Anda di halaman 1dari 15

Nama: Alifah Rahmawati Ningsih

Kelas: A/KP/V

Nim: 04194780

Tugas meresume materi 16 standar praktik dalam keperawatan komunitas

Dosen : Yeni Isnaeni, S. Kep, Ns., M. Kep

Konsep penting

1. Standar praktek keperawatan komunitas merupakan salah satu karakteristik profesi


perawat komunitas yang diperlukan untuk menjamin mutu praktik keperawatan
komunitas sehingga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat
dapat dipertahankan pada tingkat optimal.
2. Tujuannya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan, meminimalkan tindakan-
tindakan yang tidak bermanfaat, menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien di masyarakat.
3. Association (ANA) membagi standar praktik keperawatan dalam 16 standar, baik bagi
perawat generalisasi maupun spesialis diantaranya pengkajian; prioritas; dan diagnose
komunitas; identifikasi hasil; perencanaan; implementasi; (koordinasi, pendidikan dan
promosi kesehatan, konsultasi, aktivitas pengaturan); evaluasi; kualitas praktik;
pendidikan; evaluasi praktik professional; hubungan sejawat dan profesi lain;
kolaborasi; etik; penelitian; menggunakan sumber-sumber; kepemimpinan dan
advokasi.
Standar praktik keperawatan
Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI)
tahun 1999,standar praktik keperawatan merupakan kornitmen profesi keperawatan dalam
melindungi masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi. Tujuan standar
praktik keperawatan di antaranya sebagai berikut.
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan perhatian pada upaya
dan peningkatan kinerja perawat terhadap target pencapaian tujuan.
b. Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi kllen sehlngga dapat
menekan biaya perawatan.
c. Menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien di masyarakat,
kornunitas, kelompok, dan keluarga.
Menurut ANA (2004), standar praktik keperawatan dapat dibagi dalam 16 standar.
STANDAR 1: PENGKAJIAN
Perawat kesehatan komunitas mengkaji status komunitas menggunakan data, identifikasi
sumber sumber yang ada di komunitas, masukan dari komunitas dan pemangku kepentingan
(stake holder) lain, serta penilaian profesional,
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mengumpulkan data dari berbagai surnber yang berhubungan dengan masyarakat
skala luas atau komunitas khusus.
 Menggunakan model dan prinsip-prinsip epiderniologi, dernografi, biometri, sosial,
perilaku, dan pemeriksaan fisik untuk mengolah data yang telah dikumpulkan.
 Menentukan prioritas pengkajian berdasarkan kepentingan kebutuhan atau risiko pada
area geografis atau kornunitas.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Mengumpulkan data dari berbagai sumber antar disiplin dengan menggunakan
metode yang sesuai untuk mendapatkan atau memverifikasi data yang berfokus pada
komunitas.
 Bekerja sarna dengan kornunitas, tenaga profesional kesehatan, dan pemangku
kepentingan lain dalam pengumpulan data.
STANDAR 2: PRIORITAS DAN DIAGNOSIS KOMUNITAS
Perawat kesehatan komunitas menganalisis pengkajian data untuk menentukan
prioritas atau diagnosis komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mendapatkan prioritas atau diagnosis komunitas berdasarkan pengkajian data seperti
input dari komunitas.
 Menganalisis data yang berhubungan dengan akses dan penggunaan pelayanan
kesehatan.
 Faktor yang berhubungan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
 Paparan yang ada dan berpotensi membahayakan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
Mengorganisasikan data dan informasi kompleks yang didapat selama proses
diagnosis kesehatan komunitas (sosial, budaya, demografi, status kesehatan, risiko kesehatan,
geografi, Lingkungan) untuk mengidentifikasi kebutuhan dan risiko kesehatan komunitas.
STANDAR 3: IDENTIFIKASI HASIL
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi Hasil yang diharapkan untuk
merencanakan berdasarkan prioritas atau diagnosis komunitas
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Melibatkan komunitas, profesional lain, organisasi, dan pemangku kepentingan dalam
merumuskan hasil yang diharapkan.
 Memperoleh kompetensi budaya yang diharapkan dari diagnosis.
 Mempertimbangkan kepercayaan dan nilai komunitas, risiko, keuntungan, biaya..
