Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian Organik merupakan teknologi budidaya tanaman yang pada
penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi
perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan
memutuskan mata rantai makhluk hidup. Pertanian organik melibatkan kegiatan
usahatani secara menyeluruh dari proses produksi sampai proses pengolahan
hasil yang dikelola secara alami dan ramah lingkungan tanpa penggunaan bahan
kimia sintetis dan rekayasa genetik sehingga menghasilkan produk yang sehat
dan bergizi. Prospek pertanian organik di masa mendatang mempunyai peluang
usaha yang sangat baik dan cerah, karena kesadaran konsumen untuk
menkonsumsi sumber makanan yang sehat, bergizi dan aman semakin
meningkat. Hasil produksi dari pertanian organik lebih bermutu dibanding dengan
budidaya konvensional. Beberapa kriteria yang mempunyai nilai lebih antara lain
rasa lebih enak, lebih tahan lama (awet) disimpan, warnanya lebih menarik dan
pasti lebih sehat karena tidak mengandung residu bahan-bahan kimia.
Ketika bahan kimia sintetis dihindarkan dalam prosesnya, maka
pemanfaatan bahan-bahan alami mutlak dalam sistem pertanian organik. Bahan
penyubur tanah (pupuk) serta pengendali hama, penyakit dan gulma diperoleh
dengan memanfaatkan biomassa yang tersedia di alam. Biomassa yang berasal
dari ternak pun harus merupakan ternak organik yang tidak mengkonsumsi
pakan berupa konsntrat anorganik maupun telah melalui proses perlakuan
hormonal. Pupuk organik merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam
mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik
atau anaerobik (Wikipedia.org). Kompos memiliki kandungan hara NPK yang
lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-
senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Penggunaan pupuk alami (padat dan cair) sebagai penutrisi tanaman
dapat menjadi salah satu strategi peningkatan nilai tambah limbah pertanian
yang dihasilkan dari prosesnya, baik nilai manfaat maupun ekonominya. Setiap
unit produksi, baik produksi bahan baku (raw material) maupun produk siap
pakai/ konsumsi, menghasilkan produk samping yang dikenal sebagai limbah,
yang berpotensi besar sebagai pencemar jika tidak dikelola dengan baik.

1
Komponen utama limbah pertanian adalah bahan organik, yang dapat diolah
menjadi bermacam produk turunan secara biologis, baik pangan, pakan, maupun
pupuk organik. Limbah pertanian dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk, yang bersifat ekonomis dan tersedia dalam jumlah melimpah.
Selain limbah pertanian, limbah peternakan juga dapat digunakan sebagai bahan
utama pembuatan pupuk bokashi.
Limbah dapat menjadi komoditas yang sangat menguntungkan untuk
dikelola atau diindustrialisasikan, baik bagi peningkatan kesejahteraan maupun
kesehatan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan
keterampilan untuk dapat memproses limbah menjadi pupuk dengan baik dan
benar sesuai dengan SNI pangan organik.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara memproses pupuk bokashi dan komponen-
komponen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk bokashi.

1.3 Manfaat
Manfaat dari memproses bokashi yaitu dapat mengetahui cara
pembuatan pupuk bokashi secara langsung.
.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik


Menurut Yuliarti (2009) pupuk oganik merupakan hasil akhir dari
penguraian bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang (makhluk hidup)
misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan lain
sebagainya. Proses penguraian senyawa organik oleh bakteri menjadi pupuk
dapat digambarkan sebagai berikut:
anaerob
Bahan organik CH4 + hara + humus
Mikroorganisme
Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga
sering disebut juga dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana
bahan-bahan organik mengalami penguraian secara biologis , khususnya oleh
mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Menurut J.H.Crawford (2003) kompos adalah hasil penguraian tidak
lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau an
aerobik (Aryantha dkk,2010). Pupuk organik yang dibuat melalui proses
pengomposan tidak lain merupakan produk akhir dari proses dekomposisi bahan
organik oleh mikroba. Dekomposisi bahan organik sebenarnya tidak saja
dilakukan oleh mikroba saja tetapi juga oleh cacing dan insekta tanah.
Pupuk organik memiliki beberapa sifat antara lain :
1. Mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
3. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme didalam tanah.
4. Sumber hara bagi tanah.
5. Ramah lingkungan
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman.

