Anda di halaman 1dari 3

C.

SYARAT DAN RUKUN PEMBAGIAN HARTA WARISAN

a. Syarat pembagian warisan

Perihal harta warisan seringkali menjadi sengketa yang diperhitungkan


keluarga orang yang meninggal. Agar tak menjadi masalah, pembagian harta
warisan harus dilakukan dengan adil sesuai aturan Islam dan hukum syariah yang
ditetapkan.

Dalam Islam, pembagian harta warisan merupakan kewajiban yang dibebankan


kepada ahli waris sesuai bagiannya masing-masing. Pembagiannya juga diikuti
dengan syarat dan rukun serta perhitungan tertentu yang harus dipenuhi.

Lantas apa saja hal ketentuan terkait rukun pembagian harta warisan dalam Islam?

Dalam Islam, setidaknya ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam pembagian
harta warisan. Keempat syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Matinya orang yang mewariskan harus bisa dibuktikan dengan baik, teliti,
terdapat saksi, hingga diberitakan sudah meninggal dari pihak yang dapat
dipercaya.
2. Ahli waris yang akan menerima harta haruslah dalam keadaan hidup
meskipun dalam keadaan sekarat.
3. Harus ada hubungan antara ahli waris dengan pewaris, baik melalui
kekerabatan nasab, hubungan pernikahan, maupun pemerdekaan budak
(wala’).
4. Adanya satu alasan secara rinci yang menetapkan seseorang bisa
mendapatkan warisan. Alasan pewarisan bisa disertai dengan saksi

b. Rukun Pembagian Warisan

Selain empat syarat di atas, ada juga rukun pembagian warisan


sebagaimana ditulis Muhammad Ajib dalam Fiqh Hibah dan Waris (2019:44-45)
seperti berikut:
Orang yang mewariskan (al-muwarrist) yaitu seorang yang meninggal dunia.
Orang yang mewarisi (al-waarist) yaitu orang yang berhak memperoleh warisan
dengan syarat-syarat yang sudah disebutkan di atas. Pusaka yang diwarisi (al-
maurust), yaitu harta peninggalan si mayit yang mungkin diwariskan. Penyebab
Menerima Warisan

Menurut Ali ash Shabuny, (1995:55), yang menyebabkan seseorang berhak


menerima harta waris adalah sebagai berikut:

1 Kekerabatan, merupakan hubungan nasab seperti ibu, bapak, anak-anak,


saudara-saudara, para paman dan lain-lain. Dijelaskan dalam surat al-anfal
ayat 8 (2) yang berhak menerima warisan adalah orang tua, anak dan
orang-orang yang bernasab bagi mereka.
2 Pernikahan, merupakan pernikahan yang sah antara suami dan istri.
Sekalipun sesudah pernikahan belum terjadi persetubuhan atau berduaan
di tempat sepi (khalwat). Dan mengenai pernikahan yang batal atau fasid
tidak berhak menerima warisan.
3 Perbudakan, merupakan hubungan antara budak dan orang yang
memerdekakannya, apabila budak yang dimerdekakan tidak mempunyai
ahli waris berhak menghabiskan hartanya.
4 Tujuan Islam (Jihatul al-Islam), yaitu bagi orang yang tidak mempunyai
ahli waris maka hartanya ditaruh di Baitul Mal untuk kepentingan orang
Islam.

D. SEBAB-SEBAB MEMPEROLEH HARTA WARISAN DAN SEBAB-


SEBAB TERHALANG M,ENDAPATKAN HARTA WARISAN

Warisan akan terhalang oleh 4 hal yaitu sebagai berikut:

1. Perbudakan, seorang yang berstatus budak yang tidak mempunyai hak


untuk mewarisi dari saudaranya sendiri. (Q.S An Nahl ayat 75).
Sedangkan menurut Idris Ramulyo, perbudakan menjadi penghalang
mewarisi bukan karena status sosialnya, tetapi karena dipandang sebagai
hamba sahaya yang tidak cakap menguasai harta benda.
2. Pembunuhan, pembunuhan terhadap pewaris oleh ahli waris
menyebabkan tidak dapat mewarisi harta yang ditinggal oleh orang yang
bunuh, meskipun yang dibunuh tidak meninggalkan ahli waris lain selain
yang dibunuh.
3. Berlainan agama, keadaan berlainan agama akan menghalangi
mendapatkan harta warisan, dalam hal ini yang dimaksud adalah antara
ahli waris dengan muwarris yang berbeda agama.
4. Berlainan negara, dilihat dari segi agama orang yang mewariskan dan
orang yang mewarisi, berlainan negara diklasifikasikan menjadi dua yaitu
berlainan negara antar orang-orang non muslim dan berlainan negara antar
orang Islam.

Sebab-sebab memperoleh harta warisan harta warisan terbagi menjadi 3 golongan


yaitu sebagai berikut:

1. Dzul faraid yaitu ahli waris yang mendapatkan warisan tertentu dalam
keadaan tertentu.
2. Dzul qarabat yaitu ahli waris yang mendapatkan warisan dengan bagian
tidak tertentu.
3. Mawali yaitu ahli waris pengganti yang kedudukannya menggantikan ahli
waris yang seharusnya mendapat ahli warisan.

Anda mungkin juga menyukai