Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GASTROINTESTINAL

(GASTRITIS)

DOSEN PEMBIMBING :

Ilhamsyah, S. Kep., Ns. M.Kep.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

Andi Ainayah KH (70300119014) Annisa Dilla (70300119040)

Tarisya Reski A (70300119015) Siti Suleha (70300119039)

Khoirunnisa QA (70300119016) Rosida (70300119046)

Intan Putri (70300119017) Risnawati (70300119053)

Nurfadillah (70300119018) Sahrunur Fitri (70300119059)

Yulianti Wulandari (70300119019) Abdul Rahman (70300119064)

Juniarti Lisa (70300119020)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Gastrointestinal (Gastritis), yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan lancar.

Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,


membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk
watak dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta
berwawasan pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi. Makalah ini
dibuat oleh penyusun untuk membantu memahami materi tersebut. Mudah-
mudahan Makalah ini memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan
belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian
yang telah direncanakan.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang


sempurna. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan
kami terima dengan lapang dada sebagai wujud koreksi atas diri tim penyusun
yang masih belajar. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin Ya Rab.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Gowa,09 September 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................ 2

Daftar Isi....................................................................................................... 3

BAB I PENAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah........................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ............................................................................................6
B. Angka kejadian.........................................................................……6
C. Etiologi.............................................................................................7
D. Tanda dan Gejala.............................................................................7
E. pengkajian........................................................................................9
F. managemen dan therapy.................................................………….11
G. therapy complamenter dan Sop.......................................………….13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................17
B. Saran.............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan
sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari
pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal tersebut
merupakan penyebab utama kasus rawat inap di Amerika Serikat, salah
satunya adalah appendisitis. Walaupun gangguan pada saluran
pencernaan bukan merupakan penyebab langsung kematian seperti pada
gangguan kardiovaskuler, tetapi merupakan salah satu penyebab
kematian tersering. Angka kematian yang disebabkan oleh Appendisitis di
Amerika Serikat mencapai 0,2 – 0,8% dari angka kejadiannya (Price dan
Wilson, 2018).

Gastritis adalah suatu kondisi dimana lapisan kulit dalam lambung


meradang atau membengkak. Gastritis atau juga disebut radang
lambung, dapat muncul secara mendadak (gastritis akut) atau
berlangsung dalam waktu yang lama (gastritis kronis). Gastritis
merupakan penyakit yang sering kali kita jumpai dalam masyarakat. Pada
orang awam, biasa menyebut penyakit ini dengan sebutan penyakit
maag. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronis, maupun lokal, dua jenis gastritis yang umum terjadi adalah
gastritis akut dan kronis (Margareth dkk, 2012). Saat ini indonesia telah
menghadapi masalah dengan semakin modernnya zaman mengakibatkan
semakin banyak penyakit yang muncul dari perubahan gaya hidup
manusia. Disamping itu peningkatan usia harapan hidup sejalan dengan
perbaikan sosio-ekonomi dan pelayanan kesehatan , juga ikut berperan
melalui peningkatan pravelensi penyakit degenerative. Gastritis
merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang
paling sering terjadi. (Gustin,2011).

Nyeri ulu hati merupakan salah satu tanda gejala yang khas pada
penderita gastritis. Definisi nyeri secara umum merupakan perasaan tidak
nyaman yang sangat subyektif dan hanya yang mengalami dapat

4
menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Nyeri di bagi menjadi
dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.Nyeri akut biasanya berlangsung
tidak lebih dari 3 bulan dan nyeri kronis berlangsung lebih dari 3 bulan.
(Mubarak et al., 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari gastritis (Gastrointestinal)
2. Apa etiologic dari gastritis
3. Bagaimana tanda dan gejala dari gastritis
4. Bagaimana pengkajian dari gastritis
5. Bagaimana managemen dan therapy dari gastritis
6. Bagaimana therapy complamenter dari gastritis

