Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa

akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami

proses penuaan terlihat dari penurunan fungsi tubuh secara bertahap yang tidak

dapat dihindari. Hal ini dipengaruhi suatu kondisi tertentu seperti penyakit,

lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). Adanya

peningkatan usia harapan hidup, berdampak pada lebih banyak terjadinya

gangguan penyakit pada lansia, penyebab lansia dapat berupa penyakit fisik

dan penyakit mental. Beberapa gangguan mental yang sering ditemukan pada

usia lanjut adalah depresi, insomnia, ansietas, dan delirium. Gangguan depresi

yang dijumpai pada lansia adalah masalah psikososio-geriatri sehingga perlu

mendapat perhatian khusus (Marchira, Wirasto dan Sumarno, 2007). Depresi

adalah masalah medis yang serius dengan melibatkan gejala-gejala yang

berkaitan dengan mood, kognitif dan gejala fisik. Gejala-gejala yang berkaitan

dengan mood yaitu merasa depresi, sedih, atau mood irritable, kehilangan

minat pada aktivitas sehari-hari, ketidakmampuan untuk merasakan

kesenangan, merasa bersalah dan tidak berguna, dan pikiran tentang kematian

dan ide bunuh diri (Pratt & Brody, 2014).

Berdasarkan hasil pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 12 Januari 2021 terhadap 10 lansia didapatkan data bahwa 7 lansia


mengatakan merasa sedih dan kesepian karena ditinggal mati oleh pasangannya

terlebih dulu, 3 lansia mengatakan merasa senang dan tenang menikmati

kehidupan bersama pasangan mereka.

Menurut WHO, depresi adalah masalah yang serius karena merupakan

urutan ke-4 penyakit dunia dan dari data penelitian epidemiologi yang

dilakukan WHO pada tahun 2014 pada kasus parah, depresi dapat

menyebabkan bunuh diri. Populasi dunia pada tahun 2019 yaitu sekitar 7,6

miliar orang dan terjadi peningkatan tahun 2050 mencapai 9,9 miliar.

Persentase populasi yang berumur lebih dari 60 tahun di dunia dari tahun 2015

sekitar 15% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 22% (Kaneda, 2018).

Secara global populasi lansia semakin meningkat pada tahun 2020 jumlah

penduduk yang berusia 60 tahun ke atas akanmelebihi jumlah anak yang

berusia dibawah lima tahun dan pada tahun 2050 sebanyak 80% lansia berada

di Negara berkembang (WHO,2018).Negara Indonesia merupakan salah satu

Negara berkembang yang memiliki jumlah lansia pada tahun 2018 sebesar

9,3%, atau 22,4 juta jiwa (BPS, 2018). Pada tahun 2020 yaitu sebanyak 27,08

juta jiwa lansia, tahun 2025sebanyak 33,69 juta jiwa lansia, tahun 2035

sebanyak 48,19 juta jiwa lansia, dandi prediksi pada tahun 2050 Indonesia akan

mengalami peningkatan jumlahlansia yang tinggi di bandingkan dengan

Negara yang berada dikawasan Asia(Kemenkes RI, 2018).

Dari data prevelansi depresi pada lansia di indonesia jumlah penderita

depresi yaitu sebanyak 6,1% dari total seluruh penduduk sedangkan prevelansi

depresi lansia dijawa timur sebanyak 91% (Riskesdas, 2018). Dan berdasarkan
Dinas kesehatan kabupaten daerah nganjuk 2019 jumlah lansia yang memiliki

penyakit penyakit kronis 50.360 lansia.

Faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia terbagi atas faktor

internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal terdiri dari biologis (usia,

jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat penyakit) dan faktor eskternal yaitu

sosial, meliputi status perkawinan, pekerjaan, stressor sosial, dukungan sosial

(Marta, 2012). Kesepian akan sangat dirasakan oleh lansia yang hidup

sendirian, tanpa anak, kondisi kesehatannya rendah, tingkat pendidikannya

rendah dan rasa percaya diri rendah dari beberapa faktor tersebut dapat

menimbulkan depresi. Apabila depresi yang terjadi pada lansia tidak dapat

diatasi maka akan menimbulkan dampak terjadinya perubahan perilaku pada

lansia berupa Agresif, Agitasi, Kebingungan, gangguan tidur, isolasi sosial

sampai dengan menarik diri dari lingkungan sosial.

