Anda di halaman 1dari 21

PENGGUNAAN JUS TOMAT DALAM PENCEGAHAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

OLEH :
KELOMPOK 2
1. Novitasari (C01418116)
2. Silvia Apriani Hida (C01418151)
3. Susinta Ismail (C01418172)
4. Hesti Lamadu (C01418072)
5. Ayu Sutraviani Talib (C01418023)
6. Nurlillah Avelia Putri Camaru (C01417131)
7. Firgita Lasido (C01418056)
8. Sri Povintyawati Rahman (C01418163)
9. Lindawati R. Yasin (C01418092)
10. Mohamad Risandy Utina (C01418104)
11. Febriani Hinur (C01418047)
12. Aldi Idrus (C01417006)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamuallaiqum w.r w.b Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Mahakuasa atas terselesainya tugas makala kami tentang “PENGGUNAAN JUS
TOMAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT JANTUNG KORONER” yang ditulis
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan Kritis”. Pada akhirnya,
dengan usaha dan doa, tugas ini dapat selesai dengan baik. Namun begitu, tiada
gading yang tak retak, kami yakin masih banyak kekurangan dalam karya tugas ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makala ini. Untuk itu semoga makala ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Dan kami pun meyakini
makala ini masi memiliki kekurangan dan masi jauh dari kata sempurna untuk itu
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya khusunya dari ibu dosen selaku dosen
mata ajar Keperawatan Kritis. Demikian, kami berharap makala ini dapat
dipergunakan sebaik – baiknya dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua Aamiin.
Terima kasih......

Gorontalo, 4 Januari 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A Latar belakang ................................................................................. 1
B Rumusan masalah ........................................................................... 2
C Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2
A Konsep dari penyakit jantung koroner .......................................... 2
1. Definisi......................................................................................... 2
2. Etiolologi penyakit jantung koroner ........................................ 4
3. Patofisiologi penyakit jantung koroner.................................... 5
4. Gejala umum .............................................................................. 6
5. Faktor resiko .............................................................................. 6
6. Diagnosis ..................................................................................... 9
B Konsep dari jus tomat ...................................................................... 11
1. Definisi......................................................................................... 11
2. Kandungan gizi buah tomat ...................................................... 12
3. Manfaat buah tomat .................................................................. 15
C Cara pembuatan dan pemberian jus tomat ................................... 16
1. Alat dan bahan ........................................................................... 16
2. Cara membuat jus tomat ........................................................... 16
3. Anjuaran Pmberian ................................................................... 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17
A Kesimpulan ...................................................................................... 17
B Saran ................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang dihadapkan dengan berbagai
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut diantaranya adalah penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Berdasarkan data WHO pada tahun 2014
tercatat bahwa angka mortalitas pada kelompok penyakit tidak menular di dunia
akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, terdapat sekitar 38
juta kasus kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit tidak menular dari
total keseluruhan 56 juta kasus kematian. Angka mortalitas tersebut terus
meningkat dan diperkirakan akan mencapai 52 juta kematian pada tahun 2030
(WHO, 2014).
Angka mortalitas pada kelompok penyakit tidak menular mengalami
fluktuasi yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Berdasarkan data dari WHO
pada tahun 2015 didapatkan data bahwa rata-rata kematian yang disebabkan
karena kelompok penyakit tidak menular di Indonesia pada tahun 2004, 2008, dan
2012 adalah 690 per 100.000 populasi, 647 per 100.000 populasi, dan 680 per
100.000 populasi (Diastutik D, 2017). Penyakit kardiovaskular merupakan
penyakit tidak menular yang paling banyak menyebkan kematian. Penyakit
kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan pada
jantung atau pembuluh darah sehingga tidak dapat berfungsi secara normal dan
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner,
penyakit jantung rematik, penyakit jantung kongenital, stroke, dan hipertensi
(Maulida M et al., 2018). Adanya peningkatan angka mortalitas pada penyakit
tidak menular juga diikuti oleh peningkatan mortalitas akibat penyakit
Kardiovaskular. Hal tersebut dapat terjadi karena penyakit kardiovaskular
seperti PJK merupakan jenis penyakit yang menyumbang angka mortalitas
terbesar pada kelompok penyakit tidak menular (Maulida M et al.,
2018).Berdasarkan survei Sample Registration System, angka kematian penyakit
jantung koroner sebesar 12,9% dari seluruh kematian (Ghani, L.et al., 2016).
Salah satu penyebab penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis.
Aterosklerosis dapat terjadi karena adanya peningkatan dari kadar kolesterol yang
tidak normal sehingga mengakibatkan adanya akumulasi kolesterol di dalam
dinding pembuluh darah. Akumulasi kolesterol tersebut kemudian membentuk
1
sumbatan berupa plak dan secara bertahap plak tersebut dapat menimbulkan
kerusakan pembuluh darah. Ketika plak tersebut terbentuk di arteri, plak tersebut
dapat mengeras dan mempersempit lumen arteri sehingga mengurangi aliran
darah ke otot jantung dan menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner.
Penyebab pasti terjadinya aterosklerosis tidak diketahui (Maulida M et al., 2018).
Aterosklerosis dimulai ketika beberapa faktor merusak lapisan dalam
(endotel) dari arteri. Faktor-faktor tersebut meliputi merokok, kadar lemak dan
kolesterol yang tinggi di dalam darah, tekanan darah yang tinggi dan tingginya
kadar gula darah akibat resistensi insulin atau diabetes. Gaya hidup sehat
merupakan cara yang tepat untuk mengobati aterosklerosis, seperti berolahraga
teratur, menjaga berat bedan ideal, diet rendah lemak, tidak merokok dan
menghindari stress. Pada kondisi kadar lemak yang tinggi terkadang dibutuhkan
adanya intervensi farmakologis berupa penggunaan obat - obat anti dislipidemia
yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol darah (Prara, 2017).
Tomat (Solanum lycopersicum ) adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang
banyak dikenal masyarakat, hampir setiap hari digunakan sebagai bahan makanan
baik dalam masakan sayuran, sambal, jus buah, dan sebagai produk olahan tomat.
Tomat memiliki kandungan vitamin A dan C serta likopen. Kandungan senyawa
likopen pada tomat dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, sebagai
antiplatelet, dan menghambat aterosklerosisyang merupakan faktor risiko untuk
terjadinya penyakit jantung koroner (Humam H dan Lisiswanti R, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari penyakit jantung koroner
2. Bagaimana konsep dari jus tomat
3. Bagaimana pembuatan dan pemberian jus tomat pada pasien jantung koroner