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
System gastrointestinal atau system pencernaan yaitu mulai dari mulut
sampai ke anus adalah system organ dalam manusia yang memiliki fungsi
sebagai penerima makanan, mencerna makanan menjadi energy dan zat-
zat gizi, menyerap zat gizi masuk ke dalam aliran darah dan membuang
makanan yang tidak bisa dicerna. Saluran pencernaan yaitu mulut, faring,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, anus dan rectum. System
pencernaan pada organ yang terletak diluar saluran pencernaan berupa
pankreas, kandung empedu dan hati.
Saluran gastrointestinal adalah saluran yang berukuran panjang yang
masuk melalui tubuh dari mulut ke anus. Saluran gastrointestinal ini
mencerna dan memecah serta menyerap makanan dari lapisanyya ke
dalam darah (upahita, 2018).
Salah satu masalah penyakit gastrointestinal adalah gastritis. Gastritis
merupakan suatu keadaan lapisan kulit didalam lambung meradang
(margareth dkk, 2012). Tanda yang biasa dialami penderita gastritis yaitu
nyeri pada ulu hati. Namun, pada nyeri akut biasanya tidak berlangsung
lama yaitu tidak lebih dari 3 bulan dan pada nyeri kronis akan berlangsung
lama yaitu lebih dari 3 bulan (Mubarak et al., 2015). Nyeri pada gastritis
terjadi karena adanya pengikisan mukosa yang menyebabkan kenaikan
prostaglandin dan histamine yang ada pada lambung yang ikut serta dalam
merangsang reseptor nyeri (sukarmin, 2012).

B. ANGKA KEJADIAN
Menurut WHO (2013), kejadian dengan gastritis di dunia sebanyak
22% di Inggris, 31% di China, 14,5% di Jepang, 35% di Kanada dan 29,5%
di Prancis. Adapun angka kejadian di Indonesia pada pasien rawat inap
sebanyak 4,9% (depkes, 2013). Kejadian gastitris di UPTD Puskesmas
Rajagaluh tahun 2012 sebanyak 3.290 kasus (35,69%) dari 9.218 pada
pasien yang berobat jalan dan mengalami kenaikan pada tahun 2017

6
menjadi 3.548 kasus (40,72%) dari pasien yang berobat jalan (hadinata,
2021).
Menurut WHO, prevalensi gastritis pada masyarakat diperkirakan
antara 8 – 20% sebagian (+95%) penderita di masyarakat adalah termasuk
gastritis akut. Kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%,
Denpasar 46% sedangkan di Medan angka kejadian cukup tinggi sebesar
91,6% (aritonang, 2021).

C. ETIOLOGI

Gastritis Kronis diklasifikasikan menjadi dua tipe menurut daerah


yang terlibat.

a) Tipe A (Gastritis autoimun) merujuk pada gastritis fundus dan kardiak


lambung, serta sering dikaitkan dengan hilangnya sel parietal dan anemia
pernisiosa.
b) Tipe B adalah bentuk gastritis paling umum dan disebabkan oleh infeksi
H.Pylori. penyakit ulkuspeptik (Peptic ulcer disease [PUD]) atau bedah
lambung mungkin mengakibatkan gastritis Kronis. Faktor-faktor resiko lain
hampir sama dengan gastritis akut. Setelah reseksi dengan
gastrojejunostomi, mungkin terjadi refluks empedu dan asam empedu ke
sisa lambung, sehingga menyebabkan gastritis. Infeksi H.Pylori telah
diketahui sebagai factor resiko independen untuk kanker lambung, karena
bakteri ini dapat mengakibatkan gastritis atrofi kronis. Penelitian
epidemiologi di seluruh dunia telah mengidentifikasi peningkatan insiden
infeksi H.Pylori pada klien dengan edenokarsinoma lambung dan juga
peningkatan resiko kanker lambung sebesar tiga sampai enam kali. Usia
juga merupakan factor resiko, dengan demikian gastritis kronis lebih
sering terjadi pada dewasa itu.(Joyce M.Black, 2021).

D. TANDA DAN GEJALA


1. tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian
atas
2. mual
3. muntah

7
4. nyeri ulu hati
5. lambung merasa penuh
6. kembung
7. bersendawa
8. cepat kenyang
9. perut keroncongan (borbogygmi)
10. sering kentut

Gejala ini bisa menjadi akut, berulang, dan kronis. Disebut kronis bila
gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus. (Misnadiarly,
2016)