3
2.2 Jenis-jenis Pupuk Organik
A. Pupuk Organik Padat
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan
yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik padat dibedakan lagi
menjadi Kotoran ternak (pupuk kandang), humus, kompos dan pupuk hijau
1. Pupuk Kotoran Ternak (Pupuk Kandang)
Secara umum setiap ton pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5
dan 5 kg K2O serta unsur – unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif
kecil (Hardjowigeno, 2003). Semakin banyak kandungan unsur hara nitrogen
bahan baku semakin cepat terurai. Hal ini disebabkan jasad renik pengurai
memerlukan unsur hara nitrogen untuk perkembangannya. Unsur hara nitrogen
digunakan oleh mikroorganisme untuk sintesis protein dan pembentukan
protoplasma. 40-50% protoplasma. tersusun dari senyawa yang mengandung
unsur hara nitrogen. Kotoran sapi mengandung unsur hara makro seperti
nitrogen, fosfor, dan kalium tiap kotoran memiliki kandungan unsur hara yang
berbeda. Kandungan unsur hara berbagai kotoran ternak tertera pada tabel.
No Ternak Dan Kotorannya N (%) F (%) K (%) Air (%)
1
Kuda -Padat 0,55 0,30 0,40 75
Kuda - Cair 1,40 0,02 1,60 90
2 Kerbau -Padat 0,60 0,30 0,34 85
Kerbau - Cair 1,00 0,15 1,50 92
3 Sapi -Padat 0,40 0,20 0,10 85
Sapi - Cair 1,00 0,50 1,50 92
4 Kambing -Padat 0,60 0,30 0,17 60
Kambing - Cair 1,50 0,13 1,80 85
5 Domba -Padat 0,75 0,50 0,45 60
Domba - Cair 1,35 0,05 2,10 85
6 Ayam -Padat/Cair 1,00 0,80 0,40 55
2. Pupuk Hijau
Pupuk hijau diartikan sebagai hijauan muda dan dapat sebagai
penambah N dan unsur – unsur lain atau sisa – sisa tanaman yang dikembalikan
ke tanah. Pupuk hijau tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk
kandang, apabila jumlah pupuk kandang sedikit sedangkan tanah sangat
memerlukan pupuk organik. Tanaman pupuk hijau harus memenuhi syarat –
syarat sebagai berikut:
a. Cepat tumbuh dan banyak menghasilkan bahan hijauan.
b. Sukulen, tidak banyak mengandung kayu.
c. Banyak mengandung N.

4
d. Tahan kekeringan.
e. Bila sebagai tanaman sela maka dipilih jenis yang tidak merambat.
Berdasarkan sumbernya, pupuk hijau dapat dikategorikan menjadi
beberapa kategori antara lain:
a. Sisa Tanaman
Sisa tanaman merupakan bagian dari tanaman sisa panen yang
jarang dimanfaatkan oleh para petani padahal pada sisa tanaman ini
terdapat sumber hara bahan organik. Sisa tanaman ini merupakan sumber
bahan organik yang paling ekonomis dikarenakan merupakan hasil
sampingan dari kegiatan usaha tani. Adapun total hara yang terkandung
dalam sisa panen kecuali akar dapat dilihat pada tabel berikut:
Total Hara Dalam Sisa Tanaman Kecuali Akar
S
Tanaman N P K Ca Mg
(Kg/ha
(Kg/ha) (Kg/ha) (Kg/ha) (Kg/ha) (Kg/ha)
)
Kacang-kacangan
K. Tunggak 25 2 21 17 8 6
K. Tanah 70 5 59 60 17 16
K. Hijau 35 3 54 18 9 7
Kedelai 15 2 13 1 2 6
K. Panjang 65 6 33 23 16 8
Biji-bijian
Jagung Hibrida 45 7 58 7 12 6
Jagung Lokal 25 4 32 4 7 4
Padi Unggul 30 2 93 10 6 1
Padi Lokal 15 2 49 5 3 1
Umbi-umbian
Singkong 61 5 41 42 11 6
Kentang 39 8 46 9 4 5
Ubi Jalar 30 5 29 4 2 3
B. Pupuk Kompos
Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Pada
dasarnya, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan bagian dari kompos. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos diantaranya adalah jerami, sekam
padi, pelepah pisang, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung dan sabuk
kelapa. Sementara itu, bahan dari hewan ternak yang sering digunakan untuk
kompos diantaranya kotoran ternak, urin, pakan ternak yang terbuang dan cairan
biogas (Hadisuwito,2012).
C. Humus