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari penyakit jantung koroner?
2. Untuk mengetahui konsep dari jus tomat?
3. Untuk mengetahui pembuatan dan pemberian just tomat pada pasien jantung
koroner

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Jantung Koroner
1. Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskular
yang disebabkan karena adanya hambatan atau penyempitan pada lumen
pembuluh arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.Penyempitan
tersebut dapat menyebabkan otot jantung mengalami hipoksia atau
kekurangan oksigen. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit
jantung koroner adalah kolesterol (Sari DM et al., 2010).
Lemak terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O2 )
dan memiliki sifat yang larut dalam zat-zat pelarut tertentu. Seperti petroleum
benzene dan eter. Lemak dalam makanan dapat berubah menjadi kolesterol,
trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Pada saat dicerna oleh usus
dengan lipase dan kemudian diserap agar masuk ke dalam pembuluh darah.
Terdapat juga kolesterol, trigliserida dan fosfolipid yang tidak larut dalam
darah sehingga diperlukan ikatan dengan protein untuk membentuk senyawa
yang larut, protein ini disebut dengan lipoprotein.
Salah satu jenis lipid yang berada di dalam tubuh adalah kolesterol.
Pada tahun 2002 berdasarkan data WHO didapatkan sekitar 4,4 juta kasus
kematian terjadi diakibat kan karena hiperkolesterolemia. Tingginya kadar
kolesterol dalam tubuh dapat terjadi karena mengonsumsi makanan yang
dapat menaikkan kadar kolesterol dalam darah dapat menimbulkan
penyempitan dan pengerasan lumen pembuluh darah atau aterosklerosis
(Sanggih P et al., 2019). Kolesterol merupakan salah satu komponen yang
membentuk membran sel dan lapisan eksterna dari lipoprotein plasma.
Kolesterol tersebut diantaranya adalah kolesterol bebas yang merupakan
gabungan antara asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester.
Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang sebagian
besar berada di dalam jaringan tubuh.
Di dalam plasma, kolesterol bebas dan kolesterol ester diangkut oleh
lipoprotein. Empat kelompok utama lipoprotein yaitu kilomikron, Very Low
Density Lipoprotein (VLDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan
3
dieliminasi oleh tubuh melalui mekanisme yang berbeda. Adanya peningkatan
kadar lipid non HDL seperti Low Density Lipoprotein dapat menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah dan berperan dalam proses aterogenesis
(Waani OT et al., 2016). Berbeda dengan LDL, HDL merupakan lipoprotein
yang berfungsi untuk menyeimbangkan kadar LDL yang berlebih. HDL
bertugas mengendalikan kadar LDL berlebih dengan membawanya kembali
ke hati untuk dihancurkan. Perubahan rasio LDL dan HDL sangat berperan
dalam patogenesis PJK sehingga diperlukan adanya manajemen jumlah LDL
dan HDL untuk menghindari mencegah terjadinya penyakit jantung koroner
karena pembentukan plak aterosklerosis pada arteri koroner (Orviyanti G,
2012).
2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama
kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat,
perkapuran, pembekuan darah yang semuanya akan mempersempit atau
menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot
jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius dari Angina Pectoris (nyeri
dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan
serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Pembuluh arteri ini akan menyempit dan bila parah terjadi penghentian
darah. Setelah itu terjadi proses penggumpalan dari berbagai substansi dalam
darah sehingga menghalangi aliran darah dan terjadi atherosklerosis.
Manifestasi klinik dari penyakit jantung koroner adalah: Tanpa gejala, Angina
pectoris, Infark miokard akut, Aritmia, Payah jantung, Kematian mendadak
(Soeharto, 2004).
Dengan demikian penyakit jantung koroner dapat terjadi melalui 2
(dua) proses yaitu proses atherosclerosis dan proses trombosis.
a. Proses atherosclerosis
Terbentuknya plak di dalam arteri pembuluh darah jantung. Plak terdiri
atas kolesterol yang berlebihan, kalsium dan bahan lain di dalam
pembuluh darah yang lama kelamaan menumpuk di dalam dinding
pembuluh darah jantung (arteri koronaria).
4
b. Proses trombosis
Timbunan lemak dalam pembuluh darah bukan hanya berisi lemak, namun
juga jaringan bekas luka akibat adanya kolesterol. Ini akan membentuk
fibrous cap (tutup fibrosa) diatas timbunan yang lebih keras daripada
dinding pembuluh darah itu sendiri. Bila ada tekanan dapat mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah. Akibatnya, timbul bekuan darah yang
lebih besar yang bisa menyumbat pembuluh darah sehingga darah tidak
bisa mencapai otot jantung dan mengakibatkan kematian pada sebagian
otot jantung (Maulana,2008).
Penyakit jantung koroner terbentuk secara perlahan-lahan dan dalam
waktu yang lama, kebanyakan orang tidak tahu bahwa mereka sudah
memiliki penyakit yang parah ini. Biasanya gejala yang paling awal
adalah nyeri dada atau angina serta sesak napas.
Tidak semua nyeri dada disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
Angina atau nyeri dada karena penyakit jantung koroner timbul setelah
melakukan aktifitas dan hilang ketika beristirahat. Rasa nyeri timbul
karena otot jantung tidak mendapat oksigen cukup. Angina biasanya
berlangsung selama 2-3 menit dan tidak lebih dari 10 menit.
Tiga cara mengenali nyeri dada karena penyakit jantung koroner
adalah :
a) Rasa nyeri yang tidak bertambah parah saat menarik napas
b) Biasanya terasa di tengah dada, bisa menyebar kesisi kiri, kedua
lengan, atau ke leher dan rahang
c) Dada terasa seperti sesak, terbakar, tertusuk-tusuk, atau tertekan
(Maulana,2008).
3. Patofisiologis penyakit jantung koroner
1) Angina pektoris stabil Angina pektoris ditegakkan berdasarkan keluhan
nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada terutama saat melakukan kegiatan
fisik, terutama dipaksa bekerja keras atau ada tekanan emosional dari luar.
Biasanya serangan angina pektoris berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari
10 menit, bila serangan lebih dari 20 menit, kemungkinan terjadi serangan
infark akut. Keluhan hilang setelah istirahat (Kusrahayu, 2004).