Menurut Merz dan Gierveld (2016) menyatakan bahwa ketidakadanya

kehadiran pasangan akan berdampak pada hilangnya jaringan sosial yaitu tidak

ada tempat untuk bertukar ide atau pendapat, kedua ketika membutuhkan

bantuan yang biasanya selalu bergantung pada pasangan kini tidak ada yang

membantu, dan ketiga orang-orang yang hidup tanpa pasangan setelah

kematian sangat mungkin mengalami kesepian yang berlarut hingga intensitas

yang lama.

Berbeda halnya dengan lansia dengan status menikah, seperti hasil

dari penelitian yang dilakukan oleh Wikananda (2015) menghasilkan lansia

dengan status menikah kecenderungan memiliki kualitas hidup yang lebih baik
sehingga tidak merasa kesepian. Pernikahan erat kaitannya dengan kasih

sayang dan rasa berbagi yang dibutuhkan oleh lansia, serta saling membantu

baik dalam hal fisik maupun mental.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud

mengangkat judul penelitian yaitu: “Hubungan Status Perkawinan dengan

Depresi pada Lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan status perkawinan dengan

depresi pada lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status perkawinan dengan depresi pada lansia di

Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi status perkawinan pada lansia di Kelurahan

Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.

b. Mengidentifikasi depresi pada lansia di Kelurahan Kartoharjo

Kabupaten Nganjuk.

c. Menganalisis hubungan status perkawinan dengan depresi pada lansia

di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.


D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak terkait, antara lain:

1. Bagi Lansia

Dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia melalui upaya

peningkatan pengetahuan lansia tentang dampak negatif depresi.

2. Bagi Tempat Penelitian

Dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan yang bertugas di posyandu

lansia dalam memberikan penyuluhan tentang dampak negatif depresi pada

lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Dapat memberi masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan komunitas,

khususnya berkaitan dengan hubungan status perkawinan dengan depresi

pada lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Status Perkawinan

a. Pengertian

Status Perkawinan merupakan status yang dimiliki seseorang sebagai

penduduk negara yang digolongkan berdasarkan ikatan pernikahan.

Status perkawinan yang diakui oleh pemerintah indonesia terbagi

menjadi empat golongan (Kependudukan, 2016), yakni:

1) Belum kawin: Yakni status yang dimiliki oleh mereka yang belum

pernah terikat Pernikahan

2) Kawin: dalam konteks kependudukan negara Indonesia, status kawin

diartikan sebagai status yang diberikan kepada mereka yang terikat

dengan Pernikahan baik yang tinggal bersama maupun berpisah yang

3) Cerai Hidup: merupakan bagian dari mereka yang telah menikah dan

berpisah dengan suami atau istri dan disahkan secara hukum negara,

agama, dan hukum adat yang mana dari perpisahan tersebut belum

terjadi Pernikahan lagi.

4) Cerai Mati: yakni pasangan yang telah menikah dan berpisah karena

suami atau istri meninggal dunia dan belum kawin lagi.

2. Konsep Depresi

a. Definisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,

kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri

(Aspiani, 2014).

b. Tanda dan Gejala Depresi

Perilaku yang berhubungan dengan depresi meliputi beberapa aspek

seperti :

1) Afektif

Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan,

kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian,

harga diri rendah, kesedihan.

2) Fisiologi

Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing,

keletihan, gangguan pencernaan, insomnia, perubahan haid, makan

berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan.

3) Kognitif

Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,

kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri

sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis,

ketidakpastian.

4) Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan

obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat

tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah

menangis, dan menarik diri.

c. Upaya Penanggulangan Depresi Pada Lansia

Ada beberapa upaya penanggulangan depresi dengan electric holistis

opproach, diantaranya :

1) Pendekatan Psikodinamik

Fokus pendekatan psikodinamik adalah penanganan terhadap konflik-

konflik yang berhubungan dengan kehilangan dan stress. Upaya

penanganan depresi dengan mengidentifikasi kehilangan dan stress

yang menyebabkan depresi, mengatasi, dan mengembangkan cara-

cara menghadapi kehilangan dan stressor dengan psikoterapi yang

bertujuan untuk memulihkan kepercayaan diri (self confidence) dan

memperkuat ego.