5
Humus adalah material organik yang bersal dari degradasi maupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk dan
akhirnya mengubah humus menjadi bunga tanah dan kemudian menjadi tanah.
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman serta berperan baik bagi
pembentukan dan menjaga struktur tanah. Sedangkan kandungan utama dari
kompos adalah humus, humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan
tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.
D. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsure. Kelebihan dari pupuk organik
ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah
dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika
dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan sesering mungkin.
Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang
diberikan ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
(Hadisuwito,2012).
Adapun klasifikasi pupuk organik cair adalah sebagai berikut:
1. Pupuk Kandang Cair
Pupuk kandang dapat pula digunakan dalam bentuk cair. Pupuk kandang
cair dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu
diaduk.Setelah larutan tercampur rata simpanlah di tempat yang teduh dan tidak
terkena sinar matahari langsung dengan memberi penutup/pelindung. Biarkan
agar terjadi proses fermentasi seblum digunakan. Penyimpanan pupuk kandang
cair dilakukan dalam kondisi tertutup agar udara tidak dapat masuk. Hal ini
dilakukan untuk menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk gas amoniak yang
menguap. Dengan menyimpannya terlebih dahulu sebelum digunakan akan
meningkatkan kandungan fosfat dan membuat kandungan hara menjadi
seimbang. Penggunaan pupuk kandang cair juga akan meningkatkan efisiensi
penggunaan fosfat oleh tanaman (Hadisuwito,2012)
2. Pupuk Organik Cair Dari Urine Sapi
Pupuk organik Cair (POC) yang salah satu bentuknya berupa kompos
cair dapat dibuat secara sederhana. Pembuatan pupuk cair untuk diolah menjadi
produk lain yang lebih berguna masih sangat jarang dilakukan, padahal produksi

6
urin sapi dari seekor sapi dewasa mencapai kurang lebih delapan liter per hari.
Prinsip pembuatan pupuk cair dengan menggunakan urin sapi adalah
menambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa organik
yang terkandung di dalam urin tersebut sehingga bisa langsung dimanfaatkan
oleh tanaman. Urin sapi yang digunakan untuk diolah menjadi pupuk cair yang
paling baik adalah urin sapi murni segar, urin sapi ini belum tercampur dengan
cemaran lain yang ada dalam kandang seperti feses, sisa pakan, dan sisa air
minum.
3. Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing
Pada pembuatan biourine kambing, kandungan unsur K melonjak menjadi
1.770 ppm dibanding 759 tanpa perlakuan. C-organik naik menjadi 3.773 ppm
dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89% dibanding 0,34%. Tetapi unsur P turun
menjadi 89 ppm dibanding 94 ppm. Penurunan unsur P pada biourine
disebabkan inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Sehingga perlu
dicarikan mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam proses
fermentasi biourine. (Ricobain, 2011)
E. Biogas
Gabungan dari fermentasi bahan organik cair dengan bahan organik
padat dikenal dengan istilah biogas. Bahan baku pembuatannya berasal dari
manusia, hewan,dan tumbuhan. Pada dasarnya penggunaan biogas memiliki
keuntungan ganda, yaitu gas metana yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai
bahan bakar. Selain itu, limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan sebagai
residu bisa digunakan sebagai pupuk. (Hadisuwito,2012)
F. Pupuk Cair Limbah Organik
Pada dasarnya, limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk. Sama seperti limbah padat organik, limbah cair banyak
mengandung unsur hara, khususnya NPK dan bahan organik lainnya.
Penggunaan pupuk dari limbah ini dapat membantu memperbaiki struktur dan
kualitas tanah. (Hadisuwito,2012).
G. Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari sampah atau limbah, baik
sampah rumah, limbah industri dan sebagainya atau dari bahan organik.Masalah
sampah khususnya di kota-kota diseluruh Indonesia sekarang ini telah menjadi
suatu suatu hal yang pelik, karena sampah dapat menjadi permasalahan sosial
dan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, tidak terkecuali masyarakat

7
pinggiran kota yang sering kali dijadikan tempat penampungan sampah, tempat
pembuangan akhir yang disingkat tpa ( Mutaqin, dkk, 2010).
H. Pupuk Bokashi
Bokashi didefinisikan sebagai metode pengomposan yang dapat
menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan
organik, yang biasanya berupa campuran tetes tebu (molasses), air,
starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat
digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini
dapat diulang dengan cara yang lebih efisien.
Starter yang digunakan sangat bervariasi, dapat diinokulasikan dari
material sederhana seperti kotoran hewan,  jamur ,  spora jamur , cacing , ragi ,
acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan bir, sepanjang material tersebut
mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan. Dalam
proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah dapur umumnya menjadi
material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang
menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit
gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000). Mikroorganisme starter umumnya
berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam
komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan mempercepat
pembusukan materi organik.
Umumnya pengomposan berlangsung hingga 7-14 hari dimana kompos
yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya. Kompos
bokashi akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat.
Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di
dalam tanah. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat
proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam.
Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah
podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk
density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003).