5
2) Angina pektoris yang tidak stabil Pada angina pektoris yang tidak stabil
serangan rasa sakit dapat timbul pada waktu istirahat, waktu tidur, atau
aktifitas yang ringan. Lama sakit dada lebih lama daripada angina biasa,
bahkan sampai beberapa jam. Frekuensi serangan lebih sering dibanding
dengan angina pektoris biasa (Kusrahayu, 2004).
3) Angina varian (prinzmetal) Terjadi hipoksia dan iskemik miokardium
disebabkan oleh vaso spasme (kekakuan pembuluh darah), bukan karena
penyempitan progesif arteria koroneria. Episode terjadi pada waktu
istirahat atau pada jam-jam tertentu tiap hari. EKG peningkatan segmen
ST (Sutedja, 2008).
4) Sindrom koroner akut (SKA) Sindrom klinik yang mempunyai dasar
patofisiologi yang sama yaitu erosi, fisur, ataupun robeknya plak atheroma
sehingga menyebabkan thrombosis yang menyebabkan ketidak
seimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Termasuk SKA
adalah angina pektoris stabil dan infark miokard akut (Majid, 2007).
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering
mengakibatkan kematian(Anonima , 2006).
4. Gejala umum
Sumber rasa sakit berasal dari pembuluh koroner yang menyempit atau
tersumbat. Rasa sakit tidak enak seperti ditindih beban berat di dada bagian
tengah adalah keluhan klasik penderita penyempitan pembuluh darah koroner.
Kondisi 7 yang perlu diwaspadai adalah jika rasa sakit di dada muncul
mendadak dengan keluarnya keringat dinggin yang berlangsung lebih dari 20
menit serta tidak berkurang dengan istirahat. Serangan jantung terjadi apabila
pembuluh darah koroner tiba-tiba menyempit parah atau tersumbat total.
Sebagian penderita PJK mengeluh rasa tidak nyaman di ulu hati, sesak nafas,
dan mengeluh rasa lemas bahkan pingsan (Yahya, 2010).
5. Faktor Resiko
Secara statistik, seseorang dengan faktor resiko kardiovaskuler akan
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita gangguan koroner
dibandingkan mereka yang tanpa faktor resiko. Semakin banyak faktor resiko
yang dimiliki, semakin berlipat pula kemungkinan terkena penyakit jantung
koroner (Yahya, 2010). Faktor-faktor resiko yang dimaksud adalah merokok,
6
alkohol, aktivitas fisik, berat badan, kadar kolesterol, tekanan darah
(hipertensi) dan diabetes.
Faktor-faktor resiko dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat
diubah dan tidak dapat diubah.
1) Faktor resiko lain yang masih dapat diubah
a. Hipertensi
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka waktu panjang
akan mengganggu fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam
pembuluh darah (termasuk pembuluh koroner). Disfungsi endotel ini
mengawali proses pembentukan kerak yang dapat mempersempit liang
koroner. Pengidap hipertensi beresiko dua kali lipat menderita
penyakit jantung koroner. Resiko 8 jantung menjadi berlipat ganda
apabila penderita hipertensi juga menderita DM, hiperkolesterol, atau
terbiasa merokok. Selain itu hipertensi juga dapat menebalkan dinding
bilik kiri jantung yang akhirnya melemahkan fungsi pompa jantung
(Yahya, 2010). Resiko PJK secara langsung berhubungan dengan
tekanan darah, untuk setiap penurunan tekanan darah diastolik sebesar
5mmHg resiko PJK berkurang sekitar 16% (Leatham, 2006).
b. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) berpotensi menjadi ancaman terhadap
beberapa organ dalam tubuh termasuk jantung. Keterkaitan diabetes
mellitus dengan penyakit jantung sangatlah erat. Resiko serangan
jantung pada penderita DM adalah 2-6 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan orang tanpa DM. Jika seorang penderita DM pernah
mengalami serangan jantung, resiko kematiannya menjadi tiga kali
lipat lebih tinggi. Peningkatan kadar gula darah dapat disebabkan oleh
kekurangan insulin dalam tubuh, insulin yang tidak cukup atau tidak
bekerja dengan baik (Yahya, 2010).
c. Merokok
Sekitar 24% kematian akibat PJK pada laki-laki dan 11% pada
perempuan disebabkan kebiasaan merokok. Orang yang tidak merokok
dan tinggal bersama perokok (perokok pasif) memiliki peningkatan
resiko sebesar 20-30%. Resiko terjadinya PJK akibat merokok
