Anda di halaman 1dari 9

Aplikasi Penginderaan Jauh Sistem Informasi Geografi Untuk Mengkaji Perubahan

Penutup Lahan Dan Arah Perkembangan Lahan Terbangun Di Kota Batu, Provinsi Jawa
Timur

Desi Ariska Putri


desiariskaputri06@gmail.com

Prima Widayani
primawidayani@ugm.ac.id

Abstract

The transfer of land from non-constructed land to wake land can trigger the physical
development of urban areas that are increasingly uncontrolled. Monitoring of land cover
changes was undertaken to identify the direction of urban development. This study aims to (1)
know the systematic accuracy of Landsat 7 ETM + and Landat 8 OLI images for the extraction
of land cover information, (2) to know the extent of land cover change, and (3) to examine the
development direction of the developed land in Batu City. Multitemporal data in the form of
Landsat images in 2001, 2013, and 2016 were used for this study using multispectral
classification method. The ellipse and windrose fields are used to represent the direction of
development of the wake land in Batu City. The accuracy of Landsat image in 2016 was 87,14%
and it was estimated that the widest change of land cover which was the most change was in the
form of seasonal crops of wetland into a settlement / mixture building of 473.48 hectares. The
direction of the development of the land is widespread tend to point to the southeast which is the
accessibility of connecting to the city of Malang
Keywords: Change of Land Cover, Direction of Built Land, Windrose, Elip Field

Abstrak

Alih fungsi lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun dapat memicu
perkembangan fisik kawasan perkotaan yang semakin tidak terkontrol. Pemantauan perubahan
penutup lahan dilakukan untuk mengidentifikasi arah perkembangan kota. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) mengetahui akurasi sistematik citra Landsat 7 ETM+ dan Landat 8 OLI untuk ekstrasi
informasi penutup lahan, (2) mengetahui luas perubahan penutup lahan, dan (3) mengkaji arah
perkembangan lahan terbangun di Kota Batu. Data multitemporal berupa citra Landsat tahun 2001,
2013, dan 2016 digunakan untuk penelitian ini mengggunakan metode klasifikasi multispektral.
Bidang elip dan windrose digunakan untuk merepresentasikan arah perkembangan lahan terbangun
di Kota Batu. Akurasi citra Landsat tahun 2016 memperoleh sebesar 87,14% dan diperkirakan
luas perubahan penutup lahan yang mengalami perubahan paling besar berupa tanaman semusim
lahan basah (sawah) menjadi bangunan permukiman/ campuran sebesar 473,48 hektar. Arah
perkembangan lahan terbangun berkecenderungan merunjuk ke arah tenggara yang merupakan
aksesibilitas menghubungkan ke Kota Malang.