2) Pendekatan Perilaku Belajar

Penghargaan atas diri yang kurang akibat dari kurangnya hadiah dan

berlebihannya hukuman atas diri dapat diatasi dengan pendekatan

perilaku belajar.Caranya dengan identifikasi aspek-aspek lingkungan

yang merupakan sumber hadiah dan hukuman.

3) Pendekatan Kognitif

Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pandangan dan pola pikir

tentang keberhasilan masa lalu dan sekarang dengan cara


mengidentifikasi pemikiran negative yang mempengaruhi suasana

hati dan tingkah laku, menguji individu untuk menentukan apakah

pemikirannya benar dan menggantikan pikiran yang tepat dengan

yang lebih baik.

4) Pendekatan Humanistik Eksistensial

Tugas utama pendekatan ini adalah membantu individu menyadari

keberadaannya didunia ini dengan memperluas kesadaran diri,

menemukan dirinya kembali dan bertanggung jawab terhadap arah

hidupnya.

5) Pendekatan Farmakologis

Dari berbagai jenis upaya untuk gangguan depresi ini, maka terapi

psikofarmaka (farmakoterapi) dengan obat anti depresan merupakan

pilihan alternatif.Hasil terapi dengan obat anti depresan adalah baik

dengan dikombinasikan dengan upaya psikoterapi.

d. Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia

Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap

lingkungannya.Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan

sesuai dengan gejala yang termanifestasi.Jika dicurigai terjadi depresi,

harus dilakukan pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi

dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang untuk diujikan

kepada lansia.Salah satu yang paling mudah digunakan untuk

diinterprestasikan di berbagai tempat, baik boleh oleh peneliti maupun

praktisi klinis adalah Geriatric Depression Scale (GDS).Alat ini terdiri


dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai alat penapisan depresi pada lansia.

GDS menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan

menjawab “ya” atau “tidak”. Skor 0-10 menunjukkan tidak depresi, nilai

11-20 menunjukkan depresi sedang dan skor 21-30 termasuk depresi

berat.

Indikator GDS meliputi : minat aktivitas, perasaan sedih, perasaan sepi

dan bosan, perasaan tidak berdaya, perasaan bersalah,

perhatian/konsentrasi, semangat/harapan terhadap masa depan (Aspiani,

2014).

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia

Menurut Marta, 2012 faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia

terbagi atas internal dan eksternal. Dalam faktor internal terdiri dari

biologis (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat penyakit) dan

faktor eskternal yaitu sosial, meliputi status perkawinan, pekerjaan,

stressor soaial, dukungan sosial.

1) Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikososial

meliputi :

a) Jenis kelamin

Depresi lebih sering terjadi pada wanita.Ada dugaan bahwa wanita

lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering

terdiagnosis.Selain itu, ada pula yang menyatakan bahwa wanita

lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan ambangnya

terhadap stressor lebih rendah bila dibandingkan dengan


pria.Adanya depresi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan

hormon pada wanita menambah tingginya prevelansi depresi pada

wanita.

b) Usia

Depresi lebih sering terjadi pada usia muda. Umur rata-rata awitan

20-40 tahum.Faktor sosial sering menempatkan seseorang yang

berusia muda pada resiko tinggi.Predisposisi biologic seperti faktor

genetik juga sering memberikan pengaruh pada seseorang yang

lebih muda.Walaupun demikian, depresi juga dapat terjadi pada

anak-anak dan lansia.

c) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi lebih tinggi

pada subyek penderita bila dibandingkan dengan kontrol.Begitu

pula, riwayat keluarga bunuh diri dan menggunakan alkohol lebih

sering pada keluarga penderita depresi daripada kontrol. Dengan

kata lain, depresi semakin tinggi bila ada riwayat genetik dalam

keluarga.

d) Riwayat penyakit

Penyakit kronik yang diderita lansia selama bertahun-tahun

biasanya lansia menjadi lebih mudah terkena depresi.Beberapa

penyakit kronik yang menjadi faktor resiko meningkatnya depresi

yaitu stroke, hipertensi,DM, hilangnya fungsi pendengaran,


hilangnya fungsi penglihatan, penyakit jantung dan penyakit kronik

paru.

e) Kepribadian lansia

Seseorang dengan kepribadian yang lebih tertutup, mudah cemas,

hipersensitif dan lebih bergantung pada oranga lain lebih rentan

terkena depresi.

