Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA , RISIKO TINGGI


KEHAMILAN PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) SERTA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI RW 17 KELURAHAN CISARUA KOTA
SUKABUMI

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Andhini 32722401D19004 5. Siska Widiawati 32722401D19049


2. Amalia Dianti Suci 32722401D19002 6. Silvi Aulia 32722401D19048
3. Destri Susilawati 32722401D19012 7. Siti Nurhamidah 32722401D19051
4. Saeri 32722401D19040

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

Jalan Karamat No. 36 Telp (0266) 210215 Fax (0266) 223709

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA , RISIKO TINGGI KEHAMILAN


PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) SERTA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI
RW 17 KELURAHAN CISARUA KOTA SUKABUMI

Disusun Oleh :

1. Andhini 32722401D19004 5. Siska Widiawati 32722401D19049


2. Amalia Dianti Suci 32722401D19002 6. Silvi Aulia 32722401D19048
3. Destri Susilawati 32722401D19012 7. Siti Nurhamidah 32722401D19051
4. Saeri 32722401D19040

Mengetahui Dosen Pembimbing


Ketua Prodi D III Kebidanan
STIKes SUKABUMI

Shinta Utami S.ST.,M.Keb Shinta Utami S.ST.,M.Keb

NIDN : NIDN :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam
kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang
memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh
karenanya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada kegiatan PKL Komunitas.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca
lain pada umumnya.

Sukabumi, 05 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
dalam mencapai kesejahteraan bangsa ini. Pembangunan kesehatan merupakan usaha
bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal guna meningkatkan
derajat kehidupannya dicapai melalui masyarakat, bangsa, dan negara, yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dalam perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
Republik Indonesia. (Depkes RI, 2016).
Visi pembangunan kesehatan yaitu Indonesia sehat 2025 yang
menggambarkan pada tahun 2025 bangsa Indonesia diharapkan masyarakat memiliki
kemajuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh
jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapakan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan. Pelayanan kesehatan bermutu yang di maksud adalah
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam kebutuhan masyarakat
serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi diharapkan depat
dicapai derajat keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Karwati, 2011)
Menurut Karwati (2011), kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari
setiap individu, masyarakat temasuk swasta dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan
meningkatan kesehatan setiap individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya di
lakukan tanpa meninggalkan upaya menyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk menjaga
kesehatan, memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sanga
menentukan pmbangunan kesehatan. Sedangkan menurut UU No 36 Tahun 2009
tentang kesehatan disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya peningkatan derajat kesehatan yang diinginkan tersebut sering kali
terbentur pada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, serta
terbatasnya potensi masyarakat untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, oleh karena itu perlu
di upayakan secara menyeluruh dan sama-sama dengan masyarakat untuk
mengatasinya. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara optimal, diperlukan
peran seta masyarakat dan sumber daya masyarakat sebagai modal dasar dalam
pembangunan nasional termasuk keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat
(Mubarak, Wahid Iqbal. 2012)
Pembangunan Komunitas adalah suatu proses yang merupakan usaha
masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki
kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam
kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi
kemajuan nasional. (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2011)
Pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan serangkaian kegiatan
masyarakat yang di laksanakan atas dasar gotong royong dan suadaya masyarakat
dalam rangka menolong dirinya sendiri dalam memecahkan masalah utnuk memenuhi
kebutuhannya dalam bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan agar mampu
mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Strategi dasar untuk mencapai PKMD meliputi pelayanan kesehatan yang
essensial, menyeluruh dan berkualitas, bersifat promotif mengembangkan kerja sama
lintas sektoral dan membina serta mengembangkan peran serta masyarakat yang
berlandasan kemandirian masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Efendi, Ferry, dkk. 2009)
Kebidanan komunitas adalah suatu praktik berdasarkan mengetahuan yang
berhubungan dengan penerapan kemampuan, menggali, mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan masyarakat, individu, serta keluarga dalam lingkungan komuniti. Dengan
upaya dapat meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita di dalam keluarga sehingga
terwujud keluarga sehat dan sejahtera di dalam komuniti tersebut (Gunawan L. A,
2012)
Dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat terutama dalam mencegah
angka kematian ibu dan anak, pemerintah merencanakan program save motherhood
sehingga berupa enam pilar sebaagai realisasi kerja antara lain, pelayanan keluarga
berencana, asuhan antenatal, persalianan bersih dan aman, pelayanan obsetrik dan
neonatal, pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan primer dengan
pemberdayaan wanita. Masyarakat Indonesia yang di cita-citakan adalah masyarakat
Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur
dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya (Effendy, Nasrul. 2012)
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Remaja perlu dibekali
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan pengegtahuan yang didapat maka
akan dterapkan dikehidupan sehari-hari mengenai perawatan kesehatan reproduksi
sehingga meningkatkan derajat kesehatan pada remaja (Azzahra, 2019). Wanita usia
subur merupakan masa dimana sering terjadinya kehamilan, namun pada masa ini
wanita harus bisa menjaga kesehatan reprosuksinya agar senantiasa sehat jauh dari
risiko tinggi bahaya kehamilan.
Untuk mencapai hal itu maka diperlukan tenaga yang berkualitas dan
profesional. Kami mahasiswi kebidanan STIKES Sukabumi mengaplikasikan tugas
Asuhan Kebidanan Komunitas ini di RW 17 Kecamatan Cisarua Kabupaten
Sukabumi. Tugas ini merupakan bagian dari kurikulum dalam program studi DIII
Kebidanan STIKES Sukabumi tahun ajaran 2021/2022.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk membantu memandirikan individu, keluarga, serta masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya di RW 17 Kelurahan Cisarua
Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi melalui pendekatan
dengan tenaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktek klinik kebidanan komunitas ini, diharapkan
mahasiswa dapat:
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam hal kesehatan ibu dan anak.
c. Menetapkan perencanaan asuhan kebidanan baik keluarga maupun
komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
khususnya dalam kesehatan ibu dan anak.
d. Melaksanakan rencana asuhan melalui pendekatan pengorganisasian
masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna, kerjasama lintas sektoral
dan lintas program, dan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan atau masalah kesehatan.
e. Mengevaluasi tindakan berdasarkan standar dan kriteria yang telah di
tetapkan.
f. Mendokumentasikan dan melaporkan data atau informasi yang akurat
berbagai aktivitas asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok, dan
komunitas.

C. Ruang Lingkup
Lingkup praktek kebidanan meliputi pemberian asuhan pada bayi baru lahir
(BBL), bayi, balita, anak perempuan, remaja putri, wanita pranikah, wanita selama
masa hamil, bersalin dan nifas, wanita pada masa interval dan wanita menopause.
1. Lingkup pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Pemantauan tumbuh kembang anak
e. Pemberian imunisasi
f. Pemberian penyuluhan
2. Lingkup pelayanan kebidanan pada wanita hamil meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus imminens, hipertensi, gravidarum tingkat I,
preeklampsi ringan dan anemi ringan.
e. Pertolongan persalinan normal
f. Pertolongan persalinan normal yang mencakup letak sungsang, partus
macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah didni tanpa infeksi,
perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia
uteri primer, post term dan pre term.
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan
dan infeksi ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada klien ginekologis yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid
3. Lingkup pelayanan keluarga berencana
Pelayanan keluarga berencana bertujuan untuk mewujdkan keluarga
berkualitas melalui pengaturan jumlah keluarga secara terencana. Pelayanan
keluarga berencana diarahkan kepada upaya mewujudkan keluarga kecil.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan mempunyai tugas dalam
pelayanan keluarga berencana. Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga
berncana berwenang untuk:
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat
kontrasepsi dalam rahim, bawah kulit dan kondom
b. Memberikan penyuluhan atau konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam Rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling umtuk pelayanan kebidanan, keluarga
berencana dan kesehatan masyarakat
4. Lingkup pelayanan kesehatan masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk:
a. Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular seksual,
penyalahgunaan NAPZA, serta penyakit lainnya.

D. Wilayah/Tempat Kegiatan
Wilayah/tempat kegiatan diadakannya PKMD adalah wilayah RW 17
Kelurahan Cisarua Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi.

E. Manfaat
1. Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang permasalahan yang ada di
desanya dan meningkatkan peran serta masyarakat.
2. Tenaga Kesehatan
Memberikan gambaran kepada tenaga kesehatan tentang adanya
permasalahan yang ada di desa, sehingga tenaga kesehatan lebih meningkat
lagi pelayanan yang diberikan masyarakat.
3. Pemerintah Desa
Mendapat informasi mengenai data masyarakat mengetahui
permasalahan yang ada di desanya
4. Institusi
Meningkatkan kepustakaan dan dapat menambah referensi dalam
laporan PKMD selanjutnya.
5. Mahasiswa
Dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian mahasiswa dalam
mengkaji, menganalisa, memecahkan masalah kesehatan serta mencari solusi
terhadap permasalahan yang ada di suatu desa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebidanan Komunitas


Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.
Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan
yang dirumuskan (Singarimbun dan Effendi 2009).
Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang
telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin
melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan tersebut mencakup
pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk
menyelamatkkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J. H. Syahlan. 2007).
Kebidanan adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan
seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui,
masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause. Bayi
baru lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia serta memberikan
bantuan dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki
bidan dan kegiatan pelayanan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J. H.Syahlan,
2007).
Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya. Dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi
pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya
kesamaan interest atau values (Kertajaya Hermawan, 2008).
Komunitas adalah sekelompok orang yang berada di suatu lokasi
tertentu. Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada
dalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan
diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau
kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan
kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan
komunitas (Diah, 2012)
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas
adalah bangkitnya/lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi
tersebut. Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan
khusus berikut ini.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga
masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalahnya secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