8
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BOKASHI
Pupuk Bokashi adalah pupuk organik hasil fermentasi dengan teknologi larutan
POC (Pupuk Organik Cair) yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan
pertumbuhan pathogen dalam tanah, efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman. Adapun Standar Operasional Prosedur Pembuatan Bokashi adalah :
3.1 Alat
Alat yang digunakan praktek pembuatan pupuk bokashi di Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang dapat dilihat pada tabel.
No Nama Alat Kegunaan
.
1. Kayu Untuk mengaduk/mencampur bahan yang akan dibuat pupuk
bokashi
2. Timbangan Untuk menimbang bahan yang digunakan
3. Thermometer Untuk mengukur suhu bokashi
4. Karung Sebagai tempat menyimpan bahan yang telah dipotong kecil-
kecil
5. Terpal Untuk menutup pupuk bokashi
6. Sekop Untuk mengaduk/mencampur bahan yang akan dibuat pupuk
bokashi
7. Garpu Untuk mengaduk/mencampur bahan yang akan dibuat pupuk
bokashi
8. Ember Untuk mengaduk stater
9. Cangkul Untuk mengaduk/mencampur bahan yang akan dibuat pupuk
bokashi
10. Gembor Untuk menyiram bahan pupuk bokashi
11. Sarung Tangan Sebagai pelindung tangan
12. Masker Sebagai pelindung mulut
13. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
14 Alat tulis Untuk menuliskan hasil pengamatan

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan praktek pembuatan pupuk bokashi di Politeknik
Pembangunan Pertanian Malang dapat dilihat pada tabel.
No Bahan Kegunaan Komposisi

9
1. Starter Sebagai starter mikroorganisme untuk pembuatan 2,5 ml
pupuk bokashi
2. Kotoran Sapi Sebagai bahan pembuatan pupuk bokashi 12,5 kg
3. Dedak halus Sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme yang 2,5 kg
berperan dalam proses fermentasi
4. Tetes Sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang 6,5 ml
berperan selama proses fermentasi
6. Air Sebagai pelarut gula Secukupnya

10
ALUR PEMBUATAN PUPUK BOKASHI

IDENTIFIKASI PUPUK ORGANIK DESKRIPSI KARAKTERISTIK DESKRIPSI BAHAN BAKU


Pupuk Kandang :
Berasal dari kotoran ternak : kuda, kerbau, sapi, - MENGENALI BENTUKNYA LIMBAH TANAMAN:SAMPAH, PUPUK HIJAU,
kambing, domba, ayam CAMPURAN, MULSA, JERAMI, LIMBAH SAWIT,
:BASAH/CAIR dan KERING/PADAT
Pupuk hijau : BUNGKIL,DEDAK, DLL
(Granule atau pelet)
Berasal dari tanaman, bagian dari tanaman,
biasanya yg masih muda - PERLU MENGENALI
KOTORAN TERNAK:SAPI, KERBAU, KUDA, KERBAU,
Kompos : KANDUNGANNYA : Kandungan
KAMBING, DOMBA, KAMBING ATAU AYAM
Merupakan hasil suatu proses fermentasi unsur hara pd kotoran ternak
tumpukan sampah, seresah, sampah dapur, padat dan cair
pasar sayur yg menyebabkan proses Pelapukan CAMPURAN :TANAMAN DAN KOTORAN TERNAK
- PERLU MENGENALI
dan penguraian
KANDUNGANNYA : ◦ MIKRO-ORGANISME
Pupuk Organik lainnya :
Bisa limbah pembuatan minyak seperti Kandungan unsur hara pd pupuk
bungkil, limbah jamur tiram.