bukti ilmiah terkini, dan keahlian ketika merumuskan prioritas dan hasil yang
diharapkan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialls Kesehatan Komunitas
 Menjamin bahwa mitra profesional terlibat dalam mengidentifikasi harapan yang
diinginkan yang dilakukan dengan bukti i1miah dan dapat diaplikasikan melalui
implementasi praktik berbasis bukti (evidence-based practice).
STANDAR 4: PERENCANAAN
Perawat kesehatan komunitas mengembangkan perencanaan untuk mengidentifikasi
strategi, rencana tindakan, dan alternatif untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mengembangkan komunitas yang berfokus pada perencanaan untuk pelayanan yang
berhubungan dengan kesehatan berdasarkan pengkajian prioritas kebutuhan dan risiko
kesehatan.
 Memasukkan pendekatan promosi dan pemulihan kesehatan; pencegahan penyakit,
kecelakaan, atau penyakit; serta respons dan persiapan keadaan gawat darurat yang
menjadi perhatian atau kebutuhan komunitas.
 Mempertahankan kontinuitas di dalam dan lintas program.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Menerapkan pengkajian dan strategi implementasi dalam perencanaan yang
menggambarkan bukti yang ada, meliputi data, penelitian, literatur, dan pengetahuan
kesehatan masyarakat.
 Merencanakan strategi dan alternatifyang sesuai dengan komunitas dan mitra
profesional lalnnya untuk mernecahkan kebutuhan kompleks pada komunitas yang
berlsiko.
 Menyintesis nilai dan kepercayaan dalam kornunitas dengan mitra profesional dalam
merencanakan proses.
STANDAR 5: IMPLEMENTASI
Perawat kesehatan komunitas mengimplementasikan rencana yang telah dlidentifikasi
bersama tim kesehatan lain.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Menggunakan sistem dan sumber-sumber dalam komunitas ketika
mengimplementasikan rencana.
 Memantau implementasi dari perencanaan dan pengukuran surveilans untuk status
kesehatan komunitas.
 Mendokumentasikan implementasi dari perencanaan termasuk modifikasi.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Menyertakan pengetahuan dan strategi baru dalam aksi perencanaan untuk
meningkatkan implementasi.
 Memodifikasi rencana berdasarkan pengetahuan baru, respons kornunitas, atau faktor
relevan lain untuk mencapai hasil yang diharapkan.\
 Mengadvokasi sumber-sumber yang dibutuhkan komunitas untuk
mengimplementasikan rencana.
STANDAR 5A: KOORDINASI
Perawat kesehatan komunitas mengoordinasikan program, pelayanan, dan aktivitas
lain dalam mengimplementasikan rencana yang teridentifikasi,
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
Mempromosikan kebijakan, program, dan pelayanan untuk meneapai hasil yang
diharapkan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
Menyintesis data dan informasi untuk memulai sistem, komunitas, dan alokasi sumber
lingkungan yang mendukung pe1aksanaanprogram dan pelayanan.
STANDAR 5 B: PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN
Perawat kesehatan komunitas bekerja dengan strategi pendidikan untuk promosi
kesehatan, mencegah penyakit, dan meyakinkan lingkungan yang nyaman pada komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Menentukan pengajaran dan metode belajar yang sesuai dengan komunitas dan
identifikasi sasaran hasil komunitas.
 Menawarkan budaya yang sesuai promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
informasi keamanan lingkungan, serta bahan pendidikan pada komunitas.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
Merancang informasi kesehatan dan program berdasarkan perilaku kesehatan serta
prinsip dan teori belajar.
STANDAR 5 C: KONSULTASI
Perawat kesehatan komunitas menyediakan konsultasi pada berbagai kelompok
komunitas dan pemerintah untuk memfasilitasi implementasi program dan pelayanan.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
Mengonsultasikan dengan organisasi masyarakat kelompok untuk memfasilitasi
partisipasi dalam pelayanan dan program.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Mengomunikasikan informasi selama konsultasi yang memiliki pengaruh positif pada
ketetapan program dan pelayanan pada komunitas.
 Membuat proposal dan laporan yang mendukung kebutuhan program dan pelayanan.
STANDAR 5 D: AKTIVITAS PENGATURAN
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi, menginterpretasi, dan
