Abstrak
Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai lumbung pangan keluarga. Salah satu upaya untuk
mengatasi keterbatasan lahan adalah dengan budidaya di tempat terbatas (bag culture system)
seperti polybag, pot atau ember bekas. Di Desa Ciawijapura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten
Cirebon, terong ungu biasa dibudidayakan di lahan-lahan kering, maupun di pekarangan. Program
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para ibu
kader Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dan anggota Kelompok Wanita
Tani (KWT) Al Istiqomah tentang budidaya terong ungu secara bag culture system. Metode yang
digunakan adalah pelatihan dan pendampingan. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan
pengetahuan secara nyata antara sebelum dengan sesudah pelatihan, yaitu dari 73% ke 89% dari
total nilai harapan. Para peserta dapat memahami perbedaan antara budidaya terong ungu di lahan
dengan budidaya secara bag culture system.
Kata kunci: Ciawijapura; pekarangan; terong ungu
Abstract
Yard land can be used as a family food barn. One of the efforts to overcome the limitations of land
is by cultivating in a limited place (bag culture system) such as polybags, pots or used buckets.
In Ciawijapura Village, Susukan Lebak Sub-district, Cirebon Regency, purple eggplant is commonly
cultivated in dry land, as well as in yards. This Community Service Program (Pengabdian Kepada
Masyarakat/PKM) is aimed at increasing the knowledge of Family Welfare Building Motivation
Team (Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga/TP-PKK) cadres and members of
Farmer Women Group (Kelompok Wanita Tani/KWT) Al Istiqomah about cultivating purple
eggplant in a bag culture system. The methods used are training and mentoring. The evaluation
results showed that there was a significant increase in knowledge between before and after the training,
that is, from 73% to 89% of the total expected value. The participants were able to understand
the difference between cultivating purple eggplant on land and in a bag culture system.
Keywords: backyard; Ciawijapura; purple eggplant
Corresponding author: umitrisna@gmail.com
Cite this as: Trisnaningsih, U., Wahyuni, S., & Wachdijono. (2021). Budidaya Terong Ungu di Pekarangan di
Desa Ciawijapura Kecamatan Susukan Lebak Kabupaten Cirebon. AgriHealth: Journal of Agri-food, Nutrition
and Public Health, 2(1), 00-00. doi: http://dx.doi.org/10.20961/agrihealth.v2i1.49872
Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 5 Februari monitoring terakhir. Untuk aspek pengetahuan,
2021, di Balai Desa Ciawijapura. Agar dapat pertanyaan terdiri dari pengetahuan tentang
menerapkan protokol kesehatan, jumlah peserta jenis-jenis terong yang biasa dibudidayakan,
dibatasi hanya 20 orang. Kegiatan pelatihan manfaat terong, perbedaan antara budidaya dalam
terdiri dari penyuluhan dan kemudian diikuti polybag dengan di kebun, serta pemanfaatan
dengan praktik budidaya tanaman terong. Praktik lahan pekarangan. Sementara untuk aspek
budidaya berupa demplot dilakukan di Kebun keterampilan yang ditanyakan adalah cara
Percontohan milik KWT Al Istiqomah, yang membuat persemaian, cara membuat media tanam
terletak di belakang Kantor Kuwu Ciawijapura. dan pemeliharaan. Data yang diperoleh dianalisis
Pada saat praktik, peserta diajarkan cara dengan menggunakan uji T berpasangan.
menyemai benih dengan menggunakan tray dan Berdasarkan hasil uji T, maka dapat diketahui
memindahkan bibit dari tray ke polybag yang apakah terjadi peningkatan skor secara nyata
mempunyai lebar 8 cm. Setiap polybag diisi antara hasil survei awal dengan survei akhir.