B. Manajemen Kebidanan
1. Konsep Dan Prinsip Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak dikerjakan, kemudian
menyelesaikannya. Manajemen adalah menentukan tujuan dahulu secara pasti
(yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Prinsip-prinsip manajemen.
a. Efisiensi
Efisiensi adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya
menggunakan sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit
mungkin. Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang
dicapai dan usaha yang telah di keluarkan (misalnya oleh seorang tenaga
kesehatan).
b. Efektivitas
Efektivitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah
tercapai, efektivitas merupakan sesuatu yang hendak ditingkatkan oleh
manajemen.
c. Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses
manajemen. Keputusan merupakan suatu pilihan dari dua atau lebih tindakan.
Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan merupakan jawaban
ataspertanyaan tentang perkembangan suatu kegiatan.
2. Manajemen Kebidanan
Dalam memecahkan masalah bidan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan. Manajemen kebidanan adalah metode yang digunakan oleh bidan
dalam menentukan dan mencari langkah-langkah pemecahan masalah serta
melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan (J.
H. Syahlan, 2007).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori
yang ilmiah penemuan-penemuan. Keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk
mengambil keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008)
Berikut ini adalah tujuh langkah Varney dalam proses manajemen Kebidanan
atau sebagai pola pikir bidan dalam memberikan asuhan kebidanan:
1. Pengkajian
2. Identifikasi masalah
Bidan yang berada di desa memberikan pelayanan KIA dan KB dimasyarakat
melalui identifikasi ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan di
desanya terutama yang ditunjukan pada kesehatan ibu dan anak. Untuk itu bidan
melakukan pengumpulan data dilasanakan secara langsung kemasyarakat (Data
Subjektif) dan data tidak langsung kemasyarakat (Data Objektif).
3. Interpretasi data
Setelah data di kumpulkaan dan di catatat maka dilakukan analisis. Hasil
analisis tersebut di rumuskan sebagai syarat terdapat ditetapakan masalah
kesehatan ibu da anak di komunitas. Dari data yang dikumpulkan serta dilakukan
analisis, yang dapat ditemukan jawaban tentang:
a. Hubungan antara penyakit atau status kesehAtan dengan lingkungan keadaan
sosial budaya atau perilaku. Pelayanan kesehatan yang ada serta fakor-faktor
keturunan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Masalah-masalah kesehatan, termasuk penyakit ibu, anak dan balita
c. Masalah - masalah utama ibu dan anak serta penyebabnya
d. Faktor - faktor pendukung dan penghambat
Rumusan masalah dapat di tentukan berdasarkan hasil analisa yang
mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah potensial.
4. Menetapkan kebutuhan segera
Terdiri dari berbagai kemungkinan yang bisa timbul sesuai dengan
diagnosa klien. Mendapatkan kebutuhan atau tindakan segera/kolaborasi.
Dilaksanakan jika ditemukan suatu masalah yang memerlukan tindakan
segera atau kolaborasi dengan dokter atau petugas kesehatan lainya.
5. Identifikasi masalah potensial
Meliputi seluruh rencana tindakan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan klien.
a. Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana
pelaksanaan dan evaluasi
b. Kegiatan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang
sesuai dengan tujuan yang akan di capai
c. Untuk mengetahui ketetapan atau kesempurnaan antara hasil yang di
capai dengan tujuan yang di capai.
6. Pelaksanaan atau implementasi
Seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan atau masalah klien.
7. Evaluasi
Yaitu hasil yang di capai sesuai dengan tindakan yang telah
dilaksanakan

C. Konsep PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)


1. Definisi
PKMD adalah bentuk operasional dari PHC (Primary Health Care). PKMD
mencakup serangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong
royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri yang didukung oleh
pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dalam memecahkan masalah untuk
memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan
agar masyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan
kesejahteraan yang lebih baik.
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap
individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-
tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya
kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut
secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan
prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
bersangkutan.
a. Tujuan
Tujuan umum PKMD adalah untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan mutu hidup. Sedangkan tujuan khusus PKMD adalah.
i. Menumbuhkan kesadaran masyarakat aka potensi yang dimilikinya
untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup
mereka.
ii. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri.Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat
setempat yang mampu, trampil, serta mampu berperan aktif dalam
kegiatan pembangunan desa.
b. Ciri-ciri PKMD
i. Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa
masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan
kegiatan untukmengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan
oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
ii. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah
dan mufakat.
iii. Pelaksanaan kegiatan belandaskan pada peran serta aktif dan swadaya
masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki masyarakat.
iv. Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi, dan menunjang
tidak mengakibatkan ketergantungan.
v. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
vi. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu
dari 8 unsur PHC.
c. Prinsip-prinsip PKMD
i. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut
bukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti
kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja, melainkan
juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak
langsung menunjang taraf kesehatan.
ii. Dalam membina kesehatan masyarakat diperlukan kerja sama yang
baik antar dinas-dinas/ instansi-instansi/ lembaga-lembaga lainnya
yang bersangkutan, antar dinas-dinas/ instansi-instansi/ lembaga-
lembaga lainnya dengan masyarakat.
iii. Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau
kebutuhannya sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor
yang bersangkutan.
d. Wadah Kegiatan PKMD
Wadah kegiatan PKMD adalah lembaga ketahanan masyarakat desa
(LKMD) sesuai surat keputusan presiden nomor 28 tentang “Penyempurnaan
dan penempatan fungsi lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada
dasarnya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam
pembangunanan desa.
Karena kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan
desa, sedangkan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
adalah LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), maka dengan
sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Pembangunan PKMD yang
bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari tugas Tim
Pembinaan LKMD.
e. Strategi Pembinaan
i. Tim pembinaan PKMD di masing-masing tingkat sekaligus dijadikan
sebagai forum kordinasi di masing-masing tingkat.
ii. Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh
salah satu sector, terlebih dahulu dibahas dalam forum kordinasi, untuk
memungkinkan bantuan dari sektor-sektor lain untuk menghindari
tumpang tindih.
iii. Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus selalu berdasarkan
pada proporsi kebutuhan masyarakat setempat.
iv. Seluruh tahap kegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, pembinaan, sampai pada perluasan, dilakukan
oleh masyarakat sendiri dan dimana perlu dibantu oleh pemerintah
secara lintas program dan lintas sektoral.
f. Pengembangan dan Pembinaan
i. Pengembangan dan pembinaan PKMD berpedoman dengan GBHN.
ii. Pengembangan dan pembinaan PKMD dilaksanakn dengan kerja sama
lintas program dan lintas sektoral melalui pendekatan edukatif.
iii. Kordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada tiap tingkatan,
tingkat provinsi oleh gubernur,tingkat kabupaten oleh bupati,tingkat
kecamatan oleh camat.
iv. PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara
keseluruhan.
v. Kegiatan dilaksanakan dengan membantu mekanisme kerja yang
edukatif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan
masyarakat desa.
vi. Puskesmas sebagai pusat pengembangan dan pembangunan kesehatan
berfungsi sebagai dinamisator.

D. Konsep Teori Yang Berkaitan Dengan Masalah Yang Ditemukan


KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit
atau kelemahan. Hal ini diharapkan agar adanya keseimbangan yang serasi dalam
interaksi antara individu dengan masyarakat dan makhluk hidup lain serta
lingkungannya (Mubarak, 2009)
Menurut WHO (1994), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang utuhberhubungan dengan
reproduksi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Individu yang sehat secara reproduksi memiliki cara pendekatan yang positif dan
penuh rasa hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga
berpotensi untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman,
bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan (Potter & Perry, 2009).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2000), kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi
yang pemikiran kesehatan reproduksi 10 bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman (Triwibowo & Pusphandani, 2015).
2. Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Remaja adalah orang yang berusia 12 hingga 24 tahun. Masa remaja
merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Artinya, proses
pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sebenarnya sudah dimulai
pada masa ini. Secara sederhana, reproduksi berasal dari kata “re” yang berarti
kembali dan “produksi” yang artinya membuat atau menghasilkan. (Organisasi
Kesehatan Dunia, WHO).
a. Pengertian
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, komponen, dan proses reproduksi yang dimiliki
oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak hanya bebas dari penyakit atau
bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosial budaya
(BKKBN, 2008).
b. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada remaja
Menurut BKKBN (2008), dasar pengetahuan kesehatan reproduksi
yang perlu diketahui remaja yaitu :
1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual.
Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang alat
reproduksi remaja laki-laki dan perempuan.
2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab sebagai bekal pemahaman
seks bagi kebutuhan manusia secara biologis, menyalurkan dan
mengendalikan naluri seksual yang menjadi kegiatan positif seperti
olahraga atau hobi yang bermanfaat. Sementara penyaluran berupa
hubungan seksual hanya untuk melanjutkan keturunan yaitu dengan cara
menikah terlebih dahulu.
3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta
kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. 11
Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat untuk
mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam
menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan
seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA.
4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin lebih
siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga.
5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu
mengetahui tentang hal ini, sebagai persiapan remaja laki-laki dan
perempuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga masa depan
c. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut teori psikososial Erickson (1968), remaja ada pada tahap
identitas dan kebingungan atau difusi peran dengan perkembangan sebagai
berikut terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan
kematangan usia, perubahan hormonal akan menunjukkan identitas dirinya
seperti siapa saya, kemudian apabila kondisi ini tidak sesuai dengan suasana
hati maka dapat kemungkinan menyebabkan terjadi kebingungan dalam peran.
Sedangkan pada perkembangan psikoseksual menurut Freud (1964), remaja
ada pada tahap genital dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan anak
pada fase ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang
matang terhadap lawan jenis.
Menurut teori psikososial Erickson (1968) dibagi menjadi tiga tahapan
perkembangan remaja yaitu awal (11-14 tahun), pertengahan (14-16 tahun),
dan akhir (17-20).Dengan karakteristik perkembangan, sebagai berikut:
1) Pada tahap awal (11-14 tahun) remaja ini berfokus pada perubahan tubuh,
mengalami perubahan alam perasaan dengan sering, kepentingan
ditempatkan atau berfokus pada kesesuaian dengan norma teman sebaya
dan peneriman dari teman sebaya, berjuang untuk menguasai keterampilan
di dalam kelompok sebaya, mendefinisikan batasan dengan orang tua dan
figure otoritas, tahap awal emansipasi yaitu berjuang untuk memisahkan
diri dari orang 13 tua saat masih ingin bergantung pada mereka,
mengidentifikasi teman sebaya berjenis kelamin sama, lebih bertanggung
jawab atas perilaku mereka sendiri.
2) Pada tahap pertengahan (14-16 tahun) remaja ini masih terus
menyesuaikan diri dengan perubahan citra tubuh, mencoba beberapa peran
berbeda didalam kelompok sebaya, memerlukan penerimaan oleh
kelompok sebaya di tingkat yang tertinggi, tertarik pada lawan jenisnya,
waktu konflik terbesar dengan orang tua atau figure otoritas.
3) Pada tahap akhir (17-20 tahun) remaja ini mampu memahami dampak
perilaku dan keputusan, peran dikelompok sebaya ditetapkan, merasa
aman dengan citra tubuhnya, memiliki identitas seksual yang telah
matang, memiliki tujuan karier yang ideal, pentingnya pertemanan
individual muncul, dan proses emansipasi dari keluarga hampir komplit
(Kyle & Carman, 2014)
d. Struktur Anatomi dan Fisiologi Organ Genetalia pada laki-laki dan Perempuan
1) Struktur Anatomi dan Fisiologi Organ Genetalia pada laki-laki
Organ genetalia laki-laki terbagi menjadi organ genetalia luar, dalam dan
kelenjar assesories. Organ
 Penis, untuk meletakkan sprema ke dalam organ genetalia wanita
dan untuk mengeluarkan urin
 Skrotum, pembungkus buah zakar berfungsi untuk thermoregulator

Organ genetalia laki-laki bagian dalam adalah testis yang jumlahnya


sepasang, terletak di dalam skrotum. Fungsinya untuk menghasilkan
hormon testosterone dan memproduksi sperma sedangkan kelenjar
asesorius laki-laki adalah (Sumiaty, 2011);

 Epididimis, fungsinya sebagai tempat pematangan sperma,


bagian ekornya untuk menyimpan sperma, mengeluarkan zat
yang membuat suspensi cairan sperma menjadi lebih encer dan
sebagai transportasi siperma.
 Vesikula seminalis, produksi zat kimia untuk suspensi cairan
sperma
 Prostat, menganudung zat untuk memelihara spermatozoa di
luar tubuh
 Kelenjar cowper, berfungsi untuk melicinkan uretra dan vagina
saaat koitus
 Kelenjar littre berfungsi untuk melicinkan uretra dan agina saat
koitus.
2) Struktur Anatomi dan Fisiologi Organ Genetalia pada Wanita
Organ genetalia wanita terdiri dari organ genetalia luar dan dalam. Organ
genetalia luar terdiri dari (Mochtar, 1998):
 Mons veneris, daerah yang menggunung di atas tulang kemaluan
dan akan ditumbuhi rambut kemaluan
 Bibir besar kemaluan, terdapat di kanan dan kiri, berbentuk lonjong
 Bibir kecil kemaluan, bagian dalam dari bibir besar
 Klitoris, identik dengan penis pada pria, sangat sensitif karena
banyak mengandung jaringan saraf
 Vulva, daerah yang dibatasi klitoris, bibir kecil kemaluan, dan
perineum
 Introitus vagina, pntu masuk ke dalam vagina
 Selapu dara, selaput yang menutupi introitus vagina dapat
berbentuk semilunar, tapisat atau fimbria
 Lubang kemih, tempat keluarnnya air kemih, terletak di bawah
klitoris
 Perineum, terletak di antara vulva dana anus
e. Perubahan Perkembangan Fisik Alat Reproduksi pada Remaja
Pada remaja terjadi perubahan fisik yang cepat termasuk pertumbuhan
organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga
mampu melangsungkan fungsi reproduksinya. Perubahan ini ditandai dengan
munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
1) Tanda kelamin primer yaitu mulai berfungsinya organ-organ genital yang
berhubungan langsung dengan organ seks. Pada wanita mengalami
menstruasi (menarche) yang diikuti kesiapan organorgan reproduksi untuk
terjadinya kehamilan, sedangkan pada lakilaki ditandai dengan terjadinya
mimpi basah ( keluarnya air mani )
2) Tanda kelamin sekunder yaitu tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung
berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namun
merupakan tanda yang khas pada wanita dan laki-laki. Tanda tersebut
berupa perubahan fisik antara lain : pada wanita terjadi perubahan suara
merdu, kulit bertambah bagus dan halus, panggul melebar, payudara
membesar, tumbuh rambut diketiak dan sekitar kemaluan (pubis), serta
pertumbuhan rahim dan vagina. Pada laki-laki terjadi perubahan suara
membesar dan dalam, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh kumis, jambang, dan
rambut diketiak dan sekitar kemaluan, serta terjadinya ereksi dan
ejakulasi.
3) Tanda kelamin tertier yaitu keadaan psikis yang berbeda antara laki-laki
dan wanita, atau disebut sifat maskulin pada laki-laki dan feminine pada
wanita. Perubahan psikis yang terjadi pada laki-laki adalah mudah
terangsang seksual yang menghendaki kepuasan seksual, yaitu senggama
yang tentu tidak dapat dilaksanakan karena perkawinan menghendaki
persyaratan tertentu, seperti ekonomi dan kematangan diri. Sedangkan
perubahan psikis pada wanita adalah melihat darah keluar saat menstruasi,
merasa ketakutan, sering mengalami sakit perut sampai muntah-muntah,
tidak pernah 15 mengalami orgasme, rasa seks seperti pada remaja laki-
laki serta pemalu. Perubahan psikis yang trjadi pada remaja dapat timbul
karena berbagai media baik media cetak, maupun elektronik, sehingga
timbul rangsangan pada dirinya bila tidak diarahkan dengan pendidikan
seks, maka remaja akan menyalurkan nafsu seksnya pada jalan yang
bertentangan dengan norma-norma.
HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired
berarti didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh
kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit
dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan
gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk
setelah kita lahir. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan
tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel
CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired
Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat
turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi
memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah
masuk ke dalam tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah,
penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya. Orang
yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja lama kelamaan
sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah, sehingga semua penyakit
dapat masuk ke dalam tubuh. Pada tahapan itulah penderita disebut sudah terkena
AIDS.
b. Penyebab HIV/AIDS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah,
semen, dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama
HIV adalah limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul
permukaan CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk
yang terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu
merubah bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid)
menggunakan enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut kemudian
diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk
membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri,
informasi genetik virus juga ikut diturunkan. Cepat lamanya waktu seseorang
yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS dapat bervariasi antar individu.
Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang terinfeksi HIV akan
mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10 tahun, meskipun
ini bisa lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan diagnosis AIDS
biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral
(ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah virus
bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang
terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load').
c. Tahapan perubahan HIV/AIDS
1) Fase 1 Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar
dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan
tes darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan
sembuh sendiri).
2) Fase 2 Umur infeksi : 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
3) Fase 3 Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai
gejala AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang
berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar
getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan
badan menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini
sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
4) Fase 4 Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul
penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi
paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas,
kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus
yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan infeksi otak yang
menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala. WHO menetapkan empat
stadium klinis HIV, sebagaimana berikut:
a) Stadium 1 : tanpa gejala.
b) Stadium 2 : penyakit ringan.
c) Stadium 3 : penyakit lanjut.
d) Stadium 4 : penyakit berat.
d. Penularan HIV/AIDS
1) Media penularan HIV/AIDS HIV dapat ditularkan melalui pertukaran
berbagai cairan tubuh dari individu yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu,
air mani dan cairan vagina. Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak
sehari-hari biasa seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi
benda pribadi, makanan atau air.
2) Cara penularan HIV/AIDS
a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang
yang telah terpapar HIV.
b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan
pisau cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara
bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang
terinfeksi HIV. Caracara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak
darah.
d) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
( 1 ) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
( 2 ) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina.
( 3 ) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan
anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.
3) Perilaku berisiko yang menularkan HIV/AIDS
a) Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.
b) Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia,
kencing nanah, dan vaginosis bakterial.
c) Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik
lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba.
d) Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi
jaringan, prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau tindakan yang
tidak steril.
e) Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara
pekerja kesehatan.
f) Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang
memiliki banyak pasangan lain.
e. Gejala HIV/AIDS
a. Gejala HIV/AIDS
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang
yang hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan
pertama, banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap
selanjutnya. Beberapa minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin
tidak mengalami gejala atau penyakit seperti influenza termasuk demam, sakit
kepala, ruam, atau sakit tenggorokan. Ketika infeksi semakin memperlemah
sistem kekebalan, seorang individu dapat mengembangkan tanda dan gejala
lain, seperti kelenjar getah bening yang membengkak, penurunan berat badan,
demam, diare dan batuk. Tanpa pengobatan, mereka juga bisa
mengembangkan penyakit berat seperti tuberkulosis, meningitis kriptokokus,
infeksi bakteri berat dan kanker seperti limfoma dan sarkoma kaposi.

INFEKSI MENULAR SEKSUAL


a. Pengertian
Penyakit kelamin ( veneral disease ) sudah lama di kenal dan beberapa di
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya penyakit–penyakit baru,
sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually
Transmitted Diseases (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Kemudian
sejak 1998, istilah Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi
Infeksi menular seksual (IMS) agar dapat menjangkau penderitaan asimptomatik.
Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik
hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis
kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan
penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pada
daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital. Kelompok umur
yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS adalah kelompok remaja
sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
b. Tanda dan gejala
Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:
1. Perempuan
a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut atau
bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit
disekitar alat kelamin.
b) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan,
kehijauan, berbau atau berlendir.
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak
menyebabkan sakit atau burning urination.
d) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
e) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan
tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran
reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistemik
reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium )
f) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.
2. Laki – laki
a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut atau
bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat sakit
di sekitar alat kelamin
b) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus.
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama
atau setelah urination.
d) Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong
zakar.
c. Kelompok Risiko Tinggi
Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud dengan perilaku resiko
tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar
terserang penyakit tersebut. Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :
1. Usia
a) 20 – 34 tahun pada laki – laki
b) 16 – 24 tahun pada wanita
c) 20 – 24 tahun pada pria dan wanita
2. Pelancong
3. PSK ( Pekerja Seks Komersial )
4. Pecandu narkotik
5. Homo seksual.
d. Macam – macam penyakit menular seksual
Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan menjadi empat
kelompok yaitu:
1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik,
Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bakterial.
2. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma Akuminata,
Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis.
4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies.

KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN


a. Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan
Unwanted Pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan suatu kondisi di mana pasangan tidak menghendaki adanya proses
kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu
perilaku seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja (Widyastuti, Rahmawati, & Purnamaningrum, 2010).
b. Pencegahan Kehamilan Tidak Diinginkan
Menurut Widyastuti (2010), kehamilan tidak diinginkan dapat dicegah dengan
beberapa langkah, yaitu :
1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2) Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti
berolahraga, seni dan keagaamaan.
3) Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual,
seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.
c. Faktor-Faktor Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan
Beberapa faktor menurut Widyastuti (2010) yang menyebabkan kehamilan tidak
diinginkan antara lain :
1) Penundaan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin dininya usia
menstruasi pertama (menarche).
2) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilau seksual yang
dapat menyebabkan kehamilan.
3) Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
4) Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak).
5) Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya
yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar)
6) Kehamilan karena incest.
d. Karakteristik Wanita dengan Kehamilan Tidak Diinginkan
Perilaku Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan teori yang dikemukakan
Anderson (1995), perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu faktor
predisposisi (Predisposing factors) yang berupa pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor kedua yaitu faktor pemungkin
(Enabling Resources) yang berupa lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya
fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan, alat
kontrasepsi, dan sebagainya. Faktor ketiga yaitu faktor kebutuhan (Need).
Kehamilan tidak direncanakan dapat disebabkan dari perilaku yang tidak
sehat atau kondisi sebelum dan saat hamil seperti korban pemerkosaan,
kurangnya pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, banyak anak, usia relative muda,
pasangan tidak bertanggungjawab, hubungan pasangan belum mapan maupun ada
kendalan ekonomi (Saptarini & Suparmi, 2016).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan Kehamilan yang Tidak Diinginkan
(KTD) adalah sebagai berikut (Anggraini dkk, 2018) :
1) Umur
Ibu hamil pertama pada umur < 20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan
janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya
yang mungkin terjadi antara lain bayi lahir belum cukup umur dan
perdarahan bisa terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir. Ibu hamil berumur >
35 tahun, di mana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.
Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu.
Bahaya yang dapat terjadi antara lain tekanan darah tinggi dan pre-eklampsi,
ketuban pecah dini, persalinan tidak lancer/macet, dan perdarahan setelah
bayi lahir (Widatiningsih & Dewi, 2017).
Umur ibu yang paling aman untuk hamil adalah 20-35 tahun karena pada
wanita mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar-
benar siap untuk menerima kehamilan, juga pada umur tersebut biasanya
wanita sudah merasa siap untuk menjadi ibu. Jadi, umur ibu waktu hamil
antara 20-35 tahun memiliki resiko kehamilan dan persalinan yang paling
minim. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun) memiliki motivasi lebih
dalam memeriksakan kehamilannya (Rachmawati dkk, 2017). Menurut
penelitian (Anggraini dkk, 2018) menunjukkan bahwa mayoritas kehamilan
tidak diinginkan terjadi pada usia 40-49 tahun (36,9%).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik persalinan yang
hidup maupun yang tidak, tetapi tidak termasuk aborsi. Kehamilan dan
persalinan pertama meningkatkan risiko kesehatan yang timbul karena ibu
belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru
akan dilalui janin. Semakin tinggi paritas maka semakin tinggi risiko
terjadinya kehamilan tidak diinginkan. Ibu yang pernah melahirkan anak 4
kali atau lebih maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan seperti
kesehatan terganggu, anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut
dan dinding rahim, tampak ibu dengan perut menggantung (Rochjati, 2011).
Menurut penelitian (Anggraini dkk, 2018) menunjukkan bahwa kehamilan
tidak diinginkan terbanyak terjadi pada paritas >4 (26,5%).
3) Jarak Kelahiran
Jarak antara dua kehamilan yang terlalu dekat dapat menimbulkan
komplikasi serius pada kehamilan maupun proses kelahiran. World Health
Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan sebaiknya 2 hingga 3
tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka bisa berdampak buruk bagi
kesehatan ibu maupun janin. Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak
terkecil kurang dari 2 tahun, kesehatan fisik dan rahim ibu masih
membutuhkan istirahat sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyulit
seperti keguguran, anemia, gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak dan
posisi janin.
Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan
dan perhatian orang tuanya (Widatiningsih & Dewi, 2017). Menurut
penelitian (Anggraini dkk, 2018), kehamilan tidak diinginkan distribusi
terbesar terdapat pada jarak lahir 13-24 bulan (13,3%) dibandingkan dengan
jarak lahir 25-36 bulan (12,9%) dan jarak lahir 1-12 bulan (12,2%). 4) Status
pernikahan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS,2012), kawin atau menikah
adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi
perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah.
Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum
(adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri.
Menurut penelitian (Anggraini dkk, 2018) menunjukkan bahwa sebagian
besar responden pada penelitian memiliki status pernikahan sudah menikah
(97,1%), hanya sebagian kecil responden yang belum menikah (2,9%).
Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang sudah menikah secara signifikan akan lebih
banyak mengalami kehamilan tidak diinginkan (7,9%) dibandingkan ibu yang tidak
menikah (1,1%).

RESIKO TINGGI KEHAMILAN PADA WANITA USIA SUBUR


1. Pengertian Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita Usia Subur atau WUS adalah wanita yang memiliki usia reproduktif
dari sejak mendapat haid pertama hingga berhentinya haid antara usia 15-49 tahun
dengan status belum menikah, menikah atau janda yang masih berpotensi untuk
memiliki keturunan (Novitasary, Mayulu, & Kawengian, 2013) (Firmansyah, et al.,
2020)
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan wanita usia produktif yang berusia 15-
49 tahun dan wanita pada usia ini umumnya masih berpotensi untuk memiliki
keturunan (Novitasary , Mayulu, & Kawengian, 2013)
Secara umum yang dimaksud Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang
keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 18-49 tahun.
Dimana dalam masa ini petugas kesehatan wajib memberikan penyuluhan atau
pendidikan pada Wanita Usia Subur yang memiliki masalah mengenai organ
reproduksinya (Aisyaroh, 2012)
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam
kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak
nyamanan dan ketidak puasan.
Dengan demikian untuk mengahadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus
diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif dan preventif. Sampai
pada waktunya, harus diambil sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan
bayinya atau hanya dipilih ibunya saja. Keadaan yang dapat meningkatkan risiko
kematian ibu secara tidak langsung disebut sebagai faktor risiko, semakin banyak
faktor risiko yang ditemukan pada kehamilan maka semakin tinggi pula risikonya.
Komplikasi pada saat kehamilan dapat dikategorikan dalam risiko kehamilan,
sebanyak 90% penyebab kematian terjadi karena komplikasi obstetric yang tidak
terduga saat kehamilan, saat persalinan atau pasca persalinan dan 15% kehamilan
diperkirakan berisiko tinggi dan dapat membahayakan ibu dan janin.
a. Kriteria Kehamilan Berisiko
Kehamilan berisiko terbagi menjadi tiga kriteria yang dituangkan dalam
bentuk angka atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam penilaian yaitu 2, 4
dan 8 pada setiap variabel dan kemudian dijumlahkan menjadi total skor akhir.
Berdasarkan total skor kehamilan berisiko dibedakan menjadi:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Kehamilan risiko rendah dimana ibu seluruh
ibu hamil berisiko terhadap kehamilanya untuk ibu hamil dengan kehamilan
risiko rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor risiko.
Persalinan dengan kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal
dengan keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh
bidan.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor
6 - 10, adanya satu atau lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari
pihak ibu maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.
3) Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST) Kehamilan risiko sangat tinggi
(KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan dua atau lebih faktor
risiko meningkat dan memerlukan ketepatan waktu dalam melakukan tidakan
rujukan serta pertolongan persalinan yang memadai di Rumah Sakit
ditantangani oleh Dokter spesialis. Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST
merupakan kelompok risiko terbanyak penyebab kematian maternal
b. Batasan faktor risiko
Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak faktor atau kriteria –
kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua, primi tua sekunder,
anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit, kehamilan
hidramnion dan riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama yang
menyebabkan ibu hamil berisiko.
1) Primi muda ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16 tahun, dimana pada
usia tersebut reproduksi belum siap dalam menerima kehamilan kondisi rahim
dan panggul yang masih kecil, akibat dari ini janin mengalami gangguan.
Disisi lain mental ibu belum siap menerima kehamilan dan persalinan. Bahaya
yang terjadi jika usia terlalu muda yaitu premature, perdarahan anterpartum,
perdarahan post partum. Hasil penelitian disalah satu Rumah Sakit, ibu hamil
yang dikategorikan dalam primi muda sangat rendah yakni hanya mencapai
angka 1,7%. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi
persalinan adalah ibu yang berumur < 20 tahun.
2) Primi tua
a. Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami kehamilan pertama
setelah masa pernikahan dan http://repository.unimus.ac.id pasangan tidak
mengguanakan alat kontrasepsi KB.
b. Pada umur ibu ≥ 35 tahun dan mengalami kehamilan. Usia tersebut
dikategorikan usia tua, ibu dengan usia tersebut mudah terserang penyakit,
kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya dan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR), cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami oleh
ibu berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus. Menurut hasil penelitian
usia ≥ 35 tahun kemungkinan 2,954 kali mengalami komplikasi persalinan
3) Primi tua sekunder, ibu yang mengalami kehamilan dengan jarak persalinan
sebelumnya adalah ≥ 10 tahun. Dalam hal ini ibu tersebut seolah menghadapi
kehamilan yang pertama lagi. Kehamilan dapat terjadi pada ibu yang
mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu yang mempunyai anak terkecil
hidup berumur 10 tahun, serta pada ibu yang tidak menggunakan KB.
4) Anak terkecil ≤ 2 tahun, ibu yang mempunyai anak pertama terkecil ≤ 2 tahun
namun tersebut telah mengalami kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan ≤ 2
tahun kondisi rahim belum kembali seperti semula selain itu ibu masih dalam
proses menyusui. Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu perdarahan setelah
bayi lahir, bayi lahir namun belum cukup umur sehingga menyebabkan berat
badan bayi lahir rendah (BBLR) < 2.500.25 Jarak kehamilan ≤ 2 tahun dan ≥ 5
tahun mempunyai kemungkinan 1,25 kali mengalami komplikasi persalinan,
ibu hamil http://repository.unimus.ac.id yang pemeriksaan kehamilannya
kurang kemungkinan mengalami 0,396 kali komplikasi pada saat persalinan,
ibu dengan deteksi dini kehamilan risiko tinggi kategori kurang kemungkinan
0,057 kali mengalami komplikasi persalinan.
5) Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak 4 kali atau
lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia, kurang gizi, dan
kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
kelainan letak janin, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan, dan rahim
robek pada kelainan letak lintang.19 Sedangkan grandemultipara adalah ibu
yang pernah melahirkan lebih dari 6 kali atau lebih baik bayi dalam keadaan
hidup atau mati.
6) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat menglami
komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), hipertensi, partus lama, partus
macet dan perdarahan post partum. Komplikasi tersebut mungkin dialami oleh
ibu hamil pada usia tersebut dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur
dan memungkinkan mengalami penyakit. Kejadian kehamilan risiko tinggi
dipengaruhi oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tiinggi mayoritas
berumur ≥ 35 tahun dan terjadi pada grandemultipara. menurut hasil penelitian
di Kota Yogyakarta faktor resiko ibu hamil di adalah anemia (33.1%), usia
yang terlalu muda dan tua (24.7%) Lila <23,5%, grandemultigravida (9%),
tinggi bada kurang dari 145 cm (7,2%), riwayat abortus lebih daru sekali
(4,2%).
7) Tinggi Badan (TB) 145 cm atau kurang komplikasi yang mungki terjadi yaitu
ukuran panggul ibu sebagai jalan lahir sempit namun ukuran kepala janin tidak
besar atau ketidak sesuaian antara janin dan jalan lahir. Kemungkinan ukuran
panggul ibu normal, sedangkan ukuran kepala janin besar. Komplikasi yang
terjadi yaitu BBLR, prematur, bayi mati dalam kandungan (IUFD)
8) Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek dengan kondisi: Ibu hamil kedua
dimana kehamilan pertama mengalami keguguran,meninggal di dalam
kandungan, lahir dalam keadaan belum cukup umur, lahir mati, dan lahir hidup
kemudian mati pada usia ≤ 7 hari, kehamilan sebelumnya pernah keguguran
sebanyak ≥ 2 kali. Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan kehamilan
dan meninggalnya janin dalam kandungan pada ibu adalah adanya penyakit
seperti ; diabetes mellitus, radang saluran kencing, dan lain-lain.
9) Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan ditolong oleh alat bantu
seperti: cunam/forcep/vakum, uri manual (manual plasenta), pemberian infus /
tranfusi pada saatproses persalinan dan operasi sectio caesars pada persalinan.
Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Beberapa penyakit ibu hamil yang dikategorikan sebagai gawat obstetri yaitu:
anemia, malaria pada ibu hamil, penyakit TBC, payah jantung, diabetes militus,
HIV/AIDS, toksoplasmosis.
1) Pre-eklamsia ringan, tiga gejala preeklamsi yaitu oedema pada muka, kaki dan
tungkai, hipertensi dan urin protein positif. Komplikasi yang dapat terjadi
seperti kejang, IUFD, dan IUGR.
2) Kehamilan kembar (gemeli) dengan jumlah janin 2 atau lebih. Komplikasi
yang terjadi seperti hemoroid, prematur, BBLR, perdarahan antepartum.
3) Hidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban dari normalnya (> 2 liter).
Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah penyakit jantung, spina bifida,
nefritis, aomali kongenital pada anak, dan hidrosefalus.
4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin tidak terasa
lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak terdengar denyut
jantung.
5) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia tersebut fungsi
dari jaringan uri dan pembuluh darah akan menurun. Maka akan menyebabkan
ukuran janin menjadi kecil, kulitnya mengkerut, berat badan bayi saat lahir
akan rendah, dan kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan
dapat terjadi.
6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim berada di atas
dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi sulit bernapas
sehinga menyebabkan kematian dan letak lintang. Letak janin dalam rahim
pada usia kehamilan 8 sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada di
samping kanan atau kiri ibu. Bayi yang mengalami letak lintang tidak bisa
melahirkan secara normal kecuali dengan alat bantu. Bahaya yang dapat terjadi
apabila persalinan tidak dilakukan dan ditangani secara benar dapat terjadi
robekan pada rahim ibu dan ibu dapat mengalami perdarahan, infeksi, syok,
dan jika fatal dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin
Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan bayi yaitu
perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Resiko Tinggi
a. Faktor non medis
Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu
kemiskinan, ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi,
kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan,
kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan saranan
kesehatan yang serba kekurangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan, pendapatan ibu dan pemeriksaan Antenatal
Care (ANC) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK). Terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan.
b. Faktor medis Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan genetik.
3. Upaya Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi
Ibu dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai resiko
atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinan normal. (Simarmata et
al.,2014.
Penurunan kematian ibu tidak dapat dilakukan hanya dengan mengatasi faktor
penyebab langsung kematian ibu tetapi juga harus mengatasi faktor penyebab
tidak langsung diantaranya konisi sosial (pendidikan atau pekerjaan)
keikutsertaan program Keluarga Berencana, keinginan untuk hamil dan
kunjungan antenatal (Aeni, 2013). Oleh karena itu beberapa upaya yang harus
dilakukan untuk mencegah kehamilan resiko tinggi selain penyuluhan adalah
peningkatan pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja serta peningkatan
cakupan peserta aktif KB (Bartini & Mediastuti, 2017).
Upaya yang dilakukan WUS untuk mencegah kehamilan resiko tinggi yang
disebabkan 4 terlalu antara lain :

4T (TERLALU MUDA, TERLALU TUA, TERLALU DEKAT, TERLALU


BANYAK)
1. Pengertian
4 terlalu adalah hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun, hamil/
bersalin terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan
atau persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4).
2. Resiko 4 Terlalu
a. Terlalu Muda (Primi Muda)
Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang dari 20
tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi
mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai
ibu (BKKBN, 2007:4).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
Resiko bagi ibunya:
1) Mengalami perdarahan.
2) Kemungkinan keguguran / abortus.
3) Persalinan yang lama dan sulit.

Resiko pada bayinya:

1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.


2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
3) Cacat bawaan.
4) Kematian bayi.
b. Terlalu Tua (Primi Tua)
Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia
ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu
hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia ≥ 35 tahun antara lain:
Resiko pada ibu:
1) Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena
kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan
makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.
2) Resiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-penyakit
degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai muncul. Selain
bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang dilahirkan juga bisa
cacat.
3) Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi
seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.
4) Resiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat wanita
menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran.
Elastisitas jaringan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Di
usia semakin lanjut, maka sering terjadi penipisan dinding pembuluh
darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai, namun masalah pada
kualitas dinding pembuluh darah khususnya yang terdapat di dinding
rahim, dengan adanya pembesaran ruang rahim akibat adanya
pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan
5) Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang
tinggi. Perempuan yang hamil di akhir usia 30-an dan 40-an lebih beresiko
mengalami hipertensi saat kehamilan (preeclampsia), kehamilan di luar
rahim (kehamilan etopik), mengalami keguguran.
6) Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada
dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.
7) Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan
oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas normal sering
menjadi penyebab kematian ibu yang melahirkan. Pre eklampsia banyak
dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil.
8) Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra. Tanpa
adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat sulit mengejan sehingga justru
berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua usia ibu dikhawatirkan
tenaga sudah relatif menurun, meskipun tidak dapat disamaratakan antara
individu satu dengan lainnya.
9) Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit
sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan
pada ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan secara Caesar.
Resiko pada bayinya:
1) Kehamilan di atas usia 40 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat.
Kecacatan yang paling umum adalah down syndrome (kelemahan
motorik, IQ rendah) atau bisa juga cacat fisik.
2) Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di usia
40 tahun.
3) Seiring bertambah usia maka resiko kelahiran bayi dengan down
syndrome cukup tinggi yakni 1:50. Hal ini berbeda pada kehamilan di
usia 20-30 tahun dengan rasio 1:1500.
4) Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung untuk
memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan intensif
neonatal.
5) Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina. Karena itu
disarankan untuk melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal ini
dilakukan bukan tanpa alasan namun mengingat untuk melahirkan
normal membutuhkan tenaga yang kuat.
6) Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat
untuk mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa
mengalami stres karena saat proses persalinan pembukaan mulut rahim
akan terasa sulit. Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40 tahun ke atas
akan mengalami kesulitan saat melahirkan secara normal. Apalagi
untuk ibu hamil yang hipertensi, maka sangat dianjurkan untuk
melakukan persalinan dengan operasi caesar. Untuk menyelamatkan
ibu dan juga bayi
c. Terlalu Dekat Jarak Kehamilan
Terlalu Dekat Jarak Kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu dengan
berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim ibu belum pulih,
waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang.
Resiko yang mungkin terjadi pada kehamilan jarak dekat adalah:
1) Keguguran
2) Anemia
3) Bayi lahir belum waktunya
4) Berat badan lahir rendah (BBLR)
5) Cacat bawaan
6) Tidak optimalnya tumbuh kembang balita
d. Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui
kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada
ibu dengan perut yang menggantung.
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu banyak anak (4 kali
melahirkan) adalah:
1) Kelainan letak, persalinan letak lintang
2) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
3) Persalinan lama
4) Perdarahan pasca persalinan

KB IUD/AKDR

1. Pengertian
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu
merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga dapat mencapai
keluarga berkualitas.
Manfaat KB antara lain:
a. Untuk merencanakan kehamilan dan kelahiran
b. Untuk mencegah penyakit kelamin
c. Menurunkan kematian karena kehamilan penuh resiko atau aborsi yang
tidak aman.
d. Menurunkan angka kematian anak balita jarak kelahiran membuat mereka
lebih sehat dari terawat.
e. KB membantu kepala keluarga untuk lebih punya peluang membangun
keluarga sejahtera.
2. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
a. MAL (Metode Amenorea Laktasi)
MAL adalah Metode amenorea laktasi yang mengandalkan pemberian
ASI. Dengan syarat, ibu menyusui secara penuh, bayi kurang dari 6 bulan dan
ibu belum mendapatkan haid.
Metode amenorea laktasi dapat menghambat tejadinya pematangan sel
telur sehingga tidak ada sel telur yang dapat dibuahi dan tidak akan terjadi
kehamilan.
Untuk menggunakan metode amenorea laktasi ini perlu perawatan
sejak hamil, bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit, bayi disusukan
secara on demand.
b. Mini Pil (progestin)
Mini pil adalah tablet yang mengandung hormon progesteron. Cara
kerja mini pil adalah mengentalkan cairan lendir di mulut rahim, menekan
pemasakan sel telur, menjadikan endometrium tidak siap implantasi. Efek
samping nya antara lain mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan
tidak teratur, sakit kepala, timbul jerawat, depresi.
c. Suntik Progestin
Suntik progestrin adalah alat kontrasepsi berisi hormon sintetik yang
diberikan secara suntikan atau injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Salah satu keuntungan suntik progestrin adalah tidak mengganggu produksi
ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa mengurangi rasa nyeri dan mengurangi
darah haid yang keluar.
Cara Kerja KB Suntik:
1) Menghalangi ovulasi (masa subur)
2) Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
3) Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada Rahim
4) Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
5) Mengubah kecepatan transportasi sel telur
Efek Samping:
1) Perubahan siklus haid
2) Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup lama.
3) Penambahan Berat Badan
4) Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya sakit kepala,
nyeri pada payudara, "moodiness", timbul jerawat dan berkurangnya
libido seksual.
d. Implant/susuk
Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk,
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas melalui tindakan operasi kecil. Susuk yang ditanam dibawah kulit
ini berisi zat aktif yang berupa hormon atau levonorgestrel. Kemudian susuk
tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Susuk ini bekerja
dengan cara menghalangi terjadinya ovulasi (pembuahan) dan memperkental
lendir rahim sehingga menghalangi migrasi sperma.
Keuntungan kontrasepsi Susuk/Implan:
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Efek samping:
1) Terganggunya menstruasi
2) Pola haid tidak lancer
3) Bercak atau tidak mengalami menstruasi sama sekali
4) Penambahan berat badan
5) Payudara menjadi tegang
6) Vagina terasa kering
7) Timbul infeksi pada pencabutan susuk yang disebabkan susuk sulit
untuk dikeluarkan karena pemasangan susuk yang terlalau dalam
e. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR/IUD)
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral. AKDR atau IUD dapat bertahan di dalam
rahim selama 2-5 tahun dan dapat dikeluarkan kembali apabila ada keinginan
untuk hamil kembali.
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
4) IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
Efek samping:
1) Kram perut
2) Pendarahan sedikit-sedikit (spoting) pada minggu-minggu pertama
pemakaian
3) Darah haid lebih banyak biasanya
4) Perdarahan diluar waktu haid
Indikasi IUD:
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya infeksi
7) Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik
8) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama yang tidak
dilindungi.
Kontraindikasi IUD:
1) Diketahui hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.
3) Dicurigai mengidap keganasan saluran genital (Anna, 2006)
4) Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui penyebabnya, alergi logam dan kelainan pada rahim
(Hidayati, 2009).
5) Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual, usia dan
nuliparitas (Anna, 2006).
6) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri (dinding uterus).
7) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Sarwono, 2006) jadi ukuran 6
cm ke atas dapat menggunakan IUD.
f. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan suami-istri.
Kalau pun dilakukan didasari alasan yang sangat umum yakni merasa cukup
dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi mantap ini dilakukan dengan
jalan operasi pemotongan atau memutuskan saluran sperma pada pria yang
disebut vasektomi begitu pula dengan wanita memutuskan atau memotong
saluran sel telur yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi
kehamilan kembali atau tidak akan memiliki keturunan.
Manfaat:
1) Sangat efektif, karena merupakan metode kontrasepsi permanen.
2) Tidak mempengaruhi proses pemberian ASI.
3) Tidak bergantung pada faktor senggama.
4) Akan lebih bermanfaat bagi anda yang memiliki riwayat kehamilan
beresiko karena akan terhindar dari keadaan tersebut.
5) Dilakukan dengan pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal.
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
7) Tidak mempengaruhi keadaan fungsi seksual karena tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium.
Keterbatasan:

1) Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang tidak dapat


dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi
2) Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena memilih metode
ini. Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-
benar mantap memilih metode ini.
3) Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah
dilakukan pembedahan
4) Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi umum
5) Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika
yang dilakukan adalah proses laparoskopi
6) Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS.
LANSIA DENGAN HIPERTENSI
A. Lansia

1. Definisi Lansia
Permensos No. 5 tahun 2018 tentang standar nasional rehabilitasi sosial lanjut usia
menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun keatas. Penduduk lansia mengalami proses penuaan secara terus menerus
secara biologis, dapat ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian karena menurunnya daya tahan tubuh (Fitria
dalam Zakia, 2018).
2. Batasan Lansia
Menurut World Health Organization (WHO) batasan lansia meliputi usia
pertengahan (midlle age) antara 44-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Perubahan Pada Lansia
Proses penuaan merupakan proses alami yang akan terjadi pada kehidupan
manusia. Proses penuaan ini terjadi hampir pada semua sistem tubuh, tetapi tidak
semua sistem tubuh mengalami penurunan fungsi dalam waktu yang bersamaan.
Dibawah ini beberapa perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Zakia, 2018) :
a. Perubahan fisik
Secara umum perubahan fisik dapat terjadi pada lansia, misalnya perubahan
sistem imun yang cenderung menurun, perubahan elastisitas arteri pada sistem
kardiovaskuler yang dapat memperberat kerja jantung, kulit mudah rusak karena
perubahan sistem integumen, penurunan kempampuan penglihtan dan
pendengaran, serta penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal.
Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan
menyebabkan beberapa gangguan secara fisik yang ditandai dengan
ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang berat
sehingga mempengaruhi kesehatannya.
b. Perubahan mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis yang terjadi pada lansia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit atau tamak
jika memiliki sesuatu. Hampir semua lansia memiliki harapan ingin bertambah
atau berumur panjang dengan menghemat tenaga yang dimilikinya, tetap
mengharapkan peranan yang berada di dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa
dengan mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin meninggal secara
terhormat.
c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis merupakan nilai pada seseorang yang biasanya diukur
melalui produktivitas dan identitasnya dalam peranan orang tersebut dalam suatu
pekerjaan. Ketika lansia sudah pensiun, maka yang dirasakan oleh lansia tersebut
berupa kurangnya pendapatan, kehilangan status jabatan, kehilangan relasi dan
kehilangan kegiatan atau produktivitas, sehingga akan menimbulkan rasa kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup.
d. Perubahan spiritual
Perubahan spiritual lansia dapat ditandai dengan semakin matangnya kehidupan
keagamaan lansia. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia
dalam menghadapi kenyataan, merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupan serta berperan aktif dalam kehidupan.

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah mengalami
peningkatan diatas normal. Seseorang dapat dikatakan menderita hipertensi
apabila saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah hasilnya ≥140/90 mmHg,
dengan menunjukkan darah yang sedang dipompa oleh jantung atau fase sistolik
140 mmHg dan darah yang kembali ke jantung atau fase diastolik 90 mmHg
(WHO, 2013 dalam Ferri, 2017). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah dimana saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, hasil tekanan
sistolik sedikitnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg
(Yunitasari, 2018).
Menurut American Heart Association (AHA) dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejala yang terjadi pada penderitanya
sangat bermacam-macam dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala yang
timbul tersebut adalah sakit kepala, vertigo, rasa berat ditengkuk, penglihatan
kabur, mudah lelah, telinga berdenging dan mimisan. Sehingga dapat disimpulkan
hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
persisten dengan nilai tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90 mmHg yang diukur paling sedikit dua kali kunjungan pemeriksaan serta
dapat menimbulkan gejala yang sangat bermacam-macam pada setiap individu.
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal ≤ 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg < 80 mmHg
Hipertensi Stage 1 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi Stage 2 ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
(Sumber: American Heart Association Hypertension Highlight 2018 : Guideline For The Prevention,
Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults 2013)

2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Tanto, 2016) dalam (Sumarta, 2020) :
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi dengan penyebab klinis tidak
diketahui secara pasti atau sering disebut hipertensi idiopatik. Faktor yang
mempengaruhinya diantaranya :
1) Genetik
Faktor genetik tidak dapat dihindari, jika memiliki riwayat keluarga
dengan tekanan darah tinggi maka kemungkinan besar berisiko terkena
penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan mengalami
peningkatan. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki memiliki resiko lebih
tinggi terkena hipertensi dari pada perempuan. Selain itu, pada jenis
kelamin laki-laki yang berusia 35-50 tahun dan perempuan menopause
dapat beresiko tinggi mengalami hipertensi.
3) Berat badan
Individu yang mempunyai berat badan <25% diatas berat badan ideal
dapat dikaitkan sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah. Namun
faktor ini dapat diuabah atau dikendalikan dengan terus menjaga berat
badan tetap dalam keadaan normal atau ideal.
4) Diet
Faktor ini dapat dikendalikan oleh individu dengan menjaga pola
makan yang sehat dan seimbang. Apabila individu konsumsi diet tinggi
garam maka akan beresiko mengalami hipertensi. Dengan konsumsi
garam berlebih, maka ginjal yang bertugas mengolah garam akan
menahan cairan lebih banyak, banyaknya cairan yang tertahan akan
menyebabkan volume darah meningkat. Tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah akan meningkat karena pembuluh darah harus bekerja
ekstra dalam membawa beban yang lebih berat.
5) Gaya hidup
Dengan selalu menjaga pola hidup sehat, risiko terkena hipertensi
bisa dihindari. Faktor ini dapat dikendalikan oleh individu dengan
menjauhi kebiasaan merokok, menjauhi minum minuman beralkohol,
kontrol aktivitas fisik, istrirahat yang cukup dan kontrol stress yang baik.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang terjadi karena adanya
suatu penyakit atau kelainan yang mendasari seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parenkim ginjal, hiperaldosteron, dan lain sebagainya.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada hipertensi sekunder yaitu
dengan cara mengobati terlebih penyakit penyebabnya. Modifikasi gaya
hidup sepertinya kurang maksimal untuk mengobati hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder yang bersifat akut menandakan bahwa adanya
perubahan curah jantung (Tanto, 2016) dalam (Sumarta, 2020).
3. Patofisiologi Hipertensi
Volume sekuncup dan total peripheral resistance merupakan faktor yang
mempengaruhi tekanan darah. Akan timbulnya tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi apabila salah satu faktor tersebut mengalami
peningkatan tang tidak terkompensasi. Terjadinya hipertensi adalah adanya
mekanisme yang dimulai dengan terbentuknya angiotensin II dari angiotensisn I
oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi dihati. Selanjutnya oleh hormon renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diuabh menjadi angiotensin I. oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
ini yang memiliki peranan penting dalam menaikkan tekana darah melalui dua
aksi (Setiati, 2014) dalam (Sumarta, 2020).
Aksi pertama dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. Hipotalamus (kelenjer pituitari) merupakan tempat dirpoduksinya ADH
yang bekerja juga pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Sangat sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh (antidiuresis) karena
meningkatnya ADH, sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya dapat menyebabkan
volume darah meningkat sehingga tekanan darah akan meningkat.
Aksi kedua yaitu dengan menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek
adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting
dalam ginjal. Aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl (garam) untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler dengan cara mereabsopsi NaCl dari tubulus ginjal.
Apabila konsentrasi NaCl naik maka akan diencerkan Kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler sehingga akan menigkatkan volume
dan tekanan darah.
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
diantaranya (Nurarif, Kusuma 2016) :
a. Tidak ada gejala
Dalam hal ini individu tidak memiliki tanda dan gejala yang spesisik
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain dari hasil
pemeriksaan tekanan darah oleh petugas kesehatan. Dengan hasil pemeriksaan
tekanan darah yang tinggi individu dapat dicurigai mengalami hipertensi,
namun tanpa tanda gejala yang merujuk kepada terjadinya hipertensi
kemungkinan ada faktor lain yang menyebabkan tekanan darahnya tinggi saat
dilakukan pemeriksaan.
b. Gejala yang lazim
Gejala lazim yang paling sering dijumpai pada penderita hipertensi yaitu
nyeri kepala dan kelelahan. Gejala yang timbul saat bersamaan dengan
tekanan darah tinggi sering dikaitkan dengan terjadinya hipertensi. Gejala
yang dimaksud tersebut yaitu sakit kepala, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan, yang bisa saja terjadi pada individu yang memiliki tekanan darah
tinggi dan juga pada individu yang tekanan darahnya normal.
Apabila individu yang mengalami hipertensi berat atau menahun dan
tidak segera diobati, maka akan timbul tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak napas
6. Gelisah
7. Pandangan mejadi kabur
5. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor utama yang beresiko untuk terjaidnya penyakit
jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit
ginjal. Hipertensi dapat memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun apabila
tidak diobati karena hipertensi mempengaruhi semua sistem organ. Mortalitas
pada penderita hipertensi lebih cepat jika penyakitnya tidak terkontrol dan telah
menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stoke dan gagal ginjal.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang dapat mengenai
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata dapat berupa pandangan menjadi kabur,
pendarahan pada retina, gangguan penglihatan bahkan sampai kebutaan. Berikut
adalah beberapa komplikasi yang terjadi akibat hipertensi (Sigh, 2017) dalam
(Sumarta, 2020) :
a. Otak
Kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi
adalah stroke. Stroke timbul karena tekanan intrakranial dan pendarahan.
Apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau
penebalan, sehingga aliran darah ke daerah yang disaluri darah berkurang,
maka terjadi stroke yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Selain itu,
pada hipertensi maligna aau hipertensi dengan onset cepat dapat terjadi yang
Namanya ensefalopati. Tekanan yang tinggi pada Kelainan tersebut akan
menyebabkan tekanan kapiler yang meningkat, sehingga akan mendorong
cairan yang masuk kedalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat.
Hal tersebut dapat menyebabkan neuron-neuron disekitarnya kolaps dan dapat
terjadi koma bahkan sampai kematian.
b. Retinopati
Kerusakan pembuluh darah pada retina dapat disebabkan oleh tekanan
darah yang tinggi. Semakin lama tekanan darah tinggi berlangsung maka akan
semakin berat kerusaka yang akan ditimbulkan. Kelain yang dapat terjadi pada
retina akibat tekana darah tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan
vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.
Awalnya pada penderita retinopati hipertensif tidak menunjukkan gejala
namun pada akhirnya dapat mengakibatkan kebutaan stadium akhir.
c. Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami
arterosklerosis atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran
darah, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi maka akan
menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya akan terjadi
infark.
d. Ginjal
Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan
glomerulus akan mengakibatkan penyakit ginjal kronik. Dengan adanya
kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional gijal, sehingga nefron akan terganggu dan akan terus berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga
dapat menyababkan protein keluar melalui urin sehingga akan dijumpainya
edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal
ini sering terjadi pada hipertensi kronik.
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi secraa garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu non farmakologis dan farmakologis. Hal yang paling utama adalah dapat
mengatahui penanganan hipertensi dan mengontrol tekanan darah, hal tersebut
yaitu (Suprapto, 2017) :
a. Mengetahui tekanan darah saat ini dan tekana darah yang diinginkan.
b. Kontrol kondisi kesehatan secara rutin dan teratur, karena hipertensi sering
terjadi tanpa gejala sehingga tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol akan
berakibat fatal.
c. Obat dapat mencegah hasil klinik yang tidak diinginkan dan obat juga dapat
berfungsi mengontrol tekanan darah bukan menyembuhkan.
d. Ketahui dan pelajari efek samping dari obat dan cara penanganannya.
e. Kombinasi antara obat dan non obat dapat membantu mengontrol tekanan
darah yang tidak diinginkan.

Terapi pada hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu terapi


farmakologis dan terasi non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu terapi
dengan menggunakan obat atau senyawa yang dapat mempengaruhi tekanan
darah, sedangkan terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa
menggunakan agen obat dalam proses terapinya.

Tabel 2.2 Penatalaksanaan Hipertensi


Penangan Tekanan Darah Tinggi
Non obat (Non farmakologi) Terapi obat (Farmakologi)
Diet sehat : Mengkonsumsi berbagai jenis
1. Diet rendah garam obat-obatan yang diresepkan
2. Diet kegemukan atau oleh dokter.
mengontrol beran badan
3. Diet rendah kolestrol dan
lemak terbatas
4. Diet tinggi serat
Gaya hidup yang baik :
1. Menghindari kebiasaan
merokok dan minum
minuman yang beralkohol
2. Olahraga secara rutin dan
teratur
3. Pola hidup sehat dan tidak
emosional
Sumber : Ira Haryani Suprapto (2017)
C. Kualitas Hidup

1. Definisi Kualitas Hidup


Kualitas hidup adalah keadaan bagaimana individu merespon secara fisik
dan emosional serta seberapa baik individu memfungsikan secara psikologis,
sosial, pekerjaan dan fisik (Chung, dkk 2012 dalam Anisawati 2017).
Menurut World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) kualitas
hidup didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya ditengah
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan,
harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup juga merupakan suatu konsep
yang snagat luas yang dipengaruhi kondisi fisik seseorang, psikologis, tingkat
kemandirian, serta hubungan seseorang dengan lingkungan (Reno, dalam
penelitian Seftiani, Hendra, dan Maulana, 2018).
2. Kualitas Hidup Lanjut Usia
Pada lansia kualitas hidup merupakan suatu komponen yang kompleks, yang
menckaup usia harapan hidup, kesehtan psikologis dan mental, fungsi kognitif,
kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi temapat tinggal, dukungan social
dan jaringan sosial (Sutikno, dalam penelitian Seftiani, Hendra, dan Maulana,
2018).
Lansia sangat dianjurkan menjaga kualitas hidup dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari. Hidup lansia yang berkualitas ialah kondisi fungsional
yang optimal, sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan baik.
Berkualitas atau tidaknya hidup lansia berkaitan dengan adanya kesadaran lansia
terhadap masalah kesehatan dan kebiasaan hidup sehat yang tepat yang lansia
jalani. Karena kesadran itu sendiri berkaitan erat dengan penurunan stress dan
peningkatan kualitas hidup individu (Fitria, 2015).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia Dengan
Hipertensi
Menurut Yulikasari (2015) dalam Zakia (2018) beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Faktor fisik
Fungsi sistem tubuh lansia yang mengalami hipertensi akan berdampak
negatif pada kualitas hidup lansia baik dalam skala ringan sampai skala berat.
b. Faktor psikis
Faktor psikis yang dialami lansia dengan hipertensi tergantung pada
penerimaan dan penolakan yang terjadi pada kondisinya. Lansia yang
menerima segala perubahan dan kemunduran dalam dirinya termasuk
hipertemsi yang dialaminya akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan dengan lansia yang menolak terhadap segala perubahan dan
penyakit yang dialaminya.
c. Faktor sosial
Lansia dengan hipertensi akan memiliki kualitas hidup yang baik,
apabila lansia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri di tengah
masyarakat serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Sebaliknya apabila
lansia hipertensi dengan aktivitas sosial yang kurang maka akan memiliki
kualitas hidup yang rendah.
d. Faktor lingkungan
Perlakuan lingkungan terhadap lansia hipertensi akan medukung lansia
untuk mencapai kualitas hidupnya yang tinggi. Perlakuan lingkungan ini dapat
berupa lingkungan tempat tinggal lansia memiliki suasana tentram, damai, dan
menyenangkan bagi lansia. Selain itu, kebebasan, keamanan dan ekonomi juga
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.
BAB III

PEMBAHASAN

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di RW 17 Kelurahan


Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan
konsep-konsep kebidanan komunitas yang telah dipelajari.

Kegiatan praktek kebidanan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa di


Kelurahan Cisarua diawali dengan penerimaan mahasiswa oleh Kepala Lurah dan melakukan
pertemuan dengan para ketua RW, kader kesehatan dan RT Kelurahan Cisarua sebagai
langkah perkenalan yang merupakan langkah awal dalam penerimaan di masyarakat
Kelurahan Cisarua dalam menyelaraskan program kerja yang dilaksanakan.

Adaptasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaporkan meliputi


tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan kemasyarakatan dan
persiapan teknis, sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.

A. Tahap Persiapan
1. Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap persiapan kemasyarakatan, kelompok melakukan kegiatan
pertemuan dengan para ketua RW Kelurahan Cisarua dan para kader kesehatan
posyandu yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2021. Dalam pertemuan
tersebut, mahasiswa melakukan pendekatan membina hubungan saling percaya
dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek D-III
Kebidanan di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
2. Persiapan Teknis
Dari tanggal 27 Desember 2021 sampai 22 Januari 2022 mahasiswa
melakukan pengkajian, perencanan dan implementasi dan evaluasi mengenai
Asuhan Kebidanan Kommunitas di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi.
Dimulai tanggal 27 Desember 2021, mahasiswa melakukan observasi dan
kajian situasi serta wawancara terkait masalah kesehatan yang terjadi di wilayah
RW 17 Kelurahan Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Pengkajian Wilayah
a. Nilai dan Keyakinan
Tidak ada nilai dan keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan.
b. Lingkungan Fisik
Pemukiman warga di wilayah RW 17 Kelurahan Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi tergolong pemukiman padat. Keadaan rumah di RW 17
Kelurahan Cisarua Kota Sukabumi kebanyakan belum tergolong rumah
sehat. Karena jarak antara rumah satu dengan yang lainnya itu masih
terlalu dekat, Sebagian besar sudah memiliki sumur dan jamban sendiri.
c. Dimensi lokasi binaan
i. Peta wilayah

ii. Batas Wilayah


Wilayah RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi terdiri dari 4 rukun tetangga, dengan batas wilayah RW
11 sebelah barat dan selatan yaitu RW 12.
iii. Lokasi Pelayanan Kesehatan
a) Tempat Yankes
Tempat pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan
RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi adalah Puskesmas Sukabumi.
b) Jarak Yankes
Jarak dari wilayah RW 17 Kelurahan Cisarua
Kecamatan Cikole Kota ke puskesmas kurang lebih sekitar
< 200 Meter.
c) Cara Mencapai Lokasi Yankes
Cara warga RW 17 Keluarahan Cisarua Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi mencapai puskesmas Sukabumi
adalah menggunakan kendaraan roda dua, roda empat dan
berjalan kaki.
2. Flora dan Fauna
a. Jenis Tanaman
Jenis tanaman yang terdapat di RW 17 Kelurhan Cisarua Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi adalah jenis tanaman-tanaman tropis seperti
tanaman hias, singkong, pohon pisang dll.
b. Jenis Hewan
Jenis hewan yang terdapat di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi kebanyakan adalah hewan: ayam, dan burung.
3. Dimensi Populasi
a. Ukuran
Penduduk di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi tersebar di 4wilayah rukun tetangga.
b. Kepadatan
Jumlah Kartu Keluarga di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan
Cikole Kota Sukabumi berjumlah 272 Kartu Keluarga yang berhasil didata
sebanyak 180 Kartu Keluarga. 92 Kartu Keluarga tidak terdata karena
masyarakat yang menolak didata dan masyarakat yang bekerja.

C. Analisis Data
1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Bulan Desember 2021
NO Jumlah Penduduk Jumlah Persentase %
.
1. Laki-laki 250 46%
2. Perempuan 276 54%
Jumlah 526 100 %

Diagram 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di RW 17 Kelurahan Cisarua


Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2021.

JUMLAH PENDUDUK

Perempuan
Laki-laki

46%
54%

Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah penduduk


berdasarkan jenis kelamin di RW 17 Kelureahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi Bulan Desember 2021 adalah sebagian besar perempuan sebanyak jiwa
276 (54%) dan laki-laki jiwa 250 (46%).

2. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak


Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Pasangan Usia Subur
di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
tahun 2021.

No. Klasifikasi Jumlah Persentase %


1. PUS 178 54%
2. Bukan PUS 150 46%
Jumlah 328 100%

Diagram 3.2 Jumlah Pasangan Usia Subur di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan


Cikole Kota Sukabumi tahun 2021.
Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah Pasangan Usia
Subur di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun
2021. adalah 90,2 % atau pasangan usia subur, sedangkan 9,8% atau adalah bukan
pasangan usia subur.

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil berdasarkn di RW 17


Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun
2021.

No. Klasifikasi Jumlah Persentase %


1. Hamil 11 3%
2. Tidak Hamil 172 97%
Jumlah 178 100%

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Hamil Berdasarkan Usia di RW


17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun
2021.
Usia Ibu Hamil Jumlah Presentasi
< 20 Tahun. 1 Orang 9.1 %
20 – 35 Tahun. 9 Orang 63,6%
>35 Tahun. 2 Orang 27,3 %

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Balita yang Diare 1 bulan terakhir
di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
tahun 2021.

No. Klasifikasi Jumlah Persentase %


1. Pernah 0 0%
2. Tidak Pernah 15 100%
Jumlah 15 100 %

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Jumlah status Gizi Balita di RW 17


Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun
2021.

No. Klasifikasi Jumlah Persentase %


1. Baik 16 100%
2. Kurang 0 0%
3. Buruk 0 0%
Jumlah 16 100%

Diagram 3.5 Jumlah status Gizi Balita di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan


Cikole Kota Sukabumi tahun 2021.
Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah status gizi balita
di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2021.
adalah 100% gizi Baik.

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Jumlah Akseptor KB di RW 17 Kelurahan


Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2021.

No. Klasifikasi Jumlah Persentase %


1. Ya 113 80%
2. Tidak 33 20%
Jumlah 178 100 %

Diagram 3.6 Jumlah Akseptor KB di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole


Kota Sukabumi tahun 2021.

Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah Akseptor KB di RW


17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi tahun 2021. adalah 92 %
merupakan akseptor KB, 7,1 % Bukan Akseptor KB.
Tabel 3.7

No. Klasifikasi Persentase %


1. Pil 1%
2. IUD 27,1%
3. Suntik 54,2%
4. Implant 17,8%
5. MOW 0%
6. MOP 0%
Jumlah 100 %

Diagram 3.7 Jumlah Jenis Kontrasepsi di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan


Cikole Kota Sukabumi bulan Desember 2021.

Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah jenis Kontrasesi


yang dipilih oleh masyarakat di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi adalah sebagian besar 54,2% menggunakan Suntik, 27,1%
menggunakan IUD, 17,8% menggunakan Implant, 1% menggunakan Pil, 0%
menggunakan MOW, 0% menggunakan Kondom dan 0% menggunakan MOP.

Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Jumlah Alasan Tidak menggunakan


Kontrasepsi di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi.

No. Klasifikasi Jumlah Persentase %


1. Belum punya anak 13 39%
2. Ingin punya anak 17 52%
3. Takut 3 9%
4. Tidak mengerti 0 0%
5. Suami / Keluarga tidak 0 0%
mengizinkan
Jumlah 33 100 %

Diagram 3.8 Jumlah Alasan Tidak menggunakan Kontrasepsi di RW 17


Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah alasan bukan


Akseptor KB di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Kota Sukabumi Bulan
Desember 2021 adalah 40% Suami atau keluarga tidak mengizinkan untuk ber KB,
40% Ingin punya anak kembali, 20% tidak mengerti dengan alat kontrasepsi.
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Julah remaja yang belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di RW
17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Bulan
Desember 2021.

No Klasifikasi Presentasi
1 Pernah 42,9%

2 Belum Pernah 57,1%

Diagram 3.9 Jumlah Pernah mendapat penyuluhan kesehatan


reproduksi di RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole
Kota Sukabumi.

Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah remaja yang


belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan Reprodukssi di RW 17
Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi Bulan Desember 2021
adalah Pernah 42,9%, dan belum pernah 57,1%.
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Jumlah masalah yang terjadi pada lansia di
RW 17 Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Bulan Desember 2021.

No Klasifikasi Presentasi
1 Hipertensi 48,4%

2 Reumatik 48,4%
3 Osteoporosis 3,2%

Diagram 3.10 Jumlah Masalah yang terjadi pada


Lansia 45 tahun ke atas di RW 17 Kelurahan Cisarua
Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

Interpretasi Data : Berdasarkan data diatas menunjukan jumlah


Masalah yang terjadi pada lansia di RW 17 Kelurahan Cisarua
Kecamatan Kota Sukabumi Bulan Desember 2021 adalah 48,4%
Hipertensi, 48,4% Reumatik, dan Osteoporosis 3,2%.

Anda mungkin juga menyukai