Kata Kunci: Perubahan Penutup Lahan, Arah Perkembangan Lahan Terbangun, Windrose,
Bidang Elip
PENDAHULUAN lahan terbangun. Ekspansi lahan terbangun
Perkembangan kota yang bersifat dapat berpengaruh khususnya pada
dinamis berperan penting sebagai pusat perkembangan fisik daerah perkotaan,
aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya. dimana dengan pertambahan kepadatan
Hal ini dicerminkan dengan sebagai tempat bangunan secara horizontal atau yang sering
untuk permukiman perkotaaan, pemusatan disebut dengan proses densifikasi bangunan.
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, Penginderaan jauh dapat digunakan
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi untuk ekstraksi informasi perkembangan
(Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 lahan terbangun melalui ekstraksi informasi
tentang Penataan Ruang). Daya tarik akan dapat melalui analisis citra multitemporal
ketersedianan kebutuhan hidup seperti menggunakan citra Landsat, dimana
ketersedian fasilitas-fasilitas yang diimbangi dibutuhkan adanya citra satelit time series
akan kemajuan teknologi, industri, dan (dengan rentang waktu yang relatif sama
trasportasi berdampak terhadap minat atau sesuai dengan tingkat dan objek analisis
penduduk untuk tinggal dan menetap di perubahan yang akan dilakukan).
kota. Sehingga daerah perkotaan mengalami Sedangkan, dalam mengkajin perkembangan
laju pertumbuhan penduduk yang terus lahan terbangun dengan melakukan
meningkat di setiap tahunnya. klasifikasi multispektral yang bertujuan
Peningkatan laju pertumbuhan untuk mengkelaskan penutup lahan. Metode
penduduk juga diiringi dengan klasifikasi terselia (supervised) yang
meningkatnya kebutuhan ruang kota. Akibat digunakan yaitu maximum likelihood yang
interaksi antara tekanan penduduk terhadap mampu meminimalkan kesalahan klasifikasi
lahan, dapat menimbulkan terjadinya dengan mempertimbangkan nilai rata-rata
konversi penutup/penggunaan lahan. dan keragaman antarkelas dan antar saluran
Terjadinya konversi penutup/ penggunaan (konvariansi) (Lillesand, et. al., 2004).
lahan dapat berdampak terhadap
pertumbuhan kepadatan bangunan yang METODE PENELITIAN
ditandai salah satunya adanya proses Alat dan Bahan
ekspansi lahan terbangun (Suharyadi, 2011). Alat yang digunakan, yaitu:
Ekspansi lahan terbangun merupakan proses 1. Perconal Computer (PC)/Laptop
perubahan lahan non terbangun menjadi 2. Software Envi 4.5
3. Software ArcGIS 10.4.1 digunakan merunjuk pada SNI klasifikasi
4. Software Microsoft Office penutup lahan tahun 2014 skala 1:250.000
5. Global Positioning System (GPS) dengan modifikasi. Rata rata ROI yang
6. Kamera digital diambil tiap kelasnya yang kemudian
7. Printer dikelaskan. Teknik klasifikasi yang
Bahan yang dibutuhkan, yaitu: digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun klasifikasi terbimbing (supervised
2001, Landsat 8 OLI tahun 2013 dan classification) dengan metode maksimum
tahun 2016 Kota Batu, sumber USGS likelihood. Pemilihan klasifikasi terbimbing
2. Data Digital Peta Administrasi Kota diasumsikan bahwa peneliti memiliki local
Batu skala 1 : 25.000, sumber knowledge terhadap karakteristik daerah
BAPPEDA Kota Batu Tahun 2010 kajian sehingga mempermudah dalam
pengenalan objek. Penggunaan metode ini
Tahap Penelitian. berdasarkan hasil dari berbagai penelitian
a. Klasifikasi Multispektral yang menyatakan metode ini terbukti
Klasifikasi multispektral dilakukan pada memberikan hasil paling baik dibandingkan
kedua citra yang digunakan yaitu citra metode lainnya. Danoedoro (2012)
Landsat 7 ETM+ tahun 2001, tahun 2013, menyebutkan bahwa algoritma maximum