berkaitan dengan dosis dimana orang yang merokok 20 batang rokok
7
atau lebih dalam sehari memiliki resiko sebesar dua hingga tiga kali
lebih tinggi menderita PJK dari pada yang tidak merokok (Leatham,
2006). Setiap batang rokok mengandung 4.800 jenis zat kimia,
diantaranya karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen
sianida, amoniak, oksida nitrogen, senyawa hidrokarbon, tar, nikotin,
benzopiren, fenol dan kadmium. Reaksi kimiawi yang menyertai
pembakaran tembakau menghasilkan senyawa-senyawa kimiawi yang
terserap oleh darah melalui proses difusi.
d. Hiperlipidemia
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak
bebas berasal eksogen dari makanan dan endogen dari sintesis lemak.
Kolesterol dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif
mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengan
arteriogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma tetapi terikat pada
protein sebagai mekanisme transpor dalam serum. Peningkatan
kolesterol LDL, dihubungkan dengan meningkatnya resiko terhadap
koronaria, sementara kadar kolesterol HDL yang tinggi tampaknya
berperan sebagai faktor perlindung terhadap penyakit arteri koroneria
(Muttaqin, 2009).
e. Obesitas
Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras, adanya
beban ekstra bagi jantung. Berat badan yang berlebih menyebabkan
bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi sehingga
berkolerasi terhadap tekanan darah sistolik (Soeharto, 2001).
f. Gaya hidup tidak aktif
Ketidakaktifan fisik meningkatkan resiko PJK yang setara dengan
hiperlipidemia, merokok, dan seseorang yang tidak aktif secara fisik
memiliki resiko 30%-50% lebih besar mengalami hipertensi. Aktivitas
olahraga teratur dapat menurunkan resiko PJK. Selain meningkatkan
perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stres, keuntungan lain
olahraga teratur adalah meningkatkan kadar HDL dan menurunkan
kadar LDL. Selain itu, diameter pembuluh darah jantung tetap terjaga
sehingga kesempatan tejadinya pengendapan kolesterol pada
pembuluh darah dapat dihindari (Leatham, 2006).
8
2) Tiga faktor resiko yang tidak dapat diubah, yaitu:
a. Jenis Kelamin Penyakit jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10
tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Estrogen endogen
bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopause insidensi
PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidensi pada
laki-laki (Leatham, 2006).
b. Keturunan (genetik) Riwayat jantung koroner pada keluarga
meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur
(Brown, 2006). Riwayat keluarga penderita jantung koroner umumnya
mewarisi faktor-faktor resiko lainnya, seperti abnormalitas kadar
kolesterol, peningkatan tekanan darah, kegemukan dan DM. Jika
anggota keluarga memiliki faktor resiko tersebut, harus dilakukan
pengendalian secara agresif. Dengan menjaga tekanan darah, kadar
kolesterol, dan gula darah agar berada pada nilai ideal, serta
menghentikan kebiasaan merokok, olahraga secara teratur dan
mengatur pola makan (Yahya, 2010)
c. Usia Kerentanan terhadap penyakit jantung koroner meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun dengan demikian jarang timbul penyakit
serius sebelum usia 40 tahun, sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun,
insiden MI meningkat lima kali lipat. Hal ini terjadi akibat adanya
pengendapan aterosklrerosis pada arteri koroner (Brown, 2006).
6. Diagnosis
Langkah pertama dalam pengelolaan PJK ialah penetapan diagnosis pasti.
Diagnosis yang tepat amat penting, jika diagnosis PJK telah dibuat terkandung
pengertian bahwa penderitanya mempunyai kemungkinan akan dapat
mengalami infark jantung atau kematian mendadak. Dokter harus memilih
pemeriksaan yang perlu dilakukan terhadap penderita untuk mencapai
ketepatan diagnostik yang maksimal dengan resiko dan biaya yang seminimal
mungkin. Berikut ini cara-cara diagnostik:
1) Anamnesis Anamnesis berguna mengetahui riwayat masa lampau seperti
riwayat merokok, usia, infark miokard sebelumnya dan beratnya angina
untuk kepentingan diagnosis pengobatan (Anonim, 2009).