mengimplementasikan hukum kesehatan masyarakat, pengaturan, dan kebijakan.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
Berpartisipasi dalam aplikasi hukum kesehatan masyarakat, regulasi, dan kebijakan
rneliputi kegiatan pemantauan (monitoring) dan memeriksa peraturan yang ada.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Memantau pelaporan dan sistem kepatuhan untuk kualitas dan penggunaan sesuai dari
sumbersumber yang tersedia.
 Menganalisis data dari sistem pelaporan dan kepatuhan.
STANDAR 6: EVALUASI
Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mengoordinasikan secara sistematis, berke1anjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria
hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain.
 Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah
untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam
kebijakan, program, dan pelayanan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
Menerapkan hasil dari analisis evaluasi untuk membuat atau merekomendasikan
proses atau perubahan hasil dalam kebijakan, program. dan pelayanan yang sesuai.
STANDAR 7-KUALITAS PRAKTIK
Perawat kesehatan komunitas secara sistematis meningkatkan kualitas dan efektivitas
praktik keperawatan.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mendemonstrasikan kualitas melalui penerapan proses keperawatan dengan cara
tanggung jawab, tanggung gugat, dan etik,
 Mengimplementasikan pengetahuan baru dan peningkatan kinerja untuk mengawali
perubahan dalam praktik keperawatan kesehatan komunitas dan pemberian layanan
keperawatan pada komunitas.
 Menyertakan kreativitas dan inovasi dalam aktivitas untuk memperbaiki kualitas
praktik keperawatan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
Membuat inisiatif peningkatan kualitas yang berhubungan dengan kebijakan,
program, dan pelayanan berdasarkan bukti yang ada.
STANDAR 8: PENDIDIKAN
Perawat kesehatan komunitas memperoleh pengetahuan dan kompetensi yang
menggambarkan praktik keperawatan kesehatan komunitas terkini.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan untuk mempertahankan dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna meningkatkan
kesehatan komunitas.
 Mencari pengalaman untuk mengembangkan dan mempertahankan kompetensi sesuai
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan, program, dan
pelayanan untuk komunitas.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Menggunakan penelitian terkini guna mencari dan menemukan bukti lain untuk
mengembangkan pengetahuan kesehatan masyarakat serta meningkatkan peran dan
pengetahuan dati isu-isu profesional.
STANDAR 9: EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAl
Perawat kesehatan masyarakat mengevaluasi praktik keperawatan mandiri yang sesuai
dengan standar dan panduan praktik profesional, sesuai undang-undang, aturan, dan regulasi,
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mengimplementasikan praktik komunitas yang berfokus pada kebijakan, program,
dan pelayanan dengan menghormati etnis dan kultur setempat,
 Melakukan evaluasi diri dari praktik yang dilakukan, identifikasi Lingkup kekuatan
seperti lingkup dimana tenaga profesional lain mengembangkan dan
menguntungkannya.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Terlibat pada proses formal yang sistematis dalam mencari umpan balik dari praktik
yang dilakukan kelompok, teman sejawat, komunitas, organisasi profesional, serta
pemangku kepentingan.
STANDAR 1O: HUBUNGAN SEJAWAT DAN PROFESI LAIN
Perawat kesehatan komunitas membangun hubungan kesejawatan ketika berinteraksi
dengan wakil komunitas, organisasi, dan pelayanan profesional serta berkontribusi terhadap
pengembanganke1ompok, sejawat, dan lainnya.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Membagi pengetahuan dan keterampilan dengan kelompok, sejawat, dan pihak lain.
 Melakukan interaksi dengan kelompok, sejawat, dan pihak lain untuk meningkatkan
keperawatan profesional atau praktik kesehatan komunitas serta berperan sebagai diri
sendiri dan orang lain.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Sebagai model praktik ahli bagi anggota tim Multi-sektor dan komunitas.
 Membuat kebijakan pengajaran dan program untuk perawat kesehatan komunitas dan