media tanam yang terdiri dari kompos, tanah
dan sekam mentah dengan perbandingan 1:3:1 HASIL DAN PEMBAHASAN
(v/v). Setiap polybag diisi media tanam sebanyak Pelatihan yang dilaksanakan di Balai Desa
500 ml dan ditambahkan 2 g pupuk NPK. Ciawijapura diikuti oleh 20 orang peserta,
Pada saat tanaman sudah cukup besar, maka termasuk Ketua TP-PKK Desa Ciawijapura,
akan dipindahkan lagi ke dalam polybag Ketua KWT Al Istiqomah dan seorang
berukuran 15 cm (lebar) yang diisi dengan media Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari BPP
tanam sebanyak 4–5 l. Pendampingan dilakukan Lemahabang, yang juga membawahi Kecamatan
selama tiga minggu mulai dari satu minggu Susukan Lebak (Gambar 1). Materi yang
setelah pelatihan. Monitoring dilakukan satu kali disampaikan dalam penyuluhan adalah budidaya
dalam seminggu, bersamaan dengan evaluasi terong ungu dalam polybag. Dalam materi
kegiatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui penyuluhan disampaikan perbedaan antara
permasalahan yang muncul selama pemeliharaan budidaya terong di lahan terbuka dengan
tanaman sehingga bisa segera dicarikan solusinya. di polybag, terutama dalam hal media tanam
Untuk mengetahui pengaruh program PKM dan pemeliharaan. Selain itu juga disampaikan
terhadap pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pemupukan serta pengendalian hama
dilakukan survei awal (pre-test) sebelum dan penyakit yang aman bagi lingkungan.
pelatihan dan survei akhir (post-test) pada saat
Pada sesi praktik budidaya tanaman terong, karena media akan tetap melekat pada bibit
para peserta dilatih cara membuat persemaian tanaman. Dengan demikian bibit tidak akan
dengan menggunakan cocopeat sebagai media mengalami stress ketika ditanam di tempat lain.
tanam. Selain itu juga para peserta dilatih Cocopeat juga dapat menyimpan air dengan baik
cara pindah tanam bibit terong, mulai dari sehingga mendukung proses perkecambahan
persemaian, memindahkan bibit ke polybag (Ramadhan et al., 2018). Proses perkecambahan
kecil kemudian ke polybag yang lebih besar dimulai dengan proses imbibisi (Miransari dan
(Gambar 2). Pemilihan cocopeat sebagai media Smith, 2014). Dengan demikian, ketersediaan
persemaian akan memudahkan ketika pindah air dalam media tanam menjadi faktor penentu
tanam (Thoriqussalam dan Damanhuri, 2019), keberhasilan perkecambahan.
Bibit terong bisa dipindahkan ke polybag adanya serangan kutu putih dan cendawan
kecil pada umur 21 hari setelah semai (HSS) jelaga. Hal ini disebabkan karena kondisi
atau sudah mempunyai empat helai daun. screen house cukup lembab, sehingga baik
Tanaman dalam polybag maupun persemaian kutu maupun jamur bisa berkembang biak.
hasil praktik para peserta disimpan di screen Pengendalian dilakukan secara manual, yaitu
house di kebun percontohan milik KWT Al membersihkan bagian tanaman yang terserang
Istiqomah, yang terletak di belakang Balai dengan air dan kemudian tanaman disemprot
Desa Ciawijapura. Pada kesempatan tersebut dengan larutan ekstrak bawang putih, agar
juga dibahas tentang teknik pemeliharaan tidak diserang kembali oleh kutu putih. Untuk
tanaman terong ungu. Para pengurus dan mengurangi kelembaban di sekitar tanaman,
anggota KWT Al Istiqomah telah terbiasa maka jarak antar polybag diperlebar menjadi
berbagi tugas dalam memelihara tanaman yang sekitar 25 cm dan jumlah tanaman di dalam
ada di kebun percontohan sehingga untuk screen house dikurangi.
