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi 1 tahun.
2. HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan
Tatalaksana lesi Kanker Tergantung dari stadium penyakitnya
- Operatif
- Kemoterapi
- Radioterapi
Vaksin HPV
Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi tubuh dari infeksi human
papillomavirus (HPV).
Indikasi Vaksin HPV
Berikut ini adalah penjelasan untuk kelompok penerima vaksin HPV:
Anak-anak
Vaksin HPV akan bekerja lebih baik jika diberikan sebelum seseorang berisiko terpapar virus HPV,
yaitu sebelum aktif secara seksual atau ketika masih anak-anak.
Oleh karena itu, vaksin ini idealnya diberikan kepada anak perempuan maupun laki-laki yang berusia
9–14 tahun. Pada anak-anak, vaksin HPV perlu diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak pemberian 6–
12 bulan antarvaksin.
Remaja dan dewasa
Vaksin HPV dapat diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah menerima atau belum lengkap
menerima vaksin HPV ketika masih anak-anak. Vaksin HPV dapat diberikan kepada remaja usia 15
tahun hingga orang dewasa berusia 26 tahun.
Orang dewasa usia 27–45 tahun juga bisa mendapatkan vaksin HPV, tetapi perlu berkonsultasi
dengan dokter terlebih dahulu. Vaksin HPV dapat diberikan kepada orang dewasa yang telah
menikah atau aktif secara seksual. Akan tetapi, vaksin ini bukan alat pengganti kondom yang dapat
melindungi dari infeksi menular seksual lainnya.
Pada remaja dan orang dewasa, vaksin HPV perlu diberikan sebanyak 3 kali. Vaksin kedua diberikan
setelah 1–2 bulan vaksin pertama, kemudian vaksin ketiga diberikan setelah 6 bulan vaksin kedua.
Peringatan Vaksin HPV
Vaksin HPV umumnya tidak direkomendasikan atau ditunda pemberiannya pada orang dengan
kondisi berikut:
Memiliki atau pernah mengalami reaksi alergi yang parah terhadap vaksin HPV
Memiliki alergi terhadap lateks atau ragi
Sedang hamil, meskipun vaksin ini tidak memberikan efek yang buruk terhadap ibu hamil
dan janin
Menderita penyakit berat
Sebelum Pemberian Vaksin HPV
Sebelum vaksinasi HPV, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai riwayat kesehatan, riwayat
alergi, serta gaya hidup pasien, termasuk aktivitas seksualnya. Setelah itu, dokter juga akan
menjelaskan keuntungan dan risiko yang bisa didapatkan pasien dari menerima vaksin HPV.
Jika pernah menerima vaksin HPV, dokter akan menanyakan tentang waktu pemberian vaksin HPV
sebelumnya, dan menanyakan apakah pasien mengalami alergi atau efek samping setelah
mendapatkan vaksin. Tujuannya adalah untuk menghindari kemungkinan munculnya reaksi alergi
atau efek samping dari vaksinasi HPV.
Prosedur Pemberian Vaksin HPV
Vaksin HPV akan diberikan melalui suntikan ke dalam otot (injeksi intramuskular), biasanya pada
lengan bagian atas. Selain di lengan atas, dokter juga dapat melakukan penyuntikan vaksin HPV di
paha bagian atas.
Vaksin HPV akan diberikan sebanyak 0,5 ml dalam sekali suntik. Berikut ini adalah tahap-tahap
vaksinasi HPV:
Dokter akan membersihkan area yang akan disuntik dengan kapas beralkohol.
Dokter akan menjepit kulit di sekitar area suntik dengan tangan.
Dokter akan menyuntikkan vaksin HPV hingga ke dalam otot melalui permukaan kulit.
Dokter akan memberikan kain kasa beralkohol untuk menekan area suntikan ketika jarum
suntik dilepas guna mencegah perdarahan.
Anak-anak dan remaja perempuan akan diberi tahu kapan waktu vaksinasi HPV perlu dilakukan.
Pemberitahuan ini biasanya disampaikan melalui sekolah atau oleh dokter. Orang tua yang anak
perempuannya sudah menjalani vaksinasi HPV dosis pertama tapi melewatkan dosis kedua, harus
segera memberitahukan hal ini kepada dokter.
Setelah Pemberian Vaksin HPV
Setelah pemberian vaksin HPV, pasien disarankan untuk beristirahat terlebih dahulu selama 15
menit usai penyuntikan. Tujuannya adalah untuk memantau kondisi dan mengantisipasi
kemungkinan terjadinya efek samping.
Meskipun vaksinasi HPV dapat mencegah kanker serviks, penerima vaksinasi tetap disarankan untuk
melakukan upaya pencegahan lainnya, seperti:
Menghindari aktivitas seksual di usia remaja atau sebelum menikah
Tidak berganti-ganti pasangan
Menggunakan kondom
Menghindari hubungan seksual dengan seseorang yang tidak diketahui riwayat aktivitas
seksualnya
Menghindari rokok
Menjalani pap smear secara rutin setelah aktif secara seksual
Risiko Pemberian Vaksin HPV
Walau jarang terjadi, vaksin HPV dapat menimbulkan beberapa efek samping berikut ini:
Nyeri di area suntikan
Kemerahan di area suntikan
Pembengkakan di area suntikan
Sakit kepala
Demam
Mual dan muntah
Lelah dan lemas
Nyeri otot atau sendi
Untuk menghindari efek samping yang berbahaya, segera hubungi dokter jika muncul keluhan
berupa:
Pembengkakan pada wajah dan tenggorokan
Kesulitan bernapas
Rasa gatal di seluruh tubuh
Pusing berputar atau penglihatan berkunang-kunang