GLOMERULONEFRITIS
TAHUN AJARAN
2021/2022
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Anamnesa
Demografi
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak.
Terminologi glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk
menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus,bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis
merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.Peradangan
dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria
dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi
seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga
terjadi gagal ginjal.
Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright
pada tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak
penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun responimun agaknya
menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis. Indonesia pada
tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat dirumah
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di
Surabaya(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta
(24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-
laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia
antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis)
seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala.
Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau
hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing
sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit
ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10%menjadi kronis,
dan 10% berakibat fatal.
Lingkungan
Faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factoralergi
mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis setelah infeksi kuman
streptococcus. Antara infeksi bakteri dan timbulnya
glomerulonefritis terdapat masa laten selama kurang 10 hari.
Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat
nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya.
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman
streptococcus betahemoliticus golongan A disaluran pernafasan
bagian atas atau pada kulit,sehingga pencegahan dan pengobatan
infeksi saluran pernafasan atas dan kulitdapat menurunkan
kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat,
maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi.
Keluhan
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis
tergantung pada jenis penyakitnya, apakah akut atau kronis. Gejala
yang umumnya muncul antara lain urin berwarna kemerahan
(hematuria),urine yang berbuih,tekanan darah tinggi atau
hipertensi,wajah, tangan, kaki, dan perut yang bengkak,mudah
lelah Frekuensi buang air kecil berkurang.
b. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, tempat, tanggal lahir, usia, jenis kelamin,diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Pada pasien glomerulonefritits sindroma biasanya terdapat keluhan
berupa mual/muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didapatkan gejala berupa mual, muntah sehingga tidak
nafsu makan.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit yang mungkin muncul sebelum masuk rumah
sakit,serta pemicu penyakit jika penyakit yang sama berulang.
Biasanya terdapat penyakit hipertensi, gagal ginjal ataupun
penyakit kardiovaskuler
5. Riwayat penyakit keluarga
Kemungkinan didapatkan riwayat penyakit glomerulonefritis
sindrom,hipertensi,gagal ginjal, penyakit kardiovaskuler pada
anggota keluarga yang lain.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
b. Ukuran antropomerti
Adalah pengukuran fisik yang dapat di ukur dengan alat
pengukur seperti timbangan dan pita meter meliputi : berat
badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar
lengan. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya
terjadi penurunan berat badan karena anak mengalami
penurunan nafsu makan.
c. .Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1. Kulit
Warna kulit apakah normal, pucat atau
sianosis, rash lesi, bintik–bintik, ada atau tidak.
Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan
atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau
tidak. Pada anak dengan glomerulusnefritis akut
biasanya tampak pucat, timbul edema atau
penumpukan cairan dibawah kulit karena
penurunanfungsi ginjal, dimana terjadi penurunan
laju filtrasiglomerulus yang mengakibatkan
ekskresi air, natrium,zat-zat nitrogen
berkurang,sehingga terjadi edema, pitting edema
lebih dari 2 detik.
2. Kepala
Pada anak dengan glomelurus nefritis akut
biasanyaubun- ubun cekung, rambut kering.
3. Wajah
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut
biasanyanampak edema.
4. Mata
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut
biasanya nampak edema pada kelopak
mata,konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan
skelera anemis.
5. Telinga
Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan
telinga, warna, ada serumen atau tidak, ada tanda–
tanda infeksi atau tidak, palpasi adanya nyeri
tekan atau tidak.
6. Hidung
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau
tidak,lesi,sumbatan,perdarahan tanda–tanda
infeksi,adakah pernapasan cuping hidung atau
tidak dan nyeri tekan.Adanya gangguan
pernapasan cuping hidung (gangguan pernapasan).
7. Mulut
8. Dada
Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding
dada, adakah bunyi napas tambahan (seperti
ronchi, wheezing,crackels), adakah bunyi jantung
tambahan seperti (mur mur), takipnea,dispnea,
peningkatan frekuwensi,kedalaman (pernafasan
kusmaul).
9. Abdomen
11. Ekstremitas
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urine, untuk mendeteksi keberadaan sel darah
merah, sel darah putih, dan protein di dalam urine
Tes darah, untuk mengetahui apakah terjadi penurunan
kadar hemoglobin (anemia) dan protein albumin, serta
peningkatan kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin
Tes imunologi, untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit
automun dengan meningkatnya kadar antinuclear
antibodies (ANA), komplemen, antineutrophil cytoplasmic
antibody (ANCA),atau antiglomerular basement membrane
(anti-GBM)
Pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, atau USG,
untuk melihat kondisi ginjal secara lebih detail
Biopsi ginjal dengan mengambil sampel jaringan ginjal,
untuk memastikan apakah jaringan yang abnormal dan
memastikan glomerulonefritis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (D.0016)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
Definisi
Faktor Risiko:
Referensi
Definisi
Penyebab
Subjektif
1. Ortopnea
2. Dispenea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Referensi
Definisi
Penyebab
Subjektif:
Objektif
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
Keterangan
Referensi
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing
Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to
Planning Care. 11" Ed. St. Louis: Elsevier
Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to
Clinical Practice. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. ,
DeBrito,et al (2014). Nursing Diagnosis in Patients undergoing
Hemodialysis. Journal Efermeria Global, 34, 82-92.
Doenges, M. E., Moorhouse, M, F., & Murr, A, C. (2013). Nursing
Diagnosis Manual Planning, Individualizing and
Documenting Client Care. 4th Ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S (2014). Nursing Diagnosis
Definitions and Classification 2015-2017. 10" Ed. Oxford:
Wiley Blackwell.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L.,
Maramba, P. J. (2012). Cox's Clinical Applications of
Nursing Diagnosis Adult , Child, Women's Mental Health,
Gerontic, and Home Health Considerations. 6th Ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Penyebab
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
2. Kram/nyeri abdomen
Objektif
8. Diare
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Celebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
Referensi
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. 8. F. (2017). Nursing
Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to
Planning Care. 11" Ed. St. Louis: Elsevier.
Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to
Clinical Practice. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis
Definitions and Classification 2015-2017. 10" Ed. Oxford:
Wiley Blackwell.
International Council of Nurses (2015). Internasional Classification
of Nursing Practice, Nursing Diagnosis and Outcomes
Statement. Geneva, Switzerland: International Council of
Nurses.
Newfield, S. A. Hinz M. Dai Tiley, Dr S. Sridaromont, K. ...
Maramba, P. J. (2012). Cox's Clinical Applications of
Nursing Diagnosis Adult, Child, Women's , Mental Health,
Gerontic, and Home Health Considerations. 6th Ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Definisi
Penyebab
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat
Subjektif
Objektif
1. Anemia
2. Gagal jantung kongesif
3. Penyakit jantung koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan muskuloskeletal
Referensi
Ackley, B. J. Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing
Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to
Planning Care. 11'" Ed. St. Louis: Elsevier.
Carpernito-Moyet, ... (2013). Nursing Diagnosis Application to
Clinical Practice. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
de Souza, V., Zeitoun, S. S., Lopes, C. T., de Oliveira, A. D.,
Lopes, J. L., & de Barros, A L. (2015). Clinical usefulness
of the definitions for defining characteristics of activity
intolerance, excess fluid volume and decreased cardiac
output in decompensated heart failure: a descriptive
exploratory study Journal Of Clinical Nursing, 24(17-18),
2478-2487 doi:10.1111/jocn. 12832.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing
Diagnosis Manual Planning, Individualizing and
Documenting Client Care. 4" Ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis
Definitions and Classification 2015-2017, 10' Ed. Oxford:
Wiley Blackwell.
Hurr. H. K., Park, S. M., Kim, S. S., et al. (2005). Activity
intolerance and impaired physical mobility in elders. Int J
of Nursing Terminologies and Classifications, 16(3-4), 47-
53.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tiley, D. S., Sridaromont, K. L.,
Maramba, P. J. (2012). Cox's Clinical Applications of
Nursing Diagnosis Adult, Child, Women's, Mental Health,
Gerontic, and Home Health Considerations. 6th Ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Rodrigues, C. G., Moraes, M.A., Sauer, J. M., Kalil, R. K., & de
Souza, E. N. (2011). Nursing diagnosis of activity
intolerance: clinical validation in patients with refractory
angina. International Journal of Nursing Terminologies
And Classifications: The Official Journal Of NANDA
International, 22(3), 117122. doi:10.1111/j.1744-
618X.2011.01182.x.
INTERVENSI KEPERAWAN
1. Diagnosa : resiko perfusi renal tidak efektif
Intervensi utama :
Pencegahan Syok I.02068
Tindakan
Observasi
- Monitor status kardio pulmonal (frekuwensi dan kekuatan
nadi, frekuensi nafas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,AGD)
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit,
CRT)
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa riwayat elergi
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan status oksigen
>94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika
perlu
- Lakukan skin test untuk mencegah reaksi elergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda
gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
Referensi
Tindakan
Observasi
- Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan
nadi, akral, pengisian kapiler , kelembapan mukosa,
turgor kulit, tekanan darah )
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum/sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan labolatorium
- Monitor status hemodinamik (mis:
- MAP,CVP,PAP,PCWP jika tersedia )
Terapiutik
- Catat intake-outputdan hitung balans cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Referensi
Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam
dalam 8 jam
- Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
- Kolaborasikan pemberian continuous renal replecement
therapy (CRRT), jika perlu
Referensi
Harvey, S., & Jordan, S. (2010). Diuretic therapy,
implications for nursing practice. Nursing Standard,
24(43),40-50.
Ignatavicius & Workman (2016). Medical Surgical Nursing.
Patient-Centered Collaborative Care (8* ed.). StLouis Mosby
Elsevier.
Ronca, C., Kaushik, M., Valle, R, et al. (2012). Diagnosis
and management of fuld overload in heart failure and cardio-
renal syndrome: the 5B approach. Seminars in Nephrology,
32(1), 129–141.
Wagner, K. D., & Hardin-Pierce. M. G. (2014). High Acuity
Nursing (6th ed.). Boston, MA: Prentice Hall, Inc.
Referensi
Bums, S. M.(2014). AACN essentiais of Critikal Carer
Nursing (3th ed.). New Yprk : McGraw-Hill Education.
Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical
Nursing Procedures (9thed). UK: The Royal marsden NHS
Foundation Trust.
Pinnindton, S., Ingleby, S., Hanumapura, P., & Waring, D.
(2016). Assessing and documenting fluid balance.
Nursing Standard, 31(15), 46.
Doi:http://dx.doi.org/10.7748/ns.2016.e10432.
Reid, J., Robb. E,. Stone, D., Bowen, P., Baker, R., Irving,
S., & Waller, M. (2004). Imprpving the monitoring and
assesment of fluid balance, nursing Times, 100920), 36-39.
Shepherd, A. (20111). Measuring and managing fluid
balance, Nursing Times, 107, 12-6.
Manajemen nutrisi I. 03119
Intervensi utama :
Tindakan
Observasi
Terapiutik
- Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan
eliminasi
- Dukung penggunaan toilet/commade/pispot/urinal secara
konsisten
- Jaga privasi selama eliminasi
- Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
- Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah digunakan
- Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
- Sediakan alat bantu (mis: kateter eksternal, urinal), jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB secara rutin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu
Referensi
Tindakan
Observasi
Terapiutik
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Referensi
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier &
Ert's Fundamentals of Nursing (100 od.). USA: Pearson
Education.
Tindakan
Observasi
- Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler , kelembapan
mukosa, turgor kulit, tekanan darah )
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum/sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan labolatorium
- Monitor status hemodinamik (mis:
- MAP,CVP,PAP,PCWP jika tersedia )
Terapiutik
- Catat intake-outputdan hitung balans cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Referensi
Referensi
Bums, S. M.(2014). AACN essentiais of Critikal Carer
Nursing (3th ed.). New Yprk : McGraw-Hill Education.
Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical
Nursing Procedures (9thed). UK: The Royal marsden NHS
Foundation Trust.
Pinnindton, S., Ingleby, S., Hanumapura, P., & Waring, D.
(2016). Assessing and documenting fluid balance.
Nursing Standard, 31(15), 46.
Doi:http://dx.doi.org/10.7748/ns.2016.e10432.
Reid, J., Robb. E,. Stone, D., Bowen, P., Baker, R., Irving,
S., & Waller, M. (2004). Imprpving the monitoring and
assesment of fluid balance, nursing Times, 100920), 36-39.
Shepherd, A. (20111). Measuring and managing fluid
balance, Nursing Times, 107, 12-6.
Ekspektasi : Meningnkat
Kriteria Hasil
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil
Luaran tambahan
Curah jantung L.02008 halaman 20
Definisi : keadekuatan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil
3. Diagnosa keperawatan :
gangguan eliminasi urine
Ekspektasi : membaik
Kriteria Hasil
Luaran tambahan :
Ekspektasi : membaik
Kriteria Hasil
Luaran utama:
Status Nutrisi L.03030 halaman 121
Definisi : Keadekuatan asupan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil
Luaran tambahan :
Berat Badan L.03018 halaman 17
Definisi : Akumulasi bobot tubuh sesuai dengan usia dan jenis
kelamin
Ekspektasi : membaik
Kriteria Hasil
Luaran utama :
toleransi aktivitas L.05047 halaman 149
Definisi : Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan
tenaga
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil
Luaran tambahan
Ambulasi L.05038 halaman 16
Definisi : aktivitas berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya
secara mandiri baik dengan atau tanpa bantuan alat
Ekspetasi : Meningkat
Kriteria Hasil