pemeliharaan tanaman terong juga mereka Hasil uji T berpasangan dengan menggunakan
berbagi tugas pemeliharaan. program SPSS, menunjukkan bahwa terjadi
Konsultasi dan pendampingan dilakukan peningkatan pengetahuan yang nyata tentang
selama tiga minggu pertama pada masa budidaya terong ungu di pekarangan, antara
pemeliharaan. Monitoring pertama dilakukan sebelum dengan sesudah mengikuti pelatihan,
pada tanggal 23 Maret 2021, tidak sesuai dengan tingkat signifikansi 0,002>0,05 (data tidak
dengan jadwal yang telah disepakati. Hal ini disajikan). Hal ini disebabkan antara lain karena
disebabkan karena salah satu anggota Tim materi yang disajikan disampaikan dengan bahasa
PKM ada yang terpapar Covid-19 sehingga yang mudah dipahami dan disertai dengan praktik
monitoring ditunda sampai kondisi dinyatakan budidaya yang membantu peserta untuk lebih
aman. Pada monitoring pertama ditemukan memahami materi yang disampaikan. Selain itu
tingkat pengetahuan awal para peserta telah cukup terbiasa bercocok tanam di lahan terbuka sehingga
tinggi (Gambar 3), yaitu 73% dari total nilai memiliki pengalaman dalam bercocok tanam.
harapan. Setelah pelatihan tingkat pengetahuan Pengalaman tersebut merupakan pengetahuan
meningkat menjadi 89% dari total nilai harapan. awal yang mendorong mereka untuk memiliki
Para peserta pelatihan, yang sebagian besar ketertarikan terhadap materi pelatihan yang
merupakan anggota KWT Al Istiqomah telah diberikan.
450 427
400
352
350
300
Skor = Y
250
200
150
100
50
0
Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Waktu penilaian (X)
Gambar 3. Skor sebelum dan sesudah pelatihan teknologi budidaya terong ungu di pekarangan
Kondisi ini sama dengan yang terjadi keberlanjutan dari program pelatihan ini, dengan
pada KWT Zahra di Kabupaten Tasikmalaya materi lain pada komoditas yang sama. Materi
dalam mengadopsi inovasi teknik budidaya yang diusulkan oleh para peserta adalah
tanaman sayuran secara vertikultur. Tingkat pengendalian hama dan penyakit pada terong
kemudahan dalam budidaya vertikultur membuat secara organik dan pengolahan buah terong
mereka tertarik dan menimbulkan minat untuk menjadi produk yang layak jual.
meningkatkan pengetahuan tentang budidaya
sayuran secara vertikultur (Isnaeni dan Yunita, KESIMPULAN
2019). Pelatihan budidaya tanaman terong ungu
Hasil penelitian Suryani et al. (2017) dalam polybag telah meningkatkan pengetahuan
menunjukkan bahwa motivasi merupakan salah dan keterampilan para anggota TP-PKK dan
satu karakteristik individu yang berpengaruh KWT Al Istiqomah, Desa Ciawijapura. Dampak
terhadap adopsi inovasi keberlanjutan budidaya positif dari meningkatnya pengetahuan ini
tanaman di pekarangan. Sementara karakteristik mendorong para peserta pelatihan untuk mencoba
inovasi yang berpengaruh adalah keuntungan membudidayakan terong ungu dalam polybag
relatif dan kesesuaian inovasi. Hasil penelitian dan memeliharanya sesuai dengan materi yang
ini mendukung hasil kegiatan PKM di Desa disampaikan pada pelatihan. Implikasi dari
Ciawijapura, di mana para peserta memiliki kegiatan ini adalah para peserta dapat
motivasi untuk melakukan budidaya tanaman memanfaatkan lahan pekarangan dengan tanaman
terong di pekarangan dengan baik untuk yang bermanfaat untuk meningkatkan gizi
mendukung program pemerintah desa yang keluarga. Para peserta berharap keberlanjutan
menjadikan terong ungu sebagai komoditas dari kegiatan ini, terutama untuk pengendalian
unggulannya. Sementara itu, harga jual terong hama dan penyakit secara organik serta
ungu yang cukup tinggi pada saat pelatihan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil
ini dilaksanakan, yaitu sekitar Rp. 8.000,00 terong.
per kg, menjadi pendorong para ibu untuk
menerapkan hasil pelatihannya. UCAPAN TERIMA KASIH
Kegiatan pendampingan dilaksanakan selama
satu bulan, yaitu sampai dengan tanaman tumbuh Ucapan terima kasih disampaikan kepada
baik di polybag besar. Berdasarkan kegiatan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM)
yang telah dilakukan, para peserta menghendaki Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) yang
telah membiayai kegiatan ini pada semester ganjil Mustang F1. Jurnal Agrivor, 13(1), 59–66.
tahun akademik 2019/2020. Tersedia dari http://ejurnal.untag-smd.ac.id/
index.php/AG/article/view/549
DAFTAR PUSTAKA
Sahid, O. T., Murti, R. H., & Trisnowati, S.
