Mak Tekpang (BTP, Kelompok 2)
Mak Tekpang (BTP, Kelompok 2)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU:
YENSASNIDAR, S.GZ, M.PD
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun
dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari Ibu Yensasnidar, S.Gz, M.Pd selaku dosen
pengampu materi " Bahan Tambahan Pangan ( BTP ) "
Harapan Kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya
harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................25
3.2 Saran....................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Didalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan juga
bahwa Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai
atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk
maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan
pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan atau produk pangan.
Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang
sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat
dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi
untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa
simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.
Pada masa lalu, sumber bahan tambahan makanan masih terbatas pada bahan alami,
seperti daun suji dan kunyit untuk pewarna, pati untuk pengental, garam memberi rasa
asin serta rempah-rempah untuk memberikan aroma yang khas. Namun, dengan semakin
maju dan berkembangnya teknologi pengolahan pangan, mendorong orang untuk
memperoleh segala sesuatu secara praktis dan cepat, tidak heran pada akhirnya tercipta
macam-macam bahan tambahan makanan hasil ekstrak bahan alami maupun sintesis
bahan kimia.
2
Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan.
Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen POM).
b. Fungsi
1. Antioksidan (Antioxidant)
2. Antikempal (Anticaking Agent)
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)
5. Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)
6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer)
11. Sekuestran (Sequestrant)
3
rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis
sintesis), dan kalsium bromat (pengeras).
Menurut Winarno 1980 BTP atau “food additive” yang digunakan harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah umum digunakan namun sering terjadi
kontroversi karena banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan
yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis yang diizinkan dalam
industri. Bahan tambahan makanan bukanlah merupakan bahan pokok dalam suatu
proses pengolahan makanan. Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan
adalah untuk :
5
Bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam sehingga
memantapkan warna, aroma dan serat makanan.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
722/MenKes/Per/IX/88, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
239/MenKes/Per/V/85, Bahan Tambahan Makanan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
berdasarkan asal bahan, bahan penambahan, dan aturan pengunaan.
1) Berdasarkan asal bahan
a. Bahan alami
Diperoleh dari hasil ekstraksi bahan-bahan alami. Dan memiliki sifat lebih
aman dan mudah didapat, relatif kurang stabil, serta perlu jumlah banyak. Contoh:
gula, garam, bawang putih, kunyit, khlorofil daun (sebagai pewarna), molase (sebagai
pemanis), dan pandan (pemberi aroma).
b. Bahan identik alami
Terbuat dari bahan sintetis tetapi struktur kimianya identik dengan bahan
alami. Contoh: pewarna yang berasal dari karotenoid murni yaitu Santoxantin
(merah), Apokarotin (merah orange), dan beta karotin (kuning).
c. Bahan sintesis
Biasanya merupakan hasil sintesis secara kimia. Memiliki keuntungan yaitu
lebih stabil, lenih pekat, jumlah penggunaan sedikit, serta menimbulkan efek samping.
Contoh: Sakarin dan siklamat yang fungsinya sebagai pemanis. BHA dan BHT
(bersifat karsinogenik), formalin dan boraks (pengawet dan pengenyal), rhodamin B
(pewarna), sakarin maksimal 300 mg/kg (efek karsinogenik), siklamat maksimal 1
g/kg (efek karsinogenik), asam askorbat, serta asam asetat glasial.
6
Penggunaan diatur dalam UU (Men-Kes) karena tingkat bahaya dan ancaman yang
ditimbulkan.
b. Cara Penambahan Bahan Pangan
Semua bahan kimia akan berubah sifatnya dari mengantungkan menjadi racun bila
dosis pemakaiannya keliru. Oleh karena itu, penetapan batas maksimal pengunaan
harian (BTM atau AD I) sangat penting dilakukan dan diinformasikan kepada
masyarakat luas. Batas pengunaan bahan tambahan makanan sehari-hari.
Suatu zat atau bahan yang disengaja ditambahkan saat pembuatan untuk
mendapatkan hasil atau karakteristik tertentu sesusai yang diinginkan. Umumnya, bahan
tambahan makanan membuat makanan menjadi lebih awet dan juga memberikan bentuk,
rasa, dan bau yang lebih menyenangkan.
7
Komisi ini mendifinisikan bahan tambahan makanan sebagai bahan yang tidak
lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya tidak dipakai secara khusus sebagai
campuran makanan. Ada yang bernilai gizi, namun ada pula yang tidak. Dalam hal ini
penambahan zat aditif hanya untuk membantu teknologi pengolahan pangan.