E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang muncul pada pasien gastritis dinilai bervariasi
mulai dari keluhan yang ringan hingga muncul perdarahan saluran cerna
bagian atas, bahkan pada beberapa kondisi sering kali gastritis tidak
menimbulkan gejala yang khas. Adapun gejala yang lazim muncul pada
pasien diantaranya, anoreksia, rasa penuh, nyeri pada epigastrium, mual
dan muntah, sendawa, dan hematemesis.
Sejalan dengan diyono and mulyanti (2013) yang menjelelaskan
bahwa nyeri pada daerah epigastrium (organ lambung) dinilai sebagai
gejala klinis yang paling umum ditemukan pada gastritis akut. Gejala lain
yang mungkin muncul pada pasien ini meliputi pusing, malaise dan hiccup.
Sedangkan pada gastritis kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat
badan, pendarahan, anemia pernisiosa sebagai akibat penurunan absorbsi
vitamin B yang menyebabkan terjadinya hipochlorhydria dan anchlorhydria.
Nurarif dan kusuma (2015) menjelaskan bahwa beberapa pasien tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik), namun pada beberapa penderita
ditemukan adanya ulcerasi superfisial yang menimbulkan pendarahan.
Rasa tidak nyaman pada abdomen, sakit kepala, kelesuan, kolik, diare dan
penurunan nafsu makan selama 2-3 hari juga dapat dirasakan oleh
penderita pada kondisi gastritis akut, sedangkan pada gastritis kronis

8
biasanya penderita mengeluh nyeri ulu hati, kembung, dan rasa asam
dimulut. (Novita, dkk. 2021)

F. PENGKAJIAN

Suarni & Apriyani (2017), menyebutkan pengkajian merupakan


tahap awal proses keperawatan yang merupakan proses pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengumpulan data didapat dengan berbagai cara
(wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dll).

Dalam pengkajian ada data dasar dan data fokus. Data dasar adalah
data tentang status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau
profesi lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan atau respon
klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.

Menurut Muttaqin & Sari (2011) pengkajian keperawatan pada gejala


gastrointestinal yang perlu dikaji untuk menegakkan masalah yang akurat
sebagai berikut:

a. Keluhan Utama
Menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien
sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem
pencernaan antara lain nyeri (pengkajian nyeri harus dilakukan dengan
pendekatan PQRST sehingga pengkajian lebih komprehensif, mual dan
muntah, kembung dan sendawa, ketidaknyamanan abdomen, diare,
konstipasi.
b. Riwayat Kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya
sesuai keluhan utama pasien.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan dengan meminta pasien menjelaskan keluhan-
keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
d. Riwayat Kesehatan Dulu

9
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat menanyakan
riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah diderita,
penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi dan riwayat
pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Survei umum: Pemeriksaan fisik keperawatan dari survei umum
meliputi pengamatan ikterus, kaheksia dan atrofi, pigmentasi kulit,
pengkajian tangan, status mental dan kesadaran, bibir, rongga
mulut, lidah dan dasar mulut, serta kelenjar parotis.
2) Pemeriksaan Fisik Abdomen
Inspeksi: melihan kondisi dan warna kulit, kesimetrisan abdomen
Auskultasi: motilitas usus, bising vena, bruit.
Perkusi: timpani dan pekak
Palpasi: mendeteksi area nyeri tekan, adanya massa abnormal.
3) Pemeriksaan Rectal-Anus
Inspeksi: fisura-in-ano / keretakan dinding anus, hemoroid, prolaps
rekti, fistel-in-ano, karsinoma anus. Colok anus (colok dubur):
palpasi dinding anterior dari rektum, saat jari ditarik keluar inspeksi
adanya darah segar atau melena, mucus atau pus, warna feses.
4) Pengkajian organ aksesori: palpasi-perkusi hati dan pemeriksaan
asites
f. Pengkajian Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium: tes fungsi hati, pengukuran enzimenzim
hati, pemeriksaan feses, warna feses, konsistensi dan penamilan
feses.
2) Pemeriksaan radiografik: film polos abdomen, pola gas usus,
kelalainan tulang, film absomen dengan barium
3) Pemindaian dengan computed tomography (CT)
4) Pemeriksaan endoskopik: endoskopik gastrointestinal atas,
endoskopik gastrointestinal bawah.
5) Pemeriksaan USG