2) Faktor eksternal

a) Status perkawinan

Gangguan depresi mayor lebih sering dialami individu yang

bercerai atau berpisah bila dibandingkan dengan yang menikah atau

lajang. Status perceraian menempatkan seseorang pada resiko lebih

tinggi untuk menderita depresi.

b) Pekerjaan

Status pekerjaan seseorang merupakan faktor resiko terjadinya

depresi misalnya tidak mempunyai pekerjaan menganggur.Suatu

survey dilakukan terjadinya depresi lebih sering terjadi pada

pengangguran daripada yang bekerja.

c) Stressor sosial

Stressor adalah suatu keadaan yang dirasakan sangat menekan

sehingga seseorang tidak dapat beradaptasi dan bertahan.Stressor

sosial merupakan faktor resiko terjadinya depresi.

d) Dukungan sosial
Seseorang yang tidak terintregasi kedalam masyarakat cenderung

mendeita depresi.Dukungan sosial terdiri dari 4 komponen, yaitu

jaringan sosial, interaksi sosial dapat dinilai dengan

mengidentifikasi individu-individu yang berda didekatnya.

3. Konsep Lansia

a. Pengertian Lanjut Usia

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada dau kehidupan

manusia. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih

dari 60 tahun. ( Dewi, 2014).

b. Klasifikasi Lansia

Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut:

1) Pra lansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun.

2) Lansia seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

4) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan menurut WHO klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :

1) Elderly : 60-74 tahun

2) Old : 75-89 tahun

3) Very Old : > 90 tahun (Dewi, 2014).

c. Karateristik lansia
Lansia memiliki 3 karateristik sebagai berikut :

1) Berusia 60 tahun.

2) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Dewi, 2014).

3) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit.

d. Tipe Lansia

Dalan Nugroho (2000), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia.

Beberapa diantaranya sebagai berikut :

1) Tipe Arif Bijaksana

Lansia ini kaya akan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, dermawan, sederhana, ,memenuhi undangan dan

menjadi panutan.

2) Tipe mandiri

Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan

yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan.

3) Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahit batin, menentang proses

penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya

tarik jasmani ; kehilangan kekuasaan, mudah tersinggung, dan sulit

dilayani.

4) Tipe pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan beribadat, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.


5) Tipe bingung

Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, merasa minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Lansia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung

pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, dan

ekonominya. Tipe ini antara lain:

1) Tipe optimis

Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia

dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan

untuk menuruti kebutuhan pasifnya.

2) Tipe konstruktif

Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai

toleransi tinggi, humoris, fleksibel, dan sadar diri. Biasanya sifat ini

terlihat sejak muda.

3) Tipe pemarah frustasi

Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan

sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.

4) Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri

Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak ambisi, tidak dapat

menyesuaikan diri, lansia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi

juga depresi, menganggap usia lanjut sebagai masa yang tidak

menarik dan berguna (Dewi, 2014).


5) Tipe militan dan serius

Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa

menjadi panutan.

6) Tipe bermusuhan

Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan, selalu mengeluh, dan curiga. Umumnya memiliki

pekerjaan yang tidak stabil di saat muda, menganggap menjadi tua

sebagai hal yang tidak baik, takut mati, iri hati pada orang yang masih

muda, dan senang mengadu untung pekerjaan.

e. Tugas perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan seseorang lansia menghadapi perkembangan

usia lanjur dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap

sebelumnya. Maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan

yang biasa ia lakukan sehari-hari di tahap perkembangan sebelumnya

(Dewi, 2014).