Alzarliani, W. O., Mustari, L. O. M., Ajo, A., (2014). Hasil dan mutu enam galur terung
Hardin, & Monica, A. A. (2019). Penyuluhan (Solanum melongena L.). Vegetalika, 3(2),
laboratorium lapangan budidaya terong dan 45–58. Tersedia dari https://journal.ugm.ac.id/
cabe di Kelurahan Bandar Batauga Kecamatan jbp/article/view/5151
Batauga Kabupaten Buton Selatan. Jurnal
Santosa, S. J., & Sumarni. (2016). Pengaruh
Pengabdian Masyarakat Membangun Negeri,
konsentrasi ekstrak teh dan macam media
3(2), 36–47. https://doi.org/10.35326/pkm.v3
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
i2.456
terong di polybag. Joglo, 28(2), 71–77.
Ervina, O., Andjarwati, & Historiawati. (2016). Tersedia dari http://ejurnal.unisri.ac.id/index.
Pengaruh umur bibit pindah tanam dan macam php/Joglo/article/view/1461
pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil
Suryani, A., Fatchiya, A., & Susanto, D.
tanaman terong (Solanum melongena L.)
(2017). Keberlanjutan penerapan teknologi
Varitas Antaboga 1. VIGOR: Jurnal Ilmu
pengelolaan pekarangan oleh wanita tani
Pertanian Tropika dan Subtropika, 1(1), 12–
di Kabupaten Kuningan. Jurnal Penyuluhan,
22. Tersedia dari https://jurnal.untidar.ac.id/
13(1), 50–63. https://doi.org/10.25015/penyu
index.php/vigor/article/view/312
luhan.v13i1.14641
Isnaeni, S., & Yunita, R. (2019). Adopsi teknologi
Thoriqussalam, A., & Damanhuri. (2019).
vertikultur skala rumah tangga pada beberapa
Pengaruh komposisi media pesemaian
jenis sayuran di Desa Parakannyasag,
terhadap pertumbuhan dan produksi
Tasikmalaya. Journal of Empowerment
bawang merah asal biji (True Shallot Seed).
Community, 1(1), 27–32. Tersedia dari https://
Jurnal Produksi Tanaman, 7(7), 1314–1321.
www.e-journal.unper.ac.id/index.php/JEC/arti
Tersedia dari http://protan.studentjournal.ub.
cle/view/179
ac.id/index.php/protan/article/view/1180
Miransari, M., & Smith, D. L. (2014).
Umarie, I., Wijaya, I., & Suhdi. (2019).
Plant hormones and seed germination.
Kombinasi media tumbuh meningkatkan
Environmental and Experimental Botany, 99,
pertumbuhan dan hasil tanaman terong
110–121. https://doi.org/10.1016/j.envexpbot.
(Solanum melongena L.) pada budidaya
2013.11.005
hidroponik duck bucked system. Gontor
Ramadhan, D., Riniarti, M., & Santoso, T. (2018). AGROTECH Science Journal, 5(2), 127–149.
Pemanfaatan cocopeat sebagai media tumbuh http://dx.doi.org/10.21111/agrotech.v5i2.3389
sengon laut (Paraserianthes falcataria) dan
Waskito, K., Aini, N., & Koesriharti. (2017).
merbau darat (Intsia palembanica). Jurnal
Pengaruh komposisi media tanam dan pupuk
Silvia Lestari, 6(2), 23–31. http://dx.doi.org/
nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil
10.23960/jsl2622-31
tanaman terong (Solanum melongena L.).
Safei, M., Rahmi, A., & Jannah, N. (2014). Jurnal Produksi Tanaman, 5(10), 1586–1593.
Pengaruh jenis dan dosis pupuk organik Tersedia dari http://protan.studentjournal.ub.
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ac.id/index.php/protan/article/view/545
terung (Solanum melongena L.) Varietas