Berikut ini adalah bahan tambahan pangan yang aman menurut Surat Keputusan
Menkes no.722/Menkes/Per/IX/88 :
1) Pengawet Makanan
a. Asam benzoate sebanyak 1 g per 1 kg adonan.
b. Sodium benzoate sebanyak 1 g per 1 kg adonan.
c. Asam propionate sebanyak 3 g per 1 kg adonan (untuk roti).
d. Belerang dioksida sebanyak 500 mg per 1 kg adonan.
2) Pewarna Makanan
a. Ponceau 4 R untuk pewarna saus sambal dengan dosis 300 mg per 1 kg
makanan atau 70 mg per 1 kg minuman. Merah allura/allura red dengan dosis
70 mg per 1 kg makanan atau 300 mg per 1 kg adonan.
b. Erytrosine dengan dosis 300 mg per 1 kg berat badan per hari.
c. Kuning FCF.
d. Sunset Yellow.
3) Pemanis
a. Sakarin dengan dosis 2,5 mg per 1 kg berat badan per hari.
b. Sodium siklamat dengan dosis 11 mg per 1 kg berat badan per hari.
c. Aspartam dengan dosis 40 mg per 1 kg berat badan per hari.
d. Sorbitol (digunakan untuk penderita diabetes dan orang yang membutuhkan
kalori rendah).
4) Penyedap Rasa dan Aroma
a. MSG (mono sodium glutamate) micin/vetsin dengan dosis 120 mg per kg berat
badan per hari.
8
b. Aseton perioksida secukupnya.
6) Pengental
a. Pectin dosis 10 g per kg (ada 2 macam pectin apple dan pectin citrus).
b. Gelatin dosis 5 mg per kg.
c. CMC/Carboxy Methyl Cellulose.
7) Antioksidan
a. Asam ascorbat/Ascorbic acid/vitamin C dosis 500 mg per kg untuk produk
daging.
b. BHT dosis 200 mg per kg sebagai antitengik untuk minyak goreng.
c. TBHQ dosis antitengik untuk minyak goreng.
8) Pengatur keasaman
a. Untuk menurunkan PH.
b. Citric Acid/Asam Sitrat (jeruk) Dosis 3 gram per kg.
c. Malic Acid/Asam Malat (apel).
d. Tartaric Acid (anggur).
e. Buffer Liquid/Buffered Lactic Acid /asam susu.
f. Untuk menaikkan PH.
g. Soda Kue/Sodium Bikarbonat Dosis 2 gram per kg.
h. Soda Kie S/Sodium Carbonate.
9) Anti kempal atau gumpal atau cacking agent
a. Magnesium Karbonat/Magnesium Carbonate 20 gram per kg.
b. Magnesium Stearat 15 g per kg.
c. ACA/Silica.
d. Premium ACA/Light Silica.
10) Sekuestran
a. Asam Fosfat 5 gram per kg.
b. Citric Acid/Asam Sitrat secukupnya.
Sesuai dengan peraturan dari Departemen Kesehatan No. 722/MENKES/PER/IX/88,
yang termasuk dalam bahan tambahan makanan yang diijinkan sebagai berikut :
1. Anti Oksidan
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah atau menghambat proses
oksidasi.
9
Bahan Tambahan Jenis Makanan Batas Maks. Penggunaan
Makanan (mg/kg)
1. Asam Askorbat Daging olahan 500
Ikan beku 400
Buah kalengan 700
Jam, Jelly, dan marmalad 500
Pekatan sari buah 400
2. Asam eritorbat Daging olahan 500
Ikan beku 400
Saus apel kalengan 150
3. BHA (Butil Lemak dan minyak makan 200
Hidroksianisol) Margarine 100
Mentega 200
Ikan beku 1000
Ikan asin 200
2. Anti Kempal
Adalah bahan makanan yang dapat mencegah mengempal atau menggumpalnya
makanan yang berupa serbuk, tepung atau butiran.
3. Pengatur Keasaman
Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman bahan makanan. Selain itu juga berfungsi
sebagai penegas rasa, warna, dan pengawet.
10
Bahan Tambahan Jenis Makanan Batas Maks. Penggunaan
Makanan
1. Asam Malat Jam, jeli, marmalad Secukupnya hingga pH 2,8-3,5
Minuman ringan 34 g/L
Pasta tomat Secukupnya hingga pH tdk lebih dari
4,3
2. Asam Sitrat Pasta tomat Secukupnya hingga pH tdk lebih dari
Jam, jeli, marmalad 4,3
Secukupnya hingga pH tdk lebih dari
2,8-3,5
3. Kalsium Kasein Secukupnya
Asetat Bir Secukupnya
4. Asam Laktat Makanan bayi 2 g/kg
kalengan Secukupnya hingga pH 2,8-3,5
Jam, jeli, marmalad
4. Pemanis
Bahan Tambahan Makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan,
yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
Sesuai dengan peraturan Badan POM yang baru (HK. 00.05.5.1.4547) tanggal 21
Oktober 2004, terdapat 13 macam pemanis buatan
11
Kalori berat badan)
1. Alitam 2000 x sukrosa 0,34 mg/kg Susu, buah olahan, roti,
Kalori 1,4 kkal/gr saos
2. Acesulfam 200 x sukrosa 15 mg/kg Susu, es krim, buah
K. Tidak ada kalori olahan, permen, daging
3. Aspartam 60-220 x sukrosa 50 mg/kg Susu, es krim, jus, saos,
Kalori 0,4 kkal/gr minuman diet
4. Isomalt 0,45-0,65 x sukrosa Termasuk Buah segar, pasta/mie,
Kalori 2 kkal/gr dalam GRAS diet khusus
5. Lakitol 0,3-0,4 x sukrosa Termasuk Pasta/mie, ikan/daging,
Kalori 2 kkal/gr dalam GRAS diet khusus
6. Maltitol 0,9 x sukrosa Termasuk Pasta/mie, formula
Kalori 2,1 kkal/gr dalam GRAS bayi/ diet khusus
7. Manitol 0,5-0,7 x sukrosa Termasuk Mentega, pasta/mie,
Kalori 1,4 kkal/gr dalam GRAS ikan, diet khusus
8. Neotam 7000-13000 x 0,2 mg/kg
sukrosa berat badan
Tidak berkalori
9. Sakarin 300-500 x sukrosa 5 mg/kg berat Susu, es krim, buah
Tidak ada kalori badan olahan, permen karet,
kue, minuman
10. Siklamat 30 x sukrosa 0-11 mg/kg Susu fermentasi, es
Tidak ada kalori berat badan krim, permen karet,
minuman/jus, makanan
diet
11. Silitol Sama dengan Termasuk Susu fermentasi, buah
sukrosa dalam GRAS segar, ikan olahan,
Kalori 2,4 kkal/gr bumbu, formula bayi
12. Sorbitol 0,5-0,7 x sukrosa Termasuk Susu fermentasi,
Kalori 2,6 kkal/gr dalam GRAS mentega, buah segar /
olahan, pasta / mi,
daging/ikan, diet
khusus
13. Sukralosa 600 x sukrosa 0-15 mg/kg Susu fermentasi, es
Tidak ada kalori berat badan krim, buah/sayur
olahan, permen, kue,
jus
12
Keterangan :
ADI : Acceptable Daily Intake atau Asupan Harian yang dapat diterima, adalah jumlah
maksimum pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi
setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.
13
7. Pengawet
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan
oleh mikroorganisme.
8. Pengeras
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang berfungsi sebagai bahan perenyah dan
dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
9. Pewarna
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna
pada makanan.
a. Pewarna alami (dari tumbuhan, hewan atau dari sumber mineral)
Karotenoid (merah, kuning, dan oranye)
14
Kurkumin (dari tanaman kunyit)
Klorofil (hijau)
b. Pewarna yang identik dengan alami (dihasilkan dengan cara sintesa kimia bukan
cara ekstraksi)
Santoxantin (merah)
Beta karoten (kuning orange)
c. Pewarna sintetik
Dyes (mudah larut dalam air dan tidak dapat larut dalam pelarut organik)
Lakes (tidak larut dalam air, alkohol maupun minyak)
15
-Eritrosin (Cl. 45430) Jam jeli 200 mg/kg
4. Cokelat Minuman dan Makanan 70 mg/kg
-Cokelat HT (Cl. 20285) cair 300 mg/kg
Makanan lain
5. Hijau Es krim, Marmalad 100 mg/kg
-Fast Green FCF (Cl. 42053) Jam jeli 200 mg/kg
11. Sekuestran
Adalah Bahan Tambahan Makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam
makanan, sehingga memperbaiki atau memberi warna, cita rasa dan tekstur pada
makanan.
