Oleh :
CHAI SHI HUI
120 100 532
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Oleh :
CHAI SHI HUI
120 100 532
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Tonsilitis merupakan proses peradangan pada tonsil
palatina yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri or virus. Penyakit ini
sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa pada semua kelompok usia. Infeksi ini
ditransmisi melalui udara, kontak langsung atau perkongsian makanan minuman
dengan orang yang terinfeksi.
METODE: Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif dan lokasi penelitian
adalah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji AdamMalik, Kota Medan. Populasi
penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosa dengan tonsilitis periode
Januari 2014 hingga Desember 2014 dengan jumlah 84 kasus yang memenuhi
kriteria inklusi.
HASIL: Tonsilits kronis (92,9%) merupakan jenis tonsilitis yang paling sering
dijumpai. Berdasarkan kelompook usia, yang paling banyak adalah kelompok usia
12-25 tahun dengan jumlah 36 orang (42,9%). Tidak ada perbandingan signifikan
antara jenis kelamin laki-laki (51,2%) dan perempuan (48,8%), pekerjaan dengan
frekuensi tertinggi adalah mahasiswa/pelajar dengan jumlah 43 orang (51,2%) dan
ukuran tonsil yang terbanyak adalah ukuran tonsil T2/T2 (31,6%). Dari 84 kasus
dijumpai 24 kasus yang dilakukan tonsilektomi.
KESIMPULAN: Dari penelitian ini adalah tonsilitis kronis lebih sering dijumpai
dengan kelompok usia paling banyak kelompok remaja dan tidak ada
perbandingan signifiakn amtara jenis kelamin
ABSTRACT
BACKGROUND: Tonsillits is an inflammatory process of palatine tonsil
commonly caused by bacterial or viral agents. This disease predominantly occurs
in children but may affect any age group. This infection can be transmitted
through airborne droplet, hand-to-hand contact or sharing food, drinks with
infected people.
METHODS: This study used a descriptive method and was conducted in Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Population of this study is all
patient diagnosed with tonsillitis from January 2014 to December 2014 with 84
cases that met the inclusion criteria
RESULTS: Chronic tonsillitis (92,9%) is the most common among all tonsillitis.
According to age group, between 12 to 25 years old have the highest frequency
with 36 people (42,9%). There is no significant difference between guys (51,2%)
and girls (48,8%). Highest frequency found in student with 43 people (51,2%).
T2/T2 (32,1%) tonsillar size is mostly found compared to other tonsilar size. Out
of 84 cases, there are 24 tonsillectomy cases found.
CONCLUSION: From this research, chronic tonsillitis are more commonly found
and age group 12-25 years have higher frequency with no significant difference
between gender.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Prevalensi Tonsilitis di Rumah Sakit Haji
Adam Malik tahun 2014. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini,
penulis telah banyak ucapan rasa terima kasih kepada:
9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Perdarahan
Aliran darah kutub bawah tonsil diperdarahi oleh arteri lingualis (anterior),
arteri palatine asenden (posterior) dan diantara kedua daerah diperdarahi oleh
areteri tonsilaris cabang dari arteri fasialis (Novialdi 2011). Kutub bawah tonsil
mendapatkan perdarahan dari arteri faringeal (posterior) dan arteri lesser palatine
(anterior). Aliran balik melalui pleksus vena sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faringeal (Cummings 2005).
2.1.3. Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga cabang desenden lesser palatine nerve (Cummings 2005).
2.2. Tonsilitis
2.2.1. Definsi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina yang ditandai dengan
peradangan tonsil, sakit tenggorok, gangguan menelan, dan pembesaran ringan
kelenjar limfe leher (Klarisa & Fardizza 2014).
Tonsilitis akut adalah infeksi akut pada palatine tonsil. Tonsilitis akut lebih
sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa pada orang dewasa juga (Sidell &
Shapiro 2012). Menurut Palandeng, Tumbel dan Dehoop tahun 2014, tonsilitis
kronis disebabkan oleh kegagalan atau pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat.
2. Tonsilitis Membranosa
a) Tonsilitis difteri
Tonsilitis difteri biasanya disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphteriae. Kuman ini termasuk dalam kuman batang gram positif. Bakteri
ini menghasilkan endotoksin yang dapat menyebabkan nekrosis sel epitel
3. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis biasanya disebabkan bakteri seperti Streptokokus alfa dan
beta hemolitikus, S aureus, H influenza dan Bacteriodes (Klarisa &
Fardizza 2014). Faktor prediposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah higiene
mulut yang buruk dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
(Rusmarjono & Efiaty 2007). Salah satu faktor resiko terhadap episode
eksaserbasi akut pada tonsilitis kronis adalah H. pylori. Didapatkan bahwa
infeksi H. pylori akan meningkatkan kejadian episode eksaserbasi akut >7
kali per tahun sebesar 1,146 dibanding yang tidak (Surono 2009).
2.2.3. Patogenesis
Biasanya masa inkubasi tonsilitis bakterial adalah 2-4 hari. Infeksi ini bisa
ditransmisikan melalui udara (airborne droplets), perkongisan makanan minum
dengan orang yang terinfeksi atau melalui kontak tangan dan ciuman
(Bhattacharyya & Patel 2012). Tonsil berperan sebagai filter bakteri atau virus
yang masuk. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel apabila lapisan epitel terkikis
menyebabkan keluarnya leukosit polimorfonuklear. Kumpulan leukosit, bakteri
a. Nyeri tenggorok
b. Sulit menelan (Disfagia)
c. Nyeri menelan (Odinofagia)
d. Demam
e. Nyeri di telinga
f. Penurunan nafsu makan
g. Halitosis
h. Eritema dan pembesaran tonsil
i. Drooling (pada anak-anak)
j. Obstruksi jalan nafas (kasus berat)
k. Mendengkur (kasus berat)
l. Skin Rash (jarang)
2.3.5. Diagnosa
Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil bengkak, hiperemesis dan terdapat
dentritus berbagai bentuk (Rusmarjono & Efiaty 2007). Pada tonsillitis viral
akibat infeksi virus coxsachakie dapat dijumpai luka-luka kecil pada palatum dan
tonsil. Pada tonsilitis difteri dapat dijumpai bercak putih keabu-abuan.
Perlu dilakukan penilaian tonsil. Menurut Sidell dan Shapiro (2012) &
Klarisa dan Fardizza (2014), ukuran tonsil dapat dikelompokkan sebagai berikut :
T1: tonsil tidak melewati pilar faring posterior (0-25% ; 1+)
T2: tonsil melewati pilar posterior namun tidak melewati garis
pertengahan (imajiner antara uvula dan pilar posterior) (25-50% ;
2+)
T3: tonsil mencapai garis pertengahan antara uvula dan pilar posterior
(50-70% ; 3+)
T4: tonsil saling menempel (kissing tonsil) atau mendorong uvula (75-
100% ;4+)
2.3.6. Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
Pilihan Terapi Tonsilitis :
Tabel 2.2 Pilihan terapi dengan alergi penisilin (Klarisa & Fardizza, 2014)
Dewasa Anak
Azitromycin 1x500mg PO selama 5 hari Azitromycin 1x12mg/kg PO selama 5
hari
Clarithromycin 2x250mg PO selama 10 Clarithromycin 2x250mg PO selama
hari 10 hari
Erythromycin 4x500mg PO selama 10 Erythromycin 4x20mg PO selama 10
hari hari
Clindamycin 20mg/kg/hari dalam 3 dosis Clindamycin 20mg/kg/hari dalam 3
selama 10 hari dosis selama 10 hari
Levofloxacin 1x500mg PO selama 7 hari
Terapi Suportif
Steroid per oral atau intramuskular pada dewasa atau anak-anak
menunjukan pembaikan symptom dengan efek samping yang minimal dan tidak
ada efek negative pada perkembangan penyakit. Pemberian dexamethasone
(10mg), betamethasone (8mg) atau prednisone (60mg) dapat meringankan rasa
nyeri pada tonsilitis akut (Stelter 2014).
Terapi Non-Farmakologi
Menurut Bhattacharyya dan Patel (2012) istirahat yang cukup dapat
mempercepat pasien sembuh dan mencegah penderita dari penyakit tonsilitis.
Selain itu, dengan memperbaiki higienitas mulut dan menggunakan obat kumur
(mouthwashes) dapat mengurangi resiko terjadinya tonsilitis (Klarisa & Fardizza
2014).
Terapi Pembedahan
Indikasi tonsilektomi berdasarkan American Academy of Otolaryngology
& Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun 2011 :
Tabel 2.3 Paradise Criteria untuk tonsilektomi (Randell 2011) dan (Wetmore &
McGil 2012)
Kriteria Definisi
Frekuensi infeksi tenggorok berulang 7 episode dalam 1 tahun terakhir ATAU
multiple antibiotic, stomatitis, faringitis, dan adenitis atau riwayat dengan abses
peritonsilar. Pertimbangkan tonsilektomi pada anak-anak dengan gangguan tidur
dan bernapas yang lebih, bila terdapat enuresis, retardasi pertumbuhan, dan
performa sekolah yang menurun. Kontraindikasi dilakukan tonsilektomi berupa
anaemia, infeksi akut, penyakit lainnya yang tidak terkontrol dan perdarahan
(Randell 2011) dan (Wetmore & McGil 2012). Komplikasi tersering adalah
perdarahan sewaktu atau pascaoperasi (Baugh et al. 2011).
2.3.7. Komplikasi
1. Obstruksi jalan nafas
Pembesaran tonsil akibat peradangan kemungkinan besar menyebabkan
obstruksi jalan nafas (Sidell & Shapiro 2012). Timbul tanda-tanda obstruksi jalan
nafas yang tampak dengan berhentinya bernapas atau mendengkur saat bernafas
(Klarisa & Fardizza 2014).
2. Abses Peritonsilar
Abses peritonsilar terjadi sebagai kompliksai dari tonsilitis akut atau
infeksi bersumber dari kelenjar mukus weber di kutub atas tonsil. Terjadi sebagai
akibat penjalaran infeksi. Biasanya kuman penyebab sama dengan tonsilitis
(Fachruddin 2007).
2.3.8. Pencegahan
Menurut Singapore Genreal Hospital (2014) tonsilitis dapat dicegah
dengan:
1. Menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi. Cara terbaik adalah
sering mencuci tangan.
2. Tidak menggunakan gelas minum atau peralatan makanansecara bersama,
menutupi mulu ketika bersin atau batuk, dan menghindarai berdekatan
dengan orang yang sakit
3. Orang tua harus menjaga anak-anak tetap di rumah jika merekan sakit
untuk mencegah penyebaran kuman.
Tonsilitis
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Data klinis :
- Jenis Tonsilitis
- Usia
Tonsilitis - Jenis kelamin
- Ukuran tonsil
- Pekerjaan
- Penatalaksanaan
- Jenis tonsilitis terbagi menjadi tonsilitis akut, tonsilitis kronis dan tonsilitis
kronis eksaserbasi akut. Hal tersebut didapatkan dengan data rekam medis
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi data di rekam medis
Hasil Ukur : Jenis tonsilitis dalam penelitian ini dikategorikan menjadi:
1. Tonsilitis Akut
2. Tonsilitis Kronis
3. Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut
Skala Pengukutran: Nominal
- Jenis kelamin pasien terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Hal tersebut
didapatkan dengan data rekam medis
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi data di rekam medis
Hasil Ukur : Jenis kelamin pasien dalam penelitian dikategorikan
menjadi:
1. Laki-laki
2. Perempuan
Skala Pengukuran: Nominal
- Ukuran tonsil pasien terbagi menjadi T1, T2, T3 dan T4 (Klarisa, Fardizza
2014). Hal tersebut didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi di rekam medis
Hasil Ukur : Pekerjaan dalam penelitian dikategorikan menjadi:
1. T1 : batas medial tonsil sampai ¼ jarak anterior
uvula
2. T2 : ¼ anterior uvula sampai ½ jarak anterior uvula
3. T3 : ½ anterior uvula sampai ¾ jarak anterior uvula
4. T4 : ¾ anterior uvula sampai uvula atau lebih
Skala Pengukuran: Nominal
BAB 4
METODE PENELITIAN
No Bulan / Mrt Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov
Rancangan
1. Persiapan X X X
Proposal
2. Penelitian X
Proposal
3. Pengambilan X X
Data
4. Pengelohan X X
Data
5. Penelitian X
Hasil
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Total 84 100%
Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa distribusi pasien yang menderita
tonsilitis berdasarkan kelompok usia yang ditemukan paling banyak adalah
kelompok usia 12-25 tahun sebayak 36 orang (42,9%) diikuti oleh kelompok usia
0-11 tahun sebanyak 20 orang (23,8%), kelompok usia 26-45 tahun sebanyak 16
orang (19,0%) dan kelompok usia 46-65 tahun sebanyak 12 orang (14,3%).
Kelompok usia > 65 tahun tidak ada kasus yang dilaporkan.
Dari Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa distribusi pasien yang menderita
tonsilitis ditemukan tidak terdapat perbandingan yang yang signifikan antara laki-
laki dan perempuan. Yang mewakili jenis kelamin laki-laki sebanyak 43 orang
(51,2%) dan 41 orang perempuan (48,8%).
5.3. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada 84 orang pasien tonsilitis yang berobat ke
RSUP Haji Adam Malik, Medan di Departemen THT pada periode Januari 2014
hingga Desember 2014.
Tabel 5.1. didapatkan bahwa jenis tonsilitis kronis lebih banyak ditemukan
dengan jumlah 78 orang (92,9%) dan paling sedikit adalah tonsilitis kronis
eksaserbasi akut sebanyak 2 orang (4,8%).
di RSUP Haji Adam Malik, Medan, didapatkan bahwa proposi ukuran tonsil
tertinggi adalah ukuran tonsil T2/T2 sebanyak 39,5%. Penelitian Farokah (2005)
di Kota Semarang, didapatkan bahwa 62 orang (20,6%) dari 145 orang penderita
tonsilitis kronis dengan ukuran tonsil T3.
Tabel 5.5. menunjukkan distribusi pasien tonsilitis berdasarkan ukuran
tonsil didapatkan bahwa T2/T2 lebih sering dijumpai sebanyak 25 orang (31,6%).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan hasil penelitian, penulis dapat membuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sebanyak 84 kasus tonsiltis ditemukan dan berdasarkan jenis tonsilitis
terbanyak adalah tonsilitis kronis sebanyak 78 orang (92,9%).
2. Rata-rata pasien tonsilitis dari kelompok usia 12-25 tahun dan tidak
dijumpai perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin.
3. Proposi tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah mahasiswa/pelajar
sebanyak 43 orang (51,2%).
4. Berdasarkan ukuran tonsil ditemukan ukuran tonsil tertinggi adalah ukuran
tonsil T2/T2 sebanyak 27 orang (32,6%).
5. Didapati 24 orang (28,6%) yang melakukan tonsilektomi.
6.2. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah :
1. Bagi RSUP H. Adam Malik, memberikan informasi kesehatan tentang
tonsilitis. Selain itu, data rekam medis perlu dilengkapkan dan dirapikan
2. Bagi masyarakat, diberikan edukasi tentang tonsilitis agar mereka
mendapatkan pengobatan yang adekuat sebelum menjadi tonsiltis kronik.
3. Bagi pihak sekolah dan ibu, mendapatkan lebih pengetahuan tentang
tonsilitis agar dapat melakukan pencegahan karena sering terjadi pada
kalangan anak-anak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya, menambahkan variabel lainnya yang terkait
dengan tonsilitis. Peneliti juga bisa menggunakan populasi yang lebih luas
seperti menggunakan data dari beberapa rumah sakit, yang bertujuan untuk
memperkaya data.
DAFTAR PUSTAKA
Throp, MA, Isaacs, S, & Sellars, SL 2000, ‘Tonsillectomy and Tonsiltis in Cape
Town-age and sex of patients’, South Africa Journey of Surgery, 09/2000;
38(3):62-4.
Tiong, TS 2006, ‘Pattern of Otorhinolaryngology Head and Neck Diseases in
Outpatient Clinic of Malaysia hospital’, The Internet Journal of Head
and Neck Surgery, vol. 2, no. 1, viewed 24 April 2015,
<https://ispub.com/IJHNS/2/1/3706>.
Wetmore, RF, Muntz, HR & McGil, TJ 2012, ‘Tonsil & Adenoid Surgery’ in
Pediactric Ortolaryngology Principle and Practice Pathways 2nd ed.,
Thieme, pp. 584-597.
Yellon, RF, McBride, TP, & Davis, HW 2002, Otolaryngology in Zitell, BJ,
Davis, HW, Atlas of Paediatric Physical Diagnosis, 4th ed, Philadelphia,
Mosby 2002, pp 852.
DATA PRIBADI
1. Nama : Chai Shi Hui
2. NIM : 120100532
3. Tempat, Tanggal Lahir : Johor Bahru, 04 Noptember 1994
4. Agama : Buddhist
5. Alamat : Jln. Dr Mansyur Baru 2 No 5
6. Nombor Telepon : 087869413321
7. Email : shihui94@hotmail.com
8. Jenis Kelamin : Perempuan
9. Warga Negara : Malaysia
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Rendah Kebangsaan Holy Infant Jesus Convent Johor Bahru
2. Sekolah Menegah Kebangsaan Infant Jesus Convent Johor Bahru
3. Mahasiswa Fakultas Kedokteraan Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT ORGANISASI
1. Anggota Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan
Medan (PKPMI-CM)
2. Anggota Kesatuan Kebangsaan Cina Malaysia (KKCM)
3. Sekretaris Kesatuan Kebangsaan Cina Malaysia (KKCM)
Jenis Tonsilitis
Valid
Tonsilitis Kronis Ek. 2 2.4 2.4 100.0
Akut
Kelompok Usia
Jenis Kelamin
Tonsilektomi