MEMILIH TEKNIK PEMBUATAN


MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN MEMBUAT PUPUK ORGANIK PADAT :
 PUPUK HIJAU
Setelah Bahan Ditetapkan Dan Teknik  MEMBUAT PUPUK KANDANG
Pembuatan Ditentukan Maka Dapat  MEMBUAT KOMPOS :, Bokashi, Bokhasi Super, Fine
Disiapkan : compost, Bioaktif, skala rumah tangga

 Alat Yang Diperlukan MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR (POC):


 DARI PUPUK HIJAU
 Bahan Yang Akan Digunakan  DARI KOMPOS
 DARI PUPUK KANDANG

11
STANDARD OPERASIONAL
MEMBUAT PUPUK ORGANIK/BOKASHI KOTORAN SAPI

MEYIAPKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) SESUAI DENGAN


PERATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MEMASTIKAN ALAT YANG AKAN DIGUNAKAN TERSEDIA DALAM


KONDISI BAIK SESUAI DENGAN SNI

MENYIAPKAN BAHAN YANG DIGUNAKAN SESUAI SNI

MEMBUAT BOKASHI KOTORAN SAPISESUAI DENGAN PROSEDUR

MENGEMAS DAN MENYIMPAN BOKASHI YG TELAH DIBUAT SESUAI


SNI

MEMBERSIHKAN ALAT YANG TELAH DIGUNAKAN

12
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK/BOKASHI KOTORAN TERNAK

Molases/ Air Gula + Feses (Kotoran sapi)


EM 4 + Air + Dedak

Dicampur secara merata dan


perlahan-lahan

Kandungan air campuran


Adonan tersebut 30-35%

Dimasukkan dalam ember Diletakkan di atas lantai dan


atau karung ditumpuk

Ditutup Karung Goni Atau


Terpal

Kontrol suhu 40-50% tiap hari,


bila melebihi 50%, maka
tumpukan dibolak balik
(dianginkan), didiamkan lalu tutup
kembali

SIAP DIGUNAKAN

13
BAB IV
PEMROSESAN

1. Pengenalan Alat dan Bahan


Sebelum memproses pupuk organik maka tahap awal adalah melakukan
pengenalan alat dan bahan yang digunakan.
2. Pengaktifan starter
Pengaktifan starter yang akan digunakan untuk pemrosesan pupuk organik
bokashi kotoran sapi.
3. Pencampuran
Pencampuran pupuk kandang dengan sampah organik dan bekatul dalam
proses pembutan pupuk
4. Penyiraman Aktivator dan Pencampuran
Aktivator yang digunakan berasal dari MOL guna mempercepat
pengomposan yang telah dicampur dengan air dan tetes
5. Penutupan Pupuk
Penutupan pupuk dalam proses dekomposisi dapat menggunakan terpal,atau
tutup dari bahan organik seperti jerami, daun pisang kering dll.
6. Pengemasan Pupuk
Pengemasan pupuk dapat menggunakan kemasan dari karung sack atau
mengunakan plastik.
7. Penyimpanan Pupuk
Pupuk yang sudah jadi disimpan ditempat yang kering dan ternaungi serta
dipisahkan dari pupuk yang belum jadi dan segala jenis pupuk kimia.

14
BAB V
PENUTUP
Dalam memproses pupuk organik harus runtut dan mengikuti SOP yang
telah ditetapkan.Pupuk organik merupakan pupuk yang murah dan ramah
lingkungan.Pupuk organik terdiri dari beberapa jenis yaitu: pupuk kompos, pupuk
kandang, pupuk hayati, pupuk cair, pupuk seresah, pupuk hijau, mikroba
penyubur tanah, pupuk hayati, dan humus. Tanda-tanda Pupuk kompos siap
pakai strukturnya sudah hancur, penyusutan berat, suhu kompos mendekati
suhu udara, bau seperti tanah.

15
DOKUMENTASI

Gambar 1. Menyiapkan Pembuatan Pupuk Organik

Gambar 2. Pembuatan Pupuk Organik

Gambar 3. Pengemasan

16
DAFTAR PUSTAKA

Marpaung, A. (2014). Pemanfaatan Pupuk Organik Padat dan Pupuk Organik


Cair Dengan Pengurangan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea Mayz. L). Jurnal Saintech , 1-8.
Mulyono. (2016). Membuat Mikroorganisme Lokal dan Kompos Dari Sampah
Rumah Tangga. Jakarta Selatan: PT Agro Media Pustaka.
Nugroho, P. (2014). Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Bantul ,Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Roidah, I. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1 , 1-13.

17

Anda mungkin juga menyukai