1. Enzim
Berasal dari mikroba, tanaman dan hewan digunakan dalam pengolahan makanan
secara fermentasi ( enzim rennet untuk pembuatan keju).
16
2. Penambah Gizi
Bahan tambahan berupa vitamin, mineral untuk memperbaiki nilai gizi
(penambahan vitamin pada susu bubuk, Yodisasi garam).
3. Humektan
Dimaksudkan untuk menyerap lembab sehingga dapat mempertahankan kadar air
dalam makanan (contoh: gliserol pada keju, es krim).
4. Bahan Penjernih
Digunakan untuk menjernihkan minuman, sari buah atau minyak (bentonit untuk
penjernihan anggur).
2. Asam Salisilat
Asam salisilat sering disebut aspirin, dalam pengobatan digunakan sebagai
analgetik dan anti inflamasi. Pada mulanya, asam salisilat digunakan untuk
mencegah jamur pada buah di pabrik cuka, tetapi pada akhirnya pemerintah Amerika
melarang karena mempunyai efek tidak baik bagi kesehatan. Bila masuk ke dalam
tubuh menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran
pencernaan.
3. Dietilpirokarbonat (DEPC)
DEPC pada mulanya digunakan sebagai pencegah peragian pada pembuatan
minuman beralkohol dan minuman ringan. Juga sering digunakan pada pengawetan
susu, sari jeruk dan minuman buah-buahan. Tetapi ternyata DEPC termasuk dalam
bahan kimia karsinogenik.
4. Dulsin
17
Dulsin adalah pemanis buatan yang memiliki rasa manis 250 kali gula tebu.
Beberapa tahun digunakan ternyata dulsin mengakibatkan sifat karsinogenik pada
hewan percobaan.
5. Kalium Klorat
Kalium klorat biasanya digunakan sebagai pemutih, bahan peledak dan
pembuat korek api. Penggunaan pada makanan dilarang sejak 1988 karena
menyebabkan nyeri perut, kerusakan ginjal dan hati.
6. Kloramfenikol
Kloramfenikol disebut juga chloromycetin adalah antibiotik. Pada saat ini
kloramfenikol dilarang ditambahkan pada makanan hewan karena akan
mengkontaminasi daging hewan yang pada akhirnya akan membahayakan
konsumen.
7. Minyak nabati yang dibrominasi
Minyak nabati yang dibrominasi adalah bahan tambahan pangan yang
digunakan sebagai stabiliser dan pengemulsi pada minuman ringan. Penelitian
menunjukkan bahwa pada tikus yang diberi ransum minyak yang dibrominasi
menyebabkan kematian.
8. Nitrofurazon
Nitrofurazon adalah antibiotik yang sering digunakan sebagai salep atau obat
luar. Nitrofurazon yang dicampurkan dalam pakan ayam menunjukkan potensi
pemicu kanker.
9. Formalin
Formalin merupakan bahan pengawet yang paling banyak disalahgunakan
untuk produk pangan. Formalin dapat digunakan sebagai antiseptik, desinfektan dan
pengawet dalam biologi. Dalam dosis kecil (<1%) digunakan untuk perawat sepatu,
lilin, shampo mobil. Kenyataan formalin masih digunakan pada pengolahan tahu,
bakso, mie basah, pengering ikan, dll. Formalin akan menyebabkan sakit perut,
depresi susunan syaraf, karsinogenik.
10. Kalium Bromat
Pada mulanya kalium bromat digunakan untuk memperbaiki tepung yang
dapat mengeraskan kue. Kalium bromat pada akhirnya telah dilarang pada beberapa
negara karena dianggap bersifat karsinogenik.
18
Banyaknya kasus keracunan makanan, food safety perlu ditingkatkan secara
terus menerus, sehingga kejadian keracunan makanan dapat ditekan seminimal
mungkin. Dikarenakan hal tersebutlah maka perlu diadakan pengujian terlebih dahulu
sebelum makanan tersebut diedarkan ke masyarakat luas atau dikonsumsi.
Pengujian bahan kimia berbahaya atau toksisitas pada suatu bahan makanan
biasanya dilakukan melalui tiga macam percobaan yang dilakukan pada hewan.