9
2) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dapat digunakan sebagai acuan
pada PJK adalah denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh dan kecepatan
respirasi (Majid, 2007).
3) Laboratorium Pada pasien angina stabil sebaiknya dilakukan pemeriksaan
profil lipid seperti LDL, HDL, kolesterol total, dan trigliserida untuk
menentukan faktor resiko dan perencanaan terapi. Selain pemeriksaan
diatas dilakukan pula memeriksaan darah lengkap dan serum kreatinin.
Pengukuran penanda enzim jantung seperti troponin sebaiknya dilakukan
bila evaluasi mengarah pada sindrom koroner akut (Anonim, 2009).
4) Foto sinar X dada X-ray dada sebaiknya diperiksa pada pasien dengan
dugaan gagal jantung, penyakit katup jantung atau gangguan paru. Adanya
kardiomegali, dan kongesti paru dapat digunakan prognosis (Anonim,
2009).
5) Pemeriksaan jantung non-invasif
a. EKG merupakan pemeriksaan awal yang penting untuk mendiagnosis
PJK.
b. Teknik non-invasi penentuan klasifikasi koroner dan teknik imaging
(computed tomografi (CT) dan magnetic resonance arteriography.
Sinar elektron CT telah tervalidasi sebagai alat yang mampu
mendeteksi kadar kalsium koroner (Anonim, 2009).
6) Pemeriksaan invasif menentukan anatomi koroner
Arteriografi koroner adalah Pemeriksaan invasif dilakukan bila tes non
invasif tidak jelas atau tidak dapat dilakukan. Namun arteriografi koroner
tetap menjadi pemeriksaan fundamental pada pasien angina stabil.
Arteriografi koroner memberikkan gambaran anatomis yang dapat
dipercaya untuk identifikasi ada tidaknya stenosis koroner, penentuan
terapi dan prognosis (Anonim, 2009).