Adapun tugas perkembangan lanjut usia adalah sebagai berikut:

1) Persiapan diri untuk pension

2) Persiapan kehidupan baru

3) Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya

4) Persiapan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Dewi,

2014).

f. Teori-teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual (Maryam dkk,

2008),yaitu:

1) Teori Biologi

Dalam teori biologi dimana sel dalam tubuh akan mengalami

kemunduran. Teori biologi mencakup teori genetik/ mutasi,

imunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas dan teori rantai

silang.

2) Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya

sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok

elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron yang tidak

berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif hebat. Sebelum memiliki

pasangan, radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-sel tubuh

guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang sel-sel tubuh

yang normal. Teori ini mengemukakan bahwa terbentuknya gugus

radikal bebas (hydroxyl, superoxide, hydrogenperoxide, dan

sebagainya) adalah akibat terjadinya otooksidasi dari molekul

intraselular karena pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan

merusak enzim superoksida - dismutase (SOD) yang berfungsi

mempertahankan fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi

rusak. Proses penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV

(photoaging) merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini

(Yaar & Gilchrest, 2007).


3) Teori Genetik/ Mutasi

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel

pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk, 2008). Teori

mutasi somatik, menurut teori ini penuaan terjadikarena adanya

mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi

kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses

translasi RNA protein/ enzim. Kesalahan ini terjadi secara terus

menerus sehingga menurunkan fungsi organ atau perubahan sel

kanker atau penyakit (Nugroho, 2008).

4) Teori Imunologi (imunology slow theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

biokimia yang diprogram oleh molekul - molekul DNA dan setiap sel

pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk, 2008).

5) Teori Stress

Mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel - sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang

menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai (Maryam, dkk, 2008).

6) Teori Rantai Silang

Teori menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,


karbohidrat, dan asam nukleat. Reaksi kimia ini menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan

kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya Pada usia lanjut, proses

penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan fungsi (Nugroho,

2008).

7) Teori Psikologi

Penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang

efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lanjut usia

menyebabkan mereka sulit dipahami dalam berinteraksi (Nugroho,

2008).

Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan

keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian

individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi

karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif

dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah

terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut. Persepsi

merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.

8) Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu
proses interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori

kesinambungan, teori perkembangan dan teori stratifikasi usia

(Maryam, dkk, 2008).

a) Teori Interaksi Sosial

Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak kepada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal - hal yang dihargai masyarakat.

Kemampuan usia lanjut untuk terus menjalini interaksi sosial

merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuan bersosialisasi. Pada usia lansia kekuasaan dan

prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial

mereka juga berkurang yang tersisa adalah harga diri (Maryam,

dkk, 2008).

b) Teori Penarikan Diri

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Dengan bertambahnya usia lanjut, ditambah dengan adanya

kemiskinan, usia lanjut secara berangsur-ansur.

Melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi sosial usia

lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga

sering usia lanjut mengalami kehilangan peran, hambatan kontak

sosial dan berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).

c) Teori Aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori disagement dan menegaskan

bahwa kelanjutan dewasa tengah penting untuk keberhasilan

penuaan. Usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan

banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia lanjut akan merasa

puas bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas

tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008).

d) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan usia lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat

merupakan gambaran kelak pada saat menjadi usia lanjut. Pada

teori kesinambungan ini pergerakan dan proses banyak arah,

bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status

kehidupannya. Pokok - pokok pada teori kesinambungan ini adalah,

a) Usia lanjut disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, b) Peran usia lanjut yang hilang tidak perlu

diganti, dan c) Usia lanjut berkesempatan untuk memilih berbagai

macam cara untuk beradaptasi (Maryam, dkk. 2008).

e) Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah

dialami oleh usia lanjut pada saat muda hingga dewasa. Ada

delapan fase, yaitu: a) Usia lanjut yang menerima apa adanya, b)

Usia lanjut yang takut mati, c) Usia lanjut yang merasakan hidup

penuh arti, d) Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut bertanggung


jawab dengan merasakan kesetiaan, f) Usia lanjut yang

kehidupannya berhasil, g) Usia lanjut merasa terlambat untuk

memperbaiki diri dan h) Usia lanjut yang perlu menemukan

integritas diri melawan keputusasaan (Maryam, dkk, 2008).

f) Teori Stratifikasi Usia

Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakukan bersifat

deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat usia

lanjut secara kelompok atau bersifat makro. Kelemahan pada teori

ini adalah tidak dapat dipergunakan untuk menilai usia lanjut

secara perorangan.

9) Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang

atri kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu bentuk pengetahuan

dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Sehingga dapat

menumbuhkan kepercayaan antara orang dan lingkungan yang terjadi

karena adanya kombinasi antara nilai - nilai dan pengetahuan

(Maryam, dkk, 2008).


B. Kerangka Konseptual
Lansia

Aging proses

1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Psikososial
a. Kehilangan Financial
b. Kehilangan status
c. Kehilanganteman
d. Kehilangan Pekerjaan
e. Perubahan dalamcara hidup
f. Ekonomi akibat dari
pemberhetian jabatan
g. Penyakit kronis
h.Gangguan saraf pancaindra
Faktor yang mempengaruhi
i. gangguan gizi
Depresi: j. rangkaian kehilangan (kehilangan
1.Internal : teman dan keluarga)
a) Jenis Kelamin k. Hilangnya Kekuatan dan
b) Usia ketegapan fisik, perubahan
c) Riwayat Penyakit terhadap gambaran diri,
Penyakit Riwayat
perubahan konsep diri.
Keluarga Meliputi:
2.Eksternal (1) Demensia
a) Status Perkawinan (2) Berduka Cita
Tidak
terjadinya
(1) Belum kawin (3) Depresi depresi pada
(2) Kawin (a) Minat aktivitas Lansia

(3) Cerai hidup (b) Perasaan sedih


(c) perasaan sepi dan bosan
(4) Cerai mati
(d) perasaan tidak berdaya
b) Pekerjaan
(e) perasaan bersalah
c) Stressor Sosial
(f) perhatian/ konsentrasi
d) Dukungan Sosial (g) semangat atau harapan
terhadap masa depan
(4) Gangguan konsep diri
(5) Harga Diri Rendah
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (6)Hubungan
Menarik diri
Status Perkawinan dengan
Depresi pada Lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten
3.Perubahan Mental
4. Perubahan Spiritual
Nganjuk.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan sementara, rumusan

masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016). Berdasarkan kerangka

konsep di atas dalam penelitian ini akan dikemukakan sebagai hipotesa sebagai

berikut:

Ha: Ada Hubungan Status Perkawinan dengan Depresi pada Lansia di

Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode

ilmiah (Notoatmodjo, 2010). Metode penelitian meliputi desain penelitian,

kerangka kerja penelitian, populasi, sampel, dan sampling, identifikasi variabel,

definisi operasional, pengumpulan dan analisa data, serta etika penelitian.

A. Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2009) desain penelitian adalah semua proses yang

dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian ini

menggunakan desain korelasi, yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti

untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa

melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada

(Arikunto, 2010). Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu

dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel satu kali saja

dan pengukuran variabel dependen dan independen dilakukan pada saat

pemeriksaan atau pengkajian data (Nursalam, 2016).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada Bulan April 2021 berlokasi di

Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.


C. Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah pentahapan (langkah-langkah dalam aktivitas

ilmiah) mulai dari penatapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan

sejak awal penelitian akan dilaksanakan (Nursalam, 2016).


Populasi
Seluruh lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk yang
berjumlah 35 orang.

Sampling
Purposive Sampling

Sampel
Sebagian lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk yang
memenuhi kriteria inklusi.

Pengumpulan Data
Variabel Status Perkawinan : Lembar observasi
Variabel Depresi pada Lansia : Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, tabulating, analyzing dengan uji Spearman Rank
pada α (0,05)

Hasil
Disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan gambar
ρ-value ≤ α (0,05) Ha diterima, ρ-value > α (0,05) H0 diterima

Kesimpulan
Ada atau tidak ada hubungan status perkawinan dengan depresi pada
lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.
Gambar 3.2 Kerangka Kerja Hubungan Status Perkawinan dengan Depresi
Pada Lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.

D. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek (misalnya manusia, pasien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Kelurahan Kartoharjo

Kabupaten Nganjuk yang berjumlah 35 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subyek penelitian (Nursalam, 2016). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten

Nganjuk yang memenuhi kriteria inklusi.

3. Sampling

Sampling adalah menyeleksi populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2016). Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel berdasarkan kriteria tertentu yang diinginkan (Sugiyono, 2009).

a. Kriteria Inklusi:

1) Lansia usia minimal 60 tahun

2) Laki-laki dan perempuan

3) Bisa membaca dan menulis


b. Kriteria Eksklusi:

Lansia yang sedang sakit atau dirawat di rumah sakit.

E. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).

Variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya variabel dependent (Sugiyono, 2009). Dalam

penelitian ini variabel independen dalam penelitian adalah status

perkawinan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Dalam

penelitian ini variabel dependen adalah depresi pada lansia.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

(variabel) yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam,

2016). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:


Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Status Perkawinan dengan Depresi
Pada Lansia di Kelurahan Kartoharjo Kabupaten Nganjuk.
Variabel Definisi
Parameter Alat Ukur Skala Kategori
Penelitian Operasional
Variabel Status ada Status Kuesione Nominal Belum kawin:
Independen: atau tidaknya perkawinan: r skor 1
ikatan antara 1. Menikah Kawin: skor 2
Status laki-laki dan 2. Janda/duda Cerai hidup: skor
perkawinan perempuan 3
yang terjalin Cerai mati: skor 4
secara sah
sesuai dengan
agama
masing-
masing.
Variabel Salah satu Indikator GDS: Kuesione Ordinal Jawaban :
dependen: bentuk 1.Minat Aktivitas r Favorable :
gangguan 2.Perasaan sedih Ya : 1
Depresi alam perasaan 3. Perasaan sepi Tidak : 0
pada lansia yang ditandai dan bosan Unfavorable :
dengan 4.Perasaan tidak Ya : 0
perasaan sedih berdaya Tidak : 1
yang 5.Perasaan Dengan kategori:
berlebihan, bersalah Skor :
murung, tidak 6.Perhatian 0-10 : tidak
bersemangat, Konsentrasi depresi
perasaan tidak 7.Semangat atau 11-20 : depresi
berharga, harapan sedang
putus asa, dan terhadap masa 21- 30 : depresi
selalu merasa depan berat
dirinya gagal ( Aspiani, 2014).

G. Instrumen, Pengumpulan dan Analisa Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat guna mengumpulkan data

penelitian (Sutomo, 2013). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan

data untuk status perkawinan pada responden menggunakan lembar


observasi dan terjadinya depresi menggunakan kusioner Geriatric

Depresion Scale (GDS).

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2016). Dalam melakukan penelitian prosedur data

yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

a. Mengurus surat permohonan ijin kepada Kepala STIKes Satria Bhakti

Nganjuk.

b. Mengurus surat permohonan ijin kepada Kepala Kesbangpolinmas

Kabupaten Nganjuk.

c. Mengurus surat permohonan ijin kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Nganjuk.

d. Mengurus surat permohonan ijin kepada Kepala Puskesmas Nganjuk

dan diteruskan kepada koordinator posyandu lansia Kelurahan

Kartoharjo.

e. Memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian

dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed concent.

f. Membagikan kuesioner pada kepada responden untuk diisi, kemudian

dikumpulkan untuk direkap dan diolah secara statistik.


3. Analisa Data

a. Editing

Editing adalah kegiatan memeriksa kesesuaian responden dengan

kriteria yang telah ditentukan.

b. Coding

Coding (pengkodean) adalah usaha pengklasifikasian data umum

responden menurut kriteria tertentu, meliputi: jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.