dan citra Landsat 8 OLI tahun 2016. Hal ini likelihood dengan statistik yang paling
dilakukan untuk mendapatkan area mapan. Hasil klasifikasi multispektral
sampel/region of interest (ROI) yang lebih adalah peta kelas spektral. Peta-peta kelas
beragam. ROI yang diambil mengacu pada spektral tersebut selanjutnya dilakukan
unsur interpretasi yaitu rona, warna, bentuk, penggabungan kelas (class merging) untuk
pola dan ukuran. ROI diambil secara menghasilkan peta penutup lahan tahun
menyebar pada kedua citra yang digunakan. 2001, tahun 2013, dan tahun 2016.
Kelas yang digunakan sebagai area sampel
adalah bangunan permukiman/campuran, b. Penentuan Sempel
hutan lahan tinggi, hutan lahan rendah, Penentuan sampel dilakukan dengan
kebun dan tanaman campuran, tanaman memilih area yang diketahui penggunaan
semusim lahan basah (sawah), dan lahan lahannya secara pasti. Metode pengambilan
terbuka alami lain. Skema klasifikasi yang sampel yang digunakan adalah purposive
random sampling. Sampel yang diambil disebabkan oleh faktor citra satelit yang
dalam purposive random sampling digunakan, sehingga dengan adanya
didasarkan atas pertimbangan kegiatan pengecekan kondisi lapangan dapat
perkembangan lahan terbangun dengan menambah/memperbaiki informasi yang
tujuan sampel yang diambil sudah dianggap kurang dari hasil interpretasi awal.
mewakili area kajian. Titik sampel yang Pengecekan kondisi lapangan berdasarkan
diperoleh digunakan untuk training area dan kondisi penutup lahan yang digunakan pada
uji akurasi. Pemilihan sampel dilakukan waktu itu. Hasil survei lapangan akan
dengan mempertimbangkan pengetahuan digunakan sebagai acuan dalam uji akurasi
lokal (local knowledge) dan cek lapangan. yaitu dengan membandingkan hasil
Pemilihan jumlah lokasi titik sampel interpretasi dengan kenyataan di lapangan,
dilakukan secara spesifik dan merata pada kondisi di lapangan dapat diwakili oleh data
setiap kelas penutup lahan dengan atas dasar penginderaa jauh pada tahun yang di
pertimbangan perkembangan lahan maksud. Kegiatan ini juga didukung oleh
terbangun. Alasan pemilihan teknik adanya wawancara kepada masyarakat
purposive random sampling dalam sekitar untuk mendukung jika terdapat alif
penentuan lokasi titik sampel diharapkan fungsi lahan yang terjadi.
agar seluruh kelas penutup lahan dapat
terwakili atas dasar arah perkembangan d. Uji Akurasi
lahan terbangun yang menggambarkan pada Uji akurasi dilakukan untuk melihat
kondisi waktu tersebut. seberapa akurat alogritma yang digunakan
dalam klasifikasi multispektral dengan
c. Kegiatan Lapangan kenyataan yang ada pada lapangan
Pengumpulan data lapangan dilakukan sebenarnya. Uji akurasi yang digunakan
melalui pengecekan kondisi lapangan. dalam penelitian ini adalah uji akurasi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk metode koefisien Kappa, yaitu metode
mencocokkan hasil interpretasi yang sudah dengan membandingkan hasil klasifikasi
dilakukan dengan kondisi dilapangan guna multispektral pada citra dengan kenyataan
menentuknan tingkat ketelitian interpretasi. yang ada dilapangan. Metode koefisien
Dalam penyadapan informasi saat Kappa mempertimbangkan aspek produser
interpretasi memiliki keterbatasan yang
accuracy dan user accuracy dengan omisi lahan diperoleh dari pengkelasan tiap objek
kesalahan dan komisi kesalahan. di permukaan bumi. Analisis dilakukan
Uji akurasi dalam proses penginderaan dengan cara menggabungkan informasi citra
jauh adalah menilai tingkat ketelitian hasil satelit multitemporal, kemudian informasi
interpretasi dibandingkan dengan standart yang dipilih berdasarkan kenyataan di