10
B. Konsep Jus Tomat
1. Definis
Buah tomat merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat
dikenal oleh masyarakat. Rasa buah tomat adalah manis-manis segar yang
dapat memberikan kesegaran pada tubuh. Karena cita rasanya yang khas buah
ini juga dapat menambah cita rasa dan kelezatan berbagai macam masakan
dan minuman, tetapi walaupun sangat dikenal masyarakat ternyata banyak
orang yang belum tahu manfaat buah tomat untuk kesehatan.
Terdapat banyak kandungan gizi dari buah tomat yang sangat baik di
konsumsi masyarakat, baik di makan langsung maupun digunakan sebagai
bahan penyedap masakan. Salah satu kandungan gizi yang terdapat dalam
buah tomat adalah vitamin C yang dapat mencegah sariawan. Selain
mengandung vitamin C, buah tomat juga mengandung vitamin A yang sangat
baik untuk mata dan kulit.
Tanaman tomat terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
Tingginya mencapai 2-3 meter. Sewaktu masih muda batangnya bertekstur
lunak, tetapi setelah tua batangnya berubah menjadi bersudut dan bertekstur
keras, bercabang banyak, dan berbau kuat. Ciri khas batang tomat adalah
terdapat bulu-bulu halus di seluruh permukaan batangnya. Akarnya bertipe
serabut yang menyebar ke segala arah. Kemampuannya menembus lapisan
tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm (Wiryanta, 2002).
Tomat memiliki daun majemuk menyirip, letak berseling, bentuknya
bundar telur sampai memanjang, ujung runcing, pangkal membulat, helaian
daun yang besar tepinya berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi,
panjang 10 - 40 cm, warnanya hijau muda. Bunga majemuk, berkumpul dalam
rangkaian berupa tandan dengan jumlah 5-10 bunga perdompolan atau
tergantung setiap varietasnya, bertangkai, mahkota berbentuk bintang,
warnanya kuning, pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya
menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi kepala putik, bunga
tomat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu
(Wiryanta, 2002).

11
2. Kandungan Gizi Buah Tomat

Tomat kaya akan antioksidan yang tersembunyi di balik warna merahnya.


Selain itu, masih ada asam askrobat dan potasium yang terdapat di dalamnya.

Tabel kandungan gizi dalam 100 gram tomat hijau dan tomat merah

Nilai Gizi Tomat Hijau Tomat Merah

Air (%) 93 94
Lemak (%) 0.2 0.2
Protein (g) 1.2 0.9
KH (g) 5.1 4.3
Serat (g) 0.5 0.8
Zat besi (g) 0.5 0.5
Kalsium (mg) 13 7
Fosfor (mg) 28 23
Sodium (mg) 13 8
Potasium (mg) 204 207
Thiamin (mg) 0.06 0.06
Riboflavin (mg) 0.04 0.05
Niasin (mg) 0.5 0.6
Asam Askrobat (mg) 23.4 17.6
Vitamin B (mg) - 0.005
Energi (kcel) 24 19
Vitamin A (UI) 1.133 7.600
sumber : Daftar Kandungan Bahan Makanan (DKBM)
Tak banyak yang tahun jika 4.5-7%. Kandungan tomat merupakan
fruktosa atau glukosa. Hal menarik lainnya adalah perbedaan kadar gizi antara

12
tomat hijau dan tomat merah dipengaruhi oleh degradasi pati dan produksi
glukosa dan fruktosa , serta hilangnya klorofil dan di pengaruhi senyawa aktif
lainnya. Sedangkan rasa manis yang berbeda dalam setiap jenis tomat
dipengaruhi oleh kadar pH yang berhubungan dengan kandungan padat
terutama gula serta derajat kematangan.
1) Niasin
Niasin merupakan vitamin yang larut dalam air yang memiliki dua
struktur yaitu asam nikotinat dan asam nikotinamida (Triana, 2006). Niasin
berperan dalam menurunkan kadar LDL dalam darah dengan cara
menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan adiposa, sehingga
jumlah asam lemak bebas akan berkurang. Asam lemak bebas dalam darah
sebagian akan ditangkap oleh hati dan digunakan untuk membentuk
VLDL, hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserida dan LDL
di plasma, sehingga kadar LDL menurun (Hapsari, 2014).