Pertama, penentuan dosis suatu bahan. Kedua, penentuan dosis maksimum yang
dapat ditolerir yaitu dosis harian maksimum saat hewan dapat bertahan hidup untuk
periode 21 hari, dengan tujuan pengujian ini adalah untuk menunjukkan bahan organ
yang diperiksa memperlihatkan adanya efek keracunan. Ketiga, pengujian pemberian
makanan selama 90 hari, dimana setelah 90 hari percobaan dapat diketahui gejala
tidak normal pada hewan percobaan sehubungan dengan makanan yang diberikan.
Hasil dari ketiga percobaan tersebut dapat menunjukkan atau menetapkan dosis atau
ambang batas wajar penggunaan bahan tambahan makanan untuk dikonsumsi
manusia.
Penggunaan bahan kimia berbahaya atau bahan tambahan makanan tersebut
apabila melebihi ambang batas maka akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan,
diantaranya :
19
menjadi biru, sesak nafas, muntah dan shock bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila kandungan methaemoglobin lebih tinggi dari 70%.
20
pertumbuhan kanker mukosa kandung kemih. Para pakar epidemiolog dan
kesehatan tidak merekomendasikan panggunaan sakarin untuk makanan dan
minuman konsumsi karena terbukti membahayakan kesehatan, begitu pula
dengan siklamat yang dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang
lebih baru menunjukan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu
pecahnya sel kromoson dalam medium biakan sel leukosit.
4) Penggunaan Penyedap Rasa dan Aroma
Penyedap alami sebagian besar tidak menimbulkan efek yang
membahayakan bagi kesehatan, namun ada beberapa penyedap rasa sintesis yang
banyak beredar dipasaran yang apabila dipergunakan secara berlebihan akan
menimbulkan efek terhadap kesehatan, misalnya penggunaan Monosodium
Glutamate (MSG) dalam dosis tinggi (0,5 g/kg/berat badan/hari) atau dalam dosis
yang lebih tinggi maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa sel syaraf
khususnya dibagian otak yang disebut hypothalamus.
5) Penggunaan Antikempal
Antikempal dapat dimetabolisme dalam tubuh atau tidak menunjukkan
akibat keracunan pada tingkat penggunaan yang tepat, akan tetapi adanya
ferrosianida dalam golongan antikempal dapat membahayakan jika dikonsumsi.
6) Penggunaan Antioksidan
Penggunaan antioksidan secara berlebihan dapat menyebabkan lemah otot,
mual-mual, pusing-pusing dan kehilangan kesadaran, sedangkan penggunaan
dalam dosis rendah secara terus-menerus dapat menyebabkan tumor kandung
kemih, kanker sekitar lambung, dan kanker paru-paru akan tetapi dari segi
positifnya penggunaan antioksidan dapat mencegah bau tengik pada makanan.
7) Penggunaan Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Efek terhadap kesehatan penggunaan pengemulsi, pemantap dan pengental
tersebut yaitu dapat menimbulkan keracunan tertentu pada anak-anak karena
anak-anak tidak tahan terhadap laktosa, tetapi tidak ditemukan sifat racun apabila
dikonsumsi oleh orang dewasa.
8) Penggunaan Pengatur Keasaman
Beberapa bahan asam sifatnya sangat korosif, sehingga saat masuk ke dalam
mulut akan terasa panas yang membakar disertai dengan rasa sakit yang tidak
terhingga.
Gejala racun dari pengatur keasaman ini adalah :
21
a) Korosif pada selaput lender mulut, kerongkongan, disertai dengan sakit, dan
sukar menelan.
b) Sakit didaerah lambung.
c) Luka yang bergelembung. Gelembung yang terjadi pada kulit tersebut dapat
pecah dan terjadi peradangan.
9) Penggunaan Pemutih, Pematang Tepung dan Pengeras
Beberapa efek bahan tambahan makanan pemutih, pematang tepung, serta
pengeras terhadap kesehatan adalah dapat mengakibatkan terjadinya diare,
penyakit seborrhea, kerapuhan kuku atau jaringan tanduk (keratin) dan gangguan
pada ginjal dan apabila kadar kalsium dalam darah turun dibawah normal maka
kalsium dalam tulang akan dimobilisasi sehingga pembentukkan tulang baru akan
terhambat.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
BTP adalah campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi lebih kepada sesuatu yang ditambahkan ke dalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Diklat Pembekalan Mahasiswa TPL dari Balai Besar Industri Agro, 2010