10
G. MANAGEMEN DAN THERAPY GASTRISTIS
Penatalaksanaan spesifik gastritis tergantung pada etiologi sehingga
penting dilakukan diagnosis untuk menentukan penyebab spesifik
gastritis,Umumnya, penatalaksanaan gastritis tidak memerlukan rawat inap.
Pada pasien yang keadaan umum dan kesadaran masih baik, pasien dapat
dipulangkan dan diberikan obat sesuai simtom yang dirasakan. Tatalksana
pada pasien yang ditemukan terinfeksi Helicobacter pylori, penatalaksanaan
akan sedikit berbeda dengan yang tidak terinfeksi.
1. Antasida
Umumnya obat golongan antasida diberikan sebagai profilaksis.
Obat ini tidak mahal dan aman. Berikan antasida yang mengandung
aluminium dan magnesium karena dapat meredakan simptom gastritis
dengan menetralisir asam lambung. Selain itu, ion-ion aluminium akan
menghambat kontraksi otot halus gaster dan menghambat
pengosongan lambung sehingga campuran obat ini digunakan untuk
menghindari perubahan-perubahan fungsi usus. Dosis antasida berisi
aluminum hidroksida/magnesium hidroksida/simetikon adalah:
a) sediaan cair, 10-20 ml per oral 4 kali per hari, diminum satu jam
sebelum atau 3 jam sesudah makan
b) sediaan tablet kunyah, 2-4 tablet per oral 4 kali per hari, tidak boleh
melebihi 12 tablet/hari

Obat golongan ini efektif menekan sekresi basal asam


lambung, di mana pengeluaran asam ini distimulasi oleh makanan dan
sistem neurologis. Beberapa contoh obat ini adalah cimetidine,
ranitidine, famotidine, dannizatidine

2. Cimetidine
Obat ini bekerja dengan menghambat pelepasan histamin pada
sel-sel parietal gaster sehingga terjadi penurunan sekresi asam
lambung, volume lambung, dan konsentrasi hidrogen.
Pasien dengan nyeri ulu hati rasa terbakar (heart burn):
- berikan 200 mg per oral tiap 12 jam, untuk mencegah munculnya
simtom

11
- berikan 200 mg oral dengan minum segelas air tepat sebelum atau
30 menit sebelum makan
Pasien dengan ulkus peptikum ringan
- 800 mg per oral malam hari sebelum tidur, atau 400 mg oral tiap 12
jam, atau 300 mg oral tiap 6 jam
Pasien dengan hipersekresi yang patologis
- 300 mg per oral tiap 6 jam bersama dengan makanan dan malam
hari sebelum tidur

3. Proton Pump Inhibitors (PPIs)


Contoh obat golongan ini adalah omeprazole dan lanzoprazole.
Obat ini adalah jenis yang paling efektif dalam menghambat sekresi
lambung. Namun, keamanan dan efektifitas penggunaan jangka
panjang lebih dari satu tahun masih belum jelas. Kerja obat ini adalah
dengan menghambat sekresi asam lambung, dan berdurasi panjang
4. Omeprazole
Obat ini bekerja dengan menginhibisi pompa sel parietal ATPase
sehingga sekresi asam lambung menurun.
a) Pasien dengan ulkus peptikum diberikan 40 mg oral per hari untuk
4-8 minggu
b) Pasien dengan gastroesofageal refluks diberikan 20 mg oral per
hari untuk 4 minggu
c) Pasien dengan esofagitis erosif diberikan 20 mg oral per hari untuk
4-8 minggu, dosis maintenance 20 mg oral per hari selama satu
tahun
d) Pasien dengan hipersekresi seperti pada sindrom Zollinger-Ellison
diberikan 60 mg oral per hari sampai ke dosis 360 mg per hari
dalam dosis terbagi tiap 8 jam
e) Dosis obat PPIs disarankan diturunkan apabila terjadi gangguan
fungsi hepar, khususnya pada dosis maintenance dalam
penyembuhan esophagitis erosif.

12
H. TERAPHY KOMPLAMENTER DAN SOP GASTRITIS
1. Terapi Komplementer

Menurut (Utami & Kartika, 2018) terapi komplementer adalah


cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Terapi Komplementer
adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi
konvesional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan
kesehatan induvidu. Pengobatan Komplementer adalah pengobatan
non konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan
(WHO).

Tujuan terapi komplementer adalah :

1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.