tim lain.
STANDAR 11: KOLABORASI
Perawat kesehatan komunitas berkolaborasi dengan perwakilan kornunitas,
organisasi, dan tenaga profesional lain dalam menyediakan dan melakukan promosi
kesehatan pada komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Melakukan komunikasi dengan berbagai institusi dalam komunitas untuk
mengumpulkan informasi dan mengembangkan kemitraan serta koalisi untuk
identifikasi komunitas yang berfokus pada masalah kesehatan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Mengembangkan kerja sama dan koalisi dengan organisasi kemasyarakatan untuk
mengidentifikasi kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan pelayanan.
 Menggagas usaha kolaborasi lintas institusi dalam komunitas.
STANDAR 12: ETIK
Perawat kesehatan komunitas harus mengintegrasikan nilai-nilai etik dalam semua
area praktik.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mengaplikasikan kode etik untuk perawat dengan pernyataan yang diuraikan
(ANA,2001) dan prinsip-prinsip etik praktik kesehatan komunitas (Public Health
Leadership Society,2002) untuk panduan praktik keperawatan kesehatan komunitas.
 Memberikan program dan pelayanan dengan cara melindungi dan menghormati
Autonomi, harga diri, dan hak populasi atau kornunitas juga individu.
 Menerapkan standar etika dalam advokasi kesehatan dan kebijakan sosial.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Memberikan informasi dan kornunitas mengenai risiko, keuntungan, dan hasil dari
kebijakan, program, dan pelayanan.
STANDAR 13: PENELITIAN
Perawat kesehatan komunitas mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam praktik
keperawatan komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Menggunakan bukti terbaik yang ada, termasuk hasil penelitian untuk panduan dalam
praktik, kebijakan, dan keputusan pemberian layanan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Berkontribusi pada ilmu keperawatan dengan melakukan. Atau menyintesis penelitian
yang ditemukan serta memeriksa dan mengevaluasi pengetahuan, teori, model,
kriteria, dan pendekatan kreatif untuk meningkatkan praktik dan hasil perawatan
kesehatan.
STANDAR 14: MENGGUNAKAN SUMBER-SUMBER
Perawat kesehatan komunitas mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan keamanan, efektivitas, biaya, serta dampak praktik pada komunitas dalam
merencanakan dan memberikan pelayanan, program, maupun kebijakan keperawatan dan
kesehatan masyarakat.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Mengevaluasi faktor-faktor seperti keamanan, aksesibilitas, biaya, keuntungan,
efisiensi, serta dampak praktik pada komunitas ketika memilih pilihan praktik yang
akan berakibat pada hasil yang diharapkan.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialls Kesehatan Komunitas
 Menggunakan sumber-sumber komunitas dan organisasi untuk memformulasikan
perencanaan Multi-sektor untuk kebijakan, program, dan pelayanan.
STANDAR 15: KEPEMIMPINAN
Perawat kesehatan komunitas menerapkan prinsip kepemimpinan dalam keperawatan
dan kesehatan komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Terlibat dalam pengembangan tim Multi-sektor dan membangun koalisi termasuk
profesional lain, komunitas, dan pemangku kepentingan.
 Meningkatkan Lingkungan kerja yang sehat.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Mengadvokasi para pengambil kebijakan untuk memengaruhi kebijakan kesehatan
komunitas serta program dan pelayanan untuk mempromosikan komunitas yang sehat.
 Memberikan arahan untuk meningkatkan efektivitas kebijakan, program, dan
pelayanan yang disediakan oleh tim Multi-sektor lain.
STANDAR 16: ADVOKASI
Perawat kesehatan kornunitas melakukan advokasi dan usaha keras untuk melindungi
kesehatan, keamanan, dan hak-hak komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
 Menyatukan identifikasi kebutuhan komunitas dalam pengembangan kebijakan,
program, atau rencana pelayanan.
 Mengintegrasikan advokasi ke dalam implementasi kebijakan, program, dan
pelayanan komunitas.
Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis Kesehatan Komunitas
 Mendemonstrasikan keterampilan dalam advokasi di hadapan wakil masyarakat dan
pembuat kebijakan atas nama kornunitas, program, dan pelayanan kesehatan.
Lampiran Jurnal