yang disepakati atau menilai tingkat lapangan. Analisis luas perubahan lahan
kesalahan hasil interpretasi di banding digunakan sebagai informasi tambahan
dengan standar yang disepakati (Longley, dalam pemetaan perubahan penutup lahan.
2004 dalam Suharyadi 2010). Penentuan Dimana sampel tiap objek yang diperoleh
akurasi keseluruhan menggunakan matriks melalui kegiatan lapangan dan diuji
penaksiran akurasi hasil interpretasi, dimana akurasinya. Pemetaan arah perkembangan
hasil klasifikasi multispektral untuk setiap lahan terbangun ini dilakukan tahap uji
kelas dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu akurasi karena untuk melihat hubungan
producer accuracy dan user accuracy. perubahan penutup lahan terhadap
Producer accuracy mengindikasikan perkembangan lahan terbangun. Sementara
bagaimana training set dari suatu kelas untuk mengetahui arah perkembangan lahan
diklasifikasikan. Sedangkan user accuracy terbangun dapat melakukan analisis
mengindikasikan probabilitas suatu piksel menggunakan bidang elip dan windrose.
yang diklasifikasikan ke dalam suatu kelas
tertentu yang mewakili kelas itu di lapangan, HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan kata lain, merupakan selisih antara Hasil Klasifikasi Maximum Likelihood
kelas hasil klasifikasi dengan kelas Penutup lahan di Kota Batu
sebenarnya di lapangan (Lillesand, et al. didominasi oleh hutan lahan rendah,
2004). tanaman semusim lahan basah (sawah), serta
kebun dan tanaman campuran. Berada pada
e. Penentuan Arah Perkembangan daerah perbukitan dan pengunungan
Lahan Terbangun sehingga banyak penutup lahan yang
Pemetaan arah perkembangan lahan mendominasi di Kota Batu. Namun, terdapat
terbangun ini dilakukan berdasarkan penutup lahan lain yang menunjang
perubahan penutup lahan dari tahun 2001 pekembangan di Kota Batu berupa
hingga tahun 2016. Perubahan penutup bangunan permukiman/campuran. Penutup
lahan bangunan permukiman/campuran di Uji Akurasi
Kota Batu semakin lama semakin Hasil uji akurasi klasifikasi penutup
meningkan dengan memiliki cenderung lahan disajikan dalam 3 (tiga) periode waktu
mendekati jalur aksesibilitas. yaitu tahun 2001, tahun 2013, dan tahun
Dilihat berdasarkan penutup lahan 2016. Dari hasil uji akurasi klasifikasi
tahun 2013 dan tahun 2016 di sepanjang penutup lahan tahun 2001 diperoleh dengan
jalan Kota Batu masih banyak dijumpai tingkat ketelitian sebesar 72,86% dan tingkat
bangunan permukiman/campuran kesalahan sebesar 27,14%. Hasil tingkat
disepanjang jalan utama. Sedangkan pada ketelitian tahun 2013 sebesar 85,71% dan
tahun 2001 dapat dilihat masih banyak tingkat kesalahan 14,29%. Sedangkan untuk
dijumpai lahan non terbangun di sepanjang hasil tingkat ketelitian tahun 2016 diperoleh
jalan utama. Penutup lahan berupa kebun sebesar 87,14% dan tingkat kesalahan
dan tanaman campuran merupakan tanaman sebesar 12, 83%. Hasil uji akurasi penutup
berbatang keras yang memiliki tutupan lahan tahun 2001 memiliki nilai overall
kanopi tampak rimbun. Kebun dan tanaman accuracy atau akurasi keseluruhan sebesar
campuran banyak dijumpai di sepanjang 72,86% dengan kappa sebesar 0,63. Hasil
jalan. Berdasarkan pengamatan di lapangan uji akurasi penutup lahan pada tahun 2001
kelas kebun dan tanaman campuran banyak dapat dilihat hanya memiliki kappa sebesar
didominasi oleh kebun buah apel yang juga 0,63, hal ini dipengaruhi oleh rentang waktu
merupakan komoditas unggulan di Kota dari pengecekan dilapangan yang sekitar 16
Batu. tahun. Sehingga, penutup lahan banyak yang
Kenampakan penutup lahan tanaman mengalami perubahan yang cukup signifikan
semusim lahan basah (sawah) berupa menjadi kelas penutup lahan yang berbeda
tanaman sayuran dan tanaman agrowisata. sebelumnya.
Penutup lahan berupa lahan terbuka alami Nilai overall accuracy dapat
lain tampak di Kota Batu merupakan lahan menunjukkan akurasi keseluruhan dari peta
yang akan dibangun berupa bangunan baik penutup lahan yang dihasilkan, akan tetapi
untuk kawasan wisata maupun hotel, selain belum menunjukkan besarnya akurasi pada
itu juga berupa lahan terbuka yang belum setiap kategori penutup lahan. Perhitungan
ditanami. akurasi penghasil (producer accuracy) dan
akurasi pengguna (user accuracy) dilakukan
untuk mengetahui besarnya nilai akurasi 2001 sampai tahun 2013 secara keseluruhan
pada setiap kelas atau kategori penutup luas area kajian yakni 19.902,52 hektar,
lahan. Nilai akurasi penghasil berkaitan Perubahan terbesar terjadi pada penutup
dengan omission error atau kesalahan lahan berupa tanaman semusim lahan basah
berupa penghilangan. Kesalahan berupa (sawah) menjadi bangunan permukiman/
penghilangan menunjukkan objek yang campuran yang mengalami perubahan seluas
terdapat di lapangan namun tidak 360,89 hektar. Perubahan sawah menjadi
tergambarkan pada peta. Sedangkan nilai bangunan tersebut banyak terjadi di
akurasi pengguna berhubungan dengan sepanjang jalan utama dari Kota Malang
comission error atau kesalahan berupa menuju ke Kota Batu. Hal tersebut
penambahan. Kesalahan berupa penambahan dikarenakan penjalaran area perkotaan yang
menunjukkan objek yang tergambar pada menyebabkan dinamika pada wilayah peri-
peta akan tetapi tidak dijumpai pada urban, dimana cocok dengan pusat
kenyataanya di lapangan. pertumbuhan ekonomi didukung dengan
Keseluruhan tingkat ketelitian dari aksesbilitas. Luasan penutup lahan
hasil uji akurasi, maka pada tahun 2016 berdasarkan hasil perubaan penutup lahan
memiliki tingkat ketilitian yang terbaik. Hal menjadi bangunan permukiman/campuran
ini disebabkan rentang waktu antara yang paling banyak mengalami perubahan
perekaman citra pada bulan Juli 2016 yaitu pada tahun 2001-2013, dimana luasan
dengan pengecekan di lapangan pada bulan perubahan terjadi pada penutup lahan
Januari 2017, sehingga tidak banyak tanaman semusim lahan basah (sawah)
perubahan penutup lahan dengan rentang sebesar 360,89 hektar disusul dengan
waktu 6 bulan. Selain itu, adanya penutup lahan lainnya seperti kebun dan
pengetahuan lokal (local knowledge) terkait tanaman campuran serta lahan tebuka alami
kondisi lapangan di Kota Batu membantu lain.
dalam melakukan klasifikasi penutup lahan. Dari kedua penutup lahan tersebut,
sebenarnya sangat kecil untuk berubah,
Perubahan Penutup Lahan namun dalam penelitian ini jumlah luasan
Berdasarkan tabel perubahan perubahan yang tergolong cukup besar
penutup lahan di Kota Batu selama kurung diduga sebagai fenomena spurious change
waktu 12 (dua belas) tahun yaitu dari tahun (perubahan yang seolah-olah). Hal tersebut
terjadi karena kesalahan dalam klasifikasi. benar terjadi dikarenakan perubuhan dari
Ditinjau ulang berdasarkan hasil uji akurasi tanaman yang beratap. Sehingga
peta penutup lahan yang digunakan, akurasi kenampakanya pada citra tampak lahan non
penghasil dan akurasi pengguna pada kelas terbangun karena perobohan dari tanaman
hutan lahan tinggi tergolong rendah. Hal beratap. Selain itu adanya faktor topografi
tersebut dikarenakan kesalahan dalam juga mempengaruhi perkembangan lahan
pengambilan daerah contoh, dimana piksel terbangun seperti permukiman akan sedikit
kelas hutan lahan tinggi daerah contoh yang yang berkembang pada kelerengan yang
diambil merupakan piksel campuran. cukup tinggi. Selain itu, faktor yang
Keberadaan hutan lahan rendah yang berpengaruh terhadap perkembangan lahan
cenderung bertekstur halus dan cerah, dan terbangun di Kota Batu adalah jalan utama,
resolusi spasial citra Landsat yang ketersediaan fasilitas, dan pusat kota.
digunakan termasuk dalam resolusi
menengah 30 meter menyebabkan obyek Arah Perkembangan Lahan Terbangun
hutan lahan rendah terekam bercampur Perkembangan lahan terbangun
dengan objek lainnya dalam satu piksel berdasarkan arahnya menggunakan bidang
Landsat. Perubahan yang seolah-olah terjadi elip maupun windrose memiliki kesamaan
juga terjadi pada perubahan penutup lahan dalam menunjukkan arah. Namun, pada
dari lahan terbangun menjadi lahan non penggunaan bidang elip perlu
terbangun seperti perubahan bangunan memperhatikan titik pusat kota, sumbu
permukiman/campuran menjadi hutan lahan panjang, dan sumbu pendek dalam
tinggi, hutan lahan rendah, sawah, maupun menentukan luas cakupan yang masuk
kebun dan tanaman campuran. Perubahan dalam area tersebut. Sedangkan pada
dari lahan non terbangun menjadi lahan penggunaan windrose, perlu memperhatikan
terbangun tersebut sangat jarang terjadi. perubahan lahan non terbangun menjadi
Akan tetapi dari hasil pengolahan perubahan lahan terbangun yang terbagi dalam 8
penutup lahan pada penelitian ini ditemui (delapan) arah mata angin.
perubahan dari bangunan permukiman/ Kecenderungan pada perkembangan
campuran menjadi lahan non terbangun. Hal lahan terbangun di Kota Batu yang
tersebut bukanlah merupakan fenomena berorientasi ke arah tenggara cukup
spurious change, namun ada juga yang mengalami perkembangan lahan yang
signifikan. Apalagi didukung dari tabel 5.8; Kota Batu sebagai Kota Kepariwisataan
tabel 5.9; tabel 5.10 pada hasil perolehan Internasional.
luasan perubahan lahan non terbangun Visualisasi arah perkembangan lahan
menjadi lahan terbangun yang terjadi yang terbangun dari tahun 2001-2016 berdasarkan
selalu merujuk kearah tenggara dengan nilai berbentuk bidang elip terlihat bahwa
luasan perubahan yang paling tinggi. perkembangan lahan terbangun kea rah
Namun, hal tersebut sangatlah wajar karena tenggara, sedangkan berdasarkan windrose
Kota Batu sebelah tenggara merupakan bahwa perkembangan lahan terbangun
lintas utama dari Kota Malang menuju Kota cenderung mengelompok mendekati
Batu, dimana Kota Malang murapakan jalur aksesibilitas, dengan arah perkembangan
akses yang strategis yang cukup dekat permukiman ke arah tenggara, dimana arah
dengan Kota Batu yang sebagai salah satu tenggara merupakan jalur utama menuju ke
destinasi wisata menyebabkan daerah Kota Malang.
sebelah tenggara dari Kota Batu paling
sering dilalui sehingga memicu terbentuknya DAFTAR PUSTAKA
lahan terbangun. Lillesend, T.M., Kiefer R.W., and Chipman,
J.W. 2004. Remote Sensing and Image
KESIMPULAN Interpretation. New York: John Wiley &
Hasil uji akurasi citra Landsat 7 ETM+ Sons, Inc.
menggunakan klasifikasi multispectral Suharyadi. 2011. Interpetasi Hibrida Citra
dengan algoritma maximum likelihood Satelit Resolusi Spasial Menengah
berupa penutup lahan di Kota Batu pada Untuk Kajian Densifikasi Bangunan
citra Landsat 8 OLI Tahun 2016 sebesar Daerah Perkotaan Di Daerah Perkotaan
87,14%. Yogyakarta. Desertasi. Yogyakarta :
Luas perubahan penutup lahan di Kota Fakultas Geografi, UGM.
Batu dari tahun 2001 sampai tahun 2016 Undang - Undang Republik Indonesia
yang mengalami perubahan penutup lahan Nomor 26 Tahun 2007 tentang
paling besar yaitu tanaman semusim lahan Penataan Ruang.
basah (sawah) menjadi bangunan
permukiman/ campuran sebesar 473,48
hektar akibat dampak dari perubahan visi

Anda mungkin juga menyukai