Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ANEMIA DIRUANG GARUDA BAWAH


RSU ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :
SRY DJULIANTY
NIM. 201801088

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ANEMIA DIRUANG GARUDA BAWAH
RSU ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH :
SRY DJULIANTY
NIM. 201801088

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
BAB I

KONSEP TEORITIS

A. DEFINISI
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
hematokrit dibawah normal, secara fisiologis, anemia terjadi apa bila terdapat kekurangan
jumlah haemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Smeltzer,Suzanne C, 2001)
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat penurunan
produksi sel darah merah, dan / atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. Anemia
sering didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam darah sampai di bawah rentang
normal 13,3 gr% (pria), 11,5 gr% (wanita dan 11 gr% (anak-anak) (Fraser, Diane M,
2009). Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal tersebut
dapat terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau penurunan
hemoglobin (Hb) dalam darah. (Fraser Diane dan Cooper A Margaret, 2009) Sesuai
dengan pengertian anemia menurut para ahli, penulis dapat menyimpul kananemia adalah
menurunnya jumlah sel darah merah ataukonsentrasihemoglobin dalam sirkulasi darah
menurun.
B. ETIOLOGI
1. Berdasarkan ukuran sel darah merah ( Varney H,2006)
a. Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan zat besi.
2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis yang
mengakibatkan tidak ade kuatnya kandungan hemoglobin)
3) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di temukan di
Asia Tenggara)
4) Keracuanan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)
b. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)
1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
2) Kehilangan sel darah merah akut.
3) Gangguan hemolisis darah
4) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
5) Ganggauan C hemoglobin
6) Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara
7) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)
8) Anemia hemolitik (efek samping obat)
9) Anemia hemolisis autoimun.
c. Penurunan produksi sel darah merah
1) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yamg mengancam jiwa
2) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
d. Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan.
2. Anemia defisiensi zat besi (Fe) Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan
zat besi yang merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan
zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu :
a. Asupan yang kurang mengandung zat besi.
b. Penurunan resorbsi karena kelainan pada usus atau karena banyak mengkonsumsi
teh.
c. Kebutuhan yang meningkat
d. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok denang pemberian nutrisi yang mencukupi, maka
akan mengalami defisiensi Fe.
3. Anemia megaloblastik Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat
atau disebut dengan anemia defisiensi asam folat. Asam folat merupakan bahan
esensial untuk sintesis DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA
diperlukan untuk sintesis, sedangkan RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan
bentuk sel darah, anemia megaloblastik tergolong dalam anemia makrositik, seperti
pada anemia pernissiosa. Ada beberapa penyebab penurunan asam folat yaitu :
a. Masukan yang kurang.
b. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit/ ganggguan pada gastrointestinal dapat
menghambat absorbsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.
c. Pemberian obat yang antagonis tehadap asam folat. Obat-obat tersebut dapat
menghambat kerja asam folat dalam tubuh, karena mempunyai sifat yang
bertentangan.
4. Anemia pernisiosa Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin
B12.Anemia pernisiosa ini tergolong anemia defisiensi asam folat. Bentuk sel
darahnya tergolong anemia makrositik normokromik, yaitu ukuran sel darah merah
yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal.VitaminB12 (kobalomin)
berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisme jaringan saraf dan purin. Selain
asupan yang kurang, anemia pernisiosa dapat disebabkan karena adanya kerusakan
lambung, sehingga lambung tidak dapat mngeluarkan secret yang berfungsi untuk
absorbsi B12.
5. Anemia pascaperdarahan Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang passif
(perdarahan terusmenerus dalam jumlah banyak) seperti pada kecelakaan, operasi dan
persalinan dengan perdarahan hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun
menahun. Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi reflek
cardiovascular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke
organ yang kurang vital dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan
jantung). Kehilangan darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan dengan
kehilangan darah dalam waktu lama. Selain reflek kardiovaskuler, akan terjadi
pergeseran cairan ekstravaskuler ke intravaskuler agar tekanan osmotic dapat
dipertahankan. Akibatnya, terjadi hemodialisis dengan gejala :
a. Rendahnya Hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit
b. Leucositosis
c. Kadang terdapat gagal jantung
d. Kelainan cerebral akibat hiposekmia
e. Menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.
6. Anemia aplastik Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan
jumlah semua sel darah) darah tepidan menurunya selularitas sumsum
tulang.Berdasarkan bentuk sel darahnya, anemia ini termasuk anemia normisitik
seperti anemia pasca perdarahan. Beberapa penyebab terjadinya anemia aplastik
adalah:
a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah merah.
Penurunan sel induk terjadi karena bawaan,selain karena bawaan penurunan sel
induk bisa terjadi karena adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan,
kloranfenikol, dan klopromazina. Obat-obat tersebut mengakibatkan penekanan
pada sumsum tulang.
b. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama
dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.
c. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah
dalam sumsum tulang tidak ada.
d. Adanya sel inhibitor (T. limposit) sehingga menekan / menghambat maturasi sel-
sel induk pada sumsum tulang.
7. Anemia hemolitik Merupakan anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih
pendek/ prematur.Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya
penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga
ada kemungkinan terjadinya peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat
membentuk 6-8 kali lebih banyak system eritropoetik dari biasanya, sehingga banyak
dijumpai eritrosit dan retikulosit pada darah tepi.Kekurangan bahan pembentuk sel
darah, seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi dapat mengyebabkan
ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentukan system eritropoetik.
Penyebab anemia hemolitik diduga adalah :
a. Congenital, misalnya kelainan rantai Hemoglobin dan difisiensi enzim G6PD.
b. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, penggunaan obat-obatan, dan keganasan sel
8. Anemia sickle cell Merupakan anemia yang terjadi karena sintesa Hemoglobin
abnormal dan mudah rusak, serta merupakan penyakit keturunan (hereditary
hemoglobinopathy).Anemia sickle cell ini menyerupai anemia hemolitik.
PATOFISIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Selain beratnya anemia, bebagai faktor mempengaruhi berat dan
adanya gejala:( Smelzer, Suzanne C, 2001 )
1. Kecepatan kejadian anemia
2. Durasinya (misal. Kronisitas)
3. Kebutuhan metabolisme pasien
4. Adanya kelainan lain atau kecacatan
5. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta yang mengakibatkan anemia. Semakin
cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal
penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokirt tanpa gejala yang
tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi
sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps
vaskuler pada individu yang sama. Individu yang telah mengalami anemia selama
waktu yang cukup lama dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya
mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat
latihan. Dispnea latihan biasanya terjadi hanya dibawah 7,5 g/dl, kelemahan hanya
terjadi dibawah 6 g/dl, dispnea istirahat dibawah 3 g/dl, dan gagal jantung hanya pada
kadar sangat rendah 2-2,5 g/dl. Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami
berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme
dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa
takikardia atau peningkatan curah jantung, pada kadar hemoglobin dibawah 10 g/dl.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang 
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat 
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan 
3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat
4. Anemia pada defisiensi besi.
a. Dicari penyebab defisiensi besi 
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus. 
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi. 
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)
1. Perkembangan otot buruk
2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3. Interaksi sosial menurun.
4. Daya konsentrasi menurun
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian
mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah
merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak
menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis,
serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena
kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan
infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal
tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data
yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data
hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus yang didapatkan dari
pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan lesu, pasien
mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus. Sementara data objektif akan
ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun, pasien tidak mau makan/tidak
dapat menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering
dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel.
Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk mengkaji
riwayat kesehatan pasien yang meliputi:
1. keluhan utama/alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan
profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah,
pusing, adanya pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan kabur;
2. Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis;
3. Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang berlebihan,
penggunaan obatobatan maupun pendarahan. Untuk itu penting dilakukan anamnesa
mengenai riwayat penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif
yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara
yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe sehingga dalam
pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut tampak kering,
tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis,
biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada
pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien
tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun)
berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan
perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun untuk
menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti
pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data melalui pengkajian
adalah merumuskan diagnosa. Pengertian dari diagnosa keperawatan itu sendiri adalah
sebuah pernyataan singkat dalam pertimbangan perawat menggambarkan respon klien
pada masalah kesehatan aktual dan resiko (Nursalam, 2001. Hal : 35 ).
1. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan konsentrasi HB dan Darah
2. Intoleransi aktivitas b.d berkurangnya suplay oksigen ke susunan saraf pusat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kegagalan atau
ketidakmampuan mencerna makanan.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1 Gangguan Perfusi Perfusi jaringan 1. Monitor tenda- 1. Data dasar
jaringan b.d terpenuhi setelah tanda vital mengetahui
penurunan dilakukan 2. Atur posisi perkembangan
konsentrasi HB tindakan dengan kepala pasien
dan Darah perawatan. datar atau 2. Meningkatkan
 Kriteria Hasil : tubuh lebih pernafasan
 Kulit tidak rendah 3. Mempertahankan
pucat 3. Hindari pasokan oksigen
 tanda vital pergerakan 4. Mengetahui status
dalam batas yang kesadaran pasien
normal berlebihan 5. Meningkatkan sel
 nilai Hb dan 4. Awasi darah
eritrosit dalam kesadaran dan 6. Meningkatkan
rentang tanda-tanda perfusi
normal terhadap 7. Menjaga
penurunan keefektifan
kesadaran oksigen
5. Manajemen
terapi tranfusi
sesuai terapi
6. Pemberian O2
pernasal sesuai
program
7. Monitoring
keefektifan
suplai O2

2 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Ukur vital sign 1. Data dasar


aktivitas b.d tindakan 2. Kaji penyebab mengetahui
berkurangnya keparawatan intoleransi akti perkembangan
suplay oksigen ke selama 3x24 jam vitas klien pasien
susunan saraf klien dapat 3. Latih ROM 2. Merencanakan
pusat. meningkatkan bila keadaan intervensi secara
toleransi aktivitas klien tepat
dengan kriteria : memungkinka 3. Imobilisasi yang
 Bebas dari n lama akan
kelelahan 4.  Ajarkan klien menyebabkan
setelah teknik dekubitus
beraktivitas penghematan 4. Menghemat energy
 Keseimbanga energi 5. Agar tidak
n kebutuhan untuk beraktivi kelelahan
   aktivitas dan tas
istirahat 5. Tingkatkan
 Adanya aktivitas
peningkatan klien sesuai
   toleransi dengan
aktivitas kemampuan

3 Ketidakseimbanga Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi


n nutrisi kurang tindakan nutrisi, defisiensi,
dari kebutuhan b.d keperawatan termasuk menduga
kegagalan atau selama 3x24 jam makanan yang kemungkinan
ketidakmampuan klien terpenuhi disukai. intervensi
mencerna kebutuhan 2. Observasi dan 2. Mengawasi kalori
makanan. nutrisinya dengan catat masukan atau kualitas
kriteria hasil : makanan klien. kekurangan
 Intake nutrisi 3. Observasi dan komsumsi
adekuat. catat kejadian makanan.
 Mual, muntah, mual/muntah. 3. Gejala GI dapat
anoreksi 4. Timbang BB menunjukan efek
hilang setiap hari. anemia pada
 Bebas dari 5. Berikan organ.
tanda-tanda makanan 4. Mengawasi
malnutrisi. sedikit tetapi penurunan BB

 Tidak terjadi sering atau atau efektifitas

penurunan BB makan diantara intervensi nutrisi


waktu makan. 5. Makan sedikit
6. Bantu hiegene tapi sering dapat
mulut yang menurunkan
baik. kelemahan dan
7. Kolaborasi meningkatkan
dengan ahli pemasukan juga
gizi mencegah
, distensi gaster.
6. Meningkatkan
nafsu makan dan
pemasukan oral.
7. Membantu dalam
rencana diet
untuk memenuhi
kebutuhan
individual.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawtan Implementasi Keperawtatan
1 Perfusi jaringan in efektif 1. Memonitoring tenda-tanda vital
b/d.penurunan konsentrasi HB 2. Mengatur posisi dengan kepala datar atau tubuh
dan Darah lebih rendah
3. Menghindari pergerakan yang berlebihan
4. Mengawasi kesadaran dan tanda-tanda terhadap
penurunan kesadaran
5. Memanajemen terapi tranfusi sesuai terapi
6. Memberikan O2 pernasal sesuai program
7. Memonitoring keefektifan suplai O2

2 Intoleransi aktivitas b.d 1. Mengukur vital sign


berkurangnya suplay oksigen ke 2.  Mengkaji penyebab intoleransi aktivitas klien
susunan saraf pusat. 3. Melatih ROM bila keadaan klien
memungkinkan
4.  Mengajarkan klien teknik penghematan energi
untuk beraktivitas
5. Meningkatkan aktivitas klien sesuai dengan
kemampuan

3 Ketidakseimbangan nutrisi 1. Meng kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan


kurang dari kebutuhan b.d yang disukai.
kegagalan atau 2. Mengobservasi dan catat masukan makanan
ketidakmampuan mencerna klien.
makanan. 3. Mengobservasi dan catat kejadian mual/muntah.
4. Menimbang BB setiap hari.
5. Memberikan makanan sedikit tetapi sering atau
makan diantara waktu makan.
6. Membantu hiegene mulut yang baik.
7. Kolaborasikan dengan ahli gizi

E. EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawtatan
1 Gangguan perfusi jaringan S:
b/d.penurunan konsentrasi HB  Klien mengatakan bahwa ia tidak sesak
dan Darah lagi
 Klien mengatakan bahwa kepalanya
sudah kurang sakit
O:
 Klien tampak tidak sesak napas lagi
 Mukosa klien tampak lembab
A: Masalah teratasi
2 Intoleransi aktivitas b.d S:
berkurangnya suplay oksigen ke  Klien mengatakan adanya peningkatan
susunan saraf pusat. semangat untuk bekerja
 Klien mengatakan tidak letih dan lesu
lagi
O:
 Klien tidak tampak letih dan lesu
 Klien tampak ceria
A: Masalah teratasi
3 Ketidakseimbangan nutrisi
s,s S:
kurang dari kebutuhan b.d  Klien mengatakan sudah mudah untuk
kegagalan atau menelan
ketidakmampuan mencerna  Klien mengatakan adanya peningkatan
makanan. napsu makan
O:
 Makanan yang dimakan klien tampak
habis
 Klien tidak mual dan muntah lagi
A: Masalah teratasi

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2004) Keperawatan medikal-bedah : buku saku untuk
brunner dan suddarth. alih bahasa : yasmin asih. Editor : Monica Ester. Jakarta : EGC.

Harrison (2007) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor edisi bahasa Indonesia : Asdie, A.
H. Jakarta : EGC.

Hayes, P. C., & mackay, T.W. (2009). Buku saku diagnosis dan terapi. Alih bahasa : devy. H.
Jakarta : EGC

Hidayat, A, A, A. ( 2008 ) Pengantar konsep dasar keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba
medika.

Pedersen, G. W. (2006) Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg. Purwanto & drg
Basoeseno. Jakarta : EGC.

Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2003) Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai