SUKSES INDONESIA”
PUTERA SAMPOERNA
Pendidikan :
◦ Diocesan Boys School di Hong Kong
◦ Carey Baptist Grammar School di Melbourne
◦ University of Houston di Texas,
Penghargaan
A Mild menang dalam ajang Indonesian Best Brand Award 2002
dan Top Brand 2002
Peace Through Commerce Medal Award 2011 dari Administrasi
Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan Amerika
Serikat
Forbes menobatkan Putera sebagai orang terkaya ke-9 di
Indonesia pada tahun 2011
Pengusaha terkaya di Indonesia urutan kelima versi GLOBE
Magazine 2008
Karya :
Putera Sampoerna Foundation (PSF)
A Mild
Universitas Siswa Bangsa Internasional.
Bidang usaha
Bisnis Rokok (PT. HM Sampoerna)
Sampoerna Strategic
Bidang Telekomunikasi (Ceria),
Perkebunan Sawit (Sampoerna Gro),
Perkayuan (Samko Timber),
Keuangan Mikro (UKM Sahabat)
Kisah Perjalanan Bisnis Putera
Sampoerna
Tokoh kali ini adalah tokoh yang menjadi
bos di perusahaan rokok terbesar di
Indonesia, yaitu PT HM Sampoerna. Generasi
ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia
ini adalah anak dari Liem Swie Ling atau Aga
Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee.
Pada tahun 2011, Putera Sampoerna memiliki
total kekayaan mencapai 2,4 miliar US Dollar
sehingga tidak heran jika Forbes menobatkan
Putera sebagai orang terkaya ke-9 di
Indonesia.
Putera lahir di Schiedam, Belanda, pada tanggal 13
Oktober 1947. Dari dulu, ia sudah berpindah-
pindah tempat. Ia mendapatkan pendidikan
internasional pertamanya di Diocesan Boys
School di Hong Kong, kemudian melanjutkan
pendidikannya di Carey Baptist Grammar School
di Melbourne, dan kemudian melanjutkan
pendidikan tingginya di University of Houston di
Texas, Amerika Serikat. Lulus dari University of
Houston, Putera dan istrinya yang merupakan
warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, Katie,
tinggal di Singapura dan menjalankan bisnis
perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa
sawit mmilik pengusaha Malaysia.
Lulus kuliah, Putera tidak langsung melibatkan diri
dalam bisnis keluarga. Bersama istrinya, Katie,
warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, Putera
menjalankan perusahaan yang mengelola
perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia,
dan tinggal di singapura. Baru pada 1980, Putera
kembali ke Surabaya dan bergabung dalam
operasional PT. Sampoerna milik ayahnya. Pria yang
menggemari angka sembilan itu mulai menjadi figur
penting dalam perusahaan setelah menjabat CEO
dari ayahnya, Aga Sampoerna, pada 1986. Setelah
Aga meninggal pada 1994, Putera semakin aktif
dengan merekrut profesional mancanegara untuk
turut mengembangkan bisnisnya.
Sejak tahun 1986, ia menjabat sebagai CEO menggantikan
ayahnya. Ia mulai menjadi sosok yang penting di perusahaan
tersebut. Tahun 1988 dianggap sebagai tahun yang bersejarah
bagi Putera, keluarganya, dan bisnis keluarganya sendiri. Pada
tahun itu, Putera menjual seluruh saham keluarga Sampoerna di
PT HM Sampoerna Tbk sebanyak 40% kepada Philip Morris
International atau PT Dji Sam Soe. Pengumuman penjualan
saham tersebut jelas saja mengejutkan banyak pihak internal
(karyawan) dan eksternal PT Sampoerna (investor, pengamat
ekonomi, dll).
Keputusan Putera untuk menjual bisnis keluarga yang sudah
dirintis sejak tahun 1913 ini dinilai sebagai langkah yang sangat
beresiko. Ditambah HM Sampoerna selama ini merupakan
sumber pendapatan utama dari keluarga Sampoerna sendiri. Saat
dijual pun, kinerja perusahaan dalam keadaan yang sangat baik.
Hingga saat ini, masih beum diketahui alasan sebenarnya dibalik
penjualan saham tersebut.
Setelah ayahnya meninggal delapan tahun kemudian,
Putera semakin aktif menggerakkan perusahaan ini
dengan merekrut orang-orang profesional dari luar
negeri untuk ikut mengembangkan usaha bisnisnya ini.
Pria yang menyukai angka sembilan ini dikenal oleh
masyarakat luas sebagai figur yang lihai dalam
melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yaitu
rokok. Ia juga jeli melihat berbagai peluang bisnis yang
ada di segmen usaha lain. Di bisnis rokok, nama Putera
sudah tidak bisa dihilangkan dari sejarah
perkembangan rokok rendah tar dan nikotin