2) Vitamin C (Asam Askorbat)


Vitamin C atau asam askorbat memiliki rumus kimia C6H8O6 dengan
berat molekul 176 gram/mol. Vitamin C memiliki sifat mudah larut dalam
air dan mudah rusak akibat pemanasan/penyimpanan serta berbagai
proses teknologi pangan (kumalaningsi,2007).
Vitamin C memiliki peran sebagai antioksidan non-enzimatis yaitu
dengan mendonorkan elektron pada radikal oksigen yang dapat
menghambat proses metabolisme tubuh. Namun, setelah memberikan
elektron pada radikal bebas, vitamin C akan teroksidasi menjadi
semihydroascorbat acid atau radikal ascorbid yang relatif stabil. Dengan
kata lain asam askorbat akan bereaksi dengan radikal bebas yang sifatnya
mereduksi radikal bebas reaktif menjadi tidak reaktif (Muhammad, 2009).

13
3) Vitamin E (Tokoferol)
Vitamin E (tokoferol) merupakan vitamin yang larut dalam lemak.
Bentuk tokoferol yang bermanfaat bagi aktivitas tubuh adalah α-tokoferol
yang ditemukan dalam darah dan jaringan tubuh yang berfungsi sebagai
sumber antioksidan primer yang dapat mengakhiri rentetan reaksi radikal
bebas (Kumalaningsih, 2007).
Vitamin E dapat melindungi asam lemak tidak jenuh seperti asam
arakhidonat, asam oleat, dan asam linoleat dari radikal bebas. Selain itu,
vitamin E berperan sebagai antioksidan alami dalam tubuh yang
menghentikan reaksi radikal bebas dengan menyumbangkan ion hidrogen,
serta inaktivasi singlet oksigen dan spesies reaktif lainnya, sehingga proses
peroksidasi lipid tidak terjadi (Fithriyah, 2013)

4) Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling
banyak ditemukan dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam
golongan senyawa fenolik dengan struktur C6-C3-C6. Flavonoid berperan
sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau
melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang
disebut aglikon. Novita (2010) menambahkan bahwa flavonoid juga
berperan dalam mencegah konversi vitamin C menjadi vitamin C
teroksidasi. Menurut Redha (2010) bahwa senyawa flavonoid memiliki
efek kardioprotektif melalui penghambatan oksidasi LDL secara in vivo,
LDL yang teroksidasi menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh
darah jantung.

14
5) Likopen
Likopen merupakan satu diantara jenis karotenoid yang banyak
ditemukan pada buah dan sayuran. Akan tetapi berbeda dengan karotenoid
lainnya seperti beta- karoten, likopen bukan termasuk pro vitamin A, yang
tidak memiliki aktivitas vitamin A, sehingga tidak dapat diubah menjadi
vitamin A dalam tubuh (Kumalaningsih, 2007).

3. Manfaat buah tomat


Selama ini orang-orang hanya tahu bahwa kegunaan atau manfaat
tomat selain berhubungan dengan masakan adalah merawat kecantikan.
Memang benar, tetapi para dokter lebih setuju apabila dikatakan bahwa tomat
lebih bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
1) Mencegah kanker
Tomat memiliki banyak kandungan vitamin c dan antioksidan yang dapat
membantu menerangi pembentukan radikal bebas, seperti halnya banyak
disebutkan bahwa radikal bebas merupakan salah satu pemicu kanker
2) Mengontrol tekanan darah
Selain mengonsumsi garam dan natrium dengan porsi yang ideal, ternyata
konsumsi tomat juga bisa mengotrol tekanan darah. Hal ini karena
terdapat zat kalium yang tinggi dalam buah tomat.
3) Menjaga kesehatan jantung
Dalam buah tomat mengandung serat, kalium, vitamin c, dan kolin dapat
menunjang manfaat tomat untuk kesehatan tubuh terutama bagian jantung.
Asupan zat kalium tinggi dalam tomat besrta mengurangi makanan yang
mengandung natrium juga bisa mengurangi risiko untuk terkena penyakit
kardiovaskuler.
4) Bantu mengelola diabetes
Studi menunjukkan, penderita diabetes tipe 1 makanan asupan tinggi serat
memiliki kadar gula lebih rendah, semntara itu konsumsi asupan tinggi
serat seperti tomat juga bisa membantu mengelola kadar gula darah, lipid
dan insulin penderita diabetes tipe 2.

15
C. Pembuatan dan pemberian jus tomat
1. Alat dan bahan
a) Blender
b) Gelas takar
c) 3 buah tomat merah
d) 400 ml air matang atau secukupnya sesuai media.
2. Cara membuat jus tomat
a) Pilih tomat yang berwarna merah segar
b) Cuci tomat hingga bersih
c) Potong tomat menjadi empat bagian dan buang bijinya
d) Masukkan tomat yang telah di belah ke dalam blender beserta air
e) Jika sudah lembut, matikan blender dan tuangkan ke dalam gelas
f) Jus tomat segar siap di minum
3. Anjuran pemberian
Efek pemberian tomat terhadap jantung koroner, adanya pengecilan atrium
kiri, hidroperoksida lipid lebih rendah, dan mengurangi stress oksidatif,
peningkatan fungsi diastolic. Lusita (2011) menurunkan risiko pencegahan
penggumpalan darah 72 % ketika mengkonsumsi 1 buah tomat tanpa
membuang bijinya.Duttaroy (2007), tomat memiliki efek kardioprotektif
dengan menghambat agregasi platelet atau aktifitas antiplatelet. Nutrisi
antioksidan dalam tomat, akan memperlambat atrosklerosis dengan
peningkatan degradasi LDL, mencegah pembentukan sel busa dan plak
aterosklerosis. Kandungan likopen dalam tomat, menekan sintesis kolesterol.
Bhowmik et al (2013), tomat dan produk tomat dapat mengurangi risiko
penyakit kardiovaskular karena lycopene di dalamnya. Tomat, akan mencegah
pengerasan pembuluh darah. Vitamin E dan lycopene dalam tomat mencegah
oksidasi LDL secara efektif.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner merupakan penyakit kardiovaskular yang terjadi
karena adanya hambatan atau penyempitan pada lumen pembuluh darah arteri
koroner karena adanya proses aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi
terbentuknya plak pada lumen pembuluh darah arteri.
Buah tomat mengandung senyawa kimia yang berkhasiat untuk
mencegah berbagai penyakit degeneratif dari berbagai jenis kanker seperti
kanker prostat, kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kandung kemih,
kanker leher rahim, diabetes mellitus, asma, aterosklerosis, fungsi
imun, dan penyakit jantung (Kumalaningsih, 2007). Pencegahan penyakit
degeneratif tersebut dikarenakan senyawa kimia yang terkandung didalam buah
tomat.
B. Saran
Tomat (Solanum lycopersicum ) adalah salah satu jenis tanaman
hortikultura yang banyak dikenal masyarakat, hampir setiap hari digunakan
sebagai bahan makanan baik dalam masakan sayuran, sambal, jus buah, dan
sebagai produk olahan tomat. Tomat memiliki kandungan vitamin A dan C serta
likopen. Kandungan senyawa likopen pada tomat dapat berfungsi sebagai
penangkal radikal bebas, sebagai antiplatelet, dan menghambat aterosklerosisyang
merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner (Humam H
dan Lisiswanti R, 2015).

17
DAFTAR PUSTAKA
Diastutik D. 2017. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner Pada Perokok
Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 4(3): 326-37.
Ghani L,Susilawati MD, Novriani H. 2016). Faktor risiko dominan penyakit
jantung koroner di indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. 44(3): 153-69.
Huma H, Lisiswanti R. 2015.Pengaruh Tomat (Solanum lycopersicum) Terhadap
Stroke. Majority. 4(9): 88-92
Husna LA, Djoko L, Handajani F, Martini T. 2019.Pengaruh pemberian jus tomat
(Solanum lycopersicum L.) terhadap kadar kolesterol LDL Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar yang diindukdi Aloksan. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. 8(1): 14-25.
Abdulloh, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6. Bogor. Pustaka Imam Syafi’i
Aisyah, Siti, Ummu Balqis, dan Eko Karunia Friyan. 2014. Histopatologi Jantung
Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Minyak Jelantah. Jurnal
Medica Veterinaria. Vol 8 No. 1
Anwar TB. 2004. Faktor risiko penyakit jantung koroner. Sumatera Utara: E-USU
Repository.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES). 2014. Situasi Kesehatan
Jantung dalam www.depkes.go.id/pusdatin/infodatinjantung.pdf diakses
pada tanggal 20 Oktober 2015.
Djohan, TBA. 2004. “Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi”,
(http://library.usu.ac.id/downlo ad/fk/gizi-bahri10.pdf, diakses 4 Oktober
2007).
Kaplan, et al. 1991. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner: Penatalaksanaan
Praktis dari Faktor-faktor Risiko (Prevention of Coronary Heart Disease).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai