15 Marzela Pramathania 203110135 2A KMB (Buk Defiaroza)
15 Marzela Pramathania 203110135 2A KMB (Buk Defiaroza)
ASKEP PERIOPERATIF
Disusun Oleh:
Marzela Pramathania
203110135
2A
Dosen Pembimbing:
NS.Hj.Defia Roza,S.Kep.M.Biomed
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat
kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Makalah yang berjudul
“Keperawatan Perioperatif” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Dimana, nantinya akan lebih mudah bagi
mahasiswa untuk memahami isi dari Makalah dan dapat menjadi bahan ajar
tambahan bagi dosen maupun mahasiswa.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang tentunya bersifat membangun demi kelengkapan makalah yang kami
susun. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya,
jika terdapat kesalahan dengan rendah hati penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien
dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan
yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah
operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan
klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan
sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu
penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari
ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting,
karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang
baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut
diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah –
langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. Tujuan
Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan Keperawatan
pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF
A. Pengertian
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan-praoperatif,
intraoperatif, dan pascaoperatif. Masing-masing dari setiap fase ini dimulai
dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan danstandard praktik keperawatan.
C. Tujuan/indikasi
Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya
adalah:
1. Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi
2. Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami
Inflamasi.
3. Reparatif : Memperbaiki luka multiple.
4. Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik
5. Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh : pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.
F. Penutupan Luka
Penutupan luka dapat dibagi menjadi primer, sekunder, atau tersier.
Penutupan luka dengan primery intention digunakan untuk luka bersih yang
di tepi-tepinya dapat dengan tepat didekatkan satu sama lain. Penutupan
dengan secondary intention digunakan untuk luka yang menyebabkan
kehilangan jaringan. Penutupan dengan third intention yang juga disebut
sebagai penutupan primer tertunda terjadi jika dua permukaan jaringan
granulasi saling didekatkan dengan cara penyatuan primer. Metode ini sering
digunakan pada luka yang kotor atau terinfeksi.
Penutup luka mengacu kepada pendekatan jaringan untuk memulihkan
anatomi normal setelah pembedahan atau trauma. Tujuan penutupan adalah
mempercepat penyembuhan dan memulihkan fungsi sementara memperkecil
risiko infeksi dan pembentukan jaringan parut.
G. Anestesi
1. Anestesi Lokal
Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak
hal. Misalnya, perawatan kecantikan seperti sulam bibir, sulam alis, dan
liposuction, kegiatan sosial seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi
geraham terakhir atau gigi berlubang, mengangkat mata ikan, hingga
merawat luka terbuka yang disertai tindakan penjahitan. Anestesi lokal
merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara kerjanya hanya
menghilangkan rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan.
2. Anestesi Regional
Anestesi jenis ini biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah
yang pasiennya perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek
samping operasi yang lebih besar, bila pasien tak sadar. Misalnya, pada
persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada lengan dan tungkai.
Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama
pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam
tulang belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls
saraf di area itu. Sensasi nyeri yang ditimbulkan organ-organ melalui
sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister sebagai sensasi
nyeri di otak. Dan sifat anestesi atau efek mati rasa akan lebih luas dan
lama dibanding anestesi lokal.
3. Anestesi Umum
Anestesi umum atau bius total adalah anestesi yang biasanya
dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan
pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang. Misalnya pada kasus bedah
jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan
lainnya.
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PERIOPERATIF
A. Pre-Operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu,
kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan
anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot,
antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang
mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang
berpengaruh pada ketidak seimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status
nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah
adalah :
1) Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2) Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau
anestesi.
3) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
4) Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2) Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3) Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan
persiapan psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan
penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut,
kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki,
latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.
2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari
sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan
makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,
sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi
3) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang
akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,
maka harus dicukur.
4) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi
pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan
karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan
melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan
diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama
hingga 3 kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
5) Latihan Kaki
7) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami
tromboplebitis
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam memahami masalah atau
kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada
kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi
pad infeksi atau cedera lainnya.
B. Intra operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan
posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup
aspek pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, sistem, kardiovaskuler,
keseimbangan cairan, dan pernapasan selain itu, lakukan pengkajian terhadap
tim dan istrumen pembedahan serta anestesi yang diberikan.
1) Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah
adalah resiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur
pembedahan.
2) Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari
tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
a) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan seperti
pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu ,
celemek, dan sarung tangan, serta pencucian tangan.
b) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan
pembedahan.
c) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
3. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya
perubahan tanda vital, kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
C. Pasca operatif
1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas,
sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang
digunakan dalam pembedahan.
2. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka
pembedahan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sebagai
dampak anestesi.
c. Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
d. Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
e. Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
f. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
g. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan yang
menurun.
h. Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri
yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan
makanan yang tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat
membantu pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas dinding
kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik,
kemudian hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik
napas melalui hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian
keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada
pasien yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk
terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna
memperlancar vena balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan
dan output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya
peningkatan proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna, sistem
sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta
tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.
BAB IV
TINDAKAN KEPERAWATAN PREOPERATIF
A. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi
buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah
sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan di antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit
terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika
ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut,
dan nefritis akut, maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
6. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
B. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun
aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi
akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa muncul pada
pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan
pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
2. Inform Concent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum
dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi)
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat
pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan
pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat
dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun
keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam
prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.
Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-
betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
2. Alat Kesehatan
a. Alat steril
Set dasar yang disiapkan (basic instrument set) Terdiri dari :
- Desinfeksi klem (Sponge holding forceps) 1 buah
- Duk klem (Towel forceps) 5 buah
- Pemegang pisau (Handvat mes/Knife)
- handle no 3 1 buah
- Pincet anatomi 2 buah
- Pincet chirurrgie 2 buah
-Arteri klem van pean lurus 2 buah
- Arteri klem van pean bengkok (Chrom klem) 5 buah
- Arteri klem van kocher 4 buah
-Gunting Benang ( Ligature Scissors ) 1 buah
-Gunting Metzembum 1 buah
- Nald Voerder 2 buah
- Woundhag gigi 4 tajam 2 buah
- Langenbeck 2 buah
- Tambahan khusus : Beckock 1 buah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan
kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga
paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh, pasien
merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.Dalam fase
penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga
dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.
Daftar Pustaka
https://books.google.co.id/books?
id=7C6a2aaZV60C&printsec=frontcover&dq=askep+perioperatif&hl=id&sa=X&
redir_esc=y#v=onepage&q=askep%20perioperatif&f=false
http://repository.borneo.ac.id/index.php?p=show_detail&id=471&keywords=
https://id.scribd.com/document/365683009/makalah-keperawatan-perioperatif