Anda di halaman 1dari 3

Nama : Robert Budi Hartono

Kelahiran : 28 April 1940 (usia


81 tahun), Semarang
Kekayaan bersih : 19,5 miliar USD (2021) Forbes
Pasangan : Widowati Hartono
Pendidikan : Universitas Diponegoro
Anak : Armand Wahyudi Hartono, Victor
Hartono, Martin Hartono
Saudara kandung : Michael Bambang Hartono
Organisasi didirikan : Djarum Foundation, Polytron
Sikap dan karakter sukses yang dimiliki oleh tokoh
1. Banyak Berinvestasi
Berkat kekompakan Budi dan Bambang, Group Djarum yang dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor.
Termasuk berinvestasi di perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia. Diversifikasi bisnis dan investasi yang
dilakukan Group Djarum ini memperkokoh imperium bisnisnya yang berawal di tahun 1951.
 
2. Sederhana
Dilansir dari Bloomberg, setelah Oei meninggal tahun 1963, putranya Michael dan Budi melakukan diversifikasi dengan
berinvestasi di Bank Central Asia (BCA). Berkat keuletan dan ketekunan menjalankan bisnis, perusahaan tersebut kian
berkembang. Keuntungan yang meroket seiring berjalannya waktu. Hingga di tahun 2020, keluarga Hartono tercatat
memiliki total nilai kekayaan USD 31,3 miliar atau setara Rp 444,8 triliun. Tak heran bila namanya bertengger sebagai
orang terkaya di Indonesia dan ke-4 di Asia.
3. Pantang Menyerah
Berkat perjuangan dan kegigihan, usaha dan bisnis mereka bisa sukses besar. Bahkan, dalam beberapa tahun belakangan ini,
duo bersaudara itu menjadi orang terkaya se-Indonesia. Nilai kekayaan itu masih naik jika dibandingkan dengan 2019 yang
US$37,4 miliar. Dikutip dari berbagai sumber, kekayaan tersebut didapat Hartono bersaudara lewat jalan berliku.
Semua berawal pada 1951, ketika ayah mereka, Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok sekarat bernama NV Murup.
Olehnya, perusahaan rokok pemilik merek Djarum Gramofon itu 'diobati'. Merek produk yang awalnya bernama
Djarum Gramofon dipangkas menjadi tinggal Djarum saja. Upaya itu membuahkan hasil. Produk yang dihasilkan
perusahaan dan pabrik terus berkembang. Hingga akhirnya pada 1962, perusahaan yang awalnya hanya mempekerjakan 10
orang itu berhasil menambah kapasitas produksi hingga 329 juta batang per tahun.
 
Kegagalan Robert Budi Hartono

Berawal dari pabrik mercon yang gagal Armand menuturkan, kakeknya yaitu Oei dulu bekerja dan berdagang mulai dari nol. Kemudian, dia
memiliki pabrik mercon hingga mengalami kesuksesan. Namun, tahun 1939, terjadi kecelakaan yang menyebabkan pabrik Oei meledak dan
membuatnya gulung tikar. Akan tetapi, usaha tak berhenti hanya karena tragedi ledakan mercon ini. Tak kapok sampai di situ, Oei kembali
mendirikan bisnis mercon dua tahun setelahnya dan lagi-lagi mengalami kebangkrutan dengan cerita yang sama. Tetap tak mau menyerah.
Tahun 1942, Oei kembali mendirikan pabrik, tetapi ditutup karena pada saat itu Indonesia baru saja dijajah oleh Pemerintah
Jepang.Dapatkan informasi, inspirasi dan insight Barulah tahun 1957, Oei mendirikan PT Djarum. Namun, untuk kesekian kalinya harus
bangkrut karena dibakar oleh seseorang. Dari sekian banyak kegagalan yang dialami oleh keluarganya itu, Armand ditanamkan pemikiran
untuk menerima apa pun risiko buruk yang akan terjadi.
 

Anda mungkin juga menyukai