Anda di halaman 1dari 2

Kekayaan sebesar 71,4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 238,38 triliun telah mengantar Robert

Budi Hartono menempati ranking satu dalam daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2018 versi
Forbes.

Mendengar nama besar Robert Budi Hartono, orang-orang akan langsung memikirkan Djarum.
Nama Hartono dengan Djarum tidak bisa dipisahkan, karena Djarumlah yang menjadi batu loncatan
Hartono dalam dunia bisnis.

Namun, tidak banyak orang yang tahu sepak terjang Hartono hinga bisa sehebat saat ini.

Dulu Djarum hanya sebuah bisnis rokok kretek lokal yang pabriknya pernah mengalami kebakaran
hebat hingga semua asetnya nyaris tidak bersisa. Musibah itu terjadi pada tahun 1963. Di tahun
yang sama, Oei Wie Gwan, ayah Hartono meninggal. Mengalami dua ujian hidup di saat yang
bersamaan rupanya tidak membuat Hartono gentar.

Memikul beban tanggung jawab atas kelangsungan usaha sang ayah, Hartono dan kakaknya Michael
Bambang Hartono justru menjadi penyelamat. Hartono bersaudara ini kemudian memulai semua
dari awal. Saat itu, usia Budi Hartono baru 23 tahun sementara kakaknya 24 tahun.

Di tangan Hartono dan pemikirannya yang modern, Djarum bangkit dari mati suri. Hartono mulai
melebarkan sayap Djarum untuk memproduksi rokok dengan peralatan lebih modern. Kalau
sebelumnya ayahnya hanya membuat rokok kretek dengan cara dilinting secara manual, Hartono
membeli mesin-mesin canggih.

Salah satu rokok andalan buatan Djarum pada saat itu adalah rokok Djarum Filter. Perbedaannya
hanyalah Djarum Filter ini menggunakan filter di ujung rokok dan dibuat dengan mesin. Rokok Filter
dengan cita rasa kretek tradisional mulai dikenalkan tahun 1981 dan segera laris di pasaran.

Hartono juga berhasil melakukan ekspor rokok ke Amerika Serikat sejak tahun 1972. Sukses dengan
usaha dari mesin-mesin modern tidak membuat Hartono melupakan rokok kretek.

"Djarum itu hidupnya dari kretek. Kretek itu ciri khasnya Djarum, harus dipertahankan dan selalu
dijaga kelangsungannya," kata Hartono.

Hartono melalui Djarum juga memberdayakan para wanita di Kudus. pabrik kretek Djarum rokok
kretek Djarum yang dibuat oleh para wanita. Itulah kenapa semua pekerja pembuat kretek di
beberapa pabrik Djarum di Kudus semuanya wanita.

Hartono tidak pernah berpuas diri dan punya prinsip kalau bisnis itu harus terus dikembangkan.
Hartono melebarkan sayapnya ke dunia perbankan Indonesia dengan membeli saham Bank Central
Asia. Tahun 2018 ini Hartono sudah memiliki 51% saham dari bank swasta terbesar di Indonesia
tersebut. Hartono kini telah melakukan diversifikasi bisnis dengan tujuan untuk memecah bisnisnya
dalam beberapa jenis usaha agar tidak mudah bangkrut saat ada guncangan ekonomi.

Lini bisnis Hartono selain Djarum dan BCA yaitu di bidang properti dengan mall megah Grand
Indonesia Shopping Town. Beberapa hotel seperti Bali Padma Hotel, Hotel Malya Bandung, dan
Sekar Alliance Hotel. Keluarga Hartono juga membangun Pulogadung Trade Centre dan WTC Mangga
Dua, Jakarta.
Bidang agrobisnis, PT Hartono Plantation Indonesia memiliki lahan kelapa sawit seluas lebih dari
60.000 hektar di Kalimantan Barat.

Hartono juga memiliki bisnis elektronik dengan merk Polytron serta membeli situs forum terbesar di
Indonesia, Kaskus. Selain itu, Hartono juga mencoba peruntungannya dalam bidang platform jual-
beli online dengan situs blibli.com.

Hartono mendedikasikan hobinya, yaitu bulu tangkis untuk memberi beasiswa bagi anak-anak yang
berprestasi dalam bidang bulu tangkis. Hartono membuat sebuah gedung pelatihan bulu tangkis
yang sangat megah di Kudus dan rutin menggelar acara bulu tangkis Djarum Badminton - Indonesia
Open.

Untuk bisa menjadi sebesar dan sesukses itu, Hartono memiliki dua kunci yang selalu dipegangnya.

Kuncinya adalah selalu berusaha untuk berkembang lebih baik dan pantang menyerah.

Anda mungkin juga menyukai