DIAGNOSA KEPERAWATAN SEBAGAI STANDAR PRAKTIK


KEPERAWATAN

Rahmatia Sitanggang/181101137 rahmatiasitanggang@gmail.com

ABSTRAK

Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan interprestasi data yang di peroleh dari
pengkajian klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang kesehatan yang nyata (aktual)
dan kemungkinan akan terjadi, dimana pengambilan keputusannya dapat di lakukan dalam batas
wewenang perawat. Diagnosa keperawatan juga sebagai suatu bagian dari proses keperawatan yang di
reflesikan dalam standar praktik American Nurses Assiation (ANA). Diagnosa keperawatan
ditegakkan bukan tidak ada tujuan melainkan agar seorang perawat dapat menganalisa dan mensintesa
data yang telah dikelompkkan. Mengidentifikasi mas alah ( etiologi) dan juga mengidentifikasi
kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah. Metode yang digunakan adalah
metode kualitatif dimana maksudnya dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya data untuk
dianalisis. Yaitu dengan Literature review ini dengan menganalisis yang berfokus pada diagnosa
keperawatan sebagai standar praktik keperawatan. Adapun tinjauan literatur yang digunakan seperti
buku teks, bukureferensi, jurnal, dan google scholar. Dengan kata kunci diagnossa keperawatan,
standar praktik keperawatan, keperawatan. Dan yang digunakan adalah 14 literatur yang diterbitkan
10 tahun terakhir.

KATA KUNCI : Diagnosa Keperawatan, Standar Praktik, Keperawatan, Keperawatan.


PENDAHULUAN

Diangnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial (NANDA, 1990). Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diaognosa keperawatan adalah bagaimana
diagnose keperawatan digunakan dalam proses pemecahan,masalah. Melalui identifikasi,
dapat digambarkan berbagai maslah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan.,
Di samping itu,dengan menentukan atau menyelidiki etiologi masalah akan dapat dijumpai
factor yang menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan mengambarkan tanda dan gejala,
akan memperkuat masalah yag ada.

Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan factor yang


menjadi kendala dan penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, aka n
memperkuat masalah yang ada.

Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang


diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran
tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.

Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari


respons indipidu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan baik aktual maupun potensial.

Standar praktik keperawatan adalah acuan untuk praktik keperawatan yang harus
dicapai oleh seorang perawat dan dikembangkan untuk membantu perawat melakukan
validasi mutu dan mengembangkan keperawatan.

TUJUAN

Diagnosa keperawatan ditegakkan bukan tidak ada tujuan melainkan agar


seorang perawat dapat menganalisa dan mensintesa data yang telah dikelompkkan.
Mengidentifikasi mas alah ( etiologi) dan juga mengidentifikasi kemampuan klien untuk
mencegah atau menyelesaikan masalah.
METODE

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dimana maksudnya dengan cara
mengumpulkan sebanyakbanyaknya data untuk dianalisis. Yaitu dengan Literature review ini
dengan menganalisis yang berfokus pada diagnosa keperawatan sebagai standar praktik
keperawatan. Adapun tinjauan literatur yang digunakan seperti buku teks, bukureferensi,
jurnal, dan google scholar. Dengan kata kunci diagnossa keperawatan, standar praktik
keperawatan, keperawatan. Dan yang digunakan adalah 14 literatur yang diterbitkan 10 tahun
terakhir.