1) Data umum

a) Jenis Kelamin

Laki laki = kode 1

Perempuan = kode 2

b) Usia

60-74 tahun = kode 1

75- 90 tahun = kode 2

c) Pendidikan

Tidak Sekolah = kode 1

SD = kode 2

SMP = kode 3

SMA/SMK = kode 4

Perguruan Tinggi = kode 5

d) Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga = kode 1


Petani = kode 2

Swasta/Wiraswasta = kode 3

PNS = kode 4

Tidak Bekerja = kode 2

2) Data Khusus

a) Variabel Independen (Status Perkawinan)

Belum kawin = kode 1

Kawin = kode 2

Cerai hidup = kode 3

Cerai mati = kode 4

b) Variabel Dependen (Depresi)

Tidak Depresi = kode 1

Depresi Sedang = kode 2

Depresi berat = kode 3

c. Scoring

Scoring yaitu pemberian skor atau nilai terhadap jawaban responden

atau hasil observasi.

1) Data Umum

Pada penelitian ini data umum yang ditampilkan meliputi jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, interprestasinya

menggunakan deskripsi prosentase. Setelah data terkumpul maka

dilakukan distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus :

P = ∑F X 100%
N

Keterangan :

∑F = Frekuensi Jawaban

P = Prosentase

N = Jumlah Sampel (Arikunto, 2002)

Berdasarkan hasil pengolahan data di intreprestasikan dengan

menggunakan skala kuatitantif menurut Arikunto (2002) :

100 % : Seluruhnya

76%-99% : Hampir Seluruhnya

51%- 75% : Sebagian Besar

50% : Setengahnya

26%-49% : Hampir Setengahnya

1%-25% : Sebagian kecil

0% : Tidak satupun

2) Data Khusus

a) Variabel Dependen (Terjadinya Depresi)

Berdasarkan Geriatric Depression Scale (GDS) sebagai berikut:

(1) Favorable

(a) Pernyataan Ya =1

(b) Pernyataan Tidak = 0

(2) Unfavorable

(a) Pernyataan Ya =0

(b) Pernyataan Tidak = 1


Kemudian dikategorikan

Skor 0-10 = tidak depresi

Skor 11-20 = depresi sedang

Skor 21-30 = depresi berat

d Tabulating

Tabulating adalah proses pengolahan jawaban-jawaban yang serupa dan

menjumlahkannya dengan cara yang teliti dan teratur.

Mengelompokkan dan menghitung jumlah masing-masing variabel,

memindahkan variabel yang telah dikelompokkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi.

e. Analyzing

Analisa data statistik dilakukan dengan uji korelasi Spearman Rank

dengan  0,05. Adapun pedoman untuk pengujian hipotesis adalah bila

p-value ≤ α (0,05), maka Ha diterima atau Ho ditolak, yang artinya ada

hubungan status perkawinan dengan depresi pada lansia di Kelurahan

Kartoharjo Kabupaten Nganjuk. Sedangkan bila p-value > α (0,05),

maka Ha ditolak Ho diterima, yang artinya tidak ada hubungan status

perkawinan dengan depresi pada lansia di Kelurahan Kartoharjo

Kabupaten Nganjuk. Interpretasi keeratan hubungan antar variabel

(Budi, 2008):

0,00 – 0,199 : Sangat Rendah

0,20 – 0,399 : Rendah

0,40 – 0,599 : Sedang


0,60 – 0,799 : Kuat

0,80 – 1,000 : Sangat Kuat

H. Etika Penelitian

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika adalah; bebas dari

eksploitasi, bebas dari penderitaan, ada kerahasiaan dan responden bebas

menolak (Hidayat, 2009):

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dan penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentility (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik infomasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y.R . 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik: Aplikasi Nanda
NIC NOC Jilid 1_Jilid 2, Jakarta: CV Trans Info Media.
Dewi, S. R. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish
Hidayat, A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
_________. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik, Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Marchira C. R., Wirasto R.T dkk. 2007. Pengaruh Faktor-faktor Psikososial dan
Insomnia terhadap Depresi Pada Lansia di Kota Yogyakarta. Berita
Kedokteran masyarakat.23 : 1-5

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika.
_______. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
________. 2016.Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Penelitian Praktis Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 37
Sutomo, A dkk.2013. Riset Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya.
Setiadi. 2013.Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan: Edisi ke 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2018. Metode Kualitatif dan Metoden Kuatitantif. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai