Disusun Oleh :
Kelompok 6
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
NIDN : NIDN :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam
kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang
memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh
karenanya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada kegiatan PKL Komunitas.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca
lain pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
dalam mencapai kesejahteraan bangsa ini. Pembangunan kesehatan merupakan usaha
bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal guna meningkatkan
derajat kehidupannya dicapai melalui masyarakat, bangsa, dan negara, yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dalam perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
Republik Indonesia. (Depkes RI, 2016).
Visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2025 yang
menggambarkan pada tahun 2025 bangsa Indonesia diharapkan masyarakat memiliki
kemajuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh
jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapakan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan. Pelayanan kesehatan bermutu yang di maksud adalah
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam kebutuhan masyarakat
serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi diharapkan depat
dicapai derajat keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Karwati, 2011)
Menurut Karwati (2011), kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari
setiap individu, masyarakat temasuk swasta dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan
meningkatan kesehatan setiap individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya di
lakukan tanpa meninggalkan upaya menyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk menjaga
kesehatan, memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sanga
menentukan pmbangunan kesehatan. Sedangkan menurut UU No 36 Tahun 2009
tentang kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya peningkatan derajat kesehatan yang diinginkan tersebut sering kali
terbentur pada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, serta
terbatasnya potensi masyarakat untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, oleh karena itu perlu
di upayakan secara menyeluruh dan sama-sama dengan masyarakat untuk
mengatasinya. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara optimal, diperlukan
peran seta masyarakat dan sumber daya masyarakat sebagai modal dasar dalam
pembangunan nasional termasuk keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat
(Mubarak, Wahid Iqbal. 2012)
Pembangunan Komunitas adalah suatu proses yang merupakan usaha
masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki
kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam
kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi
kemajuan nasional. (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2011)
Pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan serangkaian kegiatan
masyarakat yang di laksanakan atas dasar gotong royong dan suadaya masyarakat
dalam rangka menolong dirinya sendiri dalam memecahkan masalah utnuk memenuhi
kebutuhannya dalam bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan agar mampu
mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Strategi dasar untuk mencapai PKMD meliputi pelayanan kesehatan yang
essensial, menyeluruh dan berkualitas, bersifat promotif mengembangkan kerja sama
lintas sektoral dan membina serta mengembangkan peran serta masyarakat yang
berlandasan kemandirian masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Efendi, Ferry, dkk. 2009)
Kebidanan komunitas adalah suatu praktik berdasarkan mengetahuan yang
berhubungan dengan penerapan kemampuan, menggali, mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan masyarakat, individu, serta keluarga dalam lingkungan komuniti. Dengan
upaya dapat meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita di dalam keluarga sehingga
terwujud keluarga sehat dan sejahtera di dalam komuniti tersebut (Gunawan L. A,
2012)
Dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat terutama dalam mencegah
angka kematian ibu dan anak, pemerintah merencanakan program save motherhood
sehingga berupa enam pilar sebaagai realisasi kerja antara lain, pelayanan keluarga
berencana, asuhan antenatal, persalianan bersih dan aman, pelayanan obsetrik dan
neonatal, pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan primer dengan
pemberdayaan wanita. Masyarakat Indonesia yang di cita-citakan adalah masyarakat
Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur
dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya (Effendy, Nasrul. 2012)
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Remaja perlu dibekali
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pengegtahuan yang didapat maka
akan dterapkan dikehidupan sehari-hari mengenai perawatan kesehatan reproduksi
sehingga meningkatkan derajat kesehatan pada remaja (Azzahra, 2019). Wanita usia
subur merupakan masa dimana sering terjadinya kehamilan, namun pada masa ini
wanita harus bisa menjaga kesehatan reprosuksinya agar senantiasa sehat jauh dari
risiko tinggi bahaya kehamilan.
Untuk mencapai hal itu maka diperlukan tenaga yang berkualitas dan
profesional. Kami mahasiswi kebidanan STIKES Sukabumi mengaplikasikan tugas
Asuhan Kebidanan Komunitas ini di RW 17 Kecamatan Cisarua Kabupaten
Sukabumi. Tugas ini merupakan bagian dari kurikulum dalam program studi DIII
Kebidanan STIKES Sukabumi tahun ajaran 2021/2022.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk membantu memandirikan individu, keluarga, serta masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya di RW 17 Kelurahan Cisarua
Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi melalui pendekatan
dengan tenaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktek klinik kebidanan komunitas ini, diharapkan
mahasiswa dapat:
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam hal kesehatan ibu dan anak.
c. Menetapkan perencanaan asuhan kebidanan baik keluarga maupun
komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
khususnya dalam kesehatan ibu dan anak.
d. Melaksanakan rencana asuhan melalui pendekatan pengorganisasian
masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna, kerjasama lintas sektoral
dan lintas program, dan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan atau masalah kesehatan.
e. Mengevaluasi tindakan berdasarkan standar dan kriteria yang telah di
tetapkan.
f. Mendokumentasikan dan melaporkan data atau informasi yang akurat
berbagai aktivitas asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok, dan
komunitas.
C. Ruang Lingkup
Lingkup praktek kebidanan meliputi pemberian asuhan pada bayi baru lahir
(BBL), bayi, balita, anak perempuan, remaja putri, wanita pranikah, wanita selama
masa hamil, bersalin dan nifas, wanita pada masa interval dan wanita menopause.
1. Lingkup pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Pemantauan tumbuh kembang anak
e. Pemberian imunisasi
f. Pemberian penyuluhan
2. Lingkup pelayanan kebidanan pada wanita hamil meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus imminens, hipertensi, gravidarum tingkat I,
preeklampsi ringan dan anemi ringan.
e. Pertolongan persalinan normal
f. Pertolongan persalinan normal yang mencakup letak sungsang, partus
macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah didni tanpa infeksi,
perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia
uteri primer, post term dan pre term.
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan
dan infeksi ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada klien ginekologis yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid
3. Lingkup pelayanan keluarga berencana
Pelayanan keluarga berencana bertujuan untuk mewujdkan keluarga
berkualitas melalui pengaturan jumlah keluarga secara terencana. Pelayanan
keluarga berencana diarahkan kepada upaya mewujudkan keluarga kecil.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan mempunyai tugas dalam
pelayanan keluarga berencana. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga
berncana berwenang untuk:
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat
kontrasepsi dalam rahim, bawah kulit dan kondom
b. Memberikan penyuluhan atau konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam Rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling umtuk pelayanan kebidanan, keluarga
berencana dan kesehatan masyarakat
4. Lingkup pelayanan kesehatan masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk:
a. Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular seksual,
penyalahgunaan NAPZA, serta penyakit lainnya.
D. Wilayah/Tempat Kegiatan
Wilayah/tempat kegiatan diadakannya PKMD adalah wilayah RW 17
Kelurahan Cisarua Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi.
E. Manfaat
1. Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang permasalahan yang ada di
desanya dan meningkatkan peran serta masyarakat.
2. Tenaga Kesehatan
Memberikan gambaran kepada tenaga kesehatan tentang adanya
permasalahan yang ada di desa, sehingga tenaga kesehatan lebih meningkat
lagi pelayanan yang diberikan masyarakat.
3. Pemerintah Desa
Mendapat informasi mengenai data masyarakat mengetahui
permasalahan yang ada di desanya
4. Institusi
Meningkatkan kepustakaan dan dapat menambah referensi dalam
laporan PKMD selanjutnya.
5. Mahasiswa
Dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian mahasiswa dalam
mengkaji, menganalisa, memecahkan masalah kesehatan serta mencari solusi
terhadap permasalahan yang ada di suatu desa.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Manajemen Kebidanan
1. Konsep Dan Prinsip Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian
menyelesaikannya. Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti
(yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Prinsip-prinsip manajemen.
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya
menggunakan sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit
mungkin. Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang
dicapai dan usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga
kesehatan).
b. Efektivitas
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah
tercapai, efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh
manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan.
Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban
ataspertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.
2. Manajemen Kebidanan
Dalam memecahkan masalah bidan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan. Manajemen kebidanan adalah metode yang digunakan oleh bidan
dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta
melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan (J.
H. Syahlan, 2007).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori
yang ilmiah penemuan-penemuan. Keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk
mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008)
Berikut ini adalah tujuh langkah Varney dalam proses manajemen Kebidanan
atau sebagai pola pikir bidan dalam memberikan asuhan kebidanan:
1. Pengkajian
2. Identifikasi masalah
Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB dimasyarakat
melalui identifikasi ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di
desanya terutama yang ditunjukan pada kesehatan ibu dan anak. Untuk itu bidan
melakukan pengumpulan data dilasanakan secara langsung kemasyarakat (Data
Subjektif) dan data tidak langsung kemasyarakat (Data Objektif).
3. Interpretasi data
Setelah data di kumpulkaan dan di catatat maka dilakukan analisis. Hasil
analisis tersebut di rumuskan sebagai syarat terdapat ditetapakan masalah
kesehatan ibu da anak di komunitas. Dari data yang dikumpulkan serta dilakukan
analisis, yang dapat ditemukan jawaban tentang:
a. Hubungan antara penyakit atau status kesehAtan dengan lingkungan keadaan
sosial budaya atau perilaku. Pelayanan kesehatan yang ada serta fakor-faktor
keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita
c. Masalah - masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya
d. Faktor - faktor pendukung dan penghambat
Rumusan masalah dapat di tentukan berdasarkan hasil analisa yang
mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial.
4. Menetapkan kebutuhan segera
Terdiri dari berbagai kemungkinan yang bisa timbul sesuai dengan
diagnosa klien. Mendapatkan kebutuhan atau tindakan segera/kolaborasi.
Dilaksanakan jika ditemukan suatu masalah yang memerlukan tindakan
segera atau kolaborasi dengan dokter atau petugas kesehatan lainya.
5. Identifikasi masalah potensial
Meliputi seluruh rencana tindakan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan klien.
a. Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana
pelaksanaan dan evaluasi
b. Kegiatan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang
sesuai dengan tujuan yang akan di capai
c. Untuk mengetahui ketetapan atau kesempurnaan antara hasil yang di
capai dengan tujuan yang di capai.
6. Pelaksanaan atau implementasi
Seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan atau masalah klien.
7. Evaluasi
Yaitu hasil yang di capai sesuai dengan tindakan yang telah
dilaksanakan
KB IUD/AKDR
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu
merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga dapat mencapai
keluarga berkualitas.
Manfaat KB antara lain:
a. Untuk merencanakan kehamilan dan kelahiran
b. Untuk mencegah penyakit kelamin
c. Menurunkan kematian karena kehamilan penuh resiko atau aborsi yang
tidak aman.
d. Menurunkan angka kematian anak balita jarak kelahiran membuat mereka
lebih sehat dari terawat.
e. KB membantu kepala keluarga untuk lebih punya peluang membangun
keluarga sejahtera.
2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
a. MAL (Metode Amenorea Laktasi)
MAL adalah Metode amenorea laktasi yang mengandalkan pemberian
ASI. Dengan syarat, ibu menyusui secara penuh, bayi kurang dari 6 bulan dan
ibu belum mendapatkan haid.
Metode amenorea laktasi dapat menghambat tejadinya pematangan sel
telur sehingga tidak ada sel telur yang dapat dibuahi dan tidak akan terjadi
kehamilan.
Untuk menggunakan metode amenorea laktasi ini perlu perawatan
sejak hamil, bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit, bayi disusukan
secara on demand.
b. Mini Pil (progestin)
Mini pil adalah tablet yang mengandung hormon progesteron. Cara
kerja mini pil adalah mengentalkan cairan lendir di mulut rahim, menekan
pemasakan sel telur, menjadikan endometrium tidak siap implantasi. Efek
samping nya antara lain mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan
tidak teratur, sakit kepala, timbul jerawat, depresi.
c. Suntik Progestin
Suntik progestrin adalah alat kontrasepsi berisi hormon sintetik yang
diberikan secara suntikan atau injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Salah satu keuntungan suntik progestrin adalah tidak mengganggu produksi
ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan mengurangi
darah haid yang keluar.
Cara Kerja KB Suntik:
1) Menghalangi ovulasi (masa subur)
2) Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
3) Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada Rahim
4) Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
5) Mengubah kecepatan transportasi sel telur
Efek Samping:
1) Perubahan siklus haid
2) Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
3) Penambahan Berat Badan
4) Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit kepala,
nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan berkurangnya
libido seksual.
d. Implant/susuk
Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk,
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas melalui tindakan operasi kecil. Susuk yang ditanam dibawah kulit
ini berisi zat aktif yang berupa hormon atau levonorgestrel. Kemudian susuk
tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Susuk ini bekerja
dengan cara menghalangi terjadinya ovulasi (pembuahan) dan memperkental
lendir rahim sehingga menghalangi migrasi sperma.
Keuntungan kontrasepsi Susuk/Implan:
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Efek samping:
1) Terganggunya menstruasi
2) Pola haid tidak lancer
3) Bercak atau tidak mengalami menstruasi sama sekali
4) Penambahan berat badan
5) Payudara menjadi tegang
6) Vagina terasa kering
7) Timbul infeksi pada pencabutan susuk yang disebabkan susuk sulit
untuk dikeluarkan karena pemasangan susuk yang terlalau dalam
e. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR/IUD)
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral. AKDR atau IUD dapat bertahan di dalam
rahim selama 2-5 tahun dan dapat dikeluarkan kembali apabila ada keinginan
untuk hamil kembali.
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
4) IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
Efek samping:
1) Kram perut
2) Pendarahan sedikit-sedikit (spoting) pada minggu-minggu pertama
pemakaian
3) Darah haid lebih banyak biasanya
4) Perdarahan diluar waktu haid
Indikasi IUD:
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya infeksi
7) Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik
8) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama yang tidak
dilindungi.
Kontraindikasi IUD:
1) Diketahui hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.
3) Dicurigai mengidap keganasan saluran genital (Anna, 2006)
4) Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui penyebabnya, alergi logam dan kelainan pada rahim
(Hidayati, 2009).
5) Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual, usia dan
nuliparitas (Anna, 2006).
6) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri (dinding uterus).
7) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Sarwono, 2006) jadi ukuran 6
cm ke atas dapat menggunakan IUD.
f. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan suami-istri.
Kalau pun dilakukan didasari alasan yang sangat umum yakni merasa cukup
dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi mantap ini dilakukan dengan
jalan operasi pemotongan atau memutuskan saluran sperma pada pria yang
disebut vasektomi begitu pula dengan wanita memutuskan atau memotong
saluran sel telur yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi
kehamilan kembali atau tidak akan memiliki keturunan.
Manfaat:
1) Sangat efektif, karena merupakan metode kontrasepsi permanen.
2) Tidak mempengaruhi proses pemberian ASI.
3) Tidak bergantung pada faktor senggama.
4) Akan lebih bermanfaat bagi anda yang memiliki riwayat kehamilan
beresiko karena akan terhindar dari keadaan tersebut.
5) Dilakukan dengan pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal.
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
7) Tidak mempengaruhi keadaan fungsi seksual karena tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium.
Keterbatasan:
1. Definisi Lansia
Permensos No. 5 tahun 2018 tentang standar nasional rehabilitasi sosial lanjut usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun keatas. Penduduk lansia mengalami proses penuaan secara terus menerus
secara biologis, dapat ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian karena menurunnya daya tahan tubuh (Fitria
dalam Zakia, 2018).
2. Batasan Lansia
Menurut World Health Organization (WHO) batasan lansia meliputi usia
pertengahan (midlle age) antara 44-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Perubahan Pada Lansia
Proses penuaan merupakan proses alami yang akan terjadi pada kehidupan
manusia. Proses penuaan ini terjadi hampir pada semua sistem tubuh, tetapi tidak
semua sistem tubuh mengalami penurunan fungsi dalam waktu yang bersamaan.
Dibawah ini beberapa perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Zakia, 2018) :
a. Perubahan fisik
Secara umum perubahan fisik dapat terjadi pada lansia, misalnya perubahan
sistem imun yang cenderung menurun, perubahan elastisitas arteri pada sistem
kardiovaskuler yang dapat memperberat kerja jantung, kulit mudah rusak karena
perubahan sistem integumen, penurunan kempampuan penglihtan dan
pendengaran, serta penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal.
Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan
menyebabkan beberapa gangguan secara fisik yang ditandai dengan
ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang berat
sehingga mempengaruhi kesehatannya.
b. Perubahan mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis yang terjadi pada lansia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit atau tamak
jika memiliki sesuatu. Hampir semua lansia memiliki harapan ingin bertambah
atau berumur panjang dengan menghemat tenaga yang dimilikinya, tetap
mengharapkan peranan yang berada di dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa
dengan mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin meninggal secara
terhormat.
c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis merupakan nilai pada seseorang yang biasanya diukur
melalui produktivitas dan identitasnya dalam peranan orang tersebut dalam suatu
pekerjaan. Ketika lansia sudah pensiun, maka yang dirasakan oleh lansia tersebut
berupa kurangnya pendapatan, kehilangan status jabatan, kehilangan relasi dan
kehilangan kegiatan atau produktivitas, sehingga akan menimbulkan rasa kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup.
d. Perubahan spiritual
Perubahan spiritual lansia dapat ditandai dengan semakin matangnya kehidupan
keagamaan lansia. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia
dalam menghadapi kenyataan, merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupan serta berperan aktif dalam kehidupan.
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah mengalami
peningkatan diatas normal. Seseorang dapat dikatakan menderita hipertensi
apabila saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah hasilnya ≥140/90 mmHg,
dengan menunjukkan darah yang sedang dipompa oleh jantung atau fase sistolik
140 mmHg dan darah yang kembali ke jantung atau fase diastolik 90 mmHg
(WHO, 2013 dalam Ferri, 2017). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah dimana saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, hasil tekanan
sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg
(Yunitasari, 2018).
Menurut American Heart Association (AHA) dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejala yang terjadi pada penderitanya
sangat bermacam-macam dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala yang
timbul tersebut adalah sakit kepala, vertigo, rasa berat ditengkuk, penglihatan
kabur, mudah lelah, telinga berdenging dan mimisan. Sehingga dapat disimpulkan
hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
persisten dengan nilai tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg yang diukur paling sedikit dua kali kunjungan pemeriksaan serta
dapat menimbulkan gejala yang sangat bermacam-macam pada setiap individu.
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal ≤ 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg < 80 mmHg
Hipertensi Stage 1 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi Stage 2 ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
(Sumber: American Heart Association Hypertension Highlight 2018 : Guideline For The Prevention,
Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults 2013)
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Tanto, 2016) dalam (Sumarta, 2020) :
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi dengan penyebab klinis tidak
diketahui secara pasti atau sering disebut hipertensi idiopatik. Faktor yang
mempengaruhinya diantaranya :
1) Genetik
Faktor genetik tidak dapat dihindari, jika memiliki riwayat keluarga
dengan tekanan darah tinggi maka kemungkinan besar berisiko terkena
penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan mengalami
peningkatan. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki memiliki resiko lebih
tinggi terkena hipertensi dari pada perempuan. Selain itu, pada jenis
kelamin laki-laki yang berusia 35-50 tahun dan perempuan menopause
dapat beresiko tinggi mengalami hipertensi.
3) Berat badan
Individu yang mempunyai berat badan <25% diatas berat badan ideal
dapat dikaitkan sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah. Namun
faktor ini dapat diuabah atau dikendalikan dengan terus menjaga berat
badan tetap dalam keadaan normal atau ideal.
4) Diet
Faktor ini dapat dikendalikan oleh individu dengan menjaga pola
makan yang sehat dan seimbang. Apabila individu konsumsi diet tinggi
garam maka akan beresiko mengalami hipertensi. Dengan konsumsi
garam berlebih, maka ginjal yang bertugas mengolah garam akan
menahan cairan lebih banyak, banyaknya cairan yang tertahan akan
menyebabkan volume darah meningkat. Tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah akan meningkat karena pembuluh darah harus bekerja
ekstra dalam membawa beban yang lebih berat.
5) Gaya hidup
Dengan selalu menjaga pola hidup sehat, risiko terkena hipertensi
bisa dihindari. Faktor ini dapat dikendalikan oleh individu dengan
menjauhi kebiasaan merokok, menjauhi minum minuman beralkohol,
kontrol aktivitas fisik, istrirahat yang cukup dan kontrol stress yang baik.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang terjadi karena adanya
suatu penyakit atau kelainan yang mendasari seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parenkim ginjal, hiperaldosteron, dan lain sebagainya.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada hipertensi sekunder yaitu
dengan cara mengobati terlebih penyakit penyebabnya. Modifikasi gaya
hidup sepertinya kurang maksimal untuk mengobati hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder yang bersifat akut menandakan bahwa adanya
perubahan curah jantung (Tanto, 2016) dalam (Sumarta, 2020).
3. Patofisiologi Hipertensi
Volume sekuncup dan total peripheral resistance merupakan faktor yang
mempengaruhi tekanan darah. Akan timbulnya tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi apabila salah satu faktor tersebut mengalami
peningkatan tang tidak terkompensasi. Terjadinya hipertensi adalah adanya
mekanisme yang dimulai dengan terbentuknya angiotensin II dari angiotensisn I
oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi dihati. Selanjutnya oleh hormon renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diuabh menjadi angiotensin I. oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
ini yang memiliki peranan penting dalam menaikkan tekana darah melalui dua
aksi (Setiati, 2014) dalam (Sumarta, 2020).
Aksi pertama dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. Hipotalamus (kelenjer pituitari) merupakan tempat dirpoduksinya ADH
yang bekerja juga pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Sangat sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh (antidiuresis) karena
meningkatnya ADH, sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya dapat menyebabkan
volume darah meningkat sehingga tekanan darah akan meningkat.
Aksi kedua yaitu dengan menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek
adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting
dalam ginjal. Aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl (garam) untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler dengan cara mereabsopsi NaCl dari tubulus ginjal.
Apabila konsentrasi NaCl naik maka akan diencerkan Kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler sehingga akan menigkatkan volume
dan tekanan darah.
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
diantaranya (Nurarif, Kusuma 2016) :
a. Tidak ada gejala
Dalam hal ini individu tidak memiliki tanda dan gejala yang spesisik
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain dari hasil
pemeriksaan tekanan darah oleh petugas kesehatan. Dengan hasil pemeriksaan
tekanan darah yang tinggi individu dapat dicurigai mengalami hipertensi,
namun tanpa tanda gejala yang merujuk kepada terjadinya hipertensi
kemungkinan ada faktor lain yang menyebabkan tekanan darahnya tinggi saat
dilakukan pemeriksaan.
b. Gejala yang lazim
Gejala lazim yang paling sering dijumpai pada penderita hipertensi yaitu
nyeri kepala dan kelelahan. Gejala yang timbul saat bersamaan dengan
tekanan darah tinggi sering dikaitkan dengan terjadinya hipertensi. Gejala
yang dimaksud tersebut yaitu sakit kepala, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan, yang bisa saja terjadi pada individu yang memiliki tekanan darah
tinggi dan juga pada individu yang tekanan darahnya normal.
Apabila individu yang mengalami hipertensi berat atau menahun dan
tidak segera diobati, maka akan timbul tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak napas
6. Gelisah
7. Pandangan mejadi kabur
5. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor utama yang beresiko untuk terjaidnya penyakit
jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit
ginjal. Hipertensi dapat memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun apabila
tidak diobati karena hipertensi mempengaruhi semua sistem organ. Mortalitas
pada penderita hipertensi lebih cepat jika penyakitnya tidak terkontrol dan telah
menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stoke dan gagal ginjal.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang dapat mengenai
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata dapat berupa pandangan menjadi kabur,
pendarahan pada retina, gangguan penglihatan bahkan sampai kebutaan. Berikut
adalah beberapa komplikasi yang terjadi akibat hipertensi (Sigh, 2017) dalam
(Sumarta, 2020) :
a. Otak
Kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi
adalah stroke. Stroke timbul karena tekanan intrakranial dan pendarahan.
Apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau
penebalan, sehingga aliran darah ke daerah yang disaluri darah berkurang,
maka terjadi stroke yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Selain itu,
pada hipertensi maligna aau hipertensi dengan onset cepat dapat terjadi yang
Namanya ensefalopati. Tekanan yang tinggi pada Kelainan tersebut akan
menyebabkan tekanan kapiler yang meningkat, sehingga akan mendorong
cairan yang masuk kedalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Hal tersebut dapat menyebabkan neuron-neuron disekitarnya kolaps dan dapat
terjadi koma bahkan sampai kematian.
b. Retinopati
Kerusakan pembuluh darah pada retina dapat disebabkan oleh tekanan
darah yang tinggi. Semakin lama tekanan darah tinggi berlangsung maka akan
semakin berat kerusaka yang akan ditimbulkan. Kelain yang dapat terjadi pada
retina akibat tekana darah tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan
vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.
Awalnya pada penderita retinopati hipertensif tidak menunjukkan gejala
namun pada akhirnya dapat mengakibatkan kebutaan stadium akhir.
c. Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran
darah, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi maka akan
menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya akan terjadi
infark.
d. Ginjal
Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan
glomerulus akan mengakibatkan penyakit ginjal kronik. Dengan adanya
kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional gijal, sehingga nefron akan terganggu dan akan terus berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga
dapat menyababkan protein keluar melalui urin sehingga akan dijumpainya
edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal
ini sering terjadi pada hipertensi kronik.
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi secraa garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu non farmakologis dan farmakologis. Hal yang paling utama adalah dapat
mengatahui penanganan hipertensi dan mengontrol tekanan darah, hal tersebut
yaitu (Suprapto, 2017) :
a. Mengetahui tekanan darah saat ini dan tekana darah yang diinginkan.
b. Kontrol kondisi kesehatan secara rutin dan teratur, karena hipertensi sering
terjadi tanpa gejala sehingga tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol akan
berakibat fatal.
c. Obat dapat mencegah hasil klinik yang tidak diinginkan dan obat juga dapat
berfungsi mengontrol tekanan darah bukan menyembuhkan.
d. Ketahui dan pelajari efek samping dari obat dan cara penanganannya.
e. Kombinasi antara obat dan non obat dapat membantu mengontrol tekanan
darah yang tidak diinginkan.
PEMBAHASAN
A. Tahap Persiapan
1. Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap persiapan kemasyarakatan, kelompok melakukan kegiatan
pertemuan dengan para ketua RW Kelurahan Cisarua dan para kader kesehatan
posyandu yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2021. Dalam pertemuan
tersebut, mahasiswa melakukan pendekatan membina hubungan saling percaya
dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek D-III
Kebidanan di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
2. Persiapan Teknis
Dari tanggal 27 Desember 2021 sampai 22 Januari 2022 mahasiswa
melakukan pengkajian, perencanan dan implementasi dan evaluasi mengenai
Asuhan Kebidanan Kommunitas di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi.
Dimulai tanggal 27 Desember 2021, mahasiswa melakukan observasi dan
kajian situasi serta wawancara terkait masalah kesehatan yang terjadi di wilayah
RW 17 Kelurahan Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Pengkajian Wilayah
a. Nilai dan Keyakinan
Tidak ada nilai dan keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan.
b. Lingkungan Fisik
Pemukiman warga di wilayah RW 17 Kelurahan Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi tergolong pemukiman padat. Keadaan rumah di RW 17
Kelurahan Cisarua Kota Sukabumi kebanyakan belum tergolong rumah
sehat. Karena jarak antara rumah satu dengan yang lainnya itu masih
terlalu dekat, Sebagian besar sudah memiliki sumur dan jamban sendiri.
c. Dimensi lokasi binaan
i. Peta wilayah
C. Analisis Data
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
JUMLAH PENDUDUK
Perempuan
Laki-laki
46%
54%
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Balita yang Diare 1 bulan terakhir
di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
tahun 2021.
No Klasifikasi Presentasi
1 Pernah 42,9%
No Klasifikasi Presentasi
1 Hipertensi 48,4%
2 Reumatik 48,4%
3 Osteoporosis 3,2%