HASIL DAN BAHASAN

Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan


interprestasi data yang di peroleh dari pengkajian klien. Diagnosa keperawatan memberikan
gambaran tentang kesehatan yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, dimana pengambilan keputusannya dapat di lakukan dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan juga sebagai suatu bagian dari proses keperawatan yang di reflesikan
dalam standar praktik American Nurses Assiation (ANA). Standar-standar ini memberikan
suatu dasar luas untuk mengevaluasi praktik dan mereflesikan pengakuan hakhak manusia
yang menerima asuhan keperawatan. Penentuan diagnosa kesperawatan, bagaimanapun lebih
sulit dan kompleks dari pada penentuan diagnosa medis. Hal itu dikarenakan data dari hasil
pengkajian tidak selalu menjadi data batasan karakteristik (S) dalam format PES pada
diagnosa keperawatan, tetapi juga bisa menjadi etiologi (E) pada format PES. Data ini bahkan
bisa berfungsi sebagai label diagnosa itu sendiri (Herdman, 2012). Diagnosa keperawatan
menurut Carpenito (2001) dapat di bedakan menjadi diagnosa keperawatan syndrome dan
kolaborasi, Sedangkan menurut Herdman (2012) diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi diagnosa keperawatan aktual, resiko, kemungkinan, dan kesejahteraan. Diagnosa
keperawatan menurut Carpenito (2001) dan Herdman (2012) dapat di jelaskan sebagai berikut
: 1. Aktual : suatu diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis yang harus di
validasi oleh perawat karena adanya batasan karakteristik mayor. Jenis keperawatan tersebut
memiliki empat komponen : dimulai dari label, defenisi, karakteristik dan faktor yang
berhubungan. Label yang di berikan juga harus singkat dan jelas, hal itu bertujuan untuk
mempermudah dalam membantu membedakan diagnosa yang ada agar dapat di bedakan
antara diagnosa yang satu dengan diagnosa yang lainnya. Syarat untuk menegakkan suatu
diagnosa keperawatan maka di perlukan adanya Problem, etiology, symptom (PES) yang
dijelaskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Problem (Masalah) Tujuan
penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan
klien secara singkat dan sejelas mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnosa keperawatan
mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus di rubah tentang
status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan
keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnosa dari Herdman mempunyai keuntungan
yang signifikan yaitu : a. Untuk membantu perawat untuk berkomunikasi antara yang satu
dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang di mengerti secara umum. b. Sebagai
metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah
medis. c. Semua perawat dapat bekerjasama dalam menguji dan mendefenisikan kategori
diagnosa dalam mengidentifikasi kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam
meningkatkan asuhan keperawatan. 2. Etiologi (Penyebab) Etiologi (penyebab) adalah faktor
faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi
perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual serta faktorfaktor lingkungan yang di percaya berhubungan dengan masalah baik
sebagai penyebab maupun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor yang
mendukung terhadap faktor masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau
sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan
penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efesien. Universitas
Sumatera Utara 3. Symptom (tanda atau gejala) Merupakan identifikasi data objektif dan
subjektif sebagai tanda dari masalah keperawatan memerlukan kriteria evaluasi. 2. Resiko :
diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana individu maupun
kelompok lebih rentan mengalami masalah yang sama di bandingkan orang lain di dalam
situasi yang sama atau serupa. Syarat untuk menegakkan diagnosa resiko ada unsur PE
(Problem and Etiologi ) dan untuk penggunaan batasan karakteristik yaitu “resiko dan resiko
tinggi “ tergantung dari tingkat kerentanan/keparahan suatu masalah. Dan faktor yang terkait
untuk diagnosa keperawatan resiko merupakan faktor yang sama dengan keperawatan aktual
seperti yang sudah dibahas sebelumnya di diagnosa keperawatan aktual. 3. Kemungkinan :
diagnosa kemungkinan adalah diagnosa keperawatan yang memerlukan data tambahan, hal
tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu diagnosa yang bersifat sementara, dan
dalam menentukan suatu diagnosa keperawatan yang bersifat sementara bukanlah
menunjukan suatu kelemahan atau keraguan dalam menentukan suatu diagnosa, akan tetapi
merupakan suatu proses penting dalam keperawatan. 4.
Kesejahteraan : diagnosa keperawatan kesejahteraan merupakan penilaian klinis tentang
keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
menjadi tingakat sejahtera yang lebih tinggi (Herdman, 2007). 5. Syndrome : diagnosa
syndrome merupakan kumpulan gejala diagnosa keperawatan, karena terdiri dari diagnosa
keperawatan aktual dan resiko yang di perkirakan ada karena situasi atau peristiwa tertentu.
Dan didalam diagnosa syndrome terdapat etiologi dan faktor pendukung lainnya yang
bertujuan untuk mempermudah dalam menegakkan suatu diagnosa.
(Carpenito, 2001). Meskipun begitu ada juga beberapa data yang mempunyai banyak
diagnosa keperawatan adalah „tekanan darah yang ditemukan dalam‟ diagnosa keperawatan
„Activity Intolerance’, „Anxiety „ , ‘Decreased Cardiac Output ‘, ‘Fear, ‘Deficient Fluid
Volume’,’ Excess Fluid Volume’, ‘Acute pain ‘, ‘ineffective Tissue Perfusion ‘ dan
‘dysfunctional
Ventilator Weaning Response „ ( Herdman, 2012). Kenyataan ini menunjukan adanya
diagnosa banding yang perlu dicermati oleh perawat meskipun hanya dengan satu tanda dan
gejala saja. Dalam proses „Diagnostic Reasoning’ dalam keperawatan, mengidentifikasi
kemungkinan diagnosa (Possible diagnoses) merupakan bagian penting dari proses
„Diagnostic Reasoning’ (Westfall, 1986). Informasi mengenai kemungkinan apa diagnosa
keperawatan dan masalah kolaborasinya perlu di sadari oleh perawat sehingga akan
memunculkan proses berpikir lebih lanjut untuk dapat mengkonfirmasi berbagai
kemungkinan diagnosa tersebut melalui pengkajian fokus.

PENUTUP

Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,


keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien.

Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang


diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran
tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
REFERENSI

Deniati, dkk. 2018. Pengaruh Berpikir Kritis Terhadap kemampuan Perawat Pelaksana dalam
Melakukan Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun 2016.
Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 21-24

Deswani. 2019. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.

Fisher, alec. 2009. Berpikir Kritis


Sebuah Pengantar.
Jakarta: Erlangga.

Haryanto, A. 2014. Hubungan Berpikir Kritis dan Waktu Tanggap Perawat dengan Kualitas

Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Surabaya. Jurnal
Sebelas Maret

Hastuti, W. 2017. Aplikasi Concept Mapping Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di stase
Maternitas. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah. 3(3),1922.

Hutahaen, serii. 2010. Konsep dan


Dokumentasi Proses
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media Jakarta

Kodim,& Yulianingsih. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: TIM

Mulyaningsih. 2013. Peningkatan Perilaku Caring Melalui Kemampuan Berpikir


Kritis Perawat. Jurnal Management Keperawatan. 1(2), 100-103

Potter, A.P., & Perry, G.A. 2010. Fundamental Keperawatan


Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Purwaningsih, D.F. 2015. Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat Dalam Mutu
Pelayanan
Keperawatan. Jurnal
Management Keperawatan.

Simamora, R. H. (2010). Komunikasi dalam Keperawatan. Jember Universitas Press.

Simamora, R. H. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember Universitas Press.


Simamora, R. H. (2008). Peran Manajer dalam Pembinaan Etika Perawat Pelaksana dalam
Peningkatan
Kualitas Pelayanan Asuhan
Keperawatan. IKESMA, 4(2).

Sudono, B., Setya, D., & Atingngtyas, R. 2017. Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis
Perawat Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 10(1), 75-77.

Sumijatun. (2009). Konsep Dasar dan


Aplikasi Pengambilan
Keputusan Klinis. Jakarta :
Trans Info Media Jakarta.

Walansendow, Vl. 2017. Hubungan Antara Sikap dan Teknik


Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Ruang
Eunike Rsu Gmim Kalooran Amurang. Ejournal Keperawatan, 5(1), 2-3.

Wijaya, M., A., & Rantung, G., A.


(2015). Persepsi Pasien
Terhadap Kompetensi
Profesional Perawat. Jurnal Skolastik Keperawatan. 1 (1), 75-77.

Anda mungkin juga menyukai