2. Untuk memperbaiki fungsi dari system system tubuh, terutama
system kekebalan dan pertahanan tubuh.
3. Lebih berserah diri dan ikhlas menerima keadaan
Ada 5 terapi komplementer yang dapat meredakan nyeri pada
pasien gastritis :

a. Relaksasi Napas Dalam


Menurut (Ruhman, 2017) Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Adanya
pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam terhadap perubahan skala
nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi, yaitu pada kasus
seorang pasien dilakukan intervensi selama 10- 15 menit, setelah itu
peneliti meminta pasien istrahat sekitar 30-35 menit, selanjutnya peneliti
mengkaji ulang nyeri dan hasilnya pasien mengatakan nyerinya
berkurang dan hasil ini dibuktikan dengan observasi wajah pasien sudah

13
lebih nyaman dan terasa rileks, pasien mengaatkan skala nyeri dari 6
(nyeri sedang) menurun menjadi 3 (nyeri ringan).
b. Pijat ( Massage Efflurage )
Massage (pijatan) adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan
pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-
gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak
tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong- motong, meremas-
remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan
tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda
untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang
dibawahnya (Hanggarwati, 2015).
c. Guided Imagery
Guided imagery adalah sebuah teknik yang memanfaatkan cerita
atau narasi untuk mempengaruhi pikiran, sering dikombinasi dengan latar
belakang musik. Guided imagery dapat berfungsi sebagai pengalih
perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian dapat
mengurangi respon nyeri. Efek guided imagery and music (GIM)
membuat responden merasa rileks dan tenang. Responden menjadi rileks
dan tenang saat mengambil oksigen di udara melalui hidung, oksigen
masuk kedalam tubuh sehingga aliran darah menjadi lancar serta
dikombinasikan dengan imajinasi terbimbing menyebabkan seseorang
mengalihkan perhatiannya yang membuatnya senang dan bahagia
sehingga melupakan nyeri yang di alaminya. Inilah yang menyebabkan
nyeri mengalami penurunan setelah dilakukan teknik relaksasi Guided
Imagery. Selain itu, mendengarkan murottal Al-qur’an juga dapat
mengurangi nyeri (Nurhanifah et al., 2019).
d. Teknik Kompres Hangat
Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan
relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan
serta memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup
berguna untuk pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan

14
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat
dapat menyebabkan pelepasan endorfin tubuh sehingga memblok
transmisi stimulasi nyeri. Teori gate-control kompres hangat juga dapat
mengaktifkan (merangsang) serat-serat non- nosiseptif yang berdiameter
besar ( A-α dan A-β) untuk „‟menutup gerbang‟’ bagi serat- serat yang
berdiameter kecil ( A-δ dan C) yang berperan dalam menghantarkan
nyeri, sehingga nyeri dapat dikurangi. Upaya menutup pertahanan
tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. Berdasarkan latar
belakang diatas penulis berminat melakukan penerapan terapi kompres
air hangat untuk mengurangi nyeri pada gangguan gastritis (Amin, 2017)
e. Relaksasi Genggam Jari
Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang
sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang
berhubungan dengan jari tangan serta aliran energy di dalam tubuh kita.
Teknik genggam jari disebut juga finger hold (Fang, 2017) menggenggam
jari sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan
menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy pada meredian
(energy channel) yang terletak pada jari tangan kita (Rogayah, 2017).

2. Sop gastritis
1) Perawat melakukan pengukuran tekanan darah, suhu badan dan
mencatat dalam buku status pasien.
2) Dokter melakukan anamnesa terarah, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lain terhadap pasien yang sesuai guna
mendiagnosa gastritis
3) Dokter mendiagnosa Gastritis
4) Dokter memberi tatalaksana sesuai dengan diagnosis
5) Dokter memberikan edukasi mengenai penyakit Gastritis dan
menjelaskan tentang rencana pengobatan
6) Dokter melakukan rujukan jika sudah terjadi komplikasi dan
keadaannya semakin berat
7) Petugas melakukan dokumentasi kegiatan yang dilakukan

15
Inteegritas Keagamaan

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Secara histopatologi dapat di buktikan dengan adanya inflintrasi
sel-sel radang tersebut. Jika gastritis menjadi berat maka akan timbul
berbagai komplikasi seperti terjadinya pendarahan pada lambung yang di
tandai dengan muntah darah atau pada feses terdapat darah, anemia yang
terjadi karena berkurangnya kemampuan untuk mengabsorbsi vitamin B12
yang berfungsi dalam proses pembekuan darah. Klien akan mengeluh nyeri
pada bagaian perut, mual, muntah, perut menjadi kembung dan kadang
terjadi diare.
Gastritis dapat diobati dengan pemberian kombinasi antibiotic yang
sesuai dengan dosis (tidak overdosis) dengan pemberian PPT untuk
menurunkan aktivitas dari bakteri Helycobacter pylori. Sebagai perawat kita
dapat memberikan healt education kepada klien dengan cara menghindari
alcohol, makanan pedas, asam dan makanan lain yang dapat mengiritasi
lambung, tidak merokok, pola hidup yang baik dan rajin berolahraga.

B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-
teman sesame mahasiswa. Selain itu penyakit gastritis ini sangat berbahaya
dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar
kesehatan kita tetap terjaga

17
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. K. (2017). Penerapan Terapi Kompres Air Hangat Untuk Mengurangi


Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman
Kebumen. Program Studi Profesi Ners : STIKes Muhammadiya
Samarinda.

Aritonang, murni. (2021). Pengaruh Stress Dan Pola Makan Dengan Frekuensi
Kekambuhan Penyakit Pada Penderita Gastritis Di RSUD DR. Pirngadi
Medan Tahun 2020.  Jurnal pandu husada. Vol 2, No 2 (2021).
Fang, W. al. (2017). Chinese Herbal Decoction As A Complementary Therapy
For Atrophic Gastritis. A Systematic Review And Meta-Analysis, 14, 297–
319.

HADINATA, Dian. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Gastritis pada


Pasien Berobat Jalan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rajagaluh
Kabupaten Majalengka Tahun 2018. Jurnal Kampus STIKES YPIB
Majalengka, [S.l.], v. 8, n. 1, p. 91-104, apr. 2021. ISSN 2685-3256.
Available at: <http://e-
journal.stikesypib.ac.id/index.php/JK/article/view/111>. Date accessed: 09
sep. 2021.

Hanggarwati, N. D. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien


Gastritis Dalam Dan Pijat Efflurage Terhadap Nyeri Abdomen. Program
Studi Profesi Ners : STIKes Muhammadiya Samarinda.

Joyce M.Black, Jane Hokanson Hawks,(2021). Medical Surgical Nursing:


Digestive Systems Disorders.

Liu, X., et al., Rescue Therapy with a Proton Pump Inhibitor Plus Amoxicillin and
Rifabutin for Helicobacter pylori Infection: A Systematic Review and Meta-
Analysis. Gastroenterology Research and Practice, 2015. 2015: p.
415648

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

18
Misnadiarly (2016). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia Atau
Maag), Infeksi Mycrobacteria Pada Ulcer Gastrointestinal. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN: 978-602-433-220-4

Novita Verayanti Manalu, Dkk. (2021). Keperawatan System Pencernaan.


Penerbit: Yayasan Kita Menulis. ISBN:978-623-342-096-9

Nurhanifah, D., Nur Afni, A. R., & Rahmawati, R. (2019). Pengaruh Guided
Imaginary Terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Gastritis di Wilayah
Kerja Puskesmas di Banjarmasin. Healthy-Mu Journal, 2(1), 24.
https://doi.org/10.35747/hmj.v2i1.264XRogayah. (2017). Pengaruh Tehnik
Relaksasi Otogenik Dan Distraksi Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Pada
Penyakit Gastritis Di Rs . Sukmul Sisma Medika Dan Rs. Harum Sisma
Medika Jakarta, NEONATUS 7, 42–55.

Ruhman, M. (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Dispepsia


Dengan Intervensi Relaksasi Nafas Dalam Dan Relaksasi Aromaterapi
Bunga Mawar Terhadap Perubahan Skala Nyeri Di Ruang Unit Gawat
Darurat Rsud Aji Muhammad. Program Studi Profesi Ners : STIKes
Muhammadiya Samarinda.

Suarni dan Apriyani. 2017. Metodologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Pasanea

Utami, adinna dwi, & Kartika, imelda rahmayunia. (2018). Terapi Komplementer
Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: REAL in Journal, 1(3), 123–
132. https://dx.doi.org/10.32883/rnj.v1i3.341.g109

19

Anda